Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tentang

Sebelum Mengenal Tulisan


D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok 1 (17 agustus 1945 hari kemerdekaan republik Indonesia)

Nama :
1. Anisa ramadani
2. Angel marlina
3. Dilla harsella
4. Nur Idayu
5. Andra al fiqi hasibuan

Kelas: X ips 3

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering
disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai
kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu
bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala
plestosen.

Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Karena belum
ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan manusia purba dapat
diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris saus roche, Kejokken
Moddinger dan lainnya.

Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat
menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi satu dengan
daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia
dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian
barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah,
harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian
timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia, seperti burung
Cendrawasih.

Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan. Peristiwa ini
mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia maupun Australia.
Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia disebut Paparan
Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan
Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan - perubahan itu sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia.

Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan terletak
di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang
mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia dan
kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung
dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan
gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu
bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan
oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat.

Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau
alasannya, seperti:

Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa

2
yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil
penelitiannya, bahasa - bahasa yang digunakan di daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar
bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan
bahasa yang dipakai daerah - daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa,
namanama binatang dan alat - alat perang.

Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah
Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau peninggalan kebudayaan yang
ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalan - peninggalan
kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.

Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil - fosil dan artefak -
artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad
Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa
Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia,
sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah
Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?

Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera.
Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan
Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada
tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke
wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.

Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan,


Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan
menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa
Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit
hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang menempati daerah - daerah
Indonesia bagian timur dan daerah - daerah Australia.

2. TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang akan di ketahui bahwa;

a. Untuk mengetahui asal – usul manusia pra aksara.

b. Untuk mengetahui Perkembangan dari masa ke masa di zaman pra aksara.

c. Untuk mengetahui jenis – jenis manusia purba pada zaman pra aksara.

d. Membahas tentang peninggalan – peninggalan manusia pra aksara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Masa Praaksara

Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering
disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai
kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu
bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala
plestosen.

Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia
mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah
mengenal tulisan. Sebaliknya, bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20.
Berarti penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal abad ke-
20.

Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini
diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti
tersebut tidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk
bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.

a. Lingkungan alam pada masa praaksara

Keadaan alam di muka bumi selalu berubah-ubah, yang disebabkan oleh hal-hal berikut.

1) Orogenesis atau gerakan pengangkatan kulit bumi.

2) Erosi atau proses pengikisan lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh angin, air hujan, dan
aliran air sungai

3) Vulkanisme atau kegiatan gunung berapi

Masa praaksara disebut zaman es atau kala plestosen, dimana bagian barat Indonesia
berhubungan dengan daratan asia tenggara, sedangkan bagian timur wilayah Indonesia
berhubungan dengan Australia.

4
Kala plestosen berlangsung kira-kira 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalu. Dalam keseluruhan
sejarah bumi, kala plestosen merupakan masa geologi yang paling muda dan singkat. Akan
tetapi, bagi sejarah umat manusia, kala plestosen merupakan merupakan bagian yang paling
tua.

Pada masa plestosen, suhu di bumi menurun dan gletser yang biasanya hanya terdapat di
daerah-daerah kutub serta puncak gunung dan pegunungan tinggi meluas, sehingga daerah yang
berdekatan dengan tempat-tempat tersebut dan tempat-tempat lain tertutup oleh lapisan es,
misalnya di daerah Amerika, Eropa dan Asia serta pegunungan tinggi lainnya.

Akibat dari masa pengesan pada zaman plestosen adalah turunnya permukaan laut sehingga laut
yang dangkal berubah menjadi daratan. Daratan-daratan baru inilah yang berperan sebagai
jembatan bagi manusia dan hewan dalam melakukan perpindahan ke daerah lain untuk
menghindari bencana dan mencari sumber makanan baru.

b. Awal kehadiran manusia

Menurut hasil penelitian ahli purbakala, diperkirakan manusia muncul sekitar 3 juta tahun yang
lalu bersamaan terjadinya proses glasisasi atau pengesan daratan di bumi, yang disebut kala
plestosen. Pada masa itu terjadi penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan di
kawasan Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan kondisi alam yang
demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam serta dengan membuat alat-
alat sederhana untuk membantu kegiatan hidupnya.

c. Kehidupan pada masa praaksara

Daerah daratan Sunda lebih banyak dihuni manusia daripada daratan Sahul. Pola kehidupan
manusia pada masa plestosen adalah kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan makanan
dan berburu. Mereka menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu, tulang dan
tanduk.

Kondisi hewan pada masa plestosen tidak banyak berbeda dengan kehidpan manusia, yakni
bahwa hidup hewan bergantung pada keadaan iklim dan tumbuh-tumbuhan. Tiap perubahan
iklim dapat mengakibatkan berubahnya atau berpindahnya kelompok hewan. Di sapmping itu,
adanya bencana alam juga menyebabkan proses berpindahnya hewan ke daerah lain.

Pada masa plestosen tingkat kehidupan manusia sangat bergantung pada alam dan kemampuan
manusia dalam taraf berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari hasil alam sekitarnya.
Oleh karena itu lenyapnya berbagai jenis hewan disebabkan karena usaha perburuan yang
dilakukan manusia.

5
Migrasi hewan dan manusia dari dataran Asia ke kepulauan Indonesia dimungkinkan karena
terbentuknya paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Sahul di sebelah timur pada kala
plestosen akhir dan plestosen sebagai akibat turunnya permukaan laut.

Bagian barat yang mencakup Jawa, Sumatra dan Kalimantan bergabung dengan Asia.
Sedangkan bagian timur yang mencakup Papua dan sekitarnya bergabung dengan Australia.

3. Jenis-Jenis manusia pada masa praaksara

Manusia pada masa praaksara tidak mewariskan peninggalan-peninggalan, namun


kehidupannya dapat diketahui dari sumber-sumber informasi sebagai berikut.

a. Hasil penggalian fosil

Fosil adalah sisa-sia tumbuhan, hewan, dan bagian tubuh manusia yang telah membatu. Dengan
ditemukannya fosil manusia merupakan petunjuk adanya kehidupan manusia pada masa
praaksara. Fosil tersebut dinamakan fosil pandu.

b. Tempat perlindungan di bawah karang (abris sous rouches)

Tempat perlindungan di bawah karang berbentuk gua, dan merupakan tempat perkampungan
manusia pada masa praaksara yang hanya ditempati sementara waktu. Gua karang tempat
perlindungan manusia praaksara dinamakan abris sous rouches. Di daerah tersebut ditemukan
berbagai alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan kerang. abris sous rouches banyak ditemukan di
Teluk Triton (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan di gua Leang-Leang (Sulawesi Selatan).

c. Dapur sampah (kjokkenmoddinger)

Salah satu jenis makanan manusia pada masa praaksara adalah kerang. Kulit kerang tersebut
banyak dibuang di tempat-tempat tertentu, yang disebut sebagai dapur sampah atau
kjokkenmoddinger. Di dapur sampah tersebut berupa bukit kerang dan sering diketemukan
bekas peralatan yang biasa dipergunakan manusia praaksara. Hal ini banyak dijumpai di Medan
(Sumatera Utara) dan di Langsa (Aceh).

d. Alat-alat yang dipergunakan manusia praaksara

Manusia praaksara telah mengenal berbagai bentuk peralatan sederhana yang dipergunakan
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jenis peralatan yang ditemukan pasa penemuan fosil
manusia Indonesia ada zaman praaskara adalah beliung persegi dan kapak lonjong yang kedua
alat tersebut di buat dari batu.

6
Persebaran alat-alat manusia praaskara tersebut sekaligus menujjukan bukti persebaran manusia
pada masa praaskara. Bardasarkan sumber-sumber informasi tersbut di peroleh data
mengenenai manusia Indonesia yang hidup pada msa praaskara.

Adapun berdasarkan hasil penelitian pakar antropologi dan pakar sejarah, manusia praaskara
antara lain.

a. Pithecanthropus Mojokertoensis, merupakan fosil manusia praaskara yang ditemukan oleh


duyfjes dan koeningswald, di perning, mojokerto, tahun 1936. Fosil tersebut berupa tengkorak
anak usia 6 tahun. Berdasarkan penelitian, fosil tersebut telah berumur 1, 9 juta tahun. Hasil
penemuan tersebut diteliti ulang oleh De Tera dan Movius pada tahun 1938 dan memutuskan
bahwa fosil tersebut merupakan fosil manusia praaksara yang tertua.

b. Meganthropus Paleojavanicus, meupakan hasil penelitian Von Koenigswald pada tahun


1941, di daerah Sangiran, Surakarta. Fosil tersebut menunjukkan kerangka tubuh manusia
praaksara nerbadan besar tetpi tidak seberap tinggi (megan berarti besar). Meganthropus
Paleojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertoensis anmu tingkat
kehidupannya lebih rendah (lebih primitif).

c. Pithecantropus Erectus, fosil manusia purba yg ditemukan oleh Eugen Dubois, pada tahun
1890 di desa trinil Ngawi Jawa TImur. Fosil tersebut berbentuk kerangka manusia yang
menyerupai kera maka disebut Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak
dibandingkan dengan Pithecantropus Mojokertoensis, bentuk tubuh Pithecantropus Erectus
lebih maju.

d. Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusi praaksara yang ditemukan di lembah sungai
Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir Oppenoorth pada tahun 1931 – 1934 di desa Ngandong
kabupaten Blora . Setelah diteliti ileh von koenigswald, fosil tersebut tingkatannya lebih tinggi
daripada Pithecantropus Erectus . mahkluk itu disebut Homo Soloensis, yang berarti manusia
dari Solo.

e. Homo Wajakensis atau Homo Sapiens, merupakan jenis fosil manusia praaksara yg
ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889, di desa Wajak, dekat Tulungagung, Jawa
Timur. Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak yang tingkatannya lebih tinggi dari
Pithecantropus Erectus. Dari antara fosil-fosil lainnya. Homo Wajakensis merupakan yang
termaju dan yang terakhir

Homo Wajakensis termasuk jenis Homo Sapiens, sebagian besar bertempat tinggal di Indonesia
bagian barat, dan sebagian tinggal di wilayah timur. Yang bermukim di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk ras Mongoloid, sub ras Melayu – Indonesia. Sedangkan yang bermukim
di wilayah Indonesia bagian timur termasuk ras Austromelanesoid. Homo Wajakensis mulai

7
tinggal di Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu, dan sekaligus membuktikan bahwa sekitar
40.000 tahun yang lalu Indonesia telah di didiami oleh manusia sejenis Homo Sapiens.

Adapun hal-hal yang membedakan Pithecantropus Erectus dengan Homo Sapiens adalah
sebagai berikut.

Pithecantropus memiliki cirri-ciri sebagai berikut.

a. Bentuk fisik dan wajahnya berbeda dengan manusia sekarang, termasuk tingkat
kecerdasannya berbeda jauh.

b. Tingkat kehidupannya masih primitif, mata pencaharian utamanya adalah berburu dan
meramu (memetik buah-buahan di hutan).

c. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan selalu berpindah-pindah

Manusia yang termasuk Pithecanthropus Erectus adalah Pithecantropus Mojokertensis dan


Meganthropus Paleojavanicus.

Sedangkan cirri-ciri Homo Sapiens adalah sebagai berikut.

a. Bentuk fisik dan wajahnya mirip manusia sekarang. Tingkat kecerdasannya lebih tinggi
daripada Pithecantropus Erectus.

b. Tingkat kehidupannya lbih maju dari Pithecantropus Erectus, dan telah mengenal
perladangan dengan sistem lading berpindah.

c. Hidupnya telah menetap dalam waktu agak lama sekitar 2 atau 3 masa panen baru berpindah.

d. Memiliki pralatan terbuat dari batu yang diasah halus, berbentuk beliung persegi, dan alat
pemukul kulit kayu.

e. Hidup disekitar 40.000 tahun yang lalu.

Manusia praaksara yang termasuk Homo Sapiens adalah Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis. Homo Sapiens termasuk nenek moyang yang menurunkan ras-ras manusia
sekarang ini.

Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan
manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka
sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:

8
1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun
1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama
Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).

2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten
diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis

2. MASA AKSARA

Tradisi sejarah masyarakat Indonesia berkembang pula pada masa aksara, yaitu masa ketika
masyarakat Indonesia sudah mengenal tulisan. Pada masa aksara, tradisi sejarah direkam
melalui tulisan sehingga lahirlah rekaman tertulis. Rekaman tertulis ini pun, sama halnya
dengan tradisi masa praaksara, yaitu tumbuh dan berkembang melalui pewarisan dalam
masyarakat. jadi pada materi ini kita akan mempelajari perkembangan sejarah masyarakan
indonesia setelah mengenal tulisan (masa aksara) dan dampak adanya zaman aksara terhadap
kehidupan masyarakat indonesia.

a. Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Aksara

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan
barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan –
Formosa – Jepang – Sulawesi Utara dan sampai di Irian/Papua ternyata membawa pengaruh
besar terhadap perkembangan sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Adanya beraneka ragam
budaya daerah yang muncul di tengah-tengah perkembangan masyarakat yang masih dapat
dirasakan oleh masyarakat nusantara pada masa kini.

Bangsa Deutero Melayu yang datang 500 SM ke Nusantara ternyata membawa pengaruh yang
lebih maju daripada pendahulunya. Mereka melalui jalan barat, yakni Yunan – Malaka –
Sumatra – Jawa. Mereka hidup di Nusantara dan berkembang sebagai masyarakat yang
produktif serta menjadi bangsa Indonesia sampai sekarang. Masyarakat Deutero Melayu yang
telah berkembang menjadi bangsa Indonesia itu telah memiliki kemajuan di berbagai bidang,
antara lain, sebagai berikut.

1) Dalam bidang pemerintahan, mereka menganut asas demokrasi melalui musyawarah


untuk menentukan pimpinan mereka, bentuk organisasi kemasyarakatan yang ada adalah
kesukuan. Kepala suku dipilih dari orang yang memiliki kemampuan tertinggi (primus inter
pares).

2) Dalam bidang ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan diupayakan dengan


menggunakan ekonomi barang (pertukaran/barter), hidup gotong royong dalam mengerjakan
sawah, berkelompok, dan semua hak milik digunakan bersama.

9
3) Kepercayaan nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme.

Keadaan alam Nusantara memaksa mereka harus pandai berlayar sebab Nusantara terdiri atas
kawasan kepulauan serta adanya tuntutan kebutuhan untuk saling mencukupi. Akhirnya,
muncul perdagangan antarpulau dan berkembang menjadi perdagangan antarnegara. Pelayaran
lintas laut telah membawa bangsa Indonesia mampu mengarungi lautan internasional sehingga
terciptalah hubungan dagang yang maju, yang melibatkan kawasan Nusantara. Kita ketahui
bahwa kemajuan pelayaran perdagangan antara Cina – India yang melewati kawasan Nusantara
menyebabkan terjalinnya perdagangan di Nusantara juga, namun pengaruh India di Nusantara
jauh lebih besar. Pengaruh India yang masuk ke Nusantara membawa perkembangan bagi
kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada saat itu dan berkembang sampai sekarang,
misalnya, dalam bidang pemerintahan, budaya, sosial, dan kepercayaan.

1) Dalam bidang pemerintahan

Masyarakat Nusantara yang hidup secara berkelompok di masa lalu, ternyata mampu
berkembang secara dinamis dengan bentuk kesukuan. Kontak dengan India ternyata membawa
pengaruh positif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam pemerintahan. Masyarakat
Nusantara yang semula berbentuk kesukuan, dengan masuknya pengaruh hinduisme ke dalam
masyarakat, mengubah bentuk pemerintahannya menjadi bentuk kerajaan. Kekuasaan raja
diberikan secara turun temurun dan tidak dipilih rakyat sehingga rakyat menerima saja. Namun,
raja yang lemah pasti segera jatuh digantikan raja yang lebih bijaksana atau lebih kuat.

2) Dalam bidang budaya

Kita mengetahui bahwa masuknya budaya India ke Nusantara ternyata memberi semangat
bangsa Indonesia untuk berkarya lebih bagus dan terarah. Bahkan para raja dan penguasa mulai
menuliskan perintah melalui prasasti. Hasil karya budaya Nusantara yang mengagumkan dan
memiliki seni yang tinggi, misalnya, candi Borobudur yang menjadi kebanggaan dunia dan
relief pada dinding candi yang melebihi kehebatan orang India. Misalnya, relief Ramayana
pada candi Prambanan. Begitu juga munculnya seni sastra yang dihasilkan oleh sastrawan
Nusantara seperti cerita Mahabharata dan Ramayana versi Nusantara kitab Gatotkacasraya
yang telah memuat unsur javanisasi.

3) Dalam bidang sosial

Pranata sosial di zaman Indonesia-Hindu sudah teratur, sudah ada desa sebagai satu kelompok
masyarakat. Penerapan aturan untuk membina masyarakat sudah ada, kehidupan masyarakatnya
bersifat gotong royong.

4) Dalam kepercayaan

10
Nenek moyang yang sudah memiliki kepercayaan asli (animisme, dinamisme) mulai mengenal
agama Hindu dan Buddha. Sehingga, meskipun telah menyembah Dewa Hindu atau Buddha,
mereka tetap bersesaji untuk memuja roh (sesuai keyakinan animisme dan dinamisme).

b. Perkembangan rekaman tertulis

Jejak-jejak masa lampau menjadi bahan penting untuk menuliskan kembali sejarah umat
manusia. Jejak masa lampau mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan penulisan
sejarah. Masa lampau yang hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah tersebut menjadi komponen
penting dan mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan untuk penulisan sejarah.

Kisah sejarah tersebut disampaikan dari generasi ke generasi dan dapat dipelihara terus
sehingga mampu untuk mengisahkan kembali peristiwa dari jejak-jejak pada masa lampau.
Jejak sejarah dapat dibedakan menjadi dua.

1) Jejak historis, yaitu jejak sejarah yang menurut sejarawan memiliki atau mengandung
informasi tentang kejadian-kejadian yang historis sehingga dapat digunakan untuk menyusun
penulisan sejarah.

2) Jejak nonhistoris, yaitu suatu kejadian pada masa lampau yang tidak memiliki nilai
sejarah.

Jejak historis yang berwujud tulisan merupakan rekaman tertulis tradisi masyarakat pada masa
lalu. Rekaman tertulis di Indonesia terbagi menjadi sumber tertulis sezaman dan setempat,
sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat, dan sumber tertulis setempat tidak sezaman.

1) Sumber tertulis sezaman dan setempat

Sumber tertulis sezaman ialah sumber tersebut ditulis oleh orang yang mengalami peristiwa itu,
atau ditulis waktu itu, atau ditulis tidak lama setelah peristiwa itu terjadi. Sumber setempat
maksudnya adalah penulisannya di dalam negeri sendiri. Contoh sumber tertulis sezaman dan
setempat adalah prasasti. Prasasti

berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang memuji raja, dan
biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah bahasa Inggris disebut enloggistie.
Istilah lain untuk prasasti adalah inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti
disebut epigraphy.

2) Sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat

11
Sumber ini dimaksudkan ditulis sezaman, tetapi ditulis di luar negeri. Sumber ini biasanya tidak
begitu jelas, kebanyakan berasal dari Tiongkok, Arab, Spanyol, dan India. Misalnya, kitab Ling
Wai Taita karangan Chou Ku Fei pada tahun 1178.

3) Sumber tertulis setempat tidak sezaman

Sumber ini ditulis lama sesudah peristiwa terjadi, mungkin sudah berdasarkan cerita dari mulut
ke mulut atau berdasar cerita rakyat. Misalnya, buku Babad Tanah Jawi dan kitab Pararaton
(walau- pun ada babad sezaman, tetapi tidak banyak).

Sejak masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di Indonesia, masyarakat


Indonesia mulai mengenal tulisan. Tulisan-tulisan tersebut dapat dibaca dan sampai kepada
generasi penerus. Tulisan yang ditinggalkan itu dipandang sebagai suatu rekaman tertulis
tentang peristiwa yang terjadi pada mesa lampau. Berikut rekaman tertulis yang dimaksud,

1. Prasasti

Prasasti merupakan salah satu rekaman tertulis tentang masa lampau yang sudah menjadi
kebiasaan para penguasa untuk mengingat dan mengabadikan suatu peristiwa penting yang
dialami oleh raja atau penguasa. Prasasti adalah peninggalan tertulis yang dipahatkan dan
dilukiskan pada bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu, logam, dan gading. Pada
umumnya, prasasti menuliskan suatu peristiwa yang cukup penting pada masa lampau. Prasasti
umumnya dibuat atas perintah raja yang berkuasa. Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk
mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah kerajaan.
Pada abad ke-4 sampai dengan ke-8, prasasti di Nusantara mengguankan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta, prasati-prasasti tersebut biasa ditulis dalam bentuk syair dengan
menggunakan kaidah-kaidah dari India.

Berikut contoh prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-Budha.

Prasasti Kutai di Kalimantan Timur

Prasasti berupa tujuh buah yupa (tugu batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M,
berhuruf Pallawa, dan berbahasa Sansekerta. Isinya, peringatan upacara kurban agama Hindu
yang diperintah oleh Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu Kudungga.

Prasasti Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat

Prasasti Kerajaan Tarumanegara. di Jawa Barat berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
Contoh: prasasti Ciaruteun (pahatan telapak kaki dan tulisan), prasasti Kebon Kopi (pahatan
telapak kaki gajah dan tulisan), prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), prasasti Pasir
Awi (memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman) prasasti Tugu (berita tentang
penggalian saluran Sungai Gomati), prasasti Muara Cianten, dan prasasti Cidang Hiang.

12
Prasasti Kerajaan Sriwijaya

Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Contohnya: prasasti Keduclukan
Bukit (Dapunta Hyang menaklukkan beberapa daerah), prasasti Talang Tuo (perintah Dapunta
Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk), prasasti Telaga Batu (berisi kutukan
kepada siapa saja yang tidak setia pada raja), prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada
dews untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya).

Prasasti Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
Prasasti Canggal berisi mengenai pendirian sebuah lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas
bukit Kunjarakunja. Prasasti Matyasih (prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-
raja yang memerintah sebelurn Dyah-Batitung. prasasti Ritihang, berbahasa Jawa Kuno ditulis
dengan huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.

Prasasti Kerajaan Syailendra

Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sanskerta, dan ditulis dengan
huruf Pra-Nagari. Prasasti Klurak (dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M),
ditulis dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pra-Nagari. Berisi mengenai pembuatan area
Manjusri.

Dokumen

Dokumen merupakan surat berharga yang bertulis atau dicetak sehingga dapat dipakai untuk
sebuah bukti atau keterangan. Dokumen-dokumen tersebut harus didokumentasikan.
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan pengolahan, dan penyimpanan infoermasi dari
berbagai bidang, dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan seperti gambar,
kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dan lain sebagainya. Dokumen merupakan suatu
yang snagat berharga, baik bagi pemakainya maupun pembuatnya.

Kitab

Kitab merupakan sebuah kasastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan
petunjuk untuk mengungkap suatu peristiwa di masa lampau. Para pujangga umunya menulis
atas perintah raja. Itulah sebabnya, isi tulisan banyak menulis keagungan dan kebesaran raja
yang bersangkutan.

13
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang.


Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan buruan, tetapi
sebaliknya mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami dengan
berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai menjinakan hewan-
hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan
sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini manusia sudah dapat menguasai alam lingkunagn
serta isinya.

Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal
di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan
tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami
perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain.

Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat
nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada
keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai
dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang
harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong,
saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah
berkembang pada masyarakat pra aksara.

Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :

1. Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam
empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.

2. Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa
bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang

14

Anda mungkin juga menyukai