PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara
sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai
kehidupan manusia purba.
Dalam catatan sejarah dengan jelas dikatakan bahwa manusia berdasarkan waktu
perkembangannya terbagi menjadi atas dua zaman atau zaman dimana manusia belum mengenal
aksara atau tulisan dan zaman sejarah atau zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan
( zaman praaksara dan aksara ). Kemudian peradaban manusia diklasifikasi lagi kedalam tiga
pembabakan manusia pada zaman batu ( batu muda, batu tengah, batu tua ), zaman logam dan
zaman besi atau disebut juga sebagai manusia purba.
Manusia purba merupakan jenis manusia yang hidup dan berkembang jauh sebelum
ditemukannya tulisan ( prasejarah ). Manusia purba diyakini telah hidup dan mendiami bumi
sekitar empat juta tahun yang lalu. Perkembangan manusia purba tersebar keseluruh permukaan
bumi seperti Afrika,Amerika, dan Asia termasuk juga indonesia bahkan manusia purba indonesia
yang ditemukan kemudian menjadi tolak ukur perkembangan sejarah evolusi manusia di Dunia
seperti misalnya manusia jenis Meganthropus Paleojavanicus, jenis Pithecanthropus Erectus dan
sebagainya.
Oleh karena peradaban manusia mengalami berbagai perjalanan yang begitu panjang
pada masa lampau, maka tentu banyak sekali peninggalan-peninggalan yang menjadi pendukung
catatan sejarahnya di masa lalu. Berkaitan dengan ini, kami mencoba melakukan perdekatan
kajian kepada masa manusia purba tersebut.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana masa sebelum mengenal tulisan?
2. Seperti apa sejarah dan perkembangan manusia purba yang ada di indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjabarkan dan menjelaskan gambaran keadaan sebelum mengenal tulisan.
2. Untuk mengidentifikasi sejarah dan perkembangan manusia purba yang ada di Indonesia
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis untuk mengetahui bagaimana sejarah masa
praaksara di indonesia dan peradaban manusia purba di indonesia. Sedangkan bagi pembaca agar
lebih luas mengetahui tentang masa pra aksara di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"Chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak
bergerigi
Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil
kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah
penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan
menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
2. Zaman Mezolitikum
Artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan. Zaman ini disebut pula zaman
"mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir
zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang
hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang
Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia
zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan.
Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan
ceruk pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi
diri dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian
yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua
Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van
Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu
penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil
peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi
7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan
yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat
berburu dari tulang hewan.
3. Zaman Neolitikum
Artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM.
Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara
food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan
memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung
untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna
menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih
bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang
dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar
karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah
mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini,
manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan
kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya
ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke
Kepulauan Indonesia.
Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang,
kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan
Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari
batu kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur.
Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats
yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula
sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur.
4. Zaman Megalitikum
Artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek
moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung,
senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu
memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau
kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia
pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan
cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai
bentuk penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat
dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang
bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus,
kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat
pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan
berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang
disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat
sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang
menyerupai manusia atau hewan.
5. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-
alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-
alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan
batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire
perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi
atas:
6. Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman
tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat
asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero
Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah
memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan
logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun
besi dalam kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat
besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti
pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya
mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar
Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam
besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah
bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia
purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia
belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak.
Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman
mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam.
B. Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa
menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia pada zaman pra aksara.
Dan diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan sebagai
bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang lebih bermanfaat
mengenai kehidupan manusia zaman purba ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajar-sejarahindonesia.blogspot.co.id/2015/12/zaman-sebelum-mengenal-tulisan.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html