Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa,


yang telah memberikan kita karunia serta nikmatnya hingga pada saat ini kita
masih bisa melaksanakan proses belajar di sekolah ini. Shalawat beriringan salam,
mari kita sampaikan ke Rasul Allah SAW yang telah membawa tangan umatnya
dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan iman dan taqwa.
Apabila nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada kekurangan dan
ketidak sempurnaan saya terlebih dahulu memohon maaf.
   
Juni 2023
Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalh 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Manusia Purba 2
2. Jenis-jenis Manusia Purba 7
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan 8
2. Saran 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penemuan - penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh
Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan
mempunyai iklim yang cocok di huni manusia kala itu. Penemuan –
penemuan fosil sangat bergua bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini.
Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu,. Hewan yang
pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini.
Indonesia banyak menyumbang fosil manusia –manusia purba. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan dijelaskan perkembangan manusia purba dari
mulai bagaimana menemukannya,cirri-ciri dari manusia purba dan tempat
ditemukanya,sampai evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul
hingga menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan
Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat
manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan
dengan fosil- fosil yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk mengetahui
lebih jelas dan terperinci mengenai fosil- fosil manusia purba yang
ditemuakan di Indonesia. Penemuan –penemuan terbaru juga termasuk di
dalamnya. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan fosil terbaru
yang ditemukan seperti Homo Moernman. Dijelaskan pula tempat
penemuan dan bentuk penemuannya agar isi makalah ini dapat dipercaya
kebenaranya.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
A. Bagaimana jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu?
B. Bagaimana persebaran manusia purba pada zaman dahulu?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Purba
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah)
disebut manusia purba.  Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan
tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia
yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia purba
adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika
manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena
adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan,
dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam
waktu yang sangat lama. Sedangkan artefak adalah peninggalan masa
lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang,
kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih
sangat bergantung pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari
zamannya yaitu :
1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai
dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan
primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup
berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon;
dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan
(food gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden)
belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari
batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut
adalah :
 Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini
biasanya disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
 Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk
(belati), ujung tombak bergerigi

2
 Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,
yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Alat-alat dari
tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan
Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan
Pacitan dan Ngandong.
2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau
pertengahan.
Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food
gathering) tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar
10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang
hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan
nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin.
Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum
mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan.
Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche
roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche
menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-
alat kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan)
pada dinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang
ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels
menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu
penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun.
Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa
dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur
Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan
di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat
berburu dari tulang hewan. 

3
3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman
Neolitikum
dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya
telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi
food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara
ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah
panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat
lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah.
Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak,
Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang
dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras
dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum
adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak
zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah
mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak
lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat,
diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang
berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak
lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari
Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara,
Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi
adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang
digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur.
Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat
dari batu agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh
leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah
liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan
sebagai bekal kubur. 
4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini
manusia sudah

4
mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme
merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang
mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata
tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa
segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat
memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan
manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada
Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan
rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal
dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan. 
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan
makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan
kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era
Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan,
Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen,
sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir
adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu
untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung
yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang
disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan
bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah
perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau
hewan. 

5. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam
di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur
logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik
pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu
yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang
disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian

5
karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
 Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu
tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu
merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia
(Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras
Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu
karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian
dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara,
penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa
penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan
manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat
besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat
keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang,
dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan
khusus yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota
masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar Indonesia,
berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia
menggunakan logam besi mereka telah mengenal logam
tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi
logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.
 Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya
untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun
perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat
tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak
bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul.

6
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta),
Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
B. Jenis-Jenis Manusia Purba
Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan
artinya besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus
artinya dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus
paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa.
Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah
antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von
Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap,
melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah,
serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini
diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
 Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala.
 Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
 Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
 Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
 Makanannya berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.
2. Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil
manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan
tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan
makanan Mereka sudah memakan segala, tetapi makanannya belum
dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan
di Indonesia, yaitu Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus
mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan

7
pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan
di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000
sampai 1 juta tahun yang lalu.
1) Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada
tahun 1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil,
Jawa Tengah. Mereka hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap
dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus
mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000
cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc. (Pithecanthropus
erectus)
2) Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan
Pithecanthropus robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan
oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa
Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5
tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25
juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan
tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal
dan tulang pipi yang kuat.
3) Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah
oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan
Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri-ciri Pithecanthropus :
 Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.
 Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
 Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
 Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
 Hidung lebar dan tidak berdagu.
 Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
 Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.

8
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah)
disebut manusia purba.  Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada
zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal
tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak.
Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman
palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum,
zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman
besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah
Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang
berjalan tegak.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat
seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan
hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di
Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis
2. Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari
batu dan zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman
Batu. Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum)
dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).
2. Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah
ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan
manusia purba pada zaman dahulu.

Anda mungkin juga menyukai