HADITS PENDIDIKAN
“Etika dan Metode Belajar Perspektif Hadits”
Dosen Pengampu :
Fairuz Ainun Naim, MA
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang wajib bagi setiap orang. Di dalam Islam juga
dijelaskan bahwa setiap muslim wajib untuk mencari ilmu. Banyak nash Al-Qur’an
maupun hadis Nabi yang menyebutkan keutamaan mencari ilmu dan orang-orang
yang berilmu. Allah SWT sangat mencintai dan memuliakan orang yang mencari
ilmu dan berilmu di dunia dan di akhirat. Olehkarena itu, pendidikan sangatlah
penting bagi manusia karena melalui proses pendidikan tersebutmanusia dapat
mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui perberdayaan
potensi dasar dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Di dalam proses pendidikan tersebut tentunya memerlukan berbagai
metode dan etika saat berlangsungnya pembelajaran. Metode dan etika
tersebut bersumber dari Rasulullah SAW.Banyak hadis-hadis yang sudah
menjelaskan mengenai metode dan etika pembelajaran yangdigunakan oleh
Rasul.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang pengertian etika dalam perspektif hadits?
2. Apa saja hadits tentang etika belajar?
3. Apa pengertian metode pembelajaran perspektif hadits?
4. Apa saja hadits tentang metode pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui etika dalam perspektif hadits
2. Untuk mengetahui macam macam hadits etika belajar
3. Untuk mengetahui pengertian metode belajar perspektif hadits
4. Untuk mengetahui macam macam metode belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, istilah etika berasal dari kala Latin "Ethicos" yang
berarti kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Kata etika pun dapat diartikan dengan adab bahasa Arab yaitu aduba,
ya'dabu, adaban, yang mempunyai arti bersopan santun, beradab. Etika belajar
mengajar adalah bagaimana interaksi seorang guru dan peserta didik selama
proses belajar mengajar.
Janganlah kalian mempelajari ilmu untuk menandingi para ulama, dan jangan
untuk mendebat orang-orang bodoh, dan jangan bertujuan untuk bisa
menguasai pertemuan dan majlis-majlis. Barangsiapa yang berbuat seperti itu,
maka neraka baginya, neraka baginya." (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah, dan
Al Hakim)
Seorang penuntut ilmu hendaknya memasang niat yang iklas. Penuntut ilmu
harus memurnikan niatnya dalam menuntut ilmu semata-mata hanya karena
Allah, bukan untuk menyombongkan ilmunya.
2. Sabar dalam belajar mengajar, tidak boleh bersikap keras atau kasar
Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian bersikap keras, karena sesungguhnya
mengajar ilmu lebih baik dari orang yang bersifat keras." (HR. Al-Harits,
Ath-Tayalisi, dan Al-Baihaqi).
3. Bersikap adil
Anas bin Malik r.a.: Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Ringankanlah
orang- orang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah membuatnya
menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka dan berilah mereka kabar
gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri (dari Islam)
Umar Ibnu Khattab r.a. beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Pelajarilah
olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan tenang dan
sopan, rendah hatilah kami kepada orang yang belajar kepadanya." (H.R Abu
Nu'aim).
Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah SAW pernah bersabda, "Suatu ketika
seorang lelaki i yang melakukan perjalanan sangat kehausan. Ia turun ke
sebuah sumur. Lalu minum air dari situ. Pada saat ia keluar dari tempat itu, ia
melihat seekor anjing menjilat lumpur karena rasa haus yang menyengat.
Laki-laki itu berkata, (Anjing) ini sengsara karena persoalan yang sama
denganku. Lalu ia (turun kembali ke dalam sumur), mengisi sepatunya
dengan air, menggigitnya dengan giginya, dan memanjat dinding sumur,
kemudian memberinya minum dengan air itu. Allah berterima kasih atas
perbuatan (baiknya) dan memaafkannya," orang-orang berkata, "Ya
Rasulullah! Apakah kami diberi pahala bila melayani hewan?" Nabi SAW
menjawab, "Ya, melayani keperluan makhluk hidup memperoleh pahala."
Cerita merupakan salah satu jenis sastra yang memiliki nilai eststika. Cerita
adalah sastra berbentuk tulisan (yang dikonsumsi melalui bacaan) atau
berbentuk lisan (yang dikonsumsi melalui audiensi). Bagi orang yang buta
huruf, cerita cukup dikonsumsi melalui sastra berbentuk lisan saja. Adapun
bagi orang yang melek huruf, ia bisa menikmati sastra cerita melalui tulisan
dan lisan secara bebarengan.
Abu Hurairah r.a.: Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW seraya
berkata, "Siapakah orang yang paling berhak kupergauli dengan baik?" Jawab
beliau, "Ibumu" Kata orang itu, "Lalu siapa?" Jawab beliau, "Ibumu", Kata
orang itu, "Lalu siapa?", Jawab beliau, "Ibumu", Kata orang itu, "Lalu siapa?"
Jawab beliau, "Ayahmu".
Dari Anas bin Malik r.a.: Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tolonglah
saudaramu, apakah ia seorang penindas atau tertindas." Orang-orang
bertanya, "Ya Rasulullah! Telah menjadi kewajiban kami menolong orang
yang tertindas, tetapi bagaimana mungkin kami menolong penindas?" Nabi
SAW bersabda, "(Tolong dia) dengan mencegahnya menindas orang lain.'
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Abdul Majid. 2003. Mendidik Anak Lewat Cerita (Terjemahan),
Jakarta: Mustaqim.
Ahmad Izzan dan Sehudin, 2016. Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis
Hadis. Bandung: Humaniora.
Al-Amir, Najib Khalid. 2002. Mendidik Cara Nabi SAW (Terjmahan). Bandung:
Pustaka Hidayah.
A.W. Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya: Pustaka Progressif
Nizal dan Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadis Tarbawi: Membangun Kerangka
Pendidikan Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.