Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI

Di susun untuk memenuhi tugas metode pembelajara pai

Dosen pengampu:megawati fajrin m.pd

DISUSUN OLEH :

MO:MOH MUKARROM

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NAZHATUT

THULLAB (IAI NATA) SAMPANG 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan

salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad

SAW, kepada keluarga, para sahabatnya tabiin dan tabiat hingga sampai kepada

kita sebagai umatnya.

Alhamdulillah pada kesempatan ini penyusun telah menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul “Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan

Islam”. Sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.

Pada kesempatan ini penyusun sampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen

mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, yang telah memberikan arahan sehingga tugas

ini terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kepada teman-teman mahasiswa yang

telah memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Semoga dengan adanya makalah ini bisa dijadikan sebagai

bahan kajian dan informasi kepada pihak-pihak yang akan mengembangkan lebih

jauh untuk kesempurnaan makalah ini.

sampang, 23 november 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Katrapengantar........................................................................................................II

Daftarisi.................................................................................................................III

BAB I

Pendahuluan.............................................................................................................1

A.latar belakang.......................................................................................................1

B.rumusan masalah..................................................................................................2

C.tujuan masalah......................................................................................................2

BAB II

Pembahasan..............................................................................................................6

A.teori belajar...........................................................................................................3

B.hakikat dasar belajar.............................................................................................6

C.hakikat mengajar..................................................................................................7

D.proses belajar mengajar.......................................................................................8

BAB III

Penutup..................................................................................................................10

Kesimpulan............................................................................................................10

Daftar pustaka........................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan

banyak variable yang dapat mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psoikologis,

pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari perspektif

mengajar pelakunya adalah guru/pendidik ataupun pihak yang mendidik.

Sedangkan dari perfektif belajar pelakunya adalah peserta didik/siswa yang

melakukan aktifitas belajar. Dengan demikian pendidikan adalah suatu proses

interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu.

Pada dasarnya pendidikan untuk membimbing peserta didik menuju

kepada tahapan kedewasaan, dengan melalui pendidikan formal maupun

nonformal. Untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha

mendengar, membaca megikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati,

meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan. Dalam

proses pembelajaran adanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik.

Namun yang menjadi permasalahan bagaimana proses belajar yang dilakukan

oleh peserta didik dan proses mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Hal

tersebutlah yang menjadi acuan kami dalam pembuatan makalah ini.

1
B.rumusan masalah

1.apa saja teori belajar ?

2.apa yang di maksud hakikat dasar belajar?

3.apa yang di maksud hakikat mengajar ?

4.bagaimana proses belajar mengajar?

C.tujuan masalah

1.untuk mengetahui teori belajar

2.mengetahui hakikat dasar belajar

3.mengetahui hakikat mengajar

4.mengetahui proses belajar mengajar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.teori belajar

Berikut ini adalah beberapa teori belajar dalam pembelajaran PAI:

1) Teori Fitrah

Dalam pandangan agama Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut

dengan fitrah, kata yang berasal dari fathara, dalam pengertian etimologis

mengandung arti kejadian. Kata fitrah disebutkan dalam al-Qur'an surah Ar-

Ruum ayat 30 yang artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)

fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada

peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahui”

Di samping itu terdapat hadis Rasulullah saw.:

ِ ‫َم‬:َ ‫س ْو ُل َهللاِ َصلَّىَهللاَعليْ ِه َو َسلَّم‬


َ‫اَم ْن َم ْولُ ٍد َ ِإالَّ َي ُْولد َُعلى‬ ُ ‫َقال َر‬:َ ‫عَ ْن َا ِبىَهُريْرة َأنَّه َُكان َيقُ ْو ُل‬

)َ‫ضرانِ ِهَوَيُم ِجسنِ ِه(َرواهَمسلم‬ ْ ‫ْال ِف‬


ِ ‫طرةَِفأبواهَُيُه ِودانِ ِهَوَيُن‬

Dari Abi Hurairah r.a berkata: Rasulallah saw. telah bersabda: setiap anak

dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya

yahudi, nasrani, atau musyrik. (HR Ahmad).

Contohnya:

Seorang anak didik sudah mempunyai bakat suara yang indah ketika ia

dilahirkan, dengan bakat yang sudah ada pada dirinya ia mampu melantunkan

Al-Qur’an dengan suara yang merdu dan indah.

3
2) Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku

individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,

dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak

mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu

belajar. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena

seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.

Beberapa teori yang termasuk kategori aliran behaviorisme adalah koneksionisme

(Thorndike), pembiasaan klasik (classical conditioning), pembiasaan perilaku

respons (operant conditioning) dan Social Learning.

Contohnya:

Seorang anak didik dilahirkan tidak mempunyai kemampuan dalam membaca

tulis Al-Qur’an, tapi setelah ia belajar dengan sungguh-sungguh kemudian ia

mampu membaca dan menulis ayat Al-Qur’an. Kemampuannya dalam membaca

tulis Al-Qur’an inilah yang disebut dengan hasil belajar.

3) Teori Psikologi Daya

Para ahli psikologi, kata daya identik dengan raga atau jasmani. Raga atau jasmani

mempunyai tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap memiliki daya, seperti;

daya untuk mengenal, mengingat, berkhayal, berpikir, merasakan, daya

menghendaki, dan sebagainya. Sebagaimana daya jasmani dapat diperkuat dengan

jalan melatihnya yaitu mengerjakan sesuatu dengan berulang-ulang, maka daya

jiwa dapat diperkuat dengan jalan melatihnya secara berulang-ulang pula.

Contohnya:

4
Seorang anak didik dilatih untuk menghafal al-Qur’an, dengan jalan selalu

membaca berulang-ulang dan kemudian menghafalnya maka akhirnya ia dapat

menghafal Al-Qur;an. Dengan berhasil menghafal Al-Qur’an maka dapat

dipahami bahwa ia mempunyai daya didalam menghafal Al-Qur’an.

4) Teori Gestalt

Psikologi muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan tokoh-tokohnya

seperti Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Teori ini

berpendapat, bahwa belajar adalah bukan mengulangi hal-hal yang harus

dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight atau pengertian yang

mendalam. Belajar menurut pandangan ini akan semakin efektif jika materi yang

akan dipelajari itu mengandung makna, yaitu jika disusun dan disajikan dengan

cara memberi kemungkinan peserta didik untuk mengerti apa-apa yang

sebelumnya, dan menganalisis hubungan satu dengan yang lain.

Contohnya:

Seorang anak didik ketika belajar mengenai satu hadist dari Rasulullah, ia tidak

sekedar membaca hadistnya dan mengetahui artinya, tapi ia juga berusaha

memahami dan mencari tahu makna hadist tersebut serta jalan cerita turunnya

hadist tersebut.

5
B. hakikat dasar belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan

usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau

kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia

menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang

sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar

mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan

atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang

dilakukan siswa sebagai anak didik. Slameto (2003:13) menyatakan “belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Untuk

mendapatkan sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa yang di inginkan

dapat tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun kelompok

dalam suatu interaksi. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi

tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu

situasi.1

1
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, Pustaka Setia,2011) hlm.23

6
C.hakikat mengajar

mengajar adalah proses penyampaian atau mentransfer ilmu dari seorang

pendidik kepada peserta didik. Tetapi tampaknya pendapat ini harus jauh-jauh

ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Kini

mengajar harus kita maknai sebagai sebuah kegiatan yang komplek, yaitu

penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan ilmu.

Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud di sini harus

dilandasi dengan seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu

pengetahuan/wawasan. Sedangkan penearapannya akan menjadi unik bila

dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar. Komponen yang

dimaksud adalah tujuan yang hendak digapai, ilmu yang ingin disampaikan,

seubjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, dan yang tidak kalah penting

adalah keterampilan, kebiasaan dan wawasan guru tentang dunia pendidikan

dan misinya sebagai pendidik.2

Jika mengajar dipahami sebagai kegiatan mentransfer ilmu kepada siswa, maka

mengajar itu sendiri hanya akan terbatas pada penyampaian ilmu itu saja. Guru

di pihak pertama menyampaiakan ilmu dan siswa di pihak kedua akan

menerima secara pasif. Prosesnya pun bisa diketahui, pembelajaran akan

berjalan secara membosankan. Karena yang mendominasi pembelajaran adalah

guru, sedangkan siswa hanya sebagai penerima.

Namun, apabila mengajar dimaknai sebagai segala upaya yang dilakukan

dengan sengaja untuk menciptakan proses belajara pada siswa dan mencapai

2
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar, (Bandung:Alfabeta,2011) hlm. 62

7
tujuan yang telah dirumuskan, maka jelas bahwa yang menjadi sasaran akhir

dari proses pengajaran itu ialah siswa belajar. Artinya dalam hal ini segala

upaya apapun dapat dilakukan selagi bisa dipertanggungjawabkan, dan bisa

menghantarkan siswa menuju pencapaian tujuan belajar yang telah

dicanangkan, artinya siswa belajar secara aktif, dan yang mendominasi dikelas

adalah siswa.

Kesimpulannya, hakekat mengajar itu merupakan usaha guru menciptakan

dan mendesain proses belajar pada siswa. Jadi yang terpenting dalam belajar

mengajar itu bukanlah bahan yang disampaikan oleh guru, akan tetapi proses

siswa dalam mempelajari bahan tersebut (guru lebih menghargai proses dari

pada hasil). Sekali lagi peranan yang menonjol dalam belajar mengajar ada

pada siswa, ini bukan berarti bahwa peranan guru tersisihkan, hanya diubah

saja.

Jadi, guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas

mengajarnya dengan baik melalui keterampilan-keterampilan khusus agar

tercipta sebuah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

meyenangkan.

D. Proses belajar mengajar dalam pendidikan islam.

Dalam proses belajar mengajar ada suatu keterkaitan mengenai kedua hal

tersebut. Misalkan dalam proses belajar seorang peserta didik tentu membutuhkan

pengajaran yang dilakukan oleh pendidik. Dengan tujuan hasil dari proses belajar

mengajar terdapat pada UU No 23 tahun 2003 tentang sisdiknas mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengengbangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu

8
manusia yang beriman , bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan

rohani,kepribadian mantap dan meandiri serta rasa tanggungjawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.3

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama.Peristiwa belajar mengajar banyak

berakar pada berbagai pandangan dan konsep.Dalam satu kali proses belajar

mengajar,yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan instruksional

khusus(TIK)yang akan dicapai.Setelah merumuskan TIK,langkah berikutnya iaiah

menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut selanjutnya

menentukan metode belajar yang akan di gunakan dan di jabarkan dalam kegiatan

belajar mengajar yang merupakan wahana pengembangan materi pelajaran

sehingga dapar di terima dan menjadi milik siswa.Kemudian menentuikan alat

peraga pengajaran yang dapat memperjelas dan mempermudah menerimaan

materi pelajaran oleh siswa,serta dapat menunjang tercapainya tujuan

tersebut.Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat

mengukur tercapai tidaknya tujuan yang hasilnya dapat di jadikan

sebagai feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar nya maupun

kuantitas belajar siswa.


4

3
Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara,2005. Hlm. 76
4
Bambang Warista, Teknologi Pembelajaran, Ibid, hlm 266

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan

banyak variable yang dapat mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psoikologis,

pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dalam

kegiatan pendidikan ini tidak akan terlepas dari belajar mengajar. Para ahli

menjelaskan bejalar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada

kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.

Dalam belajar mengajar tersebut tentu tidak akan lepas dari bagaimana

proses pendidik mengajar dan proses peserta didik belajar. Proses peserta didik

belajar meliputi perubahan

10
DAFTAR PUSTAKA

1.Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, Pustaka Setia,2011) hlm.23

2.Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung:Alfabeta,2011) hlm.

62

3.Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara,2005. Hlm. 76

4. Bambang Warista, Teknologi Pembelajaran, Ibid, hlm 266

11

Anda mungkin juga menyukai