Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Khairul Anwar, MA, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Akrimah Nur Hulu (0304202028)

Aulia Khairunnisa Lubis (0304191026)

Faisal Fallah (0304191011)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tujuan penulis membuat
dan menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan Bapak Khairul Anwar,
MA, M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Berikut ini penulis
lampirkan sebuah makalah dengan judul “Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam”.

Kepada Pembaca yang terhormat, jika dalam makalah ini terdapat kekurangan atau
kekeliruan penulis mohon maaf, karena penulis sebagai penyusun juga masih dalam tahap
belajar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa serta isinya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima
segala
saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini kedepannya. Mudah-
mudahan
makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, 28 Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, pembahasan konsep dan pendidikan semakin meluas dan
memiliki ruang yang signifikan untuk terus dikaji ulang. Ada tiga alasan yang melatarbelakangi
terjadinya hal itu: pertama, pendidikan melibatkan peserta didik, pendidik dan penanggung
jawab pendidikan, yang ketiganya merupakan sosok manusia yang dinamis; kedua, perlunya
inovasi pendidikan untuk mengimbangi perkembangan sains dan teknologi; ketiga, tuntutan dari
globalisasi dalam segala hal. Ketiga alasan diatas merupakan tantangan yang harus dijawab oleh
dunia pendidikan, agar manusia terus melangsungkan kehidupannya dalam kondisi yang
dinamis, inovatif dan mengglobal ini.
Subyektifitas manusia dalam mengkaji pendidikan itu sendiri memunculkan berbagai
konsep dan teori pendidikan sesuai dengan wacana dan cara pandang mereka. Salah satunya
yakni konsep pendidikan Islam yang didasarkan atas nilainilai dogmatis Islam sebagai wahyu
Ilahi tanpa mengesampingkan sumbersumber komponen lain dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari pernyataan diatas, dalam makalah ini penulis mencoba membahas hal-hal
yang berkaitan dengannya, yaitu:

1. Apa Pengertian Pendidikan Islam?

2. Apa saja asas-asas pendidikan Islam?

3. Apa tujuan Pendidikan Islam?

4. Bagaimana rumusan World conference of muslim education tentang pendidikan


Islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:263)
pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.” Sedangkan menurut para ahli , pengertian pendidikan adalah sebagai
berikut:

Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan
orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifesatsi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Adapun pengertian pendidikan secara luas adalah “segala sesuatu yang menyangkut
proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang
pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.

Sedangkan kaitannya dengan Islam, maka ada tiga istilah umum yang sering digunakan
dalam pendidikan (Islam), yaitu : at-Tarbiyyah (pengetahuan tentang ar-Rabb), at-Ta’lim
(ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup
yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), dan at-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal).

a) At-Ta’lim
Kata ta'lim berasa dari kata ‫ علم‬berarti mengajar yang bersifat menyampaikan pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 31
berikut.

‫وعلم ءادم االسماء كلها‬

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya"

Selain itu, kata ta'lim juga berasal dari kata alama-ya'lamu yang berarti mengucap atau
memberi tanda. Kata ta'lim juga berasal dari kata alima-ya'lamu yang berarti mengerti atau
memberi tanda.

Berdasarkan uraian akar kata ta'lim di atas, dapat dipahami bahwa ta'lim mengacu pada
istilah sekarang yang disebut pengajaran.Pengajaran merupakan suatu usaha untuk mengenal
dan memahami sesuatu dengan benar. Pengajaran memberikan pengetahuan dengan cara
transfer knowledge. Murid memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan oleh
guru.Pengajaran ini untuk meningkatkan intelektualitas dan daya berpikir murid, dari yang
tidak tahu menjadi tahu.

Dalam pengertian lain, kata ta'lim memiliki konotasi khusus yang merujuk kepada ilmu,
sehingga disebut sebagai pengajar ilmu atau menjadi orang yang berilmu, yakni mendorong
dan menggerakkan daya jiwa atau akal seseorang untuk belajar menuntut ilmu agar ia
memiliki ide, gagasan, memahami hakikat sesuatu.Jadi, kata ta'lim dapat dimaknai secara
khusus dengan memberikan aktivitas pembelajaran.

b) At-Tarbiyah

Tarbiyah merupakan istilah yang baru muncul pada perempat kedua abad ke-20, sehingga
penggunaan istilah tarbiyah tidak ditemukan dalam referensi klasik karena referensi klasik
menggunakan term ta'lim, 'ilm, adab, dan tahdzib. Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata
berikut.

raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh

rabba-rabiya-yarba yang berarti tumbuh berkembang dan menjadi besar.

rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan


memelihara.

Penggunaan asal kata tersebut terdapat dalam beberapa surah Alquran di antaranya Surah
Al-Isra' ayat 24.
َ ‫َوقُل رَّبِّ ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬
‫ص ِغيرًا‬

Artinya: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mengasihiku waktu kecil".

Juga terdapat dalam Surah As-Syuara ayat 18 berikut.

َ ‫ك فِ ۡينَا َولِ ۡيدًا َّولَبِ ۡثتَ فِ ۡينَا ِم ۡن ُع ُم ِر‬


َ‫ك ِسنِ ۡي ۙن‬ َ ِّ‫قَا َل اَلَمۡ نُ َرب‬

Artinya, "Fir'aun menjawab: 'bukankah kami telah mengasuhmu di dalam (keluarga)


kami waktu kamu masih kecil dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu".

Makna dasar istilah rab, rabiya, dan rabba tidak secara alami mengandung unsur esensial
pengetahuan, intelegensia, dan kebijakan.Namun, menurut beberapa pendapat, seperti An-
Nahlawi, tarbiyah berarti memelihara fitrah anak, menumbuhkan seluruh bakat dan
kesiapannya, mengarahkan seluruh fitrah dan bakat menjadi baik dan sempurna, dan bertahap
dalam prosesnya. Adapun menurut Baidlowi, makna tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu
sampai menuju titik kesempurnaan sedikit demi sedikit.

Al-Ishfahani juga memberikan makna bahwa tarbiyah adalah menumbuhkan sesuatu


secara bertahap yang dilakukan setapak demi setapak sampai pada batas kesempurnaan.

Makna secara lengkap istilah tarbiyah jika ditinjau dari asal bahasanya, menurut
Abdurrahman sebagai berikut.

Memelihara dan menjaga fitrah manusia.

Mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka ragam.

Mengarahkan fitrah dan potensi manusia menuju kesempurnaannya.

Melaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat terkait istilah tarbiyah, dapat disimpulkan bahwa tarbiyah
merupakan proses pendidikan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan manusia.

Proses pendidikan tersebut dalam rangka menjaga dan mengembangkan fitrah yang ada
dalam dirinya sampai menuju kepada kesempurnaan, sehingga ia mampu menempatkan
fitrahnya pada tempat yang semestinya sebagai manusia yang memiliki miai rahmatan
lil'alamin.

c) At-Ta’dib
Kata ta'dib diterjemahkan menjadi pelatihan dan pembiasaan. Kendati demikian, istilah
ta'dib memiliki beberapa kata dasar berikut.

Berasal dari kata adaba-ya'dubu yang berarti melatih dan mendisiplinkan diri untuk
berperilaku yang baik dan sopan.

Berasal dari kata adaba-ya'dibu, yang berarti mengadakan pesta atau jamuan, atau berbuat
dan berperilaku sopan.

Bentuk kata kerja dari ta'dib, yakni addaba yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki,
mendisiplinkan, dan memberi tindakan.

Berdasarkan pada kata dasar ta'dib di atas, maka penggunaan ta'dib berorientasi terhadap
pembentukan suatu perilaku sebagai penyempurna akhlak atau budi pekerti.

Penggunaan istilah ta'dib sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.

‫ادب بني ربي فاحسن تاديبا‬

"Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian menjadikanku yang terbaik"

Berdasarkan hadis tersebut, Syed Muhammad Naquib Al-Attas mendefinisikan


pendidikan Islam menggunakan istilah ta'dib, karena memaknainya dengan mendidik, yang
berorientasi terhadap perubahan perilaku ke arah positif.

Al-Attas sangat gigih memertahankan pendapatnya bahwa pendidikan Islam lebih tepat
menggunakan istilah ta'dib yang di dalamnya telah mencakup semua aspek, baik pengajaran,
pengetahuan, maupun pengasuhan.

Menurut Al-Attas istilah ta'dib adalah yang paling tepat. Alasan Al-Attas cenderung
menggunakan istilah ta'dib karena adab berkaitan erat dengan ilmu.

Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan kepada murid kecuali guru tersebut memiliki
adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang.

Adab sangat ditekankan oleh Al-Attas, sebab dalam proses pendidikan Islam, adab
bertujuan menjamin bahwa ilmu yang diperoleh akan dipergunakan secara baik dalam
masyarakat.

B. Asas Pendidikan Islam


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia,
terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan
didunia maupun yang bersumber baik dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah
upaya pendidikan di Indonesia.

Asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan
yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawiah dan ukhrawiah, jasmaniah dan rohaniah
atau antara kehidupan materiil dan mental spiritual. Asas-asas yang lain dalam pelaksanaan
operasional seperti asas adil dan merata, asas menyeluruh dan asas integralitas, adalah juga
dijadikan pegangan dalam pendidikan praktis sesuai pandangan teoritis yang dipegangi.

a. Asas Agama

Dalam perspektif Alquran, seluruh aktivitas kehidupan manusia termasuk pemdidikan


berada satu siklus, yaitu perjalan dari Tuhan menuju Tuhan. Dalam perjalanan menuju
Tuhan, manusia harus melewati beberapa alam dan salah satu diantaranya adalah alam
dunia yang merupakan tempat persinggahan manusia yang sifatnya temporer, namun
sangan menentukan keberhasilannya dalam perjalanan menuju Tuhan Rabb al-Izzah.
Oleh karena itu, agama memerintahkan agar manusia senantiasa mematuhi segala
perintah Tuhan dan menjahui laranga- Nya (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002:
33-34).

b. Asas Filosofis

Asas filosofis dalam pendidikan mengandung dua hal, yaitu filsafat dan tujuan
pendidikan. Filsafat menentukan dasar dan tujuan hidup yang akan dijadikan sebagai
dasar dan tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh manusia dan pada tahap
seslanjutnya akan mencerminkan sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya.
Hal ini menjadi mungkin karena filsafat mengandung ide-ide, cita-cita dan sistem nilai
perlu dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat atau bangsa dan inilah yang
turut mewarnai sistem dan tujuan pendidikan yang dijalankan oleh manusia
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 35).

c. Asas psikologis

Salah satu fungsi pendidikan adalah pemindahan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
serta keterampilan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga pendidikan
berlangsung secara berkesinambungan dalam rangka menjaga dan memelihara identitas
manusia atau masyarakat (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 36).
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta proses
internalosasi nilai sangat terkait dua persoalan.

Pertama, siapakah generasi yang terlibat dalam proses transformasi tersebut? Dan
bagaimana proses transformasi ilmu pengetahuan , keterampilan dan nilai itu?

Dalam kaitannya dengan pertanyaan pertama diatas dapat dipahami bahwa hal
tersebut mengandung atau membahas tentang psikologi perkembangan sejak masa
kanak-kanak kemudian beranjak menjadi remaja , dewasa sampai kemasa orang tua. Hal
ini juga tidak terlepas dari dua faktor dalam psikologi yang mendapat perhatian yang
cukup intens oleh banyak peneliti. Kedua faktor tersebut yaitu mengajar (teaching) dan
belajar (learning) (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 36).

d. Asas Sosiologis

Manusia menurut Al-Farabi adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk


hidup bermasyarakat karena manusia tidak akan mungkin dapat hidup dan memenuhi
kebutuhannya dengan sendirinya. Manusia membutuhkab bantuan pertolongan dan
kerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dapat
memeberikan kebahagiaan yang seimbang (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002:
38).

Demikian pula halnya pendidikan sebagai lembaga sosial. Antara pendidikan dan
masyarakat mempunyai hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi, yakni
pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan pada sisi lain, pendidikan juga
sangat memengaruhi dinamika kehidupan masyarakat (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam 2002: 38).

Masyarakat mempunyai norma tau aturan, adat kebiasaan dan berbagai karya budaya
lainnya yang harus diwujudkan ke dalam diri dan perilaku peserta didik sebagai generasi
yang akan mewariskannya. Dalam kaitan inilah sehingga ideologi dan politik terkadang
mewarnai dan mengambil bagian dalam proses pendidikan. Sebaliknya pendidikan
memeberikan pengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat dengan bekal ilmu
pengetahuan ,

keterampilan, sikap dan perilaku anak didik sebgai generasi muda yang secara
langsung atau tidak langsung akan mementukan keberhasilannya dikemudian hari
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 38).

e. Asas Ekonomi

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, proses pendidkan dapat diartikan sebagai usaha
penanaman modal, baik penanam dalam bentuk modal kemanusiaan ataupun investasi
dalam bentuk modal sebagai persiapan hidup masa depan yang bahagia (Khaeruddin,
Ilmu Pendidikan Islam 2002: 39).

Hal tersebut menjadi mungkin karena ilmu pengetahuan , keterampilan dan sikap
perilaku yang diperoleh dari lembaga pendidikan merupakan modal yang berniali tinggi,
dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar pula
investasi yang ditanam dalam bentuk kemanusiaan. Atau dengan kata lain , semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang atau semakin berkualitas luaran pendidikan itu,
semakin meningkat pula taraf kesejahteraan suatu masyarakat yang di bentuknya.
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 40).

Pendidikan Islam sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat manusia
menjadikan Alquran dan Hadits sebagai sumber utamanya. Pendidikan Islam terus
mengalami prubahan-perubahan seiring dengan tingkat kemajuan , peradaban dan
kebudayaan umat manusia . Hal ini menjadi munkin terwujud bila diupayakan agar
beberapa aspek yang menjadi tolak ukur, asas atau dasar pertimbangan dijadikan sebagai
landasan berpijak dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 41).

Lebih kongkritnya bahwa asas-asas pendidikan Islam sebagaimana yang telah


dikemukakan menjadi penting dan turut membantu dalam menciptakan lingkungan
pendidikan yang terorganisir, produktif dan inovatif. Karenanya, pendidikan Islam tidak
dapat dipisahkan dari asas-asas tersebut sebab kalau yang demikian terjadi , maka
pendidikan islam akan kehilangan akar-akarnya, pondasi atau landasannya yang dijadikan
sebagai tempat berpijak dalam merencanakan dan memanege sistem pendidikan yang
berlangsung (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 41).

C. Tujuan Pendidikan Islam

Dalam perspektif Islam, tujuan pendidikan adalah pembentukan kepribadian individu


yang paripurna (kaffah). Pribadi individu yang demikian merupakan pribadi yang
menggambarkan terwujudnya keseluruhan esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang bertuhan. Citra
pribadi yang seperti itu sering disebut sebagai manusia paripurna (insan kamil) atau pribadi
yang utuh, sempurna, seimbang dan selaras. Manusia yang sempurna berarti manusia yang
memahami tentang Tuhan, mengenal diri dan lingkungannya.

Moh. Roqib mengemukakan sekurang kurangnya terdapat lima prinsip dalam


merumuskan tujuan pendidikan islam, antara lain sebagai berikut:
Pertama: prinsip integrasi (tauhid), yakni prinsip yang memandang adanya wujud
kesatuan antara dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang
seimbang guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kedua: prinsip keseimbangan, yakni merupakan bentuk konsekuensi dari prinsip


integrasi. Keseimbangan yang proporsional antara muatan ruhaniah dan jasmaniah,
antarailmu umum dan ilmu agama, antara teori dan prakrik, dan antara nilai yang
menyangkut aqidah, syari'ah dan akhlak.

Ketiga: prinsip persamaan dan pembebasan. Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid,
bahwa Tuhan adalah Esa. Oleh karena itu setiap individu bahkan semua makhluk hidup
diciptakan oleh pencipta yang sama (Allah), perbedaan hanyalah unsure untuk memperkuat
persatuan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat terbebas dari belenggu kebodohan,
kejumudan, kemiskinan dan nafsu hayawaniah-nya sendiri..

Keempat: prinsip kontinuitas dan berkelanjutan (istiqamah). Dari prinsip inilah dikenal
konsep pendidikan seumur hidup (long life education). Sebab pendidikan takhidupny
hidupnya mengenal batasan waktu akhir selama hidupnya.

Kelima: prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Jika ruh tauhid telah terkristalisasi dalam
tingkah laku, mral dan akhlak seseorang, dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh
dari kotoran maka ia akan memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat.

Dengan demikian prinsip tujuan pendidikan islam identik dengan prinsip hidup setiap
muslim, yakni beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian muslim, insane shalih
guna mengemban amanat Allah sebagai khalifah dimuka bumi dan beribadah dalam
menggapai ridha-Nya.

D. Rumusan World Conference of Muslim Education tentang Pendidikan Islam

Dengan ridho Allah SWT, dengan hasil minyak Arab Saudi, dapat mengembangkan
pendidikan dan memberikan kesempatan kepada pelajar-pelajar Arabt untuk belajar di negara
maju dan berencana meningkatkan pendidikan. Dalam hal ini, Arab Saudi mengirimkan anak
muda untuk belajar di negara tersebut secara gratis. Arab Saudi juga memiliki staf pengajar
dan staf dari institusi pendidikan Saudi, menarik para ahli dari negara-negara berkembang
pesat seperti Australia , Eropa dan Amerika Serikat.

Selain Arab Saudi melanjutkan kiprahnya yang ada, ia tidak mau lupa meninggalkan
falsafah Islam. Ini karena Arab Saudi percaya bahwa tidak mungkin semua ilmu pengetahuan
Barat seperti ini. Tentunya harus beralih ke ajaran Islam, karena pemikiran sekuler dapat
ditemukan dengan cukup mudah di berbagai bidang ilmu. Juga, negara-negara Islam lainnya
sedang mengalami perkembangan ilmu sekuler ini. Itu diimpor dari migran dan semi-kolonia
seperti India / Pakistan, Indonesia, Malaysia, dll. Itu juga mengapa Arab Saudi menganggap
ini sebagai masalah yang mencakup semua negara Islam, bukan hanya negara mereka sendiri.

Maka Universitas Malik Abdul Aziz yang berkedudukan di Jeddah dan Makkah untuk
mengadakan konferensi dunia tentang pendidikan Muslim di tanah suci Makkah pada 31
Maret sampai 8 April 1977 dan dihadiri oleh 123 peserta dari Arab Saudi dan 184 dari
seluruh dunia.

Hasil Rumusan International World Muslim Conference On Education

1. Konfrensi Internasional Pendidikan Islam Sedunia Pertama

Pada tahun 1977 Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam, yang
diselenggarakan oleh Universitas King Abdulaziz di Jeddah, pendidikan Islam tidak
memberikan definisi yang jelas. Pada bagian "Rekomendasi" diskusi, peserta
menyimpulkan bahwa makna pendidikan Islam adalah sekumpulan makna yang
terkandung dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Karena hakikat pendidikan Islam
adalah untuk mengajar dan menyebarkan ilmu kepada seluruh guru muslim, maka istilah
"Talim" yang berarti pendidikan dan pengembangan ilmu dianggap sebagai istilah yang
paling tepat. Pengetahuan meningkatkan ilmu dari berbagai bidang dan aspek dunia
Islam. Namun secara umum, para pendidik dan pemikir Islam menganggap "Tarbiyah"
sebagai istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan konsep pendidikan Islam secara
lebih tepat.

Namun demikian, mayoritas ahli pendidikan Islam setuju dengan perkembangan


istilah tarbiyah (artinya pendidikan) ketika mengembangkan dan menyunting konsep
pendidikan Islam dalam kaitannya dengan istilah ta'lim (makna pengajaran) dan ta'dib
(ini berarti pendidikan khusus, tetapi menurut al-Attas artinya pendidikan dalam
jangkauan yang lebih luas. Bahkan istilah tarbiyah mencakup makna dan makna yang
terkandung dalam istilah ta'lim dan ta'dib.

Dalam bidang pendidikan Islam, kata “tarbiyah” dikenal dengan istilah ta’lim
diterjemahkan dengan pengajaran. Istilah ta’dib diterjemahkan dengan pelatihan atau
pembiasaan. Dari ketiga penjelasan di atas, yakni tarbiyah, ta’lim dan sering pula
digabungkan antara satu dengan yang lain seperti “tarbiyah wa ta’lim” yang berarti
pendidikan dan pengajaran, “tarbiyah wa ta’dib” yang berarti pendidikan dan
kebudayaan.

2. Konferensi Pendidikan Islam Sedunia Kedua


Pakistan pada tahun 1980, dalam Konferensi Pendidikan Islam sedunia kedua di
Islam abad, berhasil dirumuskan pola kurikulum pendidikan Islam, yaitu:

a. Kelompok pertama, pengetahuan abadi, pertama terdiri dari Al-Qur'an,


termasuk bacaan (qira’ah), bacaan (hifdh) dan interpretasi (tafsir), kelompok
kedua, Hadis, dan kelompok ketiga, sirah Nabi termasuk para sahabat Nabi,
dan Pengikutnya dari awal sejarah Islam, keempat, tauhid, kelima, ushul fiqh,
dan keenam, bahasa Arab Al-Qur'an meliputi fonologi, sintaksis dan semantic

b. Kelompok Kedua, ilmu yang diperoleh, pertama, imajinatif yang meliputi


seni, arsitektur Islam, bahasa dan sastra, dan kedua, ilmu intelektual, termasuk
IPS, filsafat, pendidikan, ekonomi, politik, sejarah, peradaban Islam, dan
geografi. Ilmu, Sosiologi, Linguistik, Psikologi dan Antropologi.

c. Ketiga ilmu alam meliputi ilmu filsafat, matematika, kimia, ilmu hayati,
astronomi, dll.

d. Keempat ilmu terapan meliputi teknik dan teknologi.

e. Kelima ilmu praktis meliputi ilmu perdagangan dan administrasi (Perusahaan,


manajemen umum, dll), ilmu perpustakaan, ilmu komunikasi.
REFERENSI

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam Rancang Bangun Konsep
MonokotomikHolistik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)

Dalimunthe, Rasyid Anwar, Masruroh Lubis, Farida Y. Mardliyah. HASIL-HASIL


RUMUSAN INTERNASIONAL WORLD MUSLIM CONFERENCE ON EDUCATION
TENTANNG PENDIDIKAN DALAM ISLAM. Vol. 22 No. 1 Tahun 2021.

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam: Suatu Rangka Pikir
Pembinaan

Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir (Bandung: Mizan, 1992)

Zubaedi, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)

Moh. Roqib, Ilmu pendidikan islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga
dan Masyarakat (Yogyakarta: LKiS, 2009)

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 1999.

http://tifar21.blogspot.com/2016/01/makalah-asas-asas-pendidikan-islam.html?m=1

https://www.jurnalpai.com/2018/05/pendidikan-islam-talim-tadib-dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai