Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 8
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tujuan penulis membuat
dan menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan Bapak Khairul Anwar,
MA, M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Berikut ini penulis
lampirkan sebuah makalah dengan judul “Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam”.
Kepada Pembaca yang terhormat, jika dalam makalah ini terdapat kekurangan atau
kekeliruan penulis mohon maaf, karena penulis sebagai penyusun juga masih dalam tahap
belajar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa serta isinya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima
segala
saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini kedepannya. Mudah-
mudahan
makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, pembahasan konsep dan pendidikan semakin meluas dan
memiliki ruang yang signifikan untuk terus dikaji ulang. Ada tiga alasan yang melatarbelakangi
terjadinya hal itu: pertama, pendidikan melibatkan peserta didik, pendidik dan penanggung
jawab pendidikan, yang ketiganya merupakan sosok manusia yang dinamis; kedua, perlunya
inovasi pendidikan untuk mengimbangi perkembangan sains dan teknologi; ketiga, tuntutan dari
globalisasi dalam segala hal. Ketiga alasan diatas merupakan tantangan yang harus dijawab oleh
dunia pendidikan, agar manusia terus melangsungkan kehidupannya dalam kondisi yang
dinamis, inovatif dan mengglobal ini.
Subyektifitas manusia dalam mengkaji pendidikan itu sendiri memunculkan berbagai
konsep dan teori pendidikan sesuai dengan wacana dan cara pandang mereka. Salah satunya
yakni konsep pendidikan Islam yang didasarkan atas nilainilai dogmatis Islam sebagai wahyu
Ilahi tanpa mengesampingkan sumbersumber komponen lain dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari pernyataan diatas, dalam makalah ini penulis mencoba membahas hal-hal
yang berkaitan dengannya, yaitu:
PEMBAHASAN
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:263)
pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.” Sedangkan menurut para ahli , pengertian pendidikan adalah sebagai
berikut:
Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan
orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifesatsi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Adapun pengertian pendidikan secara luas adalah “segala sesuatu yang menyangkut
proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang
pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.
Sedangkan kaitannya dengan Islam, maka ada tiga istilah umum yang sering digunakan
dalam pendidikan (Islam), yaitu : at-Tarbiyyah (pengetahuan tentang ar-Rabb), at-Ta’lim
(ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup
yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), dan at-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal).
a) At-Ta’lim
Kata ta'lim berasa dari kata علمberarti mengajar yang bersifat menyampaikan pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 31
berikut.
Selain itu, kata ta'lim juga berasal dari kata alama-ya'lamu yang berarti mengucap atau
memberi tanda. Kata ta'lim juga berasal dari kata alima-ya'lamu yang berarti mengerti atau
memberi tanda.
Berdasarkan uraian akar kata ta'lim di atas, dapat dipahami bahwa ta'lim mengacu pada
istilah sekarang yang disebut pengajaran.Pengajaran merupakan suatu usaha untuk mengenal
dan memahami sesuatu dengan benar. Pengajaran memberikan pengetahuan dengan cara
transfer knowledge. Murid memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan oleh
guru.Pengajaran ini untuk meningkatkan intelektualitas dan daya berpikir murid, dari yang
tidak tahu menjadi tahu.
Dalam pengertian lain, kata ta'lim memiliki konotasi khusus yang merujuk kepada ilmu,
sehingga disebut sebagai pengajar ilmu atau menjadi orang yang berilmu, yakni mendorong
dan menggerakkan daya jiwa atau akal seseorang untuk belajar menuntut ilmu agar ia
memiliki ide, gagasan, memahami hakikat sesuatu.Jadi, kata ta'lim dapat dimaknai secara
khusus dengan memberikan aktivitas pembelajaran.
b) At-Tarbiyah
Tarbiyah merupakan istilah yang baru muncul pada perempat kedua abad ke-20, sehingga
penggunaan istilah tarbiyah tidak ditemukan dalam referensi klasik karena referensi klasik
menggunakan term ta'lim, 'ilm, adab, dan tahdzib. Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata
berikut.
Penggunaan asal kata tersebut terdapat dalam beberapa surah Alquran di antaranya Surah
Al-Isra' ayat 24.
َ َوقُل رَّبِّ ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى
ص ِغيرًا
Artinya: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mengasihiku waktu kecil".
Makna dasar istilah rab, rabiya, dan rabba tidak secara alami mengandung unsur esensial
pengetahuan, intelegensia, dan kebijakan.Namun, menurut beberapa pendapat, seperti An-
Nahlawi, tarbiyah berarti memelihara fitrah anak, menumbuhkan seluruh bakat dan
kesiapannya, mengarahkan seluruh fitrah dan bakat menjadi baik dan sempurna, dan bertahap
dalam prosesnya. Adapun menurut Baidlowi, makna tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu
sampai menuju titik kesempurnaan sedikit demi sedikit.
Makna secara lengkap istilah tarbiyah jika ditinjau dari asal bahasanya, menurut
Abdurrahman sebagai berikut.
Berdasarkan beberapa pendapat terkait istilah tarbiyah, dapat disimpulkan bahwa tarbiyah
merupakan proses pendidikan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan manusia.
Proses pendidikan tersebut dalam rangka menjaga dan mengembangkan fitrah yang ada
dalam dirinya sampai menuju kepada kesempurnaan, sehingga ia mampu menempatkan
fitrahnya pada tempat yang semestinya sebagai manusia yang memiliki miai rahmatan
lil'alamin.
c) At-Ta’dib
Kata ta'dib diterjemahkan menjadi pelatihan dan pembiasaan. Kendati demikian, istilah
ta'dib memiliki beberapa kata dasar berikut.
Berasal dari kata adaba-ya'dubu yang berarti melatih dan mendisiplinkan diri untuk
berperilaku yang baik dan sopan.
Berasal dari kata adaba-ya'dibu, yang berarti mengadakan pesta atau jamuan, atau berbuat
dan berperilaku sopan.
Bentuk kata kerja dari ta'dib, yakni addaba yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki,
mendisiplinkan, dan memberi tindakan.
Berdasarkan pada kata dasar ta'dib di atas, maka penggunaan ta'dib berorientasi terhadap
pembentukan suatu perilaku sebagai penyempurna akhlak atau budi pekerti.
Al-Attas sangat gigih memertahankan pendapatnya bahwa pendidikan Islam lebih tepat
menggunakan istilah ta'dib yang di dalamnya telah mencakup semua aspek, baik pengajaran,
pengetahuan, maupun pengasuhan.
Menurut Al-Attas istilah ta'dib adalah yang paling tepat. Alasan Al-Attas cenderung
menggunakan istilah ta'dib karena adab berkaitan erat dengan ilmu.
Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan kepada murid kecuali guru tersebut memiliki
adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang.
Adab sangat ditekankan oleh Al-Attas, sebab dalam proses pendidikan Islam, adab
bertujuan menjamin bahwa ilmu yang diperoleh akan dipergunakan secara baik dalam
masyarakat.
Asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan
yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawiah dan ukhrawiah, jasmaniah dan rohaniah
atau antara kehidupan materiil dan mental spiritual. Asas-asas yang lain dalam pelaksanaan
operasional seperti asas adil dan merata, asas menyeluruh dan asas integralitas, adalah juga
dijadikan pegangan dalam pendidikan praktis sesuai pandangan teoritis yang dipegangi.
a. Asas Agama
b. Asas Filosofis
Asas filosofis dalam pendidikan mengandung dua hal, yaitu filsafat dan tujuan
pendidikan. Filsafat menentukan dasar dan tujuan hidup yang akan dijadikan sebagai
dasar dan tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh manusia dan pada tahap
seslanjutnya akan mencerminkan sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya.
Hal ini menjadi mungkin karena filsafat mengandung ide-ide, cita-cita dan sistem nilai
perlu dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat atau bangsa dan inilah yang
turut mewarnai sistem dan tujuan pendidikan yang dijalankan oleh manusia
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 35).
c. Asas psikologis
Salah satu fungsi pendidikan adalah pemindahan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
serta keterampilan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga pendidikan
berlangsung secara berkesinambungan dalam rangka menjaga dan memelihara identitas
manusia atau masyarakat (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 36).
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta proses
internalosasi nilai sangat terkait dua persoalan.
Pertama, siapakah generasi yang terlibat dalam proses transformasi tersebut? Dan
bagaimana proses transformasi ilmu pengetahuan , keterampilan dan nilai itu?
Dalam kaitannya dengan pertanyaan pertama diatas dapat dipahami bahwa hal
tersebut mengandung atau membahas tentang psikologi perkembangan sejak masa
kanak-kanak kemudian beranjak menjadi remaja , dewasa sampai kemasa orang tua. Hal
ini juga tidak terlepas dari dua faktor dalam psikologi yang mendapat perhatian yang
cukup intens oleh banyak peneliti. Kedua faktor tersebut yaitu mengajar (teaching) dan
belajar (learning) (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 36).
d. Asas Sosiologis
Demikian pula halnya pendidikan sebagai lembaga sosial. Antara pendidikan dan
masyarakat mempunyai hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi, yakni
pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan pada sisi lain, pendidikan juga
sangat memengaruhi dinamika kehidupan masyarakat (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam 2002: 38).
Masyarakat mempunyai norma tau aturan, adat kebiasaan dan berbagai karya budaya
lainnya yang harus diwujudkan ke dalam diri dan perilaku peserta didik sebagai generasi
yang akan mewariskannya. Dalam kaitan inilah sehingga ideologi dan politik terkadang
mewarnai dan mengambil bagian dalam proses pendidikan. Sebaliknya pendidikan
memeberikan pengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat dengan bekal ilmu
pengetahuan ,
keterampilan, sikap dan perilaku anak didik sebgai generasi muda yang secara
langsung atau tidak langsung akan mementukan keberhasilannya dikemudian hari
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 38).
e. Asas Ekonomi
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, proses pendidkan dapat diartikan sebagai usaha
penanaman modal, baik penanam dalam bentuk modal kemanusiaan ataupun investasi
dalam bentuk modal sebagai persiapan hidup masa depan yang bahagia (Khaeruddin,
Ilmu Pendidikan Islam 2002: 39).
Hal tersebut menjadi mungkin karena ilmu pengetahuan , keterampilan dan sikap
perilaku yang diperoleh dari lembaga pendidikan merupakan modal yang berniali tinggi,
dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar pula
investasi yang ditanam dalam bentuk kemanusiaan. Atau dengan kata lain , semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang atau semakin berkualitas luaran pendidikan itu,
semakin meningkat pula taraf kesejahteraan suatu masyarakat yang di bentuknya.
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 40).
Pendidikan Islam sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat manusia
menjadikan Alquran dan Hadits sebagai sumber utamanya. Pendidikan Islam terus
mengalami prubahan-perubahan seiring dengan tingkat kemajuan , peradaban dan
kebudayaan umat manusia . Hal ini menjadi munkin terwujud bila diupayakan agar
beberapa aspek yang menjadi tolak ukur, asas atau dasar pertimbangan dijadikan sebagai
landasan berpijak dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 41).
Ketiga: prinsip persamaan dan pembebasan. Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid,
bahwa Tuhan adalah Esa. Oleh karena itu setiap individu bahkan semua makhluk hidup
diciptakan oleh pencipta yang sama (Allah), perbedaan hanyalah unsure untuk memperkuat
persatuan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat terbebas dari belenggu kebodohan,
kejumudan, kemiskinan dan nafsu hayawaniah-nya sendiri..
Keempat: prinsip kontinuitas dan berkelanjutan (istiqamah). Dari prinsip inilah dikenal
konsep pendidikan seumur hidup (long life education). Sebab pendidikan takhidupny
hidupnya mengenal batasan waktu akhir selama hidupnya.
Kelima: prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Jika ruh tauhid telah terkristalisasi dalam
tingkah laku, mral dan akhlak seseorang, dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh
dari kotoran maka ia akan memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat.
Dengan demikian prinsip tujuan pendidikan islam identik dengan prinsip hidup setiap
muslim, yakni beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian muslim, insane shalih
guna mengemban amanat Allah sebagai khalifah dimuka bumi dan beribadah dalam
menggapai ridha-Nya.
Dengan ridho Allah SWT, dengan hasil minyak Arab Saudi, dapat mengembangkan
pendidikan dan memberikan kesempatan kepada pelajar-pelajar Arabt untuk belajar di negara
maju dan berencana meningkatkan pendidikan. Dalam hal ini, Arab Saudi mengirimkan anak
muda untuk belajar di negara tersebut secara gratis. Arab Saudi juga memiliki staf pengajar
dan staf dari institusi pendidikan Saudi, menarik para ahli dari negara-negara berkembang
pesat seperti Australia , Eropa dan Amerika Serikat.
Selain Arab Saudi melanjutkan kiprahnya yang ada, ia tidak mau lupa meninggalkan
falsafah Islam. Ini karena Arab Saudi percaya bahwa tidak mungkin semua ilmu pengetahuan
Barat seperti ini. Tentunya harus beralih ke ajaran Islam, karena pemikiran sekuler dapat
ditemukan dengan cukup mudah di berbagai bidang ilmu. Juga, negara-negara Islam lainnya
sedang mengalami perkembangan ilmu sekuler ini. Itu diimpor dari migran dan semi-kolonia
seperti India / Pakistan, Indonesia, Malaysia, dll. Itu juga mengapa Arab Saudi menganggap
ini sebagai masalah yang mencakup semua negara Islam, bukan hanya negara mereka sendiri.
Maka Universitas Malik Abdul Aziz yang berkedudukan di Jeddah dan Makkah untuk
mengadakan konferensi dunia tentang pendidikan Muslim di tanah suci Makkah pada 31
Maret sampai 8 April 1977 dan dihadiri oleh 123 peserta dari Arab Saudi dan 184 dari
seluruh dunia.
Pada tahun 1977 Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam, yang
diselenggarakan oleh Universitas King Abdulaziz di Jeddah, pendidikan Islam tidak
memberikan definisi yang jelas. Pada bagian "Rekomendasi" diskusi, peserta
menyimpulkan bahwa makna pendidikan Islam adalah sekumpulan makna yang
terkandung dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Karena hakikat pendidikan Islam
adalah untuk mengajar dan menyebarkan ilmu kepada seluruh guru muslim, maka istilah
"Talim" yang berarti pendidikan dan pengembangan ilmu dianggap sebagai istilah yang
paling tepat. Pengetahuan meningkatkan ilmu dari berbagai bidang dan aspek dunia
Islam. Namun secara umum, para pendidik dan pemikir Islam menganggap "Tarbiyah"
sebagai istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan konsep pendidikan Islam secara
lebih tepat.
Dalam bidang pendidikan Islam, kata “tarbiyah” dikenal dengan istilah ta’lim
diterjemahkan dengan pengajaran. Istilah ta’dib diterjemahkan dengan pelatihan atau
pembiasaan. Dari ketiga penjelasan di atas, yakni tarbiyah, ta’lim dan sering pula
digabungkan antara satu dengan yang lain seperti “tarbiyah wa ta’lim” yang berarti
pendidikan dan pengajaran, “tarbiyah wa ta’dib” yang berarti pendidikan dan
kebudayaan.
c. Ketiga ilmu alam meliputi ilmu filsafat, matematika, kimia, ilmu hayati,
astronomi, dll.
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam Rancang Bangun Konsep
MonokotomikHolistik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam: Suatu Rangka Pikir
Pembinaan
Moh. Roqib, Ilmu pendidikan islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga
dan Masyarakat (Yogyakarta: LKiS, 2009)
http://tifar21.blogspot.com/2016/01/makalah-asas-asas-pendidikan-islam.html?m=1
https://www.jurnalpai.com/2018/05/pendidikan-islam-talim-tadib-dan.html?m=1