NIM : 2281131359
KELAS : A28
MATKUL : UTS Ushul Al-Tarbiyah
➢ Ta’ dib
Kata ta'dib diterjemahkan menjadi pelatihan dan pembiasaan. Kendati demikian, istilah
ta'dib memiliki beberapa kata dasar berikut.
Berasal dari kata adaba-ya'dubu yang berarti melatih dan mendisiplinkan diri untuk
berperilaku yang baik dan sopan.
Berasal dari kata adaba-ya'dibu, yang berarti mengadakan pesta atau jamuan, atau
berbuat dan berperilaku sopan.
Bentuk kata kerja dari ta'dib, yakni addaba yang berarti mendidik, melatih,
memperbaiki, mendisiplinkan, dan memberi tindakan.
Berdasarkan pada kata dasar ta'dib di atas, maka penggunaan ta'dib berorientasi terhadap
pembentukan suatu perilaku sebagai penyempurna akhlak atau budi pekerti.
Al-Attas sangat gigih memertahankan pendapatnya bahwa pendidikan Islam lebih tepat
menggunakan istilah ta'dib yang di dalamnya telah mencakup semua aspek, baik
pengajaran, pengetahuan, maupun pengasuhan.
Menurut Al-Attas istilah ta'dib adalah yang paling tepat. Alasan Al-Attas cenderung
menggunakan istilah ta'dib karena adab berkaitan erat dengan ilmu.
Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan kepada murid kecuali guru tersebut memiliki
adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang.
Adab sangat ditekankan oleh Al-Attas, sebab dalam proses pendidikan Islam, adab
bertujuan menjamin bahwa ilmu yang diperoleh akan dipergunakan secara baik dalam
masyarakat.
➢ Tarbiyah
Tarbiyah merupakan istilah yang baru muncul pada perempat kedua abad ke-20, sehingga
penggunaan istilah tarbiyah tidak ditemukan dalam referensi klasik karena referensi
klasik menggunakan term ta'lim, 'ilm, adab, dan tahdzib.
Penggunaan asal kata tersebut terdapat dalam beberapa surah Alquran di antaranya Surah
Al-Isra' ayat 24.
ِّيرا
ً صغ َ ٱر َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِّى
ْ بِّ َوقُل َّر
َقَا َل اَلَ ۡم نُ َر ِّبكَ ف ِّۡينَا َول ِّۡيدًا َّولَ ِّب ۡثتَ ف ِّۡينَا ِّم ۡن عُ ُم ِّركَ ِّسن ِّۡين
Makna dasar istilah rab, rabiya, dan rabba tidak secara alami mengandung unsur
esensial pengetahuan, intelegensia, dan kebijakan.
Adapun menurut Baidlowi, makna tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sampai menuju
titik kesempurnaan sedikit demi sedikit.
Makna secara lengkap istilah tarbiyah jika ditinjau dari asal bahasanya, menurut
Abdurrahman sebagai berikut.
Kata ta'lim berasa dari kata علمberarti mengajar yang bersifat menyampaikan pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat
31 berikut.
Selain itu, kata ta'lim juga berasal dari kata alama-ya'lamu yang berarti mengucap atau
memberi tanda.
Kata ta'lim juga berasal dari kata alima-ya'lamu yang berarti mengerti atau memberi
tanda.
Berdasarkan uraian akar kata ta'lim di atas, dapat dipahami bahwa ta'lim mengacu pada
istilah sekarang yang disebut pengajaran.
Pengajaran merupakan suatu usaha untuk mengenal dan memahami sesuatu dengan
benar.
Pengajaran memberikan pengetahuan dengan cara transfer knowledge. Murid memahami
dan mengerti apa yang telah disampaikan oleh guru.
Pengajaran ini untuk meningkatkan intelektualitas dan daya berpikir murid, dari yang
tidak tahu menjadi tahu.
Dalam pengertian lain, kata ta'lim memiliki konotasi khusus yang merujuk kepada ilmu,
sehingga disebut sebagai pengajar ilmu atau menjadi orang yang berilmu, yakni
mendorong dan menggerakkan daya jiwa atau akal seseorang untuk belajar menuntut
ilmu agar ia memiliki ide, gagasan, memahami hakikat sesuatu.
Jadi, kata ta'lim dapat dimaknai secara khusus dengan memberikan aktivitas
pembelajaran.
➢ Peran guru sebagai murabbi dalam hal ini ialah menciptakan iklim belajar yang baik,
memelihara peserta didik dari perkara yang buruk dan membudayakan yang baik,
mengatur dan mengurus peserta didik agar disiplin dan berakhlak, serta memperbaiki
kondisi peserta didik yang terjebak dalam penyimpangan dan kenakalan melalui
perhatian, kasih sayang, pemaafan, dan bila diperlukan memberi hukuman yang
mendidik yang tidak merendahkan; melakukan aktifitas, gerak, langkah, niat, dan ucapan
sejalan dengan nilai-nilai yang dipesankan oleh Allah, mencetak peserta didik yang
berilmu dan beramal saleh, serta kemudian terinternalisasi kebiasaan belajar dan
mengajarkan ilmu yang ada pada dirinya; mengajak peserta didik mengikuti tuntunan
syariat Tuhan dan mengikuti sunnah Nabi, tidak lemah dalam artian kuat dan tahan
banting dalam menghadapi aneka ragam peserta didik, tidak patah tekad dan semangat,
serta tidak menyerahdalam usaha-usaha membentuk insan yang berpengetahuan,
berakhlak, dan bertakwa dengan cara-cara yang baik.
➢ Peran guru sebagai mu’allim dalam perspektif Alquran yakni mengajar dimulai dari hal
yang sederhana dan mudah, kemudian beranjak ke tahap selanjutnya yang lebih tinggi
secara bertahap, mereview kembali materi yang telah dijelaskan guna menghindari
kelupaan dan ketertinggalan murid akan materi yang diajarkan; mengajarkan
ketundukan, rendah hati, dan bagaimana adab-adab bertanya yang baik; mengajarkan
tuntunan Alquran dan Sunnah sebagai penyuci jiwa, serta mengajarkan hal-hal yang perlu
diketahui murid tentang macam-macam keterampilan (Soft Skill) untuk mengarungi
hidup dan ibadahnya.
3. Jelaskan Bagaimana Pendidikan Tauhid Menjadi Landasan Dasar Pendidikan Islam
Sebelum membahas lebih jauh soal dasar pendidikan Islam, perlu diketahui bahwa
terdapat enam sumber dalam ajaran Islam. Menurut Sudarto dalam buku Filsafat
Pendidikan Islam, sumber pertama dan utama adalah Al-Quran.
Selanjutnya adalah as-Sunnah atau perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW atas
perkataan atau perbuatan para sahabat. Kesepakatan para ulama atau ijma’ menyusul
setelahnya.
Kemudian diikuti oleh kemaslahatan umat (mashalih al-mursalah), tradisi atau kebiasaan
masyarakat (‘urf), dan ijtihad, yaitu hasil usaha para ahli dalam Islam.
Berangkat dari sumber tersebut, maka ada enam poin penting yang turut berpengaruh
pada landasan atau dasar pendidikan Islam. Keenam poin itu menurut Sudarto adalah:
1. Tauhidullah fil ‘ibadah, artinya pintu utama ibadah harus adalah ilmu. Sementara ilmu
didapatkan melalui proses pendidikan.
2. Tauhiddurasul fit tiba’, artinya Rasulullah SAW adalah guru dari seluruh guru dalam
pendidikan Islam. Beliau adalah guru untuk ajaran Islam yang bersifat teori, praktik,
dan aspek kehidupan lainnya.
3. Adanya kesatuan iman dan rasio yang mewakili suatu yang tidak nampak dan yang
nampak. Keduanya punya wilayah masing-masing, sehingga harus saling melengkapi.
4. Agama yang dibawa oleh para nabi hanya satu, yaitu agama tauhid. Hal tersebut telah
mereka jadikan materi pendidikan paling utama dan warisan yang berharga untuk
seluruh umat manusia.
5. Adanya kesatuan kepribadian manusia. Maksudnya seluruh manusia sama, tercipta dari
tanah dan berakhir menjadi jasad yang ditiupkan kepadanya ruh sebagai inti fitrah.
6. Setiap individu adalah bagian dari masyarakat. Keberadaan keduanya itu saling
mendukung satu dan yang lain. Sehingga perlu adanya kesatuan kesatuan individu dan
masyarakat dalam proses pendidikan Islam.
Dengan adanya dasar tersebut, maka tujuan pendidikan Islam sejatinya untuk membentuk
manusia menjadi pribadi muslim yang sempurna. Sehingga, pendidikan diharapkan dapat
menjadi bekal untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.
Khasan Bisri menuliskan dalam bukunya Metode Pendidikan dalam Perspektif Alquran,
Metode Kisah dalam Alquran dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam bahwa begitu
banyak ayat Alquran tentang pendidikan yang dapat dijadikan pelajaran bagi seluruh
umat Muslim, empat di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Surat Al-Maidah ayat 67: Mengajarkan Ilmu
ّٰللا َال يَ ْهدِّى ۗ ِّ َّص ُمكَ مِّ نَ الن
َ اس اِّ َّن ه الرسُ ْو ُل بَل ِّْغ َما ٰٓ ا ُ ْن ِّز َل اِّلَيْكَ ِّم ْن َّربِّكَ َۗوا ِّْن لَّ ْم ت َ ْفعَ ْل فَ َما بَلَّ ْغتَ ِّرسلَت َ ٗه َۗو ه
ِّ ّٰللاُ يَ ْع َّ يٰٓاَيُّ َها
َا ْلقَ ْو َم ا ْلكف ِِّّريْن
Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika
tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
Pada ayat di atas dikisahkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW
agar tidak menunda amanat yang sudah diembannya walau hanya sebentar. Artinya,
seseorang yang telah dibekali ilmu atau kemampuan, sebaiknya menyebarkan dan
mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain yang membutuhkan. Sehingga, ilmu
pendidikan yang dimilikinya tidak hanya berguna bagi diri sendiri, namun juga
bermanfaat bagi orang di sekitarnya.
2. Surat An-Nahl ayat 125: Cara Memperoleh Pengajaran
َ ع ْن
س ِّب ْيلِّه َ ض َّل َ س ۗ ُن اِّ َّن َربَّكَ ه َُو ا َ ْعلَ ُم ِّب َم ْن
َ ِّي ا َ ْح
َ يهْ ِّسنَ ِّة َو َجا ِّد ْل ُه ْم ِّبالَّت
َ ظ ِّة ا ْل َح
َ س ِّب ْي ِّل َر ِّبكَ ِّبا ْلحِّ ْك َم ِّة َوا ْل َم ْو ِّع
َ اُدْعُ اِّلى
ََوه َُو ا َ ْع َل ُم ِّبا ْل ُم ْهت َ ِّديْن
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Pada surat An-Nahl: 125, Allah SWT memerintahkan umat Nabi Muhammad SAW
menuju ke jalan yang benar dengan cara yang baik sesuai dengan tuntutan Islam. Siapa
pun yang ingin berilmu, raihlah pendidikan dengan benar, bijak, dan dengan pengajaran
yang baik.