Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Hakikat Pendidik dalam Perspektif FPI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

''Filsafat Pendidikan Islam''

Dosen Pengampu : Deni Putra Ardiyana, M.Pd

Kelompok 9

Disusun Oleh :
1. Andri Wardani
2. Fiqri Haryuda Butar Butar
3. M. Ari Fahwana
4. Nadiah Atifah

Prodi PAI -II E Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM


ASAHAN - KISARAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..............................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2
A. Makna Pendidikan Dalam Islam: Mu’allim, Muaddib, dan Murabbi .............2
B. Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam .......................................................5
C. Kepribadian Pendidik Dalam Pendidikan Islam .............................................9
BAB III PENUTUP ...........................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
Daftar Pustaka ...................................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta
didik guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Pendidik,
peserta didik, tujuan, media, dan lingkungan merupakan unsur-unsur pendidikan
yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Pendidik merupakan salah satu
unsur pendidikan yang sangatlah penting. Karena pendidik merupakan unsur yang
sangat menentukan tercapai atau tidaknya suatu tujuan pendidikan. Selain itu,
pendidik menjadi subyek langsung dalam pendidikan haruslah mempunyai suatu
etika guna menjadi “uswah hasanah” bagi peserta didik.
Pendidik merupakan suatu suri teladan bagi peserta didik. Pendidik bukan
hanya mengajarkan materi saja kepada anak didiknya. Tapi juga membimbing
mereka menjadi murid yang mempunyai akhlak mulia. Serta guru juga menjadi
motivator bagi peserta didiknya. Motivasi sangat diperlukan sebagai respon
terhadap tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian dengan makalah ini penulis mencoba memaparkan tentang
hakikat pendidik yang sebenarnya, pengertian pendidik mu’allim, muaddib, dan
murabbi, tugas-tugas pendidik dalam pendidikan islam, kepribadian pendidik
dalam pendidikan islam. Sehingga pendidik tersebut dapat dikatakan sebagai
pendidik yang profesional. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi para pendidik agar dapat terciptanya para pendidik
yang profesional. Sehingga terwujud kecerdasan bangsa seperti yang kita
harapkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Pendidikan Dalam Islam: Mu’allim, Muaddib, dan Murabbi


1. Mu’allim
Mu’allim berasal dari al-fi al al-madhi, allama, mudhari nya yu ‘allimu dan
mashdarnya al-ta‘lim. Artinya, telah mengajar, sedang mengajar, dan pengajaran.
Kata mu’allim sebagai pendidik dalam Hadits Rasulullah adalah kata yang paling
umum dikenal dan banyak ditemukan. Mu ‘allim merupakan al-ism al fa il dari
‘allama yang artinya orang yang mengajar. Dalam bentuk tsulatsi mujarrad,
mashdar dari ’alima adalah ‘ilmun, yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia
disebut ilmu.1

Dalam proses pendidikan istilah pendidikan yang kedua yang dikenal sesudah
at-tarbiyyat adalah at-ta’lim. Rasyid Rida, mengatakan at-ta lim sebagai proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada individu. Firman Allah Swt.:
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan kami mensucikan kamu mengajarkan kepada kamu apa yang
telah belum kamu ketahui.” (Q.S.Al-Baqarah: 251)

Berdasarkan ayat diatas, maka mu’allim adalah orang yang mampu untuk
merekonstruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik
dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya, yang ada kaitannya
dengan hakikat sesuatu. Mu’allim adalah orang yang memiliki kemampuan
unggul dibandingkan dengan peserta didik, yang dengannya ia dipercaya
menghantarkan peserta didik kearah kesempurnaan dan kemandirian. Maka
dengan demikian Mu’allim merupakan orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan
dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan,
internalisasi serta implementasi.

2. Mu’addib

1
Al-Jurjani, Al Ta’rifat, (Tunisia: Darul Tunisiyat), h. 82.

2
Mu’addib merupakan al-ism al-fa’il dari madhinya addaba. Addaba artinya
mendidik, sementara Mu’addib artinya orang yang mendidik atau pendidik.
Dalam wazan fi’il tsulatsi mujarrad, mashdar aduba adalah adaban artinya sopan,
berbudi baik. Aladabu artinya kesopanan, adapun mashdar dari addaba adalah
ta’dib, yang artinya pendidikan.2
Secara bahasa mu’addib merupakan bentukan mashdar dari kata addaba yang
berarti memberi adab, mendidik. Adab dalam kehidupan sehari-hari sering
diartikan tata krama, sopan-santun, akhlak, budi pekerti. Anak yang beradab
biasanya dipahami sebagai anak yang sopan yang mempunyai tingkah laku yang
terpuji. Dalam kamus bahasa Arab, Al-Mu’jam al wasith istilah mu’addib
mempunyai makna dasar sebagai berikut:
a) Ta’dib berasal dari kata “aduba - ya dubu” yang berarti melatih,
mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun;
b) Kata dasarnya, adaba yadibu yang artinya mengadakan pesta atau
perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku sopan;
c) Addaba mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki,
mendisiplin, dan memberikan tindakan.

Dalam kitab-kitab hadits dan kitab-kitab lainnya tentang agama Islam,


pengertian adab adalah etika atau tata cara yang baik dalam melakukan suatu
pekerjaan, baik ibadah maupun muamalah. Karena itu ulama menggariskan adab-
adab tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan sesuai dengan
tuntunan Al-Quran dan al-Hadits. Adab tertentu itu misalnya memberi salam dan
minta izin sebelum memasuki sebuah rumah, adab berjabatan tangan dan
berpelukan, adab hendak tidur, adab duduk, berbaring, dan berjalan, adab bersin
dan menguap, adab makan dan minum, adab berdzikir, adab masuk wc, adab
mandi, adab wudhu, adab sebelum dan ketika melaksanakan shalat, adab imam
dan makmum, adab menuju masjid, adab di dalam masjid, adab jum’atan, adab
puasa, adab berkumpul, adab guru, adab murid dan lain-lain.

2
A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Ponpes Al-
Munawwir, 1984),
h. 13

3
Berdasarkan tinjauan etimologi di atas, maka secara terminologi mu’addib
adalah seorang pendidik yang bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang
dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai dengan
norma-norma, tata susila dan sopan-santun yang berlaku dalam masyarakat. Mu’
addib merupakan orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.

3. Murabbi
Istilah ini merupakan bentuk (shigah) al-ism al fail yang berakar dari tiga
kata. Pertama, berasal dari kata raba, yarbu yang artinya zad dan nama (bertambah
dan tumbuh). Contoh kalimat dapat dikemukakan, artinya, saya
menumbuhkannya. Kedua, berasal dari kata rabiya, yarba yang mempunyai
makna tumbuh (nasya ) dan‟ menjadi besar (tarara a). Ketiga berasal dari kata
rabba yarubbu yang artinya‟ memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan
memelihara. Kata kerja rabba semenjak masa Rasulullah sudah dikenal dalam ayat
Al Quran dan Hadits Nabi.
Firman Allah SWT: “Dan ucapkanlah Wahai Tuhanku, sayangilah mereka
berdua sebagaimana ia telah menyayangiku semenjak kecil.” (QS. Al-Isra :24)‟
Dalam bentuk kata benda, kata rabba digunakan untuk Tuhan, hal tersebut
karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, dan bahkan
menciptakan. Firman Allah SWT: “Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
(Q.S.Al-Fatihah: 2). Oleh karena itu istilah murabbi sebagai pendidik
mengandung makna yang luas, yaitu:
1) Mendidik peserta didik agar kemampuannya terus meningkat;
2) Memberikan bantuan terhadap peserta didik untuk mengembangkan
potensinya;
3) Meningkatkan kemampuan peserta didik dari keadaan yang kurang
dewasa menjadi dewasa dalam pola pikir, wawasan, dan sebagainya;
4) Menghimpun semua komponen-komponen Pendidikan yang dapat
mensukseskan pendidikan;
5) Memobilisasi pertumbuhan dan perkembagan anak;
6) Bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anak;

4
7) Memperbaiki sikap dan tingkah laku anak dari yang tidak baik Menjadi
baik;
8) Rasa kasih sayang mengasuh peserta didik, Sebagaimana orang tua
menyayangi anak kandungnya.
9) Pendidik memiliki wewenang, kehormatan, kekuasaan, terhadap
pengembangan kepribadian anak;
10) Pendidik merupakan orang tua kedua setelah orang tuanya dirumah yang
berhak atas perkembangan dan pertumbuhan si anak.3
Maka dapat kita simpulkan bahwa Murabbi adalah Orang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.

B. Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya,


mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya. Batasan ini
memberikan arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar
sebagaiman pendapat kebayakan orang. Disamping itu, pendidik juga bertugas
sebagai motifator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh
potensi peserta didik dapat terakualisasi secara baik dan dinamis.
Di dalam Islam tugas utama yang harus diemban pendidik pada dasarnya
adalah mengenalkan dan meneguhkan kembali “perjanjian suci” manusia terhadap
Allah. Untuk itu, seorang pendidik harus berupaya mengantarkan peserta didiknya
kearah pengenalan kembali syahadah kepada Allah yang telah diikrarkan ketika
individu manusia berada di alam ruh. Agar tujuan itu tercapai, maka pendidik
harus berusaha mensucikan diri dari jiwa peserta didiknya, sebab hanya jiwa dan
diri yang suci sajalah yang dapat menuju/dekat dengan Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Suci. Karenanya, sebagaimana dikemukakan oleh An- Nahlawi, selain
bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan ketermpilan kepada peserta
didik, tugas utama pendidik adalah Tazkiyah al- nafs , yaitu mengembangkan,

3
Ramayulis dan Samsul, Filsafat Pendidikan, h. 140.

5
membersihkan dan mengangkat jiwa peserta didik agar sampai pada penciptanya,
menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaga agar mereka tetap berada pada
fitrahnya.
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya
untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Pendidik berfungsi sebagai spiritual father (bapak rohani), bagi peserta didik
yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik memiliki
kedudukan tinggi. Dalam beberapa Hadits disebutkan: “Jadilah engkau sebagai
guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah engkau menjadi
orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”. Dalam Hadits Nabi SAW
yang lain: “Tinta seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang
darah para syuhada”. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan
derajat seorang Rasul. Al-Syawki bersyair: “Berdiri dan hormatilah guru dan
berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”. Al-
Ghazali menukil beberapa Hadits Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia
berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar yang
aktivitasnya lebih baik daripada ibadah setahun. Selanjutnya Al-Ghazali menukil
dari perkataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita
segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran
cahaya keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia
seperti binatang, sebab: pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat
kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah
dan ilahiyah. Abd al- Rahman al Nahlawi menyebutkan tugas pendidik, yang
pertama, fungsi pensucian, yakni berfungsi pembersih, pemelihara, dan
pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni
menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama
kepada manusia.
Menurut Ahad D.Mariba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah
membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik,

6
menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan,
menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna
ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap
seluruh kelemahan atau kekuranganya. Tugas pendidik dapat dijabarkan dalam
beberapa pokok pikiran, yaitu:
1) Sebagai Pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
mengakhiri dengan melaksanakan penilaian setelah program
dilaksanakan.
2) Sebagi pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan kepribadian sempurna (insankamil), seiring dengan tujuan
penciptaan-Nya.
3) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan
kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap
berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.4

Kadar Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa ada beberapa tugas yang diemban
oleh para guru yaitu :

1) Seorang guru dituntut agar dapat menyingkap fenomena kebesaran Allah


yang terdapat dalam materi yang diajarkannya, hingga para peserta didik
dapat memahaminya dan mengikuti pesan-pesan yang terkandung
didalamnya.
2) Guru mengajarkan kepada para peserta didik pesan-pesan normatif yang
terkandung dalam kitab suci Alqur an. Yang meliputi keimanan, akhlak,
dan hukum yang mesti dipatuhi untuk kepentingan manusia dalam
menjalani hidup di dunia dan di akhirat.

4
Mujib, Abdul dan Yusuf Muzdakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada, 2010), hal 91

7
3) Pendidik tidak hanya berkewajiban menanamkan ilmu pengetahuan,
tetapi harus membangun moral dan membersihkan peserta didiknya dari
sifat dan perilaku tercela.5

Tugas pendidik dari persperktif alqur’an dan hadist

1. Tugas pendidik sebagai pengajar

Sebagaimana firman Allah Q.S Ar-rahman (1-4) yang Artinya: “allah yang
maha pengasih, yang telah mengajarkan alquran. Dia menciptakan manusia,
mengajarnya pandai berbicara. Pada ayat ini, Allah menyatakan bahwa Dia telah
mengajarkan Alquran kepada Muhammad SAW yang selanjutnya diajarkan
kepada umatnya. Dan juga penjelasan Hadis dari Ad-Darami menjadi penjelas
bagi seluruh umat manusia, bahwa setelah Rasulullah diajarkan kepadanya
Alquran lalu Rasulullah mengatakan dalam hadisnya yang mengisyaratkan bahwa
beliau diutus sebagai pendidik. Seorang pendidik akan senantiasa menyampaikan
ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk bisa diserap oleh muridnya sehingga
nantinya ilmu pengetahuan tersebut akan semakin dikembangkan oleh peserta
didik. Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW. Yang artinya “sampaikanlah dariku
walaupun hanya satu ayat”

2. Tugas pendidik sebagai pembimbing atau penyuluh

Sebagaimana dalam Q.S An-Nahl (43) artinya: “dan kami tidak mengutus
sebelum engkau (muhammad), melainkan orang laki-laki yang kami beri wahyu
kepada mereka maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui”. Inti dari ayat ini mengenai tugas pendidik sebagai
penyuluh yang selalu memberikan peringatan dan pembimbing bagi semuanya
demi mendakwahkan amar ma’ruf nahi munkar.

3. Tugas pendidik sebagai penjaga

Sebagaimana Q.S At-Tahrim (6), memberikan tuntunan kepada kaum


beriman bahwa: hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu antara lain
dengan meneladani Nabi dan pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-anak
dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu dengan membimbing

5
Kadar Muhammad Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), h. 83-84

8
dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari batu-batu antara lain yang
dijadikan berhala-berhala. Ayat ini dimaksudkan bagi pendidik atau seorang guru
haruslah bisa menata diri sebagai bentuk dari contoh kepribadiannya yang baik,
dan nantinya akan ditularkan kepada keluarga dan masyarakat luas. Oleh karena
itu, seorang guru harus bisa melindungi dan mengarahkan dirinya, keluarga, serta
orang lain agar nanti bisa selamat dunia akhirat dan bebas dari siksa neraka.

4. Tugas pendidik sebagai penanggung jawab moral anak didiknya.

Pendidik diharuskan untuk memiliki kepribadian yang baik, agar anak


didiknya akan mencontoh sifatnya dan tugas ini juga sangat sesuai dengan hadis
Rasulullah yang artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak (tingkah laku)”. Tingkah laku juga menjadi cerminan atau tolak ukur bagi
manusia. Karena manusia yang sempurna adalah manusia yang taat kepada Allah
dalam beribadah (hablu minallah) dan juga bisa berbuat baik kepada sesama
makhluk ciptaan Allah yang ada di sekitarnya (hablu minannas), sehingga
pembentukan akhlak yang baik harus diprioritaskan, untuk membangun dan
menjadikan manusia yang sempurna (insan kamil).6

C. Kepribadian Pendidik Dalam Pendidikan Islam


Kepribadian merupakan predisposisi dalam perwujudan tingkah laku.
Kepribadian dapat merupakan unsur bawaan sejak seorang dilahirkan, tetapi juga
di bentuk dari unsur-unsur diluar diri. Menurut Allport, kepribadian adalah
organisasi-organisasi dinamis yang sistem-sistem Psikofisik (rohani dan jasmani)
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik dank has dalam
menyesuaikan diri dan lingkungannya. Sedangkan menurut Kuncoroningrat,
kepribadian adalah sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.
Menurut Raymond Bernard Cattell, kepribadian adalah sesuatu yang
memungkinkan prediksi tentang apa yang akan dikerjakan seseorang dalam situasi
tertentu. Kepribadian mencakup semua tingkah laku individu, baik yang terbuka

6
Syafi’I, Ahmad, Konsep Pendidik Dalam Perspektif Alqur’an dan Hadist, Qiro’ah, vol 1. No.1, Juni
2018, hal.3

9
(lahiriah) maupun tersembunyi (batiniah). Dengan kata lain dapat dikatakan
kepribadian yang mencakup semua aktulisasi dari (penampilan) yang selalu
tampak pada diri seseorang, merupakan bagian khas atau ciri dari seseorang.
Misalnya ada orang yang memiliki sifat pemarah tapi jujur, tekun bekerja, suka
menolong, senang berolahraga, suka berpakaian sederhana dan sebagainya. Di
pihak lain, ada yang memiliki sifat penyabar, tenang, tekun bekerja tapi tidak suka
bergaul, pendiam, pelit, dan sebagainya. Pola-pola sifat, kebiasaan, kegemaran,
dan sebagainya dikemukakan di atas adalah contoh pola/ bentuk kepribadian
seseorang.
Jadi, Kepribadian adalah unsur yang sangat menentukan keakraban hubungan
guru dengan anak didik. Kepribadian guru tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Sebagai teladan, guru
harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil idola, sehingga seluruh
aspek tingkah lakunya adalah figure yang paripurna. Jadi, kompetensi kepribadian
peserta didik adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki seorang
pendidik, ada 6 kepribadian pendidik yaitu:
1. Berakhlak Mulia
Pendidikan Nasional yang bermutu diarahkan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokrasi serta tanggung jawab. Esensi pendidikan
mengubah perilaku. Guru akan mempu mengubah perilaku peserta didik jika
dirinya telah menjadi manusia yang baik.
2. Mantap dan Dewasa
Kepribadian yang mantap yaitu kepribadian yang yang sesuai dengan norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma. Sedangkan kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
guru.
3. Arif dan Bijaksana
Sikap arif dan bijaksana merupakan kepribadian yang harus dimiliki setiap
guru dalam mendidik peserta didiknya, secara arti kata “arif” dapat diartikan

10
sebagai bijaksana, cerdik, berilmu, paham, mengerti. Bijaksana artinya pandai
menggunakan akal budinya pengalaman dan pengetahuannya, tajam dan
pikirannya, pandai dan hati-hati, cermat, teliti, dan sebagainya. Guru yang arif
adalah juga guru yang bijaksana, yang memahami dengan baik ilmunya dan
menggunakan akal budinya dalam berbagai situasi, serta mampu mengendalikan
diri dan emosinya dengan baik. Sikap arif dan bijaksana merupakan karakter atau
kepribadian yang mampu menilai diri sendiri, berbagai kondisi, dan prestasi yang
diperoleh secara realistis, menerima tanggung jawab dengan ikhlas, mandiri,
berorientasi pada tujuan, memiliki tanggung jawab yang tinggi, dan berupaya
meningkatkan kehidupan lebih baik dari kemarin, dan besok lebih baik dari hari
ini.
4. Menjadi Teladan
Teladan adalah segala sesuatu yang terkait dengan perkataan, perbuatan,
sikap dan perilaku seorang yang dapat ditiru atau diteladani oleh pihak lain.
Menjadi guru teladan merupakan suatu proses pembelajaran seorang guru untuk
mendapatkan kesempurnaan dan ridha Allah SWT dalam ilmu yang dimilikinya.
Secara sederhana menjadi guru teladan adalah kemampuan seorang guru dalam
mendapatkan sumber ilmu yang diajarkan dengan cara memberdayakan diri agar
mendapatkan kebaikan dari sisi Allah SWT. Yaitu seorang guru mampu
meningkatkan kemampuan fungsi panca indra dan otak, bersinergi dengan
kemampuan intuisi dan hatinya. Jadi keteladan guru adalah contoh yang baik dari
guru yang berhubungan dengan sikap, perilaku, tutur kata, mental, maupun yang
terkait dengan akhlak dan moral yang patut dijadikan contoh bagi siswa.7
5. Rendah Hati
Menurut Al-Mawardi setiap guru harus memiliki sikap tawadlu’ (rendah
hati). Sikap rendah hati akan menimbulkan simpatik dari para anak didiknya. Pada
perkembangan selanjutnya sikap rendah hati tersebut akan menyebabkan guru
bersikap demokratis dalam menghadapi murid-muridnya. Dalam arti guru akan
mengembangkan potensi individu siswa seoptimal mungkin. Guru dapat
menempatkan perananya sebagai pemimpin dan pembimbing dalam proses belajar

7
Amir Tengku Ramly, Menjadi Guru Bintang, (Pustaka Inti, 2006), h. 117

11
mengajar yang berlangsung dengan utuh dan luwes, dimana seluruh siswanya
terlibat di dalamnya.
6. Baik Akhlaknya dan Kuat Fisikya
Menurut Al-Ghazali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru
yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam. Dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi
contoh dan teladan bagi muridnya. Dengan kekuatan fisik ia dapat melaksanakan
tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan murid-muridnya.8

8
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam. (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2011) h. 123

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Definisi pendidik dalam pendidikan islam yaitu: Mu’allim, Muaddib, Dan


Murabbi. Mu’allim merupakan orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi. Mu addib adalah
seorang pendidik yang bertugas‟ untuk menciptakan suasana belajar yang
dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai
dengan norma-norma, tata susila dan sopan-santun yang berlaku dalam
masyarakat. Dan Murabbi adalah Orang yang mendidik dan menyiapkan
peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
2. Tugas pendidik dari perspektif al-quran dan hadist yaitu Tugas pendidik
sebagai pengajar, tugas pendidik sebagai pembimbing atau penyuluh, tugas
pendidik sebagai penjaga, tugas pendidik sebagai penanggung jawab moral
anak didiknya.
3. Kepribadian adalah unsur yang sangat menentukan keakraban hubungan
guru dengan anak didik. Kepribadian guru tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina serta membimbing anak didik. Ada 6
kepribadian yang harus dimiliki seorang pendidik yaitu: Berakhlak mulia,
mantap dan dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, rendah hati, dan
baik akhlaknya dan kuat fisiknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jurjani, Al Ta’rifat. (Tunisia: Darul Tunisiyat,tt)

Kadar Muhammad Yusuf. 2011. Tafsir Tarbawi. Pekanbaru: Zanafa


Publishing.

Mujib, Abdul Yusuf Muzdakkir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada

Munawwir, A.W. 1984. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.

Yogyakarta:

Ponpes Al-Munawwir.

Ramly, Amir Tengku. 2006. Menjadi Guru Bintang. Pustaka Inti.

Ramayulis dan Samsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: KalamMulia.

Salminawati. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Medan: Perdana Muya Sarana Syafi’i.
Ahmad. Konsep Pendidik Dalam Perspektif Al-quran dan Hadist,

Qiro’ah. Vol.1 No.

1, Juni 2018

14

Anda mungkin juga menyukai