Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

“PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”

DISUSUN OLEH :

Genia Tri Ananda : (196410449)

Kelas : 5A

Mata Kuliah : Al-Islam 3

Dosen Pengampu : Firdaus, S.Pd.I, M.Pd.I

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2021
1. Pengertian Pendidik Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
Jawab:

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab


untuk mendidik. Sementara itu secara khususnya, pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi, baik potesi Afektif, Kognitif maupun psikologis sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam. (Tafsir, 1992).

Menurut Al Rasyidin (2018: 133), bahwa dalam perspektif falsafah


pendidikan Islami, dikenal beberapa istilah yang merujuk pada makna
pendidik, yaitu murabbi, mu‟allim, mu‟addib, syekh, mursyid, mudarris,
dan ustaz. Jika dilacak akar-akar seluruh istilah tersebut, maka akan terlihat
bahwa penggunaan istilah tersebut terinspirasi dari al-Qur‟an, hadis dan
ijtihad ulama. Dua istilah pertama, murabbi dan mu‟allim, diambil dari al-
Qur‟an.

Di dalam kegiatan belajar-mengajar pasti ada yang sering kita sebut


dengan pendidik dan peserta didik, yang mana keduanya memiliki
keterikatan yang sangat kuat, karena pendidik tanpa peserta didik tidak akan
terjadi kegiatan belajar mengajar, begitu juga sebaliknya. Sebelum
melangkah lebih jauh tentang pendidik dalam pendidikan islam, terlebih
dahulu kita harus mengetahui pengertian dari pendidikan islam tersebut,
pendidikan islam adalah suatu kajian yang memuat teori-teori pendidikan
serta data-data dan penjelasannya sesuai dengan perspektif islam.
Sebagaimana teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa)

1
2. Istilah-Istilah Yang Digunakan Untuk Menunjukan “Pendidik” Dalam
Pandangan Islam
Jawab:
A. Mu‟allim
Mu‟allim berasal dari al-fi; al-madhi „alam mudhari‟nya y‟uallimu
dan mashdarnya al-ta‟lim artinya telah mengajar, sedang mengajar, dan
pengajaran. Kata mu‟allim memiliki arti pengajaran atau mengajar. Istilah
mu‟allim sebagai pendidik dalam hadist Rasulullah SAW.
Mu‟allim adalah orang yang meguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu
pengetahuan, internalisasi, serta implementasi (amaliah). Seorang
Mu‟allim lebih memfokuskan kepada ilmu akal. Sebagai guru yang bersifat
Mu‟allim, isi kandungan pendidikan perlu disampaikan beserta ilmu yang
berkaitan dengan nilai-nilai murni dalam proses melahirkan insan bermoral
B. Mu‟addib
Mu'addib merupakan al-ism al-fa‟il dari madhinya addaba, artinya
mendidik, sementara mu‟addib artinya orang yang mendidik atau pendidik.
Dalam wazan fi‟il tsulasi mujarrad, mashdar aduba al-adabu artinya
kesopanan. Adapun mashdar dari addaba adalah ta‟dib, yang artinya
pendidik.
Muaddib adalah orang yang mengajarkan adab (etika dan moral).
Sehingga murid-muridnya menjadi lebih beradab atau mulia (Syarif).
Penekanannya lebih pada pendidikan akhlak dan muaddib berasal dari kata
adab yaitu budi pekerti. Mu‟addib juga juga merupakan mentor, atau
Mu‟addib adalah pemupuk adab, akhlak, nilai atau proses pembentukan
disiplin.
Peranan mu‟addib adalah menyiapkan adab yang dapat
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berat yang diletakkan diatas bahu
mereka. Mu‟addib mempunyai budi pekerti yang tinggi, membina
kecerdasan akal dan jasmani selaras dengan falsafah yang menitik beratkan
potensi insan yang bermoral dan berakhlak mulia secara seimbang

2
C. Murabbi

Istilah murabbi merupakan bentuk (sighah) al-ism al fail yang


berakar dari tiga kata. Pertama berasal dari kata raba, yarbu yang artinya zad
dan nama (bertambah dan tumbuh) contoh kalimat dapat dikemukakan,
artinya saya menumbuhkannya. Kedua, berasal dari kata rabiya, yarba yang
mempunyai makna tumbuh (nasyad) dan menjadi besar (tarara‟). ketiga,
berasal dari kata yarubu yang artinya memperabaiki, menguasai,
memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata kerja rabba semenjak masa
Rasulullah sudah dikenal dalam ayat Al-Qur‟an dan Hadist Nabi.

Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik


agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat
dan alam sekitar. Dan murabbi juga memiliki tahap yang lebih luas
disbanding dengan mu‟allim. Konsep murabbi merujuk kepada pendidik
yang bukan saja mengajarkan sesuatu ilmu tetapi dalam masa yang sama
mencoba mendidik rohani, jasmani, fisik, dan mental anak didiknya untuk
menghayati dan mengamalkan yang telah dipelajari.

Murabbi lebih memfokuskan penghayatan sesuatu ilmu, sekaligus


membentuk kepribadian, sikap dan tabiat anak didiknya. Tugas murabbi
lebih bergelar dihati. Spiritual Quotient (SQ) dapat dibentuk di dalam diri
murid-murid karena penjaran berbentuk pendidikan jiwa di perkukuhkan
dengan memberi kesadara, keyakinan juga melalui amalan.

D. Ustadz

Kata ustadz biasanya digunakan untuk memanggil seorang


professor, hal ini bermakna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen
terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.

3
E. Mursyid

Kata mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah


(Tasawuf). Seorang mursyid (guru) beusaha menularkan penghayatan
akhlak dan kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos
ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang serba
Lillahi Ta‟ala (karena mengharap ridha Allah semata). Dengan demikian
dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa guru merupakan
model atau sentral indentifikasi diri, yakni pusat anutan dan teladan bahkan
konsultan bagi pesrta didiknya.

F. Mudarris

Kata mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wa durusann


wa dirasatan, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus,
menjadikan usang, melatih, mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka
tugas guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan
ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta memilih
ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih
ketrampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

4
3. Perbedaan Antar “Pendidik” dan “Pengajar”
Jawab:

Pendidik dan pengajar sepertinya merupakan dua kata yang


memiliki makna sama. Kalau sepintas memang mirip, padahal di antara
keduanya terdapat perbedaan yang membawa efek yang luar biasa besar.

Pengajar berasal dari kata dasar ajar, dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia (KBBI) artinya petunjuk kepada orang supaya diketahui
(dituruti). Dari sini dapat dipahami bahwa ajar; mengajar adalah suatu
tindakan untuk membuat orang lain mengerti, atau paham akan sesuatu.
Nah, jadi kalau Anda menjadi seorang pengajar, berarti Anda wajib
membuat orang lain mengerti akan hal yang Anda jelaskan pada mereka.
Kalau belum, berarti Anda belum berhasil sebagai seorang pengajar.

Sedangkan pendidik berasal dari kata dasar didik, dalam Kamus


Besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya memelihara dan memberi latihan
(ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Arti
lain dari kata pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

Guru yang bertipikal seorang pengajar pada umumnya tidak disukai


oleh para murid. Seringkali murid-muridnya mengeluhkan metode belajar
dan watak si guru tipe pengajar yang cenderung galak atau masa bodoh.
Dalam kesehariannya di kelas si guru pengajar lebih sering mendiktekan
buku di depan kelas, kaku, dan seringkali memberikan efek traumatis bagi
murid-muridnya.

Lain hal dengan guru bertipikal pendidik. Di samping perannya


sebagai pengajar, guru ini juga merasa bertanggungjawab kepada siswanya.
Baik itu secara akademis maupun psikologis. Tipe guru seperti ini yang
umumnya dicintai oleh siswa dan benar-benar dapat memberikan dampak
positif terhadap akhlak, dan budi pekerti siswa.

5
4. Sifat-Sifat Dan Karakteristik Pendidik Dalam Pandangan Islam
Jawab:

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab dalam memberikan


ilmu tentang berbagai hal kepada peserta didiknya. Mulai dari ilmu
pengetahuan, agama, akhlak hingga kehidupan. Tidak ada batasan bagi
seorang pendidik dalam memberikan ilmu kepada anak didik. Memberikan
ilmu yang bermanfaat serta mengarahkan anak didik untuk berpikir dengan
positif dan matang.

A. Sifat-Sifat Pendidik Dalam Pandangan Islam


1. Ikhlas dalam Mendidik

Sifat pendidik dalam islam yang harus dimiliki adalah ikhlas


dalam mendidik dan memberikan pengajaran. Ikhlas menjalankan
tugas sebagai pendidik dan memberikan pengajaran secara rendah
hati. Menyampaikannya ilmu yang dimiliki dengan lembut dan
bersungguh-sungguh agar mudah dicerna oleh anak didik. Jujur
dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan tidak menyesatkan.

2. Jauh dari Sifat Tercela

Sifat pendidik dalam islam yang juga seharusnya dimiliki


adalah bersih jiwanya dan menjauhi sifat-sifat tercela. Sifat tercela
tidak pantas ada dalam diri seorang pendidik karena dalam islam
pendidik itu hendaknya bersih dari dosa.

3. Zuhud

Sifat pendidik dalam islam yang juga harus ada dalam diri
kita sebagai pendidik adalah sifat zuhud. Yang artinya mendidik
demi mengharapkan ridha Allah SWT. Tidak mendidik hanya
karena materi semata dan menjalankan tugas karena terpaksa.

4. Menguasai Ilmu yang Diajarkan

6
Seorang pendidik juga harus menguasai ilmu pengetahuan
yang akan diajarkan kepada anak didik. Hal ini untuk mencegah agar
tidak ada kesalahan dalam penyampaian materi pengajaran yang bisa
membuat anak didik salah kaprah.

5. Mengajar dengan Cinta

Seorang pendidik juga harus memberikan pengajaran yang


disampaikan dengan cinta dan kasih sayang. Mengajarkan anak
didik dengan tulus dan memperlakukan mereka seperti anak
kandung sendiri dan tanpa membeda-bedakan. Berlaku adil kepada
semua anak didik juga merupakan sifat pendidik dalam islam yang
harus dimiliki.

6. Memahami Karakter Anak Didik

Sebagai seorang pendidik juga harus bisa mengenali karakter


anak didik. Mengetahui seperti apa sifat dan kepribadian anak didik
dan belajar untuk memahami mereka. Karakter anak didik itu tidak
sama dan setiap anak memiliki tingkah yang berbeda-beda.

Ada yang nakal dan ada yang penurut sehingga seorang


pendidik pun harus bisa memperlakukan anak didik dengan baik.
Bukankah tugas seorang pendidik juga mengarahkan anak yang
nakal menjadi lebih baik?

7. Pemaaf

Sifat pendidik dalam islam yang juga wajib dimiliki adalah


sifat pemaaf. Mau memaafkan anak didik yang melakukan kesalahan
atau malah sering berlaku nakal. Tidak menyimpan dendam dan rasa
tidak suka kepada anak didik sehingga memperlakukannya berbeda
dari yang lain. Pendidik yang pemaaf juga menjadi contoh yang baik
bagi anak didiknya.

7
8. Sabar

Yang namanya anak-anak tentu memiliki tingkah yang


beragam dan terkadang tidak sesuai dengan harapan. Karena itu sifat
pendidik dalam islam yang juga harus dimiliki adalah sifat sabar.
Sabar dalam menghadapi berbagai perilaku anak didik dan mampu
mengarahkan mereka agar juga bisa berlaku sabar.

9. Tanggap Informasi

Seorang pendidik juga harus tangga dengan berbagai


informasi yang ada dan sedang berkembang. Pendidik tidak hanya
bertanggung jawab dalam menyampaikan ilmu pengetahuan tapi
juga harus bisa membentuk pola pikir anak didik agar tidak
terpengaruh dengan berbagai perubahan yang bisa merusak jiwa
anak didik. Hal ini juga untuk menghindari anak didik
dari kenakalan anak jaman sekarang.

Seperti pengaruh budaya luar yang jauh berbeda dari ajaran


agama islam misalnya. Dalam hal ini pendidik harus bisa
mengarahkan anak didik untuk tidak terpedaya dengan pengaruh-
pengaruh dari luar. Dalam hal ini tentu juga dibutuhkan peran
keluarga dalam pendidikan anak.

8
‫‪B.‬‬ ‫‪Karakteristik Pendidik Dalam Pandangan Islam‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Tenang dan tidak terburu-buru.‬‬

‫ج‬
‫عن ابن ع ِِباس زضي هلال عنهما قال‪ :‬قال زسول هلال صلى هلال عليه وسلم ِِ‬
‫لألش‬
‫ِم‪،‬‬‫‪-‬أش عبد القيس‪ :-‬فيك خصلتين يح ِِبهما هلال‪ :‬ال ِِح ل‬
‫واألناةن‬ ‫إِِج‬

‫‪Diriwayatkan Muslim dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW‬‬


‫‪bersabda kepada Asyaj bin Abdil Qais: "Sesungguhnya pada dirimu‬‬
‫‪terdapat dua perkara yang dicintai Allah: tenang dan tidak terburu-‬‬
‫"‪buru.‬‬

‫‪2.‬‬ ‫‪Lembut dan tidak kasar‬‬

‫عن عائشة زضي هلال عنها‪ :‬أ ِن النبي ﷺ ال‪ِِ :‬إ ِِل ِِف يِ ال ِِ ويِ ع‬
‫ِطي‬
‫ن ال يز ِِ زفق‪،‬‬
‫ب‬
‫حق‬
‫وما ال على ما س ِواه‬ ‫على‬ ‫على ال ِِزفق ما ال يِعطي‬
‫ف‪،‬‬
‫ِ طي‬‫يِ ع‬ ‫العِن‬

‫‪Diriwayatkan Muslim dari Aisyah rah, Rasulullah SAW‬‬


‫‪bersabda, "Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai‬‬
‫‪kelembutan. Dia memberi atas kelembutan apa yang tidak Dia beri‬‬
‫"‪atas kekasaran dan lainnya.‬‬

‫‪3.‬‬ ‫‪Hati penyayang‬‬

‫ِتي ن‬
‫ِا زسول هلال ‪-‬‬ ‫عن أبي سليهان مالك بن الحويزث ‪-‬زضي هلال عنه‪ -‬قال‪ ِ :‬أ‬
‫صلِِى‬
‫ن وِكا زسول هلال‬ ‫ِِزبِون‪ ،‬عند ِِ‬ ‫هلال عليه وسلِِم‪ -‬ب‬
‫ِ‬
‫ن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِا ِه زيعش ل يل‬ ‫ونِحن ة فِأ قِ ِم ن‬
‫ِ‬
‫ةِ‪،‬‬ ‫متِقِا ِ‬ ‫ِ‬
‫شِب‬
‫ِي أ ِ د ا أ ِ ِهلِسألِنا ع ِِم ِن ت ِ ِز ِكنا‬ ‫‪-‬صلِِى هلال عليه ِِحي ِ ف‬
‫ِا‪ ،‬فِ‬ ‫ن‬ ‫وسلِِم‪ِ -‬ماز قِا‪ ،‬نِِ‬
‫ِنِا‬
‫شت ِ ق‬ ‫اظن‬ ‫فِز‬
‫أِِقي ِموا ِِل ِ و ِم ِزوهن‪،‬‬ ‫أهِِلنا‪ ،‬فأ ِخ ب‬
‫ِزنِاه‪ ،‬فقال‪« :‬ا ِز ِِجعِوا‬
‫هوهنع‬ ‫و‬ ‫م‪،‬‬‫ه‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫إلى أ ِ ِه ِِلي ك‬
‫ِم‪،‬مِن‬
‫ِِن ص كذِا حي فِإِِذا ِت الصالة ِ‬ ‫صا كذِا‬ ‫وصلِِ‬
‫ح كار‪ ،‬ز‬ ‫كذِا‪ ،‬حوي لِِ في ِِ‬ ‫لِ ف ي‬ ‫وا‬
‫ض‬ ‫ن‬ ‫وا‬ ‫ةِ‬
‫‪9‬‬
‫ِم أكبزكم‬ ‫ِ ي‬
‫ِ ِؤ ِِم ك‬ ‫ِيِؤ ِِذ ن لكم أ ِ ِكن و ل‬
‫فِ ل‬
‫حد‬

Dari Abu Sulaiman Malik bin Huwairitis RA ia berkata kami


datang menghadap Rasulullah SAW saat itu kami masih muda-muda
dan berusia sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama 20 malam.
Rasulullah adalah seorang yang lembut dan penyayang. Beliau
menyangka bahwa kami rindu kepada keluarga kami.

10
Beliau bertanya kepada kami tentang keluarga yang kami
tinggalkan, maka kami pun menceritakan Kepada beliau. Beliau
bersabda: "Pulanglah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah
bersama mereka. Bimbinglah mereka dan berbuat baiklah kepada
mereka. Sholatlah, sholat demikian pada waktu demikian dan sholat
demikian pada waktu demikian. Apabila waktu sholat telah tiba,
hendaknya salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan
orang yang tertua dari kalian bertindak sebagai Imam." Muttafaqun
Alayh.

4. Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa.

Dari Aisyah RA, ia berkata bahwa tidaklah Rasulullah SAW


menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih
yang termudah di antara keduanya selama bukan termasuk dosa.
Apabila termasuk dosa, maka beliau menjadi orang yang paling
menjauhinya. Tidaklah Rasulullah marah untuk dirinya sendiri
dalam masalah apapun kecuali apabila syariat Allah SWT dilanggar
maka beliau akan marah karena Allah SWT.

5. Toleransi

Di sinilah perlu kita pahami dengan benar apa yang


dimaksud dengan toleransi yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain dalam bentuk yang optimal. Bukan dalam pandangan
yang sempit, sehingga maknanya bukan kelemahan dan kehinaan.
Tetapi, maksudnya adalah memberi kemudahan sebagaimana yang
diperoleh oleh syariat.

‫ أ ِ ا‬:‫ قال زسول هلال صلى هلال عليه وسلم‬:‫عن ابن مسعود زضي هلال عنه قال‬
‫ِل‬
‫ وب ِمن ت ِ ِح ِز ِم عليه لب ه ِِي ِن س ِهل‬،‫النِِا ِِز‬ ‫ِزكم ب ِمن ِي‬
‫النِِا ِز؟ على كح ِز ِمعلى قزي‬ ‫ِخ ِِب‬
‫أ‬

11
Dari Ibnu Mas'ud RA Rasulullah SAW bersabda, "Maukah
aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang haram masuk
neraka dan neraka haram atasnya? Setiap orang yang mudah, dekat,
dan toleransi." Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan komentar
hadits ini Hasan.

6. Menjauhkan diri dari marah.

Sesungguhnya kemarahan, fanatisme dan rasialisme adalah


sifat negatif dalam aktivitas pendidikan. Bahkan, demikian juga
dalam sosial kemasyarakatan. Apabila seseorang dapat menahan
amarahnya dan sanggup menguasai dirinya, maka itu adalah
kebahagiaan baginya dan bagi anak-anaknya. Demikian juga
sebaliknya. Nabi SAW pernah mewanti-wanti seseorang yang
datang meminta nasihat dari beliau... kali beliau bersabda, "jangan
marah!"

7. Seimbang dan proporsional.

Bersikap ekstrem adalah sifat yang tercela pada urusan


apapun. Oleh karena itu, kita dapat di Rasulullah SAW selalu suka
bersikap proporsional dan seimbang Dalam urusan tiang agama.
Maka, bagaimana pendapat anda pada urusan hidup lainnya yang
antara lain adalah aktivitas pendidikan yang merupakan urusan
terpenting.

8. Selingan dalam memberi nasihat.

Banyak bicara seringkali tidak memberikan hasil apa-apa.


Sebaliknya, memberikan nasihat yang baik dengan jarang justru
seringkali menghasilkan sesuatu yang besar dengan izin Allah. Oleh
karena itulah Imam Abu Hanifah menasihatkan kepada murid-
muridnya dengan mengatakan, "Janganlah engkau ungkap
pemahaman agamamu kepada orang yang tidak menginginkannya."

12
Sementara dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi
memberikan batasan tentang karakteristik pendidik, diantaranya:

1. Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu


melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi
akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan
Allah.
2. Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala
macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat
tercela.
3. Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya‟, pemaaf, dan
mencintai peserta didik juga mengatahui karakteristik anak
didiknya.

13
5. Tugas Pendidik Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
Jawab:

Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu


yang sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionalnya mendidik merupakan rangakaian proses mengajar,
memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
membiasakan dan sebagai berikut. Disamping itu pendidik juga bertugas
sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga
seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan


Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan
peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya
proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki guna ditranformasikan kepada peserta didik, serta melihat
kekurangan dan kelebihannya.

Tugas Pendidik secara umum:

Pada hakekatnya mengemban misi yang mengajak menusia untuk


tunduk dan patuh pada hukum – hukum Allah, guna memperoleh
keselamatan dunia dan akhirat.

Tugas Pendidik secara khusus:

1. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan


program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun,
dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.
2. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada
tinggakat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring
dengan tujuan Allah menciptakan manusia.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin dan
mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang
terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,

14
pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang
dilakukan itu.

Menurut Imam Gazali, yang dikutip oleh Mohd. Athiyah Al-


Abrasyi, guru memiliki kewajiban, yaitu:

1. Guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid.


2. Tidak mengrapkan balas jasa atau pun terimakasih.
3. Memberikan nasihat kepada murid.
4. Mencegah murid dari suatu akhlak yang tidak baik.
5. Memperhatikan tingkat akal pikiran anak.

Dengan memperhatikan tugas-tugas pendidik di atas, betapa berat


tugas pendidik, karena masa depan umat atau bangsa seakan-akan berada
dalam genggamannya. Jika tujuan pendidikan yang ditetapkan baik dan
proses mendidik dijalankan dengan baik, maka kualitas umat di masa depan
akan baik. Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa tugas seorang pendidik berat tetapi mulia, hanya orang-orang terpilih
saja yang dapat melaksanakan tugas berat tersebut. Pendidik yang baik dan
benar, pendidik yang selalu taat kepada petunjuk syari‟at adalah wakil Allah
di muka bumi, mereka adalah orang yang beruntung

15
6. Hubungan Antar Pendidik Dan Peserta Didik
Jawab:

Dalam hubungan dengan akhlak seorang peserta didik, khususnya


dengan penghormatan terhadap guru, dijelaskan oleh Ali bin Abi Thalib
sebagai berikut, Sebagian dari hak guru itu janganlah seorang murid banyak
bertanya kepadanya, dan jangan pula memaksanya agar menjawab berbagai
pertanyaan yang diajukan kepadanya. Selain itu seorang murid jangan pula
meminta sesuatu pada saat guru sedang letih, jangan menarik kainnya jika
ia sedang bergerak, jangan membuka rahasianya, jangan mencela orang di
depannya, jangan membuat ia jatuh atau terhina di depan orang lain, dan
kalau guru itu bersalah sebaiknya dimaafkan. Seorang murid wajib
menghormati dan memuliakannya, selama guru itu tidak melanggar
larangan Allah atau melalaikan perintah-Nya. (Abudin Nata: 1997: 83).

Pendidik dan peserta didik mempunyai hubungan satu sama lain,


antara lain yaitu, pelindung, menjadi teladan, pusat mengarahkan pikiran
dan perbuatan, saling percaya dan mempercayai, rasa setia, saling meminta
dan memberi.

Cara untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan peserta


didik adalah:
1. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga
sekolah, dan anggota masyarakat.
3. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.
4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

16
5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang
efektif dan efisien bagi peserta didik.
6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa
kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik
yangdi luar batas kaidah pendidikan.
7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan
yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya
secara adil.
11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didiknya.
13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan kemanusiaan.
14. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
15. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang
melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

17
16. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan professional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Arifuddin. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kultura


(GP Press Group).
Basri, Hasan dan Bani Ahmad Saebani. 2010. Ilmu Pendidikan Islam (Jilid
II). Bandung: CV Pustaka Setia.
Ihsan, A. H., & Ihsan, F. (2001). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Maisyaroh, M. (2019). Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah
Pendidikan Islami. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 4(2), 1-9
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: kencana prenada
media.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiSYogyakarta.
Tafsir, A. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakanya.

19

Anda mungkin juga menyukai