PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pendidik atau anak didik, sering dinisbatkan kepada proses pembelajaran di
sekolah. Sebuah proses pendidikan yang jika dilihat dari UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal
12 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas Pendidikan Dasar,Pendidikan
Menengah,dan Pendidikan Tinggi. Hubungan timbal balik antara pendidik (guru) dengan anak
didik (siswa) di sekolah, akan menjadi patokan atau ukuran berhasil tidaknya pelaksanaan
pendidikan.
Setiap sekolah pasti memiliki komponen pendidikan seperti sarana fisik (kantor, dll),
kurikulum, dan orang-orang (guru, pimpinan dan karyawan non edukatif dan pelajar). Komponen
dimaksud menyumbang dengan fungsi dan peranannya untuk keberhasilan lembaga pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif (rasa),kognitif (cipta),maupun psikomotorik (karsa).1
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada
peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan mampu berdiri sendiri dam memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu melaksanakan
tugas sebagai makhluk social dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Pendidik pertama dan utama adalahorang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung
jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses dan tidaknya anak
sangat tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya. Kesuksesan anak kandung
merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Sebagai pendidik pertama dan utama terhadap anak-anaknya orang tua tidak selamanya
memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anak-anaknya. Selain karena kesibukan kerja,
tingkat efektivitas dan efisiensi pendidikan tidak akan baik jika pendidikan hanya dikelola secara
alamiah. Dalam konteks ini anak lazimnya dimasukkan ke dalam lembaga sekolah, yang
1
https://www.anekamakalah.com/2012/12/peserta-didik-dalam-perspektif-filsafat.html
3
karenanya definisi pendidik disini adalah mereka yang memberikan pelajaran peserta didik yang
memegang suatu mata pelajaran tertentu di sekolah.
Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran atau ta’dib dan ta’lim, mengajar dan mendidik,
pengajar dan pendidik adalah sama. Keduanya tidak dapat dibedakan. Oleh karena itu, walau al-
Ghozali dalam konsep pendidikannya menggunakan kata ta’dib tetapi ta’lim, beliau tidak
membedakan kedua kata tersebut. Kalau pembedaan ini didasarkan pada adanya penekanan
masing-masing, pendidikan tekanannya pada aspek nilai dan pengajaran pada aspek intelek.
Maka,tidak dibedakannya antara pendidikan dan pengajaran, didasarkan pada al-Qur’an dan
sunnah rasul. Keduanya tidak hanya menekankan teori, mengesampingkan praktik, atau
sebaliknya menekankan praktik mengabaikan teori. Tidak hanya menekankan ilmu mengabaikan
amal atau sebaliknya menekankan amal mengabaikan ilmu. Keduanya merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam al-Qur’an dikenal dengan istilah iman dan amal sholih.
Dalam literature keislaman, guru sering disebut sebagai muallim, muaddib, faqih, dan
mu’id. Istilah-istilah ini mengandung makna yang sama, yakni orang yang secara sadar
bertanggung jawab untuk mengajar, melatih dan mendidik anak. Perbedaan istilah-istilah
dimaksud berada pada tempat dalam melaksanakan tugas. Muallim adalah pengajar tingkat
dasar, muaddib adalah guru-guru yang diundang ke istana, faqih adalah guru di college.
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, para pendidik adalah orang yang
mengupayakan terbentuknya manusia yang rasional dalam mengimani sesuatu yan bersifat
metafisikal, melakukan filter dalam menerima doktrin agama. Sedangkan petugas pendidik
antara lain yaitu:
4
c. Memiliki pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan,
dan lain-lainnya.
Pengetahuan ini tidak sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan diyakininya sendiri.
Kedudukan pendidik sebagai pihak yang “lebih” dalam situasi pendidikan. Haruslah dingat
bahwa pendidik adalah manusia dengan sifat yang tidak sempurna. Oleh karena itu, pendidik
harus selalu meninjau diri sendiri. Dari reaksi anak didik, hasil-hasil usaha pendidikan, pendidik
dapat memperoleh bahan-bahan kesamaan dari pihak anak didik. Kecaman yang membangun
pun besar sekali manfaatnya.2
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik yang memberikan
santapan jiwa dengan Ilmu, pembinaan akhalaq mulia dan meluruskan perilakunya yang buruk.
Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam islam. Dalam beberapa hadits
disebutkan: “jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pencinta, dan
janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak. “dalam hadits Nabi
SAW yang lain: “ tinta seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah
para syuhada.”3
Dalam pendidikan islam, guru memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Ketinggian
kedudukan guru bukan pada aspek materi atau kekayaan, tetapai keutamaan yang disediakan
oleh Allah di akhirat. Oleh karena itu menurut al-Ghozali, guru dituntut melaksanakan tugasnya
yaitu menyampaikan ilmu dan tidak terlalu mengharapkan materi. Al-ghozali lebih lanjut
menyatakan bahwa diantara adab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengikuti ajaran-
ajaran Rasulullah. Rasul tidak meminta upah (gaji) untuk mengajarkan ilmunya dan tidak
mengharapkan balas jasa. Bahkan rasul mengajar semata-mata hanya karena Allah dan
mengharapkan keridlaan-Nya.
2
https://www.anekamakalah.com/2012/12/peserta-didik-dalam-perspektif-filsafat.html
3
Al-Abrasyi M. Athiah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Dojhar
Bahry, 1990, Cet. VI, Jakarta : Bulan Bintang
5
Dengan demikian persoalan guru menerima imbalan (gaji) dari pekerjaannya
sebagaimana yang dikemukakan al-Ghozali, lebih merupakan kritik sosial,ajakan,dan sekaligus
refleksi dan pandangan-pandangannya yang beranjak dari sikap seorang sufi, yang lebih senang
kepada cara-cara hidup zuhud daripada bergelimang dengan kemewahan dunia.
Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutan pendidik, misalnya ada sebagian orang
yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada
orang lain sudah dikatakan sebagai pendidik. Sesungguhnya seorang pendidik bukanlah bertugas
itu saja, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manager of learning)
pengarah (director of learning), fasilitator dan perencana (the planner of future society). Oleh
karena itu fungsi dan tugas pendidik dalm pendidikan dapat disimpulkan menjadi 3 bagian, yaitu:
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan
berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, yang mengendalikan kepada diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya
pengarahan,pengawasan,pengorganisasian,pengontrolan,dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.
6
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip
keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa: (a) kegairahan dan kesediaan untuk mengajar
seperti memperhatikan: kesediaan, kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan peserta didik; (b)
membangkitkan gairah peserta didik; (c) menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik;
(d) mengatur proses belajar mengajar yang baik; (e) memperhatikan perubahan-perubahan
kecenderungan yang mempengaruhi proses mengajar; dan (f) adanya hubungan manusiawi
dalam proses belajar mengajar.4
1.Ustadz
Orang yang berkomitmen dengan profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap
dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja serta sikap continous improvement.
2.Mua’llim
3.Murabbi’
Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu
mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tdak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat, dan alam sekitarnya.
4
al Hasan bin Ali, Hajazy. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, terj. Muzaidi Hasbullah,2001.
Jakarta: Pustaka al-Kautsar
7
4.Mursyid
Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat
anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
5.Mudarris
Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui pengetahuan
dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
6.Muaddib
Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
5
https://www.anekamakalah.com/2012/12/peserta-didik-dalam-perspektif-filsafat.html
8
Kompetensi Personal-Religius
Kompetensi Sosial-Religius
Kompetensi Profesional-Religius
6
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami : Membangun Kerangka Ontologi, Epistomologio dan
Aksiologi Praktik Pendidikan, 2008, Cet. I, Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis
7
Al-Abrasyi M. Athiah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Dojhar
Bahry, 1990, Cet. VI, Jakarta : Bulan Bintang
9
· Sabar menerima masalah-masalah yang ditanyakan dan harus diterima baik
· Membimbing dan mendidik murid yang bodoh dengan cara yang sebaik-baiknya
Dari pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa persyaratan bagi seoran pendidik meliputi
beberapa aspek:
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, para pendidik adalah orang yang
menguayakan terbentuknya manusia yang rasional dalam mengimani sesuatu yan bersifat
metafisikal, melakukan filter dalam menerima doktrin agama. Sedankan ptugas pendidik antara
lain yaitu:
Pengetahuan ini tidak sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan diyakininya sendiri.
Kedudukan pendidik sebagai pihak yang “lebih” dalam situasi pendidikan. Haruslah dingat
bahwa pendidik adalah manusia dengan sifat yang tidak sempurna. Oleh karena itu, pendidik
harusselalu meninjau diri sendiri. Dari reaksi anak didik, hasil-hasil usaha pendidikan, pendidik
dapat memperoleh bahan-bahan kesamaan dari pihak anak didik. Kecaman yang membangun
pun besar sekali manfaatnya.
Dalam pendidikan islam, guru memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Ketinggian
kedudukan guru bukan pada aspek materi atau kekayaan, tetapai keutamaan yang disediakan
oleh Allah di akhirat. Oleh karena itu menurut al-Ghozali, guru dituntut melaksanakan tugasnya
yaitu menyampaikan ilmu dan tidak terlalu mengharapkan materi. Al-ghozali lebih lanjut
11
menyatakan bahwa diantara adab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengikuti ajaran-
ajaran Rasulullah. Rasul tidak meminta upah (gaji) untuk mengajarkan ilmunya dan tidak
mengharapkan balas jasa. Bahkan rasul mengajar semata-mata hanya karena Allah dan
mengharapkan keridlaan-Nya.
Fungsi dan tugas pendidik dalm pendidikan dapat disimpulkan menjadi 3 bagian, yaitu:
b. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan
berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, yang mengendalikan kepada diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan,
Untuk menjadi pendidik yang professional tidaklah mudah karena ia harus memiliki
berbagai kompetensi-kompetensi keguruan. Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik
ditentukan oleh tingkat kepekaannya dari bobot dasar dan kecenderungan yang dimilikinya. Hal
tersebut karena potensi itu merupakan tempat dan bahan untuk memproses semua pandangan
sebagai bahan untuk menjawab semua rangsangan yang datang darinya. Potensi dasar inilah
milik individu sebagai hasil dari proses yang tumbuh karena adanya anugerah dan inayah dari
Allah SWT.
12
Dari pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa persyaratan bagi seorang pendidik meliputi
beberapa aspek:
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.anekamakalah.com/2012/12/peserta-didik-dalam-perspektif-filsafat.html
Al-Abrasyi M. Athiah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Dojhar
Bahry, 1990, Cet. VI, Jakarta : Bulan Bintang
al Hasan bin Ali, Hajazy. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, terj. Muzaidi Hasbullah,2001. Jakarta:
Pustaka al-Kautsar
14