Dosen pengampu:
Disusun oleh:
BELLA SELVINA
Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat
tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru
setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. sangat menghargai pengetahuan.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu
sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang
belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka, tidak boleh tidak, Islam pasti
memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang
yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.
Karena Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan
Islam Islam adalah agama, maka pandangan tentang guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari
nilai-nilai kelangitan.
Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa
ilmu (pengetahuan) itu semuanya bersumber pada Tuhan.
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan
anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung-jawab adalah orangtua (ayah dan ibu)
anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu
karena orangtua ditakdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula
bertanggung-jawab mendidik anaknya.
A. Hakikat Guru
Dalam pengertian yang sederhan, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga
di Masjid, di Surau atau Musholla, di Rumah dan sebagainya.
Hakikat guru atau pendidik dalam islam pada perinsipnya tidak hanya mereka yang
mempunyai kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh dari bangku sekolah perguruan
tinggi. Melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu
dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. Matra
kognitif menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa
mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil
dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efesien, scara tepat guna.
Menerut Ahmad Tafsir, pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik. Mereka harus dapat mengupayakan seluruh potensi
peserta didik, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Potensi-potensi ini dikembangkan
sedenmikian rupa dikembangkan secara seimbang sampai mencapai tingkat yang optimal
berdasarkan ajran Islam.
Dalam kontek pendidikan Islam pendidik atau guru disebut dengan Murobbi, Mu’allim
Dan Muaddib. Kata atau istilah “Murobbi”,misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang
orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani.
Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua dalam membesarkan anaknya. Mereka
tentunya berusaha memberikan pelanyanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang
sehat dan berkepribadian serta akhlak yang terpuji.
"Apabila seorang alim meninggal maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak
dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain."
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu
sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar.
Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam
pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya
orang belajar dan mengajar dan tak terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa adanya
guru.
Tingginya keudukan guru dalam islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman
sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak
berani menantang sinar mata kyainya. Sebagian lagi membungkukkan badan tatkala mengahadap
rumah kyainya. Bahkan, konon ada santri yang tidak berani kencing menghadap rumah kyai
sekalipun berada dalam kamar yang tertutup. Betapa tidak, mea silau oleh tingkah laku kyai yang
begitu mulia, sinar matanya yang ‘menembus’, ilmunya yang luas dan dalam, do’anya yang
diyakini mujarab.
Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa
ilmu itu semuanya bersumber pada Tuhan.
Oleh sebab itu, Allah azza wa jalla berfirman:
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana."
(Al-Baqarah: 32)
Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, Karena arti Hakim
ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan
sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana Karena dianggap arti tersebut
hampir mendekati arti Hakim.
Ilmu datang dari Tuhan. Guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit
ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari
Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Maka kedudukan guru amat tinggi dalam Islam.
Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan antara guru dan murid.
Hubungan guru-murid dalam Islam tidak berdasarkan hubungan untung-rugi dalam arti ekonomi
yang menyebabkan pernah muncul pendapat di kalangan ulama’ Islam bahwa guru haram
mengambil upah (gaji) dari pekerjaan mengajar. Hubungan murid-murid dalam Islam pada
hakekatnya adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai niali kelangitan.
Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang berbeda dari
kedudukan guru di dunia Barat. Perbedaan itu jelas karena di Barat kedudukan itu tidak memiliki
warna kelangitan. Hubungan guru-murid juga berbeda. Perbedaan itu juga karena hubungan
guru-murid di Barat tidak lebih dari sekedar orang yang pengetahuannya lebih banyak daripada
murid. Hubungan guru-murid juga tidak lebih dari sekedar pemberi dan penerima. Karenanya
maka wajarlah bila di Barat hubungan guru-murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi
dan penerima jasa (dalam hal ini pengetahuan). Karena itu, hubungan juga dilihat oleh
pembayaran yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi.
Dalam sejarah, hubungan guru-murid dalam Islam ternyata sedikit demi sedikit berubah.
1. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
2. Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya.
3. Al-Ghazali menjelaskan kedudukan sangat tinggi yang diduduki oleh orang berpengetahuan
dengan ucapannya bahwa orang alim yang bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah
orang besar di semua kerajaan langit.
4. Peranan Guru
1) Korektor
2) Inspirator
3) Informator
4) Organisator
5) Motivator
6) Inisiator
7) Fasilitator
8) Pembimbing
9) Demonstrator
10) Pengelolaan Kelas
11) Mediator
12) Supervisor
13) Evaluator