Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

“KEDUDUKAN GURU DALAM ISLAM”

Dosen pengampu:

H AMIN ZUBAIDI M.pd

Disusun oleh:

BELLA SELVINA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

AGAMA ISLAM YASNI BUNGO

TAHUN AJARAN 2022


BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat
tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru
setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. sangat menghargai pengetahuan.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu
sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang
belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka, tidak boleh tidak, Islam pasti
memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang
yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.
Karena Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan
Islam Islam adalah agama, maka pandangan tentang guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari
nilai-nilai kelangitan.
Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa
ilmu (pengetahuan) itu semuanya bersumber pada Tuhan.
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan
anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung-jawab adalah orangtua (ayah dan ibu)
anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu
karena orangtua ditakdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula
bertanggung-jawab mendidik anaknya.

Kedua, karena kepentingan kedua orangtua yaitu orangtua berkepentingan terhadap


kemajuan perkembangan anaknya. Kemudian pendidik dalam Islam adalah guru.Kata guru
berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar.
Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru lebih banyak lagi
seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mu’allim, yang berarti orang yang mengetahui dan
banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada
pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-mudarris untuk arti orang yang mengajar atau
orang yang memberi pelajaran. Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti
guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam.
Jadi, guru yang dimaksud disini ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid,
biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Guru

Dalam pengertian yang sederhan, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga
di Masjid, di Surau atau Musholla, di Rumah dan sebagainya.

Hakikat guru atau pendidik dalam islam pada perinsipnya tidak hanya mereka yang
mempunyai kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh dari bangku sekolah perguruan
tinggi. Melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu
dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. Matra
kognitif menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa
mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil
dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efesien, scara tepat guna.

Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Di


pundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah
tujuan pendidikan yang telah diciptakan. Secara umum pendidik adalah mereka yang memiliki
tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya
melaksanakan proses pendidikan.

Menerut Ahmad Tafsir, pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik. Mereka harus dapat mengupayakan seluruh potensi
peserta didik, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Potensi-potensi ini dikembangkan
sedenmikian rupa dikembangkan secara seimbang sampai mencapai tingkat yang optimal
berdasarkan ajran Islam.

Dalam kontek pendidikan Islam pendidik atau guru disebut dengan Murobbi, Mu’allim
Dan Muaddib. Kata atau istilah “Murobbi”,misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang
orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani.
Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua dalam membesarkan anaknya. Mereka
tentunya berusaha memberikan pelanyanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang
sehat dan berkepribadian serta akhlak yang terpuji.

Sedangkan untuk istilah “Muallim”, pada umumnya dipakai dalam membicarakan


aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan, dari seorang
yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah “Muaddib”, menurut Al-Attas, lebih
lebih luas dari istilah “Muallim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.

B. KEDUDUKAN GURU DALAM ISLAM


Kita menemukan banyak sekali hadits yang mengajarkan betapa tinggi kedudukan orang
berpengetahuan yang biasanya dihubungkan pula dengan orang yang menuntut ilmu. Al-Ghazali
menjelaskan kedudukan sangat tinggi yang diduduki oleh orang berpengetahuan dengan
ucapannya bahwa orang alim yang bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah orang besar di
semua kerajaan langit. Dia seperti matahari yang menerangi alam. Ia mempunyai cahaya dalam
dirinya. Seperti minyak wangi yang mengharumi orang lain karena ia memang wangi.
Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya.
Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain adalah suatu
pengamalan yang paling dihargai oleh Islam. Mengutip kitab Ihya’ Al-Ghazali yang mengatakan
bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan
besar dan penting. guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan Islam amat
menghargai ilmu.

Pengahargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam sebuah sebuah hadits:

"Apabila seorang alim meninggal maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak
dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain."

Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu
sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar.
Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam
pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya
orang belajar dan mengajar dan tak terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa adanya
guru.
Tingginya keudukan guru dalam islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman
sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak
berani menantang sinar mata kyainya. Sebagian lagi membungkukkan badan tatkala mengahadap
rumah kyainya. Bahkan, konon ada santri yang tidak berani kencing menghadap rumah kyai
sekalipun berada dalam kamar yang tertutup. Betapa tidak, mea silau oleh tingkah laku kyai yang
begitu mulia, sinar matanya yang ‘menembus’, ilmunya yang luas dan dalam, do’anya yang
diyakini mujarab.
Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa
ilmu itu semuanya bersumber pada Tuhan.
Oleh sebab itu, Allah azza wa jalla berfirman:
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana."
(Al-Baqarah: 32)
Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, Karena arti Hakim
ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan
sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana Karena dianggap arti tersebut
hampir mendekati arti Hakim.
Ilmu datang dari Tuhan. Guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit
ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari
Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Maka kedudukan guru amat tinggi dalam Islam.
Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan antara guru dan murid.
Hubungan guru-murid dalam Islam tidak berdasarkan hubungan untung-rugi dalam arti ekonomi
yang menyebabkan pernah muncul pendapat di kalangan ulama’ Islam bahwa guru haram
mengambil upah (gaji) dari pekerjaan mengajar. Hubungan murid-murid dalam Islam pada
hakekatnya adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai niali kelangitan.
Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang berbeda dari
kedudukan guru di dunia Barat. Perbedaan itu jelas karena di Barat kedudukan itu tidak memiliki
warna kelangitan. Hubungan guru-murid juga berbeda. Perbedaan itu juga karena hubungan
guru-murid di Barat tidak lebih dari sekedar orang yang pengetahuannya lebih banyak daripada
murid. Hubungan guru-murid juga tidak lebih dari sekedar pemberi dan penerima. Karenanya
maka wajarlah bila di Barat hubungan guru-murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi
dan penerima jasa (dalam hal ini pengetahuan). Karena itu, hubungan juga dilihat oleh
pembayaran yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi.
Dalam sejarah, hubungan guru-murid dalam Islam ternyata sedikit demi sedikit berubah.

.C. Peranan Guru


Dalam perspektif Islam keberadaan, peranan, dan fungsi guru merupakan keharusan yang
tidak bisa diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa "kehadiran" guru. Guru merupakan penentu
arah dan sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum, sarana, bentuk pola sampai kepada
usaha bagaimana anak didik seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam rangka mengakses
diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup. Guru merupakan resi yang berperan sebagai
"Pemberi Petunjuk" kearah masa sepan anak didik yang lebih baik.
Peran dan tanggung jawab guru dalam proses pendidikan sangat berat. Apalagi dalam
konteks pendidikan Islam, dimana semua aspek kependidikan dalam Islam terkait dengan nilai-
nilai (value bound), yang melihat guru bukan hanya pada penguasaan material-pengetahuan,
tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan spiritual yang diembannya untuk
ditransformasikan kearah pembentukan kepribadian anak didik. Sebagai komponen paling pokok
dalam Islam, guru dituntut bagaimana membimbing, melatih, dan membiasakan anak didik
berprilaku baik. Karena itu, eksistensi guru tidak saja mengajarkan tetapi sekaligus
mempratekkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai kependidikan Islam.
Banyak peranan guru yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang
telah yang menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti
diuraikan dibawah ini.
a. Korektor, Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di
masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik
yang berbeda-berbeda sesuai dengan sosial kultural masyarakat dimana anak didik tinggal akan
mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru perhatikan dan semua nilai yang
buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru
telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua
sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap
dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah. Tetapi diluar sekolahpun harus dilakukan. Sebab
tidak jarang diluar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap
norma-norma susila, moral, sosial dan agama yang hidup di masyarakat.
b. Inspirator, Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus
dapa memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang
baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari teori-teori belajar, dari penaglaman pun bisa
dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi
bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
c. Informator, Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran
yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan
efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan bahan yang akan diberikan
kepada anak didik.
d. Organisator, sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru.
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib
sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga
dapat mencapai efektivitas dan efesiensi belajar pada diri anak didik.
e. Motivator, Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-
motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah.
Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam intrkasi edukatif, karena menyangkut
esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam
personalisasi dan sosialisasi diri.
f. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide
kemajuan dalam pendidikan pengajaran. proses intraksi edukatif yang ada sekarang harus
diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
g. Fasilitator, sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak
menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas
belajar yang kurang memadai. Menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi
tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipata lingkungan belajar yang
menyenangkan anak didik.
h. Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua peranan yang telah
disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena
kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa.
Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan
dirinya.
i. Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik
pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang
sukar dipahami anak didik. Guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan apa
yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman
anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun
dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
j. Pengelolaan Kelas, Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas
dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka
menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya
interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan
pengajaran. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh
kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang
optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
nnencapai hasil yang baik dan optimal.
k. Mediator, sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan dalarn berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial
maupun materil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi
edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan
dengan pencapaian tujuan pengajaran.
l. Supervisor, Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai
dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih
baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan
yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. atau karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang
menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya. Dengan sernua kelebihan yang dimiliki, ia
dapat melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang
disupervisi.
m. Evaluator, Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan
jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian
terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai
(values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas.
Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap
jawaban anak didik ketika diberikan tes. Anak didik yang berprestasi baik, belum tentu memiliki
kepribadian yang baik. Jadi, penilaian itu pada hakikatnya diarahakan pada perubahan
kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap
BAB III
KESIMPULAN

1. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
2. Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya.
3. Al-Ghazali menjelaskan kedudukan sangat tinggi yang diduduki oleh orang berpengetahuan
dengan ucapannya bahwa orang alim yang bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah
orang besar di semua kerajaan langit.
4. Peranan Guru
1) Korektor
2) Inspirator
3) Informator
4) Organisator
5) Motivator
6) Inisiator
7) Fasilitator
8) Pembimbing
9) Demonstrator
10) Pengelolaan Kelas
11) Mediator
12) Supervisor
13) Evaluator

Anda mungkin juga menyukai