PENDAHULUAN
Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi
pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan
bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong
yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta didik harus
aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus dalam
upaya pengembangan keilmuannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu unsur penting dalam proses pendidikan adalah pendidik. Secara
umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang
bertugas di sekolah, tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai menunggal
dunia.
Dalam ajaran Islam, pendidik (Guru) mendapatkan penghargaan yang tinggi.
Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru
setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal ini dikarenakan guru selalu
terkait dengan ilmu (pengetahuan); sedangkan Islam ssangat menghargai
pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam hadits yang
artinya sebagai berikut:
2
Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam.
Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan
mengajar; yang belajar adalah calon guru, yang mengajar adalah guru. Maka tidak
boleh tidak, Islam memuliakan guru. Tak terbayangkan adanya belajar dan
mengajar tanpa adanya guru.
Mengenai tugas pendidik, ahli pendidikan Islam dan ahli pendidikan Barat
telah sepakat bahwa tugas pendidik adalah mendidik. Mendidik dapat dilakukan
dengan mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain. Dalam pendidikan di sekolah, tugas
pendidik adalah mendidik dengan cara mengajar. Tugas pendidik dalam rumah
tangga berupa membiasakan, memberi contoh yang baik, memberi pujian,
dorongan, dan lain-lain yang diperkirakan menghasilkan pengaruh positif begi
pendewasaan anak.
Dalam literatur Barat diuraikan tugas-tugas guru tidak hanya mengajar.
Ag.Soejono (1982:62) merinci tugas pendidik sebagai berikut:
3
Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik
memilihnya dengan tepat.
Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan peserta didik berjalan dengan baik.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala peserta didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya1.
Sedangkan dalam literatur yang ditulis oleh ahli pendidikan Islam, tugas pendidik
ternyata bercampur dengan syarat dan sifat pendidik. Ada beberapa pernyataan
tentang tugas guru, yaitu:
Tugas-tugas pendidik yang diajarkan oleh penulis Muslim ini dapat ditambahkan
tugas-tugas pendidik yang dianjurkan oleh Soejono. Dalam tugas-tugas ini pun
tidak disebut secara tegas tugas pendidik sebagai pengajar biang studi. Memang
adakesulitan untuk mengetahui apa sebenarnya tugas seorang pendidik dalam
pandangan penulis Muslim karena mereka mencampurkan tugas, syarat, dan sifat
pendidik. Untuk sementara dapat dipegang bahwa tugas pendidik adalah yang
telah disebutkan sebelumnya. Secara singkat dapat juga disimpulkan bahwa tugas
pendidik dalam Islam adalah mendidik peserta didik dengan cara mengajar dan
dengan cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
1
Ag. Soejono, Pendidikan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung : CV. Ilmu, 1982), h. 63-65
4
untuk menjunjung penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai
pendidik, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan khususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Pendidik juga diartikan sebagai orang
dewasa yang membimbing anak agar si anak tersebut bisa menuju kearah
kedewasaan. Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik.2
Tugas sebagai pendidik adalah merupakan suatu tugas yang luhur dan berat.
Dipundak para pendidik terletak nasib suatu bangsa. Maju atau mundurnya suatu
negara dimasa mendatang banyak bergantung pada keberhasilan atau tidaknya
barisan barisan para pendidik dan mengemban misinya. Syarat- syarat pendidik
diantaranya sebagai berikut:
Takwa kepada Allah. Seorang Pendidik tidak mungkin mendidik anak agar
bertaqwa kepada Allah jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada-Nya.
Sehat jasmani dan rohani. Jasmani yang tidak sehat akan menghambat
pelaksanaan pendidikan. Bahkan dapat membahayakan anak didik bila
mempunyai penyakit menular. Dari segi rohani, orang gila juga berbahaya
bila ia mendidik.
Adapun karakteristik guru adalah pelengkap dari syarat menjadi seoran guru.
Karakteristik / sifat dapat juga dikatakan syarat minimal yang harus dipenuhi oleh
pendidik. Al-abrasyi menyebutkan bahwa pendidik dalam islam sebaiknya
2
Uyoh Sadulloh, Pedagogik Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2011), 128
5
memiliki sifat pendidik sebagai berikut: Zuhud, bersih tubuhnya, bersih jiwanya
tidak riya’, tidak memendam rasa dendam dan iri hati, tidak menyenangi
permusuhan, ikhlas dalam melaksanakan tugas, sesuai perbuatan dengan
perkataan, tidak malu mengakui ketidak tahuan, bijaksana, tegas dalam perkataan
dan perbuatan tetapi tidak kasar, rendah hati, lemah lembut, pema’af, sabar,
berkepribadian,tidak merasa rendah diri, bersifat kebapakan atau keibuan,
mdanengetahui karakter murid.
6
mampu mengambil atau memegang benda dan kaki belum mampu melangkah
atau berjalan.3
Dari hal tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain
(pendidik) untuk membantu mengarahkan serta mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Potensi yang dimilki tidak akan tumbuh dan berkembang secara
optimal tanpa bimbingan pendidik. Karena itu, pendidik perlu pemahaman secara
konkrit tentang peserta didik. Untuk itu, perlu diperjelas beberapa diskripsi
tentang hakikat peserta didik serta implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:
Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya
sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap
mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan engan pendidikan orang
dewasa, baik dalam aspek metode mengajar, materi yang diajarkan,sumber
bahan yang digunakan, dan lain sebagainya.
3
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami : Membangun Kerangka Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi
Praktik Pendidikan (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2008), Cet. I, hlm. 148
7
dipahami oleh pendidik agar tugas-tugas kependidikannya dapat berjalan
secara baik dan lancer.4
Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, baik yaitu jasmani
dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya pisik yang menghendaki latihan
dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara
unsur rohaniah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk
mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya di arahkan
untuk mengasah daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional.
Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan
akhlak dan ibadah. Konsep ini bermakna bahwa suatu proses pendidikan
Islam hendaknya dilakukan dengan memandang peserta didik secara utuh.
Dalam dataran praktis pendidikan Islam bukan hanya mengutamakan
pendidikan salah satu aspek saja, melainkan kedua aspek secara integral
dan harmonis. Bila tidak maka pendidikan tidak akan mampu menciptakan
out put yang memiliki kepribadian utuh, akan tetapi malah sebaliknya
yaitu kepribadian yang ambigu.5
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Disini tugas pendidik
adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa melepas
tugas kemanusiaannya.
8
Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia
menuntut ilmu.
Jangan melakukan aktivitasi ketika belajar kecuali atas izin dan petunjuk
pendidik.
9
Peserta didik hendaknya mengulang setiap pelajaran dan menyusun jadwal
belajar dengan baik guna meningkatkan kedisiplinannya.
Menghargai ilmu dan bertekad untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.
semua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus
dijadikan sekaligus pegangan dalam menuntut ilmu.
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, baik langsung maupun tidak
langsung. Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok sifat-sifat yang patut dimiliki
peserta didik, yaitu sebagai berikut:
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
Rendah hati
Selain itu, peserta didik perlu merenungkan pemikiran Ali bin Abi Tholib
daalam ungkapannya, “Ingatlah, engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu keculi
dengan enam syarat, aku akan menjelaskan padamu dengan jelas, yaitu
kecerdasan (akal), motivasi atau kemauan yang keras, sabar, alat (sarana),
6
Ramayulis, Filsafat Pendidikan …hal.399
10
petunjuk guru, dan teru-menerus (kontinu) atau tiak cepat bosan dalam mencari
ilmu.”
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu bersatu. Mereka dalam satu jiwa,
terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi mereka tetap satu sebagai
“Dwi Tunggal” yang kokoh bersatu. Posisi merekan boleh berbeda, tetapi tetap
seiring setujuan, bukan seiring tetapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa pendidik dan
peserta didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu.
Pendidik dan peserta didik mempunyai hubungan satu sama lain, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelindung
Orang dewasa selalu menjaga dan memperhatikan kepada peserta didik.
Dengan demikian peserta didik selalu diberi perlindungan baik jasmaniah maupun
rohaniah. Selain itu juga diberi perlindungan dengan jalan memberi pelajaran
kepada peserta didik untuk dapat mengendalikan diri atas perbuatan dan ucapan.
Pendidik selalu menjaga anak didiknya agar tidak merugikan dirinya baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Menjadi teladan
Orang tua atau pendidik secara sengaja atau tidak akan menjadi teladan
bagi Si Anak yang ingin berbuat serupa dengan orang dewasa. Pendidik selalu
berbuat dihadapan anak dan selalu berbuat bersama-sama dengan anak. Maka
perlu bagi pendidik untuk memperhatikan segala gerak-geriknya dalam berbuat
dan percakapannya dengan anak.
3. Pusat mengarahkan pikiran dan perbuatan
Pendidik acap kali mengikut sertakan peserta didik dengan apa-apa yang
dipikirkan, baik yang menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang
dipertimbangkan. Jadi, menjelaskan berbagai hal kepada peserta didik mengenai
apa yang dipikirkan. Anak diajak memahami serta menerima pendirian dari
pendidiknya. Peserta didik diturut sertakan ke dalam kehidupan pendidik dengan
11
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanggung jawab dan
merangsang makin bertanggung jawab, juga mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kepentingannya sendiri. Di dalam hal-hal tertentu hendaknya anak dapat
diberikan tanggungjawab penuh.
4. Pencipta perasaan bersatu
Peserta didik seolah-olah telah terbiasa di dalam suasana perasaan bersatu
dengan pendidik. Dari suasana ini anak mendapatkan pengalaman dasar untuk
hidup bermasyarakat, antara lain:
Rasa setia
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Salah satu unsur penting dalam proses pendidikan adalah pendidik. Secara
umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan
peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan
bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkan serta
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pada dasarnya, pendidik dan peserta didik merupakan dwi tunggal yang
kokoh bersatu. Keduanya, memiliki hubungan yang erat. Dalam rangka
memperkokoh hubungan keduanya, harus ditanamkan kasih sayang,
penghormatan serta kepercayaan anatar pendidik dan peserta didik.
3.2. Saran
Disarankan kepada mahasiswa agar mencari lebih banyak lagi informasi
mengenai esensi pendidik dan peserta didik dalam perspektif filsafat pendidikan
islam. Dari berbagai sumber sehingga mahasiswa lebih paham.
13
DAFTAR PUSTAKA
Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan
Prktis,Jakarta: Ciputat Pres
14