Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HADIS SOSIAL

RELASI GURU DAN MURID

DI SUSUN OLEH:

MELDA SULIKASASI (190602039)

PRODI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USULUDDIN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ( UIN ) MATARAM

TAHUN 2020-2021
ENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pada zaman modern ini, etika para murid mengalami penurunan. Kita banyak melihat murid-
murid yang berbicara kasar kepada gurunya, berbicara dengan seenaknya. Menganggap guru
sebagai teman itu boleh-boleh saja, akan tetapi tetap harus mempunyai rasa hormat kepada guru.
Tetapi tidak hanya murid yang tidak sopan terhadap gurunya, ada juga guru yang bersikap kasar
kepada muridnya. Banyak sekali kasus yang kita temui mengenai guru yang melakukan tindakan
kepada murid-muridnya.
Maka dari itu, dalam tulisan ini akan sedikit dipaparkan mengenai etika guru terhadap
muridnya, dan juga etika murid terhadap gurunya dalam bidang pendidikan. Agar para murid dan
para guru tau batasan-batasan seperti apa yang harus diperhatikan dalam hal belajar dan
mengajar.

2.      Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian pendidikan?
2.      Apa pengertian guru dan murid?
3.      Bagaimana etika guru terhadap muridnya dalam dunia pendidikan?
4.      Bagaimana etika murid terhadap gurunya?
PEMBAHASAN
 

1.      Pengertian Pendidikan


Menurut Ahmad Tafsir pengertian pendidikan secara luas adalah Pengembangan pribadi
dalam semua aspek-aspeknya dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi
adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, pendidikan
oleh orang lain, seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati.
Selain pengertian di atas pendidikan dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi pandangan
masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi muda ke generasi muda agar
hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan atau dengan kata lain masyarakat memiliki nilai-nilai
budaya tradisional mengenai kehamilan, misalnya mitoni, ningkepi, dan sebagainya. Tradisi ini
dilakukan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut terpelihara. Adapun dari
kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan
tersembunyi. Pendidikan sebenarnya bukan hanya merupakan suatu usaha manusia untuk
menambah pengetahuan dan kemampuan dalam mencapai cita-cita hidup, tetapi juga
penghayatan nilai-nilai. Manusia mempunyai berbagai kesanggupan, kalau kita pandai
menggunakannya bisa berupa emas dan intan, bisa mewujudkan harapan dan keinginan, dengan
kata lain kemakmuran manusia tergantung pada keberhasilannya. Pendidikannya dalam mencari
dan menggarap kekayaan yang terpendam pada setiap individu.
Adapun jenjang jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi segala sikap dan tindakan setiap
individu.

2.      Pengertian Guru dan Murid


         Guru
Dalam Undang-undang RI Nomor 14  tahun 2005 pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Secara etimologis atau dalam arti sempit guru berkewajiban mewujudkan program kelas
adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas.
Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran
yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.
Adapun pengertian guru secara terminologi memiliki banyak arti. Menurut pandangan
beberapa pakar pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Ahmad Tafsir
Mendifisikan pendidikan dalam Islam sama juga dengan teori Barat, yaitu siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, baik potensi kognitif, afektif, maupun
potensi psikomotorik.
b.      Ahmad D Marimba
Sebagai orang memikul pertanggungan jawab untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang
karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik.
c.       Zakiyah Daradjat
Sebagai pendidik profesional, sebab secara implisif ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

         Murid
Unsur kedua yang memegang peranan penting dalam pendidikan adalah anak didik atau
murid. Murid adalah manusia yang akan dibentuk oleh dunia pendidikan. Ia adalah objek
sekaligus subjek, yang tanpa keberadaannya proses pendidikan mustahil berjalan.
Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui
lembaga pendidikan formal, khususnya berupa sekolah.
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi
terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid harus memiliki perasaan diterima
(membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima
itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.
3.      Etika Guru terhadap Murid dalam Pendidikan
Guru merupakan seseorang yang sangat penting bagi muridnya, karena dialah yang menjadi
panutan bagi murid-muridnya itu. Dia merupakan contoh untuk murid-muridnya di sekolah,
karena sekolah adalah tempat untuk belajar setelah pembelajaran dalam keluarga. Untuk hal ini,
guru (pendidik) memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan peserta didik untuk
terus belajar dan belajar karakter. Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh oleh guru
(pendidik).
         Guru memilih model atau metode pembelajaran yang dapat melibatkan partisipasi aktif peserta
didik dalam setiap proses pembelajaran di kelas.
         Guru perlu mengajak orangtua peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam membantu
terlaksananya pendidikan karakter bagi putra-putri mereka, seperti menjadikan rumah tinggal
(keluarga) sebagai basis utama pembangunan karakter.
         Guru juga harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik agar ia
dapat belajar dengan efektif dalam suasana belajar yang aman; aktif; kreatif demokratis; serta
didukung dengan kedisiplinan, kejujuran, dan kesantunan.
         Guru juga harus memfasilitasi peserta didiknya agar terbiasa dengan sikap dan perilaku yang
berkarakter.
         Guru juga dituntut memahami karakteristik para peserta didiknya yang beragam sehingga ia
dapat menerapkan kurikulum yang tepat demi terwujudnya lulusan yang berkarakter.
         Hal yang sangat penting adalah guru harus menjadi model atau teladan (uswah hasanah) bagi
peserta didik yang dapat memudahkan tugasnya dalam melaksanakan pendidikan karakter, baik
di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Beberapa peran guru seperti di atas
sangatlah penting untuk diperhatikan.
Selain itu guru juga sangatlah penting sebagai pemberi ilmu kepada muridnya, karena di dalam
Islam ilmu itu sendiri wajib untuk dituntut.

Artinya: ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”. (Ibnu Majah).

ْ َ‫ض ُل ا ْل ِع ْل ِم َخ ْي ٌر ِمنْ ف‬
ُ ‫ض ِل ا ْل ِعبَا َد ِة َو َخ ْي ُر ِد ْينِ ُك ُم ا ْل َو َر‬
‫ع‬ ْ َ‫ف‬
Artinya: “Keutamaan ilmu lebih baik daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian
adalah sikap wara’.” (Ath-Thabrani).
Dari kedua hadis di atas dapat kita ketahui bahwa guru sangatlah penting sebagai pembawa
ilmu yang wajib kita tuntut itu. Akan tetapi guru juga harus mempunyai etika yang baik karena
dia merupakan teladan bagi muridnya. Berikut beberapa etika guru terhadap muridnya:
         Seorang guru dalam menyampaikan proses belajar kepada santri hendaknya dengan niat;
mencari ridlo Allah SWT, menyebarkan ilmu, menghidupkan syariat agama, menghilangkan
kebatilan, terpeliharanya kebaikan iman dengan tumbuhnya generasi ulama, memperoleh pahala
dari mereka, mendapat barokah doa dari mereka, terhitung dalam orang yang menyampaikan
hukum-hukum Allah SWT.
         Tidak ada alasan untuk tidak mengajar karena tidak adanya keikhlasan. Mengajarlah sekalipun
belum ikhlas, sambil membenahi niat yang benar.
         Mencintai siswa seperti halnya seorang guru yang mencintai dirinya sendiri
         Memberikan kemudahan dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami.
         Menyampaikan materi pembelajaran dengan semangat yang tinggi.
         Menganjurkan kepada siswa untuk mengulang hafalan.
         Menegur siswa yang belajar diluar kemampuannya.
         Tidak boleh menonjolkan rasa pilih kasih.
         Buatlah suasana yang harmonis dalam ruang kelas, ingatkan siswa yang tidak hadir dengan baik.
         Memperhatikan apa saja yang dikerjakan para siswa, baik dalam penyampaian salam,
berkomunikasi, saling tolong menolong dalam kebaikan.
         Apabila ada siswa yang absen melebihi batas izin maka tanyakan kondisi dan keadaannya.
         Menaruh rasa tawadu’ kepada siswa dan orang yang meminta petunjuk.
         Berbicara dengan siswa dengan sopan dan santun terlebih kepada mereka yang berprestasi.
Selain itu saat guru mengajarkan ilmu kepada muridnya, guru tidak boleh bersikap keras atau
kasar kepada muridnya. Al-Harits, Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi meriwayatkan:

ِ ِّ‫َعلِّ ُم ْوا َوالَ تُ َعنِّفُ ْوا فَِإنَّ ا ْل ُم َعلِّ َم َخ ْي ٌر ِمنَ ا ْل ُم َعن‬


‫ف‬
Artinya: "Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian bersikap keras, karena sesungguhnya
mengajar ilmu lebih baik dari orang yang bersikap keras".
Terlihat dengan jelas, bahwa seorang guru merupakan salah satu sosok penting dalam
kehidupan. Maka dari itu seorang guru harus mempunyai etika yang baik yang pantas untuk
dicontoh bagi murid-murid yang menuntut ilmu kepadanya.

4.      Etika Murid terhadap Guru


Etika adalah penentu kebahagiaan seseorang, kurangnya etika akan membawa kehancuran.
Dengan etika akan membawa kebaikan di akhirat nanti. Murid adalah orang yang menuntut ilmu
kepada guru, untuk mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari guru, murid haruslah
mempunyai adab atau etika yang baik. Menurut Syeikh Ahmad Nawawi, adab murid
terhadap guru antara lain:
         Murid harus taat kepada guru terhadap apa yang diperintahkan di dalam perkara yang halal.
         Murid harus menghormati guru.
         Mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru, karena perilaku itu bisa membuat guru
senang.
         Ketika murid bertemu guru di tepi jalan, hendaklah murid menghormati guru dengan berdiri dan
berhenti.
         Murid hendaknya menyiapkan tempat duduk guru sebelum guru datang.
         Ketika duduk di hadapan guru harus sopan seperti ketika sedang sholat yaitu dengan
menundukkan kepala.
         Murid harus memperhatikan penjelasan guru.
         Murid jangan bertanya ketika guru sedang lelah.
         Ketika duduk dalam suatu majelis pelajaran, murid hendaklah tidak menolah-noleh ke belakang.
         Murid jangan bertanya kepada guru tentang ilmu yang bukan di bidangnya atau bukan ahlinya.
         Murid harus memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya untuk mengikat ilmu agar tidak
mudah hilang.
         Murid harus berprasangka baik terhadap guru.
Semua hal di atas sangatlah penting bagi seorang murid, karena dengan adanya hal tersebut
di dalam dirinya, maka ilmu yang dia peroleh akan sangatlah bermanfaat.
Kita dapat mengambil contoh dari Ar-Rabi’ bin Sulaiman yang tidak berani meminum air di
saat berada di hadapan gurunya, dia tidak berani melakukannya karena dia segan terhadap
gurunya. Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,

َ ‫اجتَ َرْأتُ َأنْ َأش َْر‬


ُ‫ب ا ْل َما َء َوالشَّافِ ِع ُّي يَ ْنظُ ُر ِإلَ َّي َه ْيبَةً لَه‬ ْ ِ ‫َما َوهَّللا‬
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena
segan kepadanya”.
Hal tersebut murupakan sesuatu yang layak dan baik untuk kita tiru. Kita juga harus
memuliakan seseorang yang lebih tua dari kita, seperti orangtua kita di rumah termasuk guru kita
di sekolah, karena guru atau orang yang berilmu itu harus diutamakan pandangannya. Rasulullah
sallallahualaihi wasallam bersabda:

‫ َويَ ْع ِرفْ لِ َعالِ ِمنَا‬،‫يرنَا‬ َ ِ‫س ِمنَّا َمنْ لَ ْم يُ ِج َّل َكب‬


َ ‫ َويَ ْر َح ْم‬،‫يرنَا‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ‫لَ ْي‬
Artinya: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar
diutamakan pandangannya).” (Ahmad).
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa murid adalah orang yang mencari ilmu.
Dalam perjalanan mencari ilmu itu murid haruslah mempunyai adab dan etika yang baik seperti
menghormati gurunya. Karena dengan adanya etika tersebut, maka ilmu yang didapatnya akan
sangatlah berguna bagi kehidupan ini.
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru dalam mengajarkan ilmunya
kepada murid haruslah dengan cara yang baik. Saat berbicara dengan muridnya diusahakan
untuk selalu tersenyum, iklas, dan tetap menjaga kesopan santunan walaupun dengan muridnya
sendiri.
Begitu juga dengan murid, murid harus mempunyai rasa hormat kepada gurunya. Tidak
boleh berkata kasar, dan selalu menuruti perintah guru asalkan hal itu baik. Selalu menghargai
guru dan memuliakannya.

Anda mungkin juga menyukai