Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM DAN


PENDIDIKAN SAAT INI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: DR. MUHAMMAD AHSANUL HUSNA, M.Pd

NAELUL FALACHI 22200011067

MUHAMMAD NURZAINI 22200011066

MUHAMMAD AL AKHOSH 22200011065

MUHAMAD SANTOSO 22200011064

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WAHIB HASYIM SEMARANG
TA. 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

memajukan kehidupan. Prinsip mempertahankan hidup terletak pada tiga

orientasi dasar yaitu :

1. Hubungan manusia dengan Tuhan.

2. Hubungan dengan sesama manusia.

3. Hubungan dengan alam semesta, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang.

Proses inilah yang mendorong manusia kearah kemajuan hidup sejalan

dengan tuntutan zaman. Untuk sampai kepada kebutuhan tersebut diperlukan

suatu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam

dimensi daya cipta, rasa dan karsa masyarakat serta anggota-anggotanya.

Pendidikan berkembang dari sederhana, yang berlangsung ketika

manusia masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang serba sederhana

serta konsep tujuan yang amat terbatas, sampai pada bentuk pendidikan yang

sarat dengan metode, tujuan, serta model pendidikan yang sesuai dengan

masyarakat saat ini. Dengan demikian antara pendidikan dan masyarakat terus

berkompetisi untuk maju. Khusus masyarakat islam yang berkembang sejak

Nabi Muhammad, pendidikan merupakan kunci kemajuan. Sumber-sumber

pokok ajaran islam yang berupa al-qur'an dan hadits, mendorong pemeluknya

untuk menciptakan pola hidup maju, sehingga kesejahteraan berhasil diciptakan.


Pendidikan islam berusaha merealisasikan misi agama islam dalam tiap

pribadi manusia, yaitu menjadikan manusia sejahtera dan bahagia dalam cita

islam. Cita-cita islam mencerminkan nilai-nilai normatif dari Tuhan yang

bersifat abadi dan absolut. Nilai-nilai inilah yang seharusnya

ditumbuhkembangkan dalam diri manusia melalui proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendidik dalam pendidikan islam?

2. Bagaimana konsep pendidik dalam pendidikan islam ?

3. Apa saja tugas pendidik dalam pendidikan islam?

4. Apa saja kompetensi pendidik dalam pendidikan islam?

5. Apa saja kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik dalam pendidikan

islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari pendidik dalam pendidikan islam.

2. Mengetahui konsep pendidik dalam pendidikan islam.

3. Mengetahui tugas pendidik dalam pendidikan islam.

4. Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki pendidik dalam pendidikan

islam.

5. Mengetahui kode etik seorang pendidik dalam pendidikan islam.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik

Muhaimin secara utuh mengemukakan karakteristik tugas-tugas pendidik

dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya Muhaimin menggunakan istilah-

istilah ustadz, mu'alim, murabbi, mursyid, mudarris danmu'addib.1[1]Untuk

lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut:

1. Ustadz adalah orang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat

pada dirinya setiap dedikatif, komitmen terhadap mutu, proses dan hasil

kerja, serta sikap continuous improvement.

2. Mu'allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu

mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,

menjelaskan fungsi teoritis praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu

pengetahuan, internalisasi implementasi (amaliah).

3. Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar

mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya

untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam

sekitarnya.

4. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi

diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didik.

5. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi

serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan dan


1[1] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.89
berusaha mencerdaskan peserta didik, memberantas kebodohan, serta

melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kenampuannya.

6. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk

bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas dimasa

depan.

Dalam pendidikan islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh

potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun

psikomotorik (karsa).2[2]

Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab

memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi

tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah SWT dan mampu melakulan

tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.3[3]

2[2] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada
Media,2006)hlm.87

3[3] Ibid,.
B. Konsep Pendidik

Pendidik terbagi dua, yaitu :

1. Pendidik Kodrat

Orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap

anak adalah orang tuanya. Orang tua disebut pendidik kodrat karena mereka

mempunyai hubungan darah dengan anak. Orang tua harus menerima,

mencintai, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama

(kekerabatan) agar anak memiliki nilai hidup, jasmani, nilai keindahan, nilai

kebenaran, nilai moral, nilai keagamaan dan bertindak sesuai dengan nilai-

nilai tersebut sebagai perwujudan dan peran mereka sebagai pendidik.

Orang tua sebagai pendidik kodrat menerima amanah dan tugas

mendidik langsung dari Allah Maha Pendidik. Dalam surat At-Tahrim (66)

ayat 6 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Al-Maraghi mengemukakan bahwa memelihara dan menyelamatkan

keluarga dari siksaan neraka dapat dilakukan dengan cara menasehati,

mengajar dan mendidik mereka. Dengan cara demikian, mudah-mudahan

mereka menaati Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan

meninggalkan segala yang dilarang-Nya.4[4]

4[4] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.84


Berdasarkan penafsiran diatas dapat dikatakan bahwa setiap orang

tua mukmin otomatis menjadi pendidik. Orang tua yang beriman harus

melakulan berbagai aktivitas dan upaya agar anggota keluarganya selalu

menaati Allah dan Rasul-Nya. Apabila orang tua tidak mendidik anaknya

atau melaksanakan pendidikan anak tidak dengan sungguh-sungguh, maka

akibatnya anak tidak akan berkembang sesuai dengan harapan.

2. Pendidik Jabatan

Pendidik di sekolah, seperti guru, konselor dan administrator disebut

pendidik karena jabatan. Mereka ditugaskan untuk memberikan pendidikan

dan pengajaran disekolah, yaitu mentransformasikan kebudayaan secara

terorganisasi demi perkembangan peserta didik (siswa), khususnya dibidang

ilmu pengetahuan dan teknologi.5[5]

Pendidik jabatan adalah orang lain (buka termasuk anggota keluarga)

karena keahliannya ditugaskan mendidik guna melanjutkan pendidikan yang

telah dilaksanakan oleh orang tua. Pendidik jabatan membantu orang tua

dalam mendidik anak karena orang tua memiliki berbagai keterbatasan.

5[5] Ibid,hlm.85
C. Tugas Pendidik

Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah

menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia

untuk mendekatkan diri ( taqarrub) kepada Allah SWT. Tujuan pendidikan

islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam paradigma jawa,6[6] pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan

ru) yang berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu(dipercaya) karena guru

memiliki seperangkat ilmu yang memadai, karena memiliki wawasan dan

pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti)

karena guru memiliki kepribadian yang utuh, segala tindak tanduknya patut

dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik. Pendidik bertugas sebagai

motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. Keaktifan sangat

tergantung pada peserta didiknya sendiri, sekalipun keaktifan itu akibat dari

motivasi dan pemberian fasilitas dari pendidiknya.

Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program

pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta

melaksanakan penilaian setelah program dilakukan.

2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peaerta didik pada tingkat

kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah yang

menciptakan.

3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri

sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai


6[6] Ibid,hlm.87
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,

pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan

yang dilakukan.

Dalam tugas tersebut, seorang pendidik ditintut untuk mempunyai

seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan dapat berupa :

1. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan kesediaan,

kemampuan, pertimbuhan dan perbedaan peserta didik.

2. Membangkitkan gairah peserta didik.

3. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.

4. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.

5. Mempeehatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang mempengaruhi

proses mengajar.

6. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.

D. Kompetensi Pendidik

W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan “competence

ordinarily islam defined as adequacy for a task or as possessi on of require

knowledge, skill, and abilities” ( suatu tugas yang memadai atau pemikiran

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan

seseorang). Devinisi ini mengandung arti bahwa calon pendidik perlu

mempersiapkan diri untuk menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan khusus yang terkait dengan profesi keguruan. Agar dapat


mrnjalankan tugasnya dengan baik serta dapat memenuhi keinginan dan hapapan

peserta didik.7[7]

Seorang pendidik harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang

diajarkan, sebagai penganut islam yang patut dicontoh dalam ajaran islam dan

bersedia menularkan pengetahuan dan nlai islam pada pihak lain.

Pendidik islam yang profesional harus memiliki kompetensi yang

lengkap, meliputi:

1. Penguasaan materi al-islam yang komperehensif serta wawasan dan bahan

pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.

2. Penguasaan strategi (memcakup pendekatan metode dan teknik) pendidikan

islam, terutama kemampuan evaluasinya.

3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.

4. Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan,

guna keperluan pengembangan pendidikan islam dimasa depan.

5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung

yang mendukung kepentingan tugasnya.

Keberhasilan pendidik yakni “pendidik akan berhasil menjalankan

tugasnya apabila mempunyai kompetensi personal-religius, sosial-religius dan

peofesional-religius.8[8]Kata religius selalu dikaitkan dengan tiap-tiap

kompetensi, karena menunjukkan adanya komitmen pendidik dengan ajaran

7[7] Ibid,hlm.92

8[8] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada
Media,2006)hlm.95
islam sebagai kriteria utama, sehingga segala masalah pendidikan dihadapi,

dipertimbangkan dan dipecahkan. Serta ditempatkan pada perspektif islam.

1. Kompetensi personal-religius

Kemampuan dasar yang menyangkut kepribadian agamis, artinya

pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan

(pemindahan penghayatan nilai-nilai) kepada peserta didiknya. Misalnya

nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah,

keberhasilan, keindahan, kedisiplinan dan sebagainya.

2. Kompetensi sosial-religius

Kemampuan yang menyangkut kepedulian terhadap masalah-

masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah islam. Sikap gotong royong,

tolong menolong, egalitarian (persamaan derajat antar manusia), sikap

toleransi dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim.

3. Kompetensi profesional-religius

Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara

profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas

beragamnya kasus serta mampu bertanggung jawab berdasarkan teori dan

wawasan keahliannya dalam perspektif islam.

Dalam versi yang berbeda, kompetensi pendidik dapat dijabarkan dalam

beberapa komperetensi sebagai berikut:

1. Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan

mencari informasi tentang materi yang diajarkan.


2. Menguasai keseluruhan materi yang akan disampaikan pada peserta

didiknya.

3. Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan

menghubungkannya dengan komponen lain.

4. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum

disajikan kepada peserta didik. (QS. Ash-Shaf : 2-3).

5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang segang dan sudah

dilaksanakan. (QS. Al-baqarah :31)

6. Memberi hafiah (tabsyir/reward) dan hukuman (tandzir/punishment) sesuai

dengan usaha dan upaya yang dicapai peserta didik dalam rangka

memberikan persuasi dan motivasi dalan proses belajar. (QS.Al-Baqarah :

119)

Di Indonesia, masalah kompetensi pendidikan terutama guru selalu

dikembangkan. Dalam kebijakan terakhir yaiti peraturan pemerintah no. 74/2008

tentang guru, bab II, pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.9[9]

9[9] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.95


E. Kode Etik Pendidik

Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan

kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik, orang

tua peserta didik, koleganya serta dengan atasannya.

Secara integral-holistik, Al-Kanani (w.733H) sebagai seorang ulama

sekaligus tokoh pendidikan islam, mengemukakan bahwa persyaratan seorang

guru sebagai berikut:10[10]

1. Syarat-syarat guru yang berhubungan dengan dirinya sendiri:

a. Guru hendaknya menyadari bahwa perkataan dan perbuatannya selalu

dalam pengawasan Allah.

b. Guru hendaknya memelihara kemuliaan ilmu, yaitu dengan senantiasa

belajar dan mengajarkannya.

c. Guru hendaknya bersifat zuhud. Artinya ia mengambil rezeki dunia

hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan

keluarganya secara sederhana.

d. Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya

sebagai alat untuk mencapai kedudukan, prestise atau kebanggan atas

orang lain.

e. Guru hendaknya memelihara syiar-syiar islam seperti melaksanakan

sholat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan

amar ma'ruf nahi munkar.

f. Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama.

10[10] Novan Ardy Wijaya & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam....(yogyakarta:ar-Ruzz


Media,2012)hlm.110
g. Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya

dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.

h. Guru hendaknya mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang

bermanfaat.

i. Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima

ilmu dari orang yang lebih rendah kedudukannya ataupun usianya.

2. Syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:

a. Sebelum berangkat untuk mengajar, guru suci dari hadats sab kotoran

serta mengenakan pakaian yang baik.

b. Ketika keluar rumah, guru hendaknya berdoa untuk menguatkan niatnya

dalan mengajar.

c. Hendaknya pada saat mengajar guru mengambil tempat pada posisi yang

membuatnya dapat dilihat oleh semua peserta didiknya. Artinya guru

harus berusaha agar apa yang akan disampaikan dapat dinikmati dan

dipahami oleh seluruh peserta didiknya dengan baik.

d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca sebagian dari ayat

al-qur'an agar memperoleh berkah dalam mengajar.

e. Guru hendaknya mengajar bidang studi sesuai dengan bidangnya.

f. Hendaknya guru selalu mengatur volume suara agar tidak terlalu keras

sehingga membisingkan ruangan, dan tidak terlalu rendah sehingga tidak

terdengar oleh peserta didik.

g. Hendaknya guru menjaga ketertiban kelas dengan mengarahkan

pembahasan pada objek yang telah ditentukan.


h. Guru hendaknya menegur peserta didik yang tidak menjaga sopan santun

didalam kelas.

i. Guru hendaknya bersikap bijak dalam menyampaikan pelajaran dan

menjawab pertanyaan.

3. Syarat-syarat guru ditengah peserta didik.

a. Guru hendaknya mengajar dengan niat untuk mendapatkan ridho

Allah, menyebarkan ilmu, menegakkan kebenaran, melenyapkan

kebathilan, dan memelihara kemaslahatan umat.

b. Guru hendaknya tidak menolak peserta didiknya yang tidak mempunyai

niat tulus untuk belajar.

c. Guru hendaknya mencintai peserta didiknya seperti ia mencintai dirinya

sendiri.

d. Guru hendaknya memotivasi peserta didiknya untuk menuntut ilmu

seluas mungkin.

e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah

sehingga dapat dipahami peserta didik dengan mudah.

f. guru hendaknya melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan. Agar guru selalu memperhatikan tingkat pemahaman dan

perubahan peserta didiknya.

g. Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua peserta didik.

h.Guru hendaknya menciptakan suasana yang kondusif dan

menyenangkan.
Menurut Al Ghazali kode etik pendidik sebagai berikut :11[11]

1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka

dan tabah.

2. Bersikap penyantun dan penyayang. (QS.Ali Imron : 159)

3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.

4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama. (QS. Al

Najm : 32)

5. Bersidat rendah hati ketika menyatu dengan masyarakat. (QS. Al- Hijr : 88)

6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.

7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ nya

rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.

8. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik.

9. Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut terhadap

peserta didik yang kurang lancar bicaranya.

10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama pada

peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.

11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun

pertanyaan itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang

diajarkan.

12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya.

13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun

kebenaran itu datangnya dari peserta didik.

11Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada
Media,2006)hlm.99
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang

membahayakan. (QS. Al-Baqarah : 195)

15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, secara terus menerus mencari

informasi guna disampaikan pada peserta didik.(QS. Al-Bayyinah :5)

16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardlu kifayah (kewajiban

kolektif, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan sebagainya)

sebelum mempelajari ilmu fardlu'ain (kewajiban indifidual, seperti akidah,

syariah dan akhlak).

17. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan pada peserta didik.(QS. Al-

Baqarah : 44, as-Shaf : 2-3)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru atau

pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu dalam bidangnya, mau

mengamalkan ilmunya dengan sungguh-sungguh, penuh keikhlasan dan

menjadikan peserta didik menjadi lebih baik sesuai dengan kompetensi yang

dimilikinya.

B. Saran

Mengajar merupakan bagian dari tugas keagamaan disamping juga tugas

kemanusiaan yang harus diemban oleh siapapun, setiap muslim diberi tugas

untuk menyampaikan ilmu walaupun hanya satu disiplin ilmu saja. Menjadi

seorang guru atau pendidik yang profesional seharusnya mentaati semua kode

etik yang ada dan mempunyai kompetensi yang dapat di terapkan dalam standar

nasional pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin.M.H.1995.Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Praktis Dan Teoritis


Berdasarkan Pendekatan Interdidipliner.Jakarta: Bumi Aksara.

Mujib,Abdul & Jusuf Mudzakir.2006. Ilmu Penndidikan Islam. Jakarta:


Kencana Prenada Media.

Umar,Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Wijaya,Novan Ardy & Barnawi.2012. Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun


Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai