Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMIKIRAN TEOLOGI KHALAF

Disusun Oleh:

NAMA :LIA LUVITA

DOSEN PENGAMPU :AGUS SALIM, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AZHAAR LUBUK LINGGAU

TAHUN AKADEMIK 2018


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiarat Allah Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PEMIKIRAN TEOLOGI KHALAF ”. Penyusun
berterima kasih kepada AGUS SALIM, M.Pd.I selaku dosen penggampu dalam
penulisan makalah ini, Bapak /Ibu dosen,dan semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini sebagai bahan
pijakan kemudian hari.

Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat dan bahan bacaan bagi kita

Lubuk Linggau, oktober 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………...i

Daftar isi …………………………………………………………………ii

BAB I

Pendahuluan

A.Latar Belakang .........................................................................................1

B.Rumusan Masalah.....................................................................................1

C.Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian ahlusunnah khalaf..................................................................2


B. Latar belakang munculnya Ahlusunnah Khalaf Al-Asy’ari.....................2-3
C. Doktrin-doktrin khalaf Al-Asy’ari............................................................3-5
D. Latar belakang munculnya Ahlusunnah Khalaf Al-maturidi....................5
E. Doktrin-doktrin khalaf Al-Maturidi..........................................................6-8

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................9

B. Saran...........................................................................................................9

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Arti Ahlussunnah ialah penganut Sunnah Nabi.. I’tiqad nabi SAW dan
sahabat-sahabat itu telah termasuk dalam Al Qur’an dan dalam Sunnah Rasul
secara terpencar-pencar, belum tersusun secara rapi dan teratur, tetapi
kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama
Ushuluddin yang besar, yaitu Syaikh Abu Hasan Ali al Asy’ari (lahir di
Basrah tahun 260 H.- wafat di Basrah juga tahun 324 H. dalam Usia 64 tahun)
Mayoritas ummat Islam di seluruh dunia adalah pengikut sunni atau
ahlussunnah. Menurut Maulana Abu Said Al-Kadimy Ahlussunnah adalah
orang-orang yang pengikut sunnah Rasulallah. Artinya berpegang teguh
dengannya. Sedangkan yang di maksud Al-Jama’ah ialah jama’ah Rasulullah
dan mereka adalah para sahabat dan tabi’in. mereka itu adalah orang-orang
yang di jamin selamat dari api neraka. Firqoh ini terbagi menjadi dua yakni
ahlussunnah salaf dan ahlussunah khalaf, yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah ahlussunnah khalaf.
B. Rumusan masalah
a) Apa yang dimaksud dengan ahlusunnah khalaf?
b) Bagaimana latar belakang munculnya Ahlusunnah Khalaf Al-Asy’ari?
c) Apa saja doktrin-doktrin khalaf Al-Asy’ari?
d) Bagaimana latar belakang munculnya Ahlusunnah Khalaf Al-maturidi?
e) Apa saja doktrin-doktrin khalaf Al-Maturidi?
C. Tujuan penulisan
a) Mengetahui pengertian ahlusunnah khalaf
b) Mengetahui latar belakang munculnya Ahlusunnah Khalaf Al-Asy’ari
c) Mengetahui latar belakang munculnya Ahlusunnah Khalaf Al-maturidi
d) Mengetahui doktrin-doktrin khalaf Al-asy’ari
e) Mngetahui doktrin-doktrin khalaf al-maturidi

1
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian ahlusunnah al-khalaf

Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir
setelah abad III H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa
yang dimiliki salaf. Adapun ungkapan Ahlusunnah sering disebut juga dengan
Sunni dapat di bedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni
dalam pengertian umum adalah adalah lawan kelompok Syi’ah. Sedangkan
Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalam barisan
Asy’ariyah dan merupakan lawan dari Mu’tazilah.1

b. Latar Belakang Munculnya Khalaf Al-Asy’ari

Nama lengkap Al-asy’ari adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq
bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi
Musa Al-asy’ari. Ia lahir di Bashrah pada tahun 260H/875M. Ketika berusia 40
tahun, ia hijrah ke kota Bagdad dan wafat di sana pada tahun 324H/935M.
Ayah al-asy’ari adalah seorang yang berfaham ahlusunnah dan ahli hadits. Ia
wafat ketika Al-asy’ari masih kecil.

Sebelum wafat ia berwasiat kepada sahabatnya yang bernama Zakaria


bin Yahya As- saji agar mendidik Al-asy’ari. Berkat didikan ayah tirinya, Al-
asy’ari kemudian menjadi tokoh mutazilah. Menurut Ibnu asakir, Al-asy’ari
meninggalkan faham mutazilah karena ia telah bermimpi bertemu dengan
Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali yaitu pada malam ke-10, 20 dan 30 bulan
Ramadhan. Dalam mimpinya Rasulullah mengingatkan agar meninggalkan
faham mutazilah dan beralih kepada faham yang telah diriwayatkan dari
beliau.2

1
http://digitalreferensi.blogspot.com/2015/09/pemikiran-teologi-ahlusunnah-khalaf-al.html
2
https://mufdil.wordpress.com/2009/08/03/aliaran-aliran-dalam-ilmu-kalam/
c. Doktrin-doktrin khalaf al-asy’ari
Formulasi pemikiran al-asy’ari, secara esensi antara formulir ortodoks
ekstrim di satu sisi dan mu’tazilah di sisi lain. dari segi etosnya, pergerakan
tesebut memiliki semangata ortodoks. aktualitas formulasinya jelas
menampakkan sifat yang reaksinya terhadap mu’tazilah, sebuah reaksi yang
tidak dapat di hindarinya. corak pemikiran yang sintesis ini, menurut watt,
barangkali dipengaruhi teologi kullabiah (teologi sunni yang pelopori ibn
kullab (w.854M).
1) Tuhan dan sifatnya
 Al-asy’ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim. Dengan kelompok
mujasimah (antropomorfis) dan kelompok musyabbihah yang
berpendapat, Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan dalam Al-
Qur'an dan sunnah, dan sifat-sifat itu harus difahami menurut harti
harfiyahnya. Kelompok mutazilah berpendapat bahwa sifat-sifat Allah
tidak lain adalah esensi-esensinya. Al-asy’ari berpendapat bahwa Allah
memang memiliki sifat-sifat itu, seperti mempunyai tangan dan kaki
dan ini tidak boleh diartikan secara hartiah, sifat-sifat Allah itu unik
sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang
tampaknya mirip.
2) Kebebasan dalam berkehendak
 Dari dua pendapat yang ekstrim, yakni jabariah dan fatalistic dan
penganut faham pradterminisme semata-mata dan mutazilah yang
menganut faham kebebasan mutlak dan berpendapat bahwa manusia
menciptakan perbuatannya sendiri. Al-asy’ari membedakan antara
khaliq dan kasb. Menurutnya, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan
manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya
(muktasib), hanya Allah lah yang mampu menciptakan segala sesuatu
(termasuk keinginan manusia)

3
3) Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
 Walaupun Al-asy’ari dan orang-orang mutazilah mengakui pentingnya
akan dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang
memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-asy’ari
mengutamakan wahyu, sementara mutazilah mengutamakan akal.
4) Qadimnya Al-Qur’an
 al-asy ‘ary dihadapkan pada dua pandangan ekstrim dalam persoalan
qadimnya al-qur’an. mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-qur’an
diciptakan (makhluk) sehingga tidak qadim serta pandangan mazhab
hanbali dan zahiriyah yang menyatakan bahwa al-qur’an adalah kalam
allah (yang qadim dan diciptakan). jahiriyah bahkan berpendapat
bahwa semua huruf, kata dan bunyi al-qur’an adalah qodim. Dalam
rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu,
al-asy ‘ary mengatakan bahwa walaupun al-qur’an terdiri atas kata-
kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi allah dan
karenanya tidak qadim.
5) Melihat Tuhan
 Al-Asyari tidak sependapat dengan kelompok ortodoks
ekstrim,terutama nagan Zahiriyah,yang mengatakan bahwa Allah dapat
dilihat di akhirat dan mempercayaai bahwa Allah bersemayam di
Arsy.Selain itu,ia tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang
mengingkari ru’yatullah (melihat Allah)di akhirat.Al-Asyari yakin
bahwa Allah dapat dilihat di akhirat,tetapi tidak dapt
digambarkan.Kemungkinan ru’yat dapat terjadi manakala Allah sendiri
yang menyebabkan dapat di lihat atau bila mana ia mnciptakan
kemampuan penglihatan manusia untuk melihat nya.
6) Keadilan
 pada dasarnya Al-Asy’ari dan Mu’tazilah setuju bahwa allah itu
adil.mereka hanya berbeda dalam memandang makna keadilan. Al-
asy’ari tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang mengharus kan allah
berbuat adil sehungga Dia harus menyiksa orang yang salah dan

4
memberi pahala kepada orang yang berbuat baik.Menurutnya, Allah
tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah Penguasa
Mutlak.Dengan demikian,jelaslah bahwa Mu’tazilah mengartikan
keadilan dari visi manusia dirinya,sedangkan Al-Asyari dari visi
bahwa Allah adalah pemilik mutlak.
7) Kedudukan Orang Berdosa
 Al-Asy’ari menolak ajaran posisi menengah yang dianut
Mu’tazilah.Mengingat kenyataan bahwa iman merupakan lawan
kufr,predikat bagi seseorang haruslah salah satu di antaranya.Jika tidak
mukmin,ia kafir.Oleh karena itu,Al-Asyari berpendapat bahwa
mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik,sebab
iman yidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.

d. Latar belakang lahirnya khalaf al-maturidi


 Abu Manshur al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di
daerah Samarkand. Al-Maturidi di lahirkan sekitar 238 H/852 M. dan
wafat pada tahun 333 H/944 M. Al-Maturidi banyak belajar dari imam-
imam pada zamannya yang banyak menganut paham Hanafiyah,
seperti Abu Nashr al-Iyadi, Abu Bakr Ahmad al-Jurjani, Abu Sulaiman
al-Jurjani, Muhammad bin Hasan, dan sebagainya. Al-Maturidi hidup
pada masa khalifah al-Mutawakkil yang memerintah tahun 232-274
H/847-861 M. Di tangan al-Maturidi, pokok-pokok akidah Hanafiyah
berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah aliran dalam
ilmu kalam. Kelompok al-Maturidi ini kemudian terpecah menjadi dua
golongan yaitu; golongan Samarkand di bawah pimpinan al-Maturidi
sendiri, yang lebih dekat kepada paham Mu’tazilah. Golongan kedua
adalah golongan Bukhara dibawah pimpinan al-Bazdawi yang
pahamnya lebih dekat kepada al-Asy’ari. 3

3
https://coretanyessyazwarni.wordpress.com/2014/01/08/makalah-ilmu-kalam-tentang-
ahlussunnah-salaf-dan-khalaf/
e. Doktrin-doktrin khalaf al-maturidi

Sebagai seorang pemikir dan penentang paham-paham Mu’tazilah serta


pembela Ahl al-Sunnah, al-Maturidi banyak berpegang kepada atsar. Sebagian
pemikirannya cocok dengan pemikiran al-Asy’ari dan sebagian lagi cocok
dengan pemikiran al-Mu’tazilah.

1. Akal dan wahyu


 Dalam pemikiran teologinya, al-Maturidi mendasarkan pada al-Qur’an
dan akal. Dalam hal ini, ia sama dengan al-Asy’ari. Namun, porsi yang
diberikannya pada akal lebih besar dari pada yang berikan oleh al-
Asy’ari. Menurut al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Tentang mengetahui
kebaikan atau keburukan sesuatu dengan akal, al-Maturidi sependapat
dengan Mu’tazilah. Jadi, yang baik itu karena perintah Allah dan yang
buruk itu karena larangan Allah. Pada konteks ini, al-Maturidi berada
pada posisi tengah dari Mu’tazilah dan al-Asy’ari.
2. Perbuatan Manusia
 Menurut al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena
segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Dalam hal ini, al-
Maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia
dan kudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia. Tuhan
menciptakan daya dalam diri manusia dan manusia bebas memakainya.
Daya-daya tersebut diciptakan bersamaan dengan perbuatan menusia.
Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara kudrat Tuhan yang
menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia.
3. Kekuasaan dan Kehendak Tuhan
 Menurut al-Maturidi, perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam
wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan, namun
bukan berarti bahwa Tuhan berbuat dan berkehendak dengan
sewenang-wenang serta sekehendakNya semata.

6
Hal ini karena kudrat Tuhan tidak sewenang-wenang, tetapi perbuataan
dan kehendaknya itu sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah
ditetapkanNya sendiri.
4. Sifat Tuhan
 Berkaitan dengan masalah sifat tuhan, terdapat persamaan antara
pemikiran al-maturidi dan al-asy’ari. keduanya berpendapat bahwa
tuhan mempunyai sifat – sifat,seperti sama,bashar, dan sebagainya.
walaupun begitu, pengertian al-maturidi tentang sifat tuhan berbeda
dengan al-asy’ari. al-asy’ari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu
yang bukan dzat, melainak melekat pada zat itu sendiri. sedangkan al-
maturidi berpendapat bahwa sifat itu tidak dikatan sebagai esensinya
dan bukan pula lain dari esensinya.
5. Melihat Tuhan
 Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan sesuai
dengan firman Allah dalam surat Qiyamah ayat: 22-23.

Artinya: Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri.


Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

Al-Maturidi mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat


dilihat dengan mata, karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia
immaterial.
6. Kalam Tuhan
 Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf
dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam
abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam
yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist).

7
7. Perbuatan Manusia
 Manurut al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini,
kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa
atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali ada hikmah dan keadilan
yang ditentukan oleh kehendaknya sendiri.
8. Pengutusan Rasul
 Tanpa mengikuti ajaran wahyu yang disampaikan Rasul, berarti
manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar akalnya.
Pandangan al-Maturidi ini tidak jauh berbeda dengan pandangan
Mu’tazilah yang berpendapat bahwa pengutusan Rasul ke tengah-
tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat
baik dan terbaik dalam kehidupannya.
9. Pelaku Dosa Besar (murtakib al-kabir)
 Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir
dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat.
Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan memberikan balasan kepada
manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah
balasan untuk orang yang berdosa syirik. Dengan demikian, berbuat
dosa besar selain syirik tidak akan menyebabkan pelakunya kekal
dalam neraka. Menurut al-Maturidi, iman itu cukup dengan tashdiq dan
iqrar, sedangkan amal adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu
amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman, kecuali
hanya menambah atau mengurangi sifat-Nya saja.4

4
http://digitalreferensi.blogspot.com/2015/09/pemikiran-teologi-ahlusunnah-khalaf-al.html
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa khalaf adalah sebuah
kata yang digunakan untuk merujuk kepada para ulama yang lahir setelah abad
III H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki
salaf. Khalaf terdiri dari dua pendapat yang pertama khalaf al-asy’ari dan
khalaf al-maturidi. Khalaf al-asy’ari mempunyai 7 buah doktrin yaitu : Tuhan
dan sifatnya, kebebasan berkehendak, akal dan wahyu, qadimnya al-qur’an,
melihat tuhan, keadilan, dan kedudukan orang berdosa. Sedangkan Khalaf Al-
maturidi memiliki 9 doktrin yaitu: akal dan wahyu, perbuatan manusia,
kekuasaan dan kehendak Tuhan, sifat Tuhan, melihat Tuhan, kalam tuhan,
perbuatan manusia, pengutusan rasul, dan pelaku dosa besar.

B. Saran

Dengan berbagai uraian diatas,tentunya tidak lepas dari kekurangan baik


dari segi isi materi maupun teknik penulisan. Untuk itu sangat diharapkan saran
maupun kritikan yang membangun dalam perbaikan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://arsyadiyah.blogspot.com/2015/07/pemikiran-teologi-ahlus-sunnah-
khalaf.html

http://roro19.blogspot.com/2014/12/pemikiran-teologi-al-asyari-dan-al.html

Rozak Abdul, Anwar Rosihon. 2007. Ilmu Kalam. Bandung : CV Pustaka Setia

https://adjhis.wordpress.com/2013/09/25/pengertian-salaf-dan-khalaf

https://mufdil.wordpress.com/2009/08/03/aliaran-aliran-dalam-ilmu-kalam

Anda mungkin juga menyukai