Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM


(ASY’ARIYAH DAN MATURIDIYAH)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :
Mujiburrohman, M.Hum

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 (LIMA)
-Anggun Amalia Putri
-Dina Priyanti
-Ernawati
-Dini Aprilia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER I (Satu)


KHUSUS BLENDED G
STAI NIDA EL-ADABI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyusun makalah ini, walau masih jauh dari kata sempurna dari yang di harapkan. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya dan para sahabatnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa banyak sekali kekeliruan dan kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, karena kami menyadari banyak sekali kekurangan
dalam makalah ini termasuk dalam pencarian sumber pembahasan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan kita semua.

Tangerang, 20 Oktober 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..………II
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….III
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….…iii
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………iii
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….……….iii
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..…….IV
A. Pengertian Asy’ariyah………………………………………………………………………iv
B. Tokoh-tokoh Asy’ariyah……………………………………………………………………iv
C. Pemikiran dan doktrin-doktrin Aliran Asy’ariyah…………………………………………..v
D. Pengertian Maturidiyah……………………………………………………………………...vi
E. Tokoh-tokoh Maturidiyah……………………………………………………………………vi
F. Pemikiran dan doktrin-doktrin Maturidiyah…………………………………………………vi
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………….IX
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….ix
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………..X

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Munculnya berbagai macam golongan- golongan aliran pemikiran dalam islam telah
memberikan warna tersendiri dalam agama islam. Pemikiran- pemikiran ini muncul setelah
wafatnya rasulullah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya berbagai golongan
dengan segala pemikirannya. Diantaranya, adalah faktor politik sebagaimana yang telah terjadi
pertentangan antara kelompok Ali dengan pengikut Muawiyah, sehingga memunculkan
golongan yang baru yaitu golongan khawarij.
Golongan- golongan tersebut mempunyai pemikiran yang berbeda- beda antara satu dengan
yang lainnya. Ada yang masih dalam koridor Al- Qur’an dan sunnah, dan ada pula yang
berpegang pada wahyu. Dan ada juga yang menamakan dirinya sebagai ahlusunnah wal
jama’ah. Selanjutnya, ahlusunnah banyak dipakai setelah munculnya aliran sya’riyah dan
maturidiyah. Tasy Kubro Zadah menjelaskan bahwa aliran ahlusunnah mucul atas keberanian
Abu Al- Hasan Al- Asya’ri sekitar tahun 300 H.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Asy’ariyah?
2. Apa yang dimaksud degan Maturidiyah?
3. Siapa tokoh-tokoh pada barisan kedua aliran tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Aliran Asy’ariyah


2. Untuk mengetahui apa itu Aliran Maturidiyah
3. Untuk mengetahui siapa tokoh-tokoh Asy’ariyah dan Maturidiyah.
4. Mengetahui bagaimana teologi ajaran Asy’ariyah dan Maturidiyah.

III
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Asy’ariyah

Asy’ariyah berasal dari nama tokoh pendirinya Abu al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy’ari (lahir di
Basrah 260 H/873 M dan wafat di Baghdad 324 H/935 M). Pada mulanya ia adalah murid Abu Ali
Muhammad bin Abdul Wahab al-Jubbai, seorang pemuka terkenal Mu’tazilah. Tapi ketika berumur 40
tahun, ia menyatakan diri meninggalkan ajaran Mu’tazilah.
Menurut Harun Nasution, ada kemungkinan keluarnya al-Asy’ari dari paham Mu’tazilah karena melihat
bahwa teologi ini memang tidak dapat diterima oleh kalangan umum umat Islam yang bersifat sederhana
dalam pemikiran. Hal ini akan menimbulkan pengaruh wnegatif dalam kalangan umat Islam. Demi
kemaslahatan dia berusaha menyusun teologi baru yang lebih sesuai dengan kondisi dan pemikiran
kalangan umum sebagai pegangan untuk mereka. Juga perlu dicatat bahwa al-Asy’ari meninggalkan
paham Mu’tazilah pada saat golongan ini berada dalam fase kemunduran.
Setelah keluar dari Mu’tazilah, al-Asy’ari meletakkan dasar-dasar bagi suatu mazhab baru dengan
mengambil posisi antara ekstrem rasionalis (Mu’tazilah) yang mengakui keunggulan akal dan menimbang
semua penyataan, kepercayaan dan dogma agama melalui neraca akal dan dan golongan ekstrem tektualis
(hanya berdasar teks-teks suci dengan pemahaman harfiyah). Karena mengambil jalan tengah, sehingga
perumusan dogma Al-Asy’ari pada intinya menyuguhkan suatu usaha untuk membuat sintesa antara
pandangan ortodoks yang waktu itu belum dirumuskan, dengan pandangan Mu’tazilah.

2. Tokoh-tokoh Asy-ariyah

Nama tokoh-tokoh aliran Asy’ariyah yang terkenal antara lain :

- Al Baqilani (wafat 403 H)


- Ibnu Faruak (wafat 406 H)
- Ibnu Ishak al Isfarani (wafat 418 H)
- Abdul Kahir al Bagdadi (wafat 429 H)
- Imam al Haramain al Juwaini (wafat 478 H)
- Abdul Mudzaffar al Isfaraini (wafat 478 H)
- Al Ghazali (wafat 505 H)
- Ibnu Tumart (wafat 524 H)
- As Syihristani (wafat 548 H)
- Ar Razi ( 1149-1209 M)

IV
- Al Iji (wafat 756 H)
- Al Sanusi (wafat 895

3. Pemikiran dan doktrin-doktrin Aliran Asy’ariyah

Adapun formulasi pemikiran Al Asy’ari secara esensial,menampilkan sebuah upaya


sintesis antara formulasi ortodokx ekstrim di satu sisi dan mu’tazilah di lain sisi.Maksudnya,
dari etosnya ,pergerakan tersebut memiliki semangat ortodokx. Sedangkan aktualitas
formulasinya jelas menampakkan sifat reaktif terhadap mu’tazilah,suatu reaksi yang tak dapat
dihindarinya.Corak pemikiran yang sintesis ini,mungkin dipengaruhi pemikiran Ibnu Kullab
(tokoh sunni yang wafat pada 854 M).

a. Tuhan dan sifat-sifat-Nya

Abu Hasan Al-Asy’ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim.Di satu sisi ia berhadapan
dengan kelompok mujasimah dan musyabihah yang berpendapat bahwa allah mempunyai
semua sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits,dan sifat-sifat itu harus dipahami
menurut arti harfiahnya. Di lain sisi, beliau berhadapan dengan mu’tazilah yang menolak
konsep bahwa Allah mempunyai sifat,dan berpendapat bahwa mendengar bahwa
mendengar,kuasa,mengetahui,dan sebagainya bukanlah sifat,tetapi substansi-Nya.Seningga
sifat-sifat yang disebut dalam Al-Qur’an dan Hadits itu harus dijelaskan secara
alegoris.Menghadapi dua kelompok tersebut,Al asy’ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah
itu unik, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya
mirip.

b. Kebebasan dalam berkehendak

Menurut Asy’ariyah Allah pencipta perbuatan manusia,sedangkan manusia sendiri yang


mengupayakannya (muktasib).Hanya Allah lah yang mampu menciptakan segala sesuatu
(termasuk keinginan manusia).Hal ini berbeda dengan mu’tazilah yang berpendapat bahwa
manusia menciptakan perbuatannya sendiri.

c. Qodimnya Al-Qur’an

Asy’ari berpendapat bahwa walaupun Al-Qur’an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi,
semua itu tidak melekat pada esensi Allah karenanya tidak qodim.Menurut Asy’ariyah Al-
Qur’an tidak di ciptakan.

d.Akal dan wahyu

Walaupun Al asy’ari dan mu’tazilah mengakui pentingnya akal dan wahyu, mereka
berbeda menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan
wahyu,sementara mu’tazilah mengutamakan akal. Dalam menetukan baik dan burukpun terjadi
perbedaan pendapat di antara mereka.Al Asy’ari berpendapat bahwa baik dan buruk harus
berdasarkan pada wahyu,sedangkan mu’tazilah pada akal.

f. Keadilan
V
Pada dasarnya Al Asy’ari dan mu’tazilah setuju bahwa Allah itu adil.Namun Al Asy’ari
tidaksetuju bahwa Allah harus berbuat adil,sehingga Dia harus menyiksa orng yang salah dan
memberi pahala kepada orang yang berbuat baik.Menurutnya Allah tidak memiliki keharusan
apapun terhadap makhluk,karena Dia penguasa Mutlak.

f. Kedudukan orang berdosa

Al Asy’ari menolak ajaran posisi menengah yang di anut mu’tazilah.Iman merupakan


lawan kufur,predikat seseorang haruslah salah satu dari keduanya.Jika tidak mu’min maka ia
kafir.Mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik,sebab iman tidk mungkin
hilang karena dosa,kecuali oleh kafir hakiki.
B.Aliran Maturidiyah

4. Pengertian Maturidiyah

I. Sejarah perkembangan Maturidiyah


Golongan Maturidiyah berasal dari Abu Al Mansur Al Maturid. Latar belakang
lahirnya aliran ini hampir sama dengan aliran Asy’ariyah,yaitu sebagai reaksi
penolakan terhadap ajaran mu’tazilah,walaupun sebenarnya pandangan keagamaan
yang di anutnya hampir sama dengan pandangan mu’tazilah yaitu lebih menonjolkan
akal dalam system teologinya. Karier pendidikan Al Maturidi lebih menekuni bidang teologi dari pada
fiqih.Ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi paham-paham teologi
yang banyak berkembang pada masyarakat Islam,yang dipandangnya tidak sesuai
dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara.Beliau wafat tahun 333 H/944 M.
II. Tokoh-tokoh Maturidiyah
Tokoh yang sangat penting dari aliran Al Maturidiyah ini adalah Abu Al Yusr
Muhammad al Badzawi yang lahir pada tahun 421 H dan meninggal tahun 493
H.Ajaran-ajaran Al maturidi yang dikuasainya adalah karena neneknya adalah murid
dari Al Maturidi.Al Badzawi sendiri mempunyai beberapa orang murid,yang
salahsatunya adalah An Najm al Din Muhammad al Nasafi (460-537 H),pengarang
buku al aqo’idal Nasafiyah.Seperti al Baqillani dan Al Juwaini,Al Badzawi tak
selamanya sepaham dengan Al Marturidi.Antara kedua pemuka aliran al Maturidiyah
ini terdapat perbedaan faham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran maturidiyah
terdapat dua golongan,yaitu golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al
Maturidi dan golongan Bukhara yang mengikuti faham-faham Al Badzawi.

III. Pemikiran dan doktrin-doktrin Maturidiyah

VI
a. Akal dan wahyu
Al Maturidi dalam pemikiran teologinya mendasarkan pada Al-Qur’an dan akal
sebagaimana Asy’ariyah,namun AlMaturidi memberikan porsi lebih besar terhadap akal
daripada porsi yang diberikan oleh Asy’ariyah.Menurut Al Maturidi mengetahui Tuhan
dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui melalui akal. .Kemampuan akal dalam
mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan
agar manusia menggunakan akal dalam memperoleh pengetahuan dan keimanannya
terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang mahluk
ciptaan Nya. Kalau akal tidak memperoleh kemampuan dalam memperoleh pengetahuan
tersebut,tentunya Allah tidak memerintahkan manusia untuk melakukannya.Dan orang
yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan yang
mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintahkan ayat-ayat
tersebut.Namun akal menurut Al Maturidi tidak mampu mengetahui kewajiban-
kewajiban lainnya.

Al Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam,yaitu:

1. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu


2. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu
3. Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu,kecuali dengan petunjuk ajaran
wahyu.

b. Perbuatan manusia
Dalam hal ini Al Maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia
dengan qodrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia.Menurutnya perbuatan
manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wajud ini adalah cptaan
Nya. Dan mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilam kehendak Tuhan
mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat ( ikhtiar).

c. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan


Allah berkehendak atas segala sesuatu/ciptaan Nya termasuk perbuatan manusia dan
segala sesuatu dalam wujud ini,yang baik atau yang buruk.Akan tetapi perbuatan dan
kehendak Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah di
tetapkan Nya sendiri.

d. Sifat Tuhan
Menurut Al Maturidi Tuhan mempunyai sifat-sifat,seperti sama,bashor dan
sebagainya.Ia mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan itu mulzamah ( ada bersama) dzat
tanpa terpisah.

e. Melihat Tuhan
Menurut Al Maturidi manusia dapat melihat Tuhan,sebagaimana diberitakan dalam
Al-Qur’an antara lain firman Allah dalam Surat Al Qiyamah ayat 22 dan 23. Menurutnya Tuhan
kelak di akhirat dapat dilihat dengan mata,karena Dia mempunyai wujud walaupun Dia immaterial.
Namun melihat Tuhan di akhirat tidak sama dengan keadaan di dunia.

VII
f. Kalam Tuhan
Al Maturidi membedakan antara ilmu kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara
dengan kalam nafsi ( sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah
sifat qodim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah
baharu (hadits). Al Qur’an dalam arti kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata
baharu. Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakekatnya dan bagaimana Allah bersifat
dengannya tidak dapat kita ketahui kecuali dengan suatu perantara.

g. Pelaku dosa besar


Al Maturidi berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dsn tidak kekal di dalam
neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan
akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di
dalam neraka adalah bagi orang yang berbuat dosa syirik. Dengan demikian berbuat
dosa besar selain syirik tidak akan menyebabkan pelakunya kekal di dalam
neraka.Oleh karena itu,perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorag kafir atau
murtad.

VIII
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama lengkap al-Asy’ari adalah Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari yang lahir di Basrah pada
tahun 260 H (873 M) dan meninggal tahun 330 H (943 M). Mulanya al-Asy’ari berpaham Mu’tazilah,
karena merasa tidak cocok dengan Mu’tazilah akhirnya ia condong kepada ahli fiqh dan hadits. Doktrin-
doktrin teologi al-Asy’ari yaitu menyangkut Tuhan dan sifat-sifatnya, perbuatan manusia, pelaku dosa
besar, keadilan Tuhan, akal dan wahyu serta kriteria baik dan buruk dan juga tentang melihat Tuhan di
akhirat. Keahlian dalam berdebat al-Asy’ari dengan basis keilmuan yang dalam, shaleh, taqwa dan
melahirkan karya-karya ilmiyah yang menjadi referensi hingga saat ini, merupakan pengaruh dari aliran
Asy’ariyah.

Sedangkan Maturidiyah didirikan oleh al-Maturidi, nama lengkapnya Abu Mansur Muhammad
Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi. Ia dilahirkan di Maturid. Tahun kelahirannya tidak diketahui
secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 H dan wafat pada tahun 333 H.
Doktrin teologi Maturidiyah antara lain tentang sifat Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, perbuatan
manusia, kebaikan dan keburukan dapat diketahui dengan akal, hikmah dan tujuan perbuatan Tuhan,
pelaku dosa besar dan melihat Tuhan.

Sekte-sekte Maturidiyah, pertama golongan Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi


sendiri. Golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-Bazdawi. Ajaran teologinya banyak dianut oleh
umat Islam yang bermadzhab Hanafi. Al-Maturidi mengambil jalan tengah antara dalil aqli dengan dalil
naqli, berusaha menghubungkan antara fikir dan amal, dan dalam perselisihan atau perdebatan aliran
Maturidiyah tidak sampai saling mengafirkan sebagaimana Qodariyah.

IX
DAFTAR PUSTAKA

https://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/11/04pemikiran-asy-ariyah-dan-maturidiyah

http://alimpolos.blogspot.com/2015/09/aliran-asyariyah-dan-maturidiyah.html

Anda mungkin juga menyukai