AL-ASY’ARIYAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Qalam
Disusun Oleh:
Nurul Hikmah (12505174041)
Dosen Pengampu :
Abdul Latif, S.Pd., M.A.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayahNya makalah yang berjudul “AL-ASY’ARIYAH” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Ilmu Qalam.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang, yakni agama islam.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh untuk dikatakan
sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan memberi masukan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Timbulnya Aliran Al-Asy’ariah..........................................................4
B. Riwayat Hidup Abu Al-Hasan al-Asy’ari dan Pemikirannya...........................5
C. Penyimpangan-Penyimpangan Dalam Aliran Al-Asy’ariah.............................9
Daftar Pustaka.......................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam aliran teologi yang berdiri memiliki sejarah yang cukup
panjang, semuanya tidak terlepas dari para pendirinya dan latar belakang
yang menyertai sampai pada para pengikutnya yang memilki loyalitas
terhadap aliran tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang aliran Asy’ariyah yang
berkembang pada abad ke-4 dan ke-5/ke-10 dan ke-11. Aliran ini merupakan
salah satu aliran yang muncul atas reaksi terhadap Mu’tazilah sebagai paham
yang memprioritaskan akal sebagai landasan dalam
beragama. Ketidak sepakatan terhadap doktrin-doktrin Mu’tazilah tersebut
memunculkan aliran Asy’ariyah yang dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-
Asy’ari. Doktrin-doktrin yang dikemukan beliau dan para pengikutnya
merupakan penengah diantara aliran-aliran yang ada pada saat itu.
Al-Asy’ariyah adalah pengikut Abu Hasan Ali bin Isma'il al-Asy’ari,
yang kemudian berkembang menjadi salah satu aliran teologi yang penting
dalam Islam, selanjutnya dikenal dengan aliran al-Asy’ariyah, yaitu nama
yang dinisbahkan kepada Abu Hasan al-Asy’ari sebagai peletak dasar-dasar
aliran ini. Al-Asy’ari hidup antara tahun 260-324 H. atau lahir akhir abad III
dan awal abad IV H.1
Pada abad ini dikenal ada tiga aliran dalam peta sejarah pemikiran
Islam, yaitu pertama, Aliran Salafiah, yang dipelopori oleh al-Imam Ahmad
bin Hanbal. Aliran ini dikenal sangat tekstual, yaitu menjadikan nash sebagai
satu-satunya poros dan alat dalam memahami aqidah-aqidah Islam. Kedua,
Aliran Filosof Islam yang memahami aqidah-aqidah Islam dan membelanya
harus berdasarkan akal dan naql dengan bertolak pada kebenaran-kebenaran
akal sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Ketiga, aliran Mu'tazilah,
aliran yang memadukan antara akal dan naql dengan tetap menjadikan akal
sebagai penentu bila lahiriah nash bertentangan dengan kebenaran-
1
Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah. juz VII. (Beirut: Dar al-Fikr. 1996), Cet. I, hal
581
1
2
2
Muhammad Imarah, Tarayat al-Fikr al-Islamiy, (Cairo: Dar al-Syuruq, 1991), hal 165
3
Ibid, hal 171
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Timbulnya Aliran Al-Asy’ariah?
2. Bagaimana Riwayat Hidup Abu Al-Hasan al-Asy’ari dan Pemikirannya?
3. Apa-apa saja Penyimpangan-Penyimpangan dalam Aliran Al-Asy’ariah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Timbulnya Aliran Al-Asy’ariah
2. Untuk mengetahui Riwayat Hidup Abu Al-Hasan al-Asy’ari dan
Pemikirannya
3. Untuk mengetahui Penyimpangan-Penyimpangan dalam Aliran Al-
Asy’ariah
4
BAB II
PEMBAHASAN
4
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Cet.V,
(Jakarta: UI-Press, 1986), hal 66
5
Hamka Haq, Dialog: Pemikiran Islam (Makassar: Yayasan Al-Ahkam, 2000), hal 12
5
a. Wajibul Wujud, bahwa setiap orang Islam wajib beriman kepada Tuhan
yang mempunyai sifat-sifat yang Qadim. Oleh karena kaum Asy’ariah
adalah kaum Sifatiyah. Jadi Allah mengetahui dengan ilmu, berkuasa
dengan sifat kuasa, sifat-sifat Allah adalah al-‘Ilmu (Maha
mengetahui) al-Qudrah (Maha Kuasa), al-Hayah (Maha Hidup) dan
lain-lain. Semua ini adalah sifat-sifat Azali dan abadi. Hal ini pula
menunjukkan kemutlakan kekuatan Tuhan untuk berbuat atau tidak
berbuat.
b. Keadilan Tuhan, Asy`ariyah bertentangan dengan Mu’tazilah, karena
al-Asy’ari memakai pendekatan Kemahakuasaan Tuhan secara mutlak.
Jadi Tuhan bertindak semaunya terhadap ciptaannya atas dasar
kemahakuasaannya. Jadi tidak bisa dikatakan salah jika seandainya
Tuhan memasukkan orang kafir kedalam surga atau sebaliknya, semua
tergantung dari Allah.
c. Al-Qur’an, bahwasanya Qur’an itu sepenuhnya bukan makhluk
termasuk suara dan hurufnya, hanya perwujudan dalam bentuk suara
dan huruf adalah makhluk dan yang bersifat Qadim hanya esensi al-
Qur’an itu sendiri. Menyangkut tentang Akal dan Wahyu, menurut
Asy’ariah, akal manusia tidak dapat sampai pada kewajiban mengetahui
Tuhan. Manusia dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu,
wahyulah yang mengatakan dan menerangkan kepada manusia bahwa
ia berkewajiban mengetahui Tuhan, dan manusia harus menerima
kebenaran itu.11 Dengan demikian al-Asy’ari memberikan posisi wahyu
lebih tinggi tingkatannya dibanding akal.
d. Iman, bagi al-Asy’ari Iman adalah Tasdiq dan Ikrar, ‘Amal bukanlah
kategori Iman tapi perwujudan dari pada Tasdiq. Tasdiq artinya
membenarkan sesuatu sebagaimana dengan yang dibenarkan Allah
SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedangkan Ikrar artinya dua kalimat
syahadat, yang mana syahadat sendiri bukan merupakan hakikat iman
melainkan hanya sebagai syarat untuk melakukan segala hukum
Islam. Jadi al-Asy’ari berpendirian bahwa Iman adalah keyakinan
11
Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1996), hal 17
8
bathin (Inner belief) baik iman secara lisan atau secara praktis
(perbuatan) keduanya merupakan cabang Iman. Dengan demikian siapa
saja yang beriman pada hatinya (mengakui ke-Esaan Allah dan
Rasulnya serta dengan ikhlas mempercayai segala apa yang mereka
terima darinya). Iman orang seperti ini sah, jika dia mati ia akan selamat
dari neraka. Tidak ada sesuatu apapun yang membuat orang tidak
beriman (hilang Imannya) kecuali kalau menolak salah satu dari
kebenaran-kebenaran yang dua itu. Jadi siapa saja yang beriman dalam
hatinya maka jika ia mati maka akan selamat dari neraka. Dengan
demikian kata al-Asy’ari siapa saja yang melakukan dosa besar lalu
mati sebelum bertobat dari dosa itu, maka keputusannya (apakah ia
masuk surga atau neraka) ada ditangan Allah SWT. Jadi inti dari Iman
adalah meyakini dalam hati keberadaan Allah dan Nabi Muhammad
dan karena keyakinan dalam hati itu suatu hal yang tersembunyi maka
perlu adanya pembuktian keyakinan dalam hati dengan cara diikrarkan
melalui dua kalimat syahadat.
e. Melihat Tuhan, ia berpendapat bahwa setiap yang ada dapat dilihat,
Allah juga ada maka dengan demikian dia dapat dilihat, ini dapat
diketahui dari wahyunya bahwa kaum Mukmin akan melihatnya dihari
akhir nanti, sebagaimana Allah katakan “Dihari itu wajah mereka (yang
beriman) akan berseri-seri melihat Tuhan mereka (Q.S. al-Qiyamah/75:
22).12 Akan tetapi penglihatan kita terhadap Tuhan tidak memerlukan
ruang, tempat, arah atau bentuk dan saling tatap muka (seperti kita),
sebab itu mustahil. Al-Asy’ari juga dikenal karena
doktrin Kasyab (perolehan) kaitannya dengan perbuatan manusia.
Menurutnya, setiap perbuatan manusia, sekalipun hanya mengangkat
ujung jari adalah ciptaan Tuhan, namun hal itu diperoleh manusia untuk
dipertanggungjawabkan. Doktrin ini sarana untuk menggambarkan
kebebasan kehendak manusia, sehingga manusia harus
mempertanggungjawabkannya. Juga sekaligus menyandarkan
sepenuhnya terhadap daya dan kekuatan Tuhan semata.
12
Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2002), hal 579
9
9. Menetapkan Allah dilihat tanpa dari arah. Hingga akhir ucapan mereka
mengingkari ru’yah (bahwa kaum mukminin akan melihat Allah di
akhirat)
11. Menyatakan tidak sah keislaman seseorang setelah mukallaf sampai ragu
terlebih.dahulu.14
14
Lihat Takidat Musallamat Salafiyah hlm. 35—36, dan Mauqif Ibnu Taimiyah minal
Asya’irah
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini ditarik suatu kesimpulan bahwa secara
histories timbulnya aliran al-Asy’ariah disebabkan oleh karena kuatnya
keinginan untuk kembali pada pemahaman yang semula yaitu pemikiran
Ahlussunnah Waljamaah, tapi juga dalam pemikirannya al-Asy’ari masih
menggunakan metode yang digunakan oleh kaum Mu’tazilah, yaitu
menggunakan kemampuan akal menganalisis nash-nash al-Qur’an.
Kaum Mu’tazilah selalu mengedepankan akal pikiran untuk memahami
wahyu, berangkat dari akal kemudian wahyu. Tapi al-Asy’ari sebaliknya
mengedepankan wahyu dibanding akal, menggunakan akal seperlunya saja.
Sehingga tidak heran al-Asy’ari dalam pemikirannya selalu
mengkompromikan pemahaman Ahlussunnah Waljammah dengan kaum
rasionalis tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap pokok-pokok
pemikirannya.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadikan
kita semua golongan orang-orang yang terus belajar. Karena semakin kita
banyak belajar, maka kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kita
juga orang lain. Dengan mempelajari dan mengetahui sejarah pemikiran
Islam tentang Al-Asy’ariyah yang ada dalam makalah ini, kita semakin bisa
untuk berfikir lebih maju dalam menyikapinya, karena pengetahuan yang kita
dapat dari makalah ini dapat dijadikan sebagai pegangan dan bahan referensi
dalam kehidupan kita selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmin, Yudian Wahyudi. 1995. Aliran dan Teory Filsafat Islam. Jakart: Bumi
Aksara
Dahlan Abdurrahman dan Ahmad Qarib. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam
Islam. Jakarta: Logos Publishing House
Departemen Agama RI. 2002. Mushaf al-Qur’an Terjemah. Jakarta: Pena Pundi
Aksara
Hasyim, Umar. 1986. Apakah Anda Termasuk Golongan Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Katsir, Ibnu. 1996. al-Bidayah wa al-Nihayah. juz VII. Beirut: Dar al-Fikr
Mudhofir, Ali. 1996. Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
13