ALIRAN ASY’ARIYAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Aiyuhan Nurul Ain M,Ag
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun terdapat kekurangan di dalamnya. Ucapan terima kasih kepada bu Aiyuhan Nurul
Ain, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tauhid: Analisa dan Perbandingan,
yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang aliran Asy’ariyah. Kami
juga menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. ALIRAN TEOLOGI ASY’ARIYAH.................................................................................6
B. TOKOH-TOKOH PENTING ASY’ARIYAH:................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A. KESIMPULAN.............................................................................................................14
B. SARAN.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Munculnya berbagai macam golongan aliran pemikiran dalam Islam telah
memberikan warna tersendiri dalam agama Islam. Pemikiran-pemikiran ini muncul
setelah wafatnya Rasulullah. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
munculnya berbagai golongan dengan segala pemikirannya. Di antaranya adalah faktor
politik sebagaimana yang telah terjadi pertentangan antara kelompok Ali dengan para
pengikut Muawiyah, sehingga muncullah golongan-golongan baru yaitu golongan
Khawarij. Lalu muncullah golongan-golongan lain sebagai reaksi dari golongan satu
pada golongan yang lain.
Antara golongan-golongan tersebut memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Ada yang berpegang pada wahyu, ada pula yang
menetapkan akal dalam menafsirkan wahyu. Dengan berdasar pada hadis, sekarang
banyak yang mengklaim dirinya sebagai Ahlussunnah wal jama’ah. Sebagai reaksi
terhadap firqoh-firqoh yang berbeda di masa-masa awal, maka pada akhir abad ke-3 H
timbullah golongan yang dikenali sebagai Ahlusunnah wal jama’ah. Golongan ini
dipimpin oleh dua ulama besar yaitu, Syaikh Abu Hasan Ali al-Asy’ari sebagai pendiri
aliran Asy’ariyah dan Syaikh Abu Mansur al-Maturidi sebagai pendiri aliran
Maturidiyah. Namun dari semua aliran yang mewarnai perkembangan umat Islam itu,
tidak sedikit juga yang mengundang terjadinya konflik dan membawa kontraversi dalam
umat, khususnya aliran yang bercorak atau berkonsentrasi dalam membahas masalah
teologi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pembahasan mendalam untuk beberapa
aliran-aliran ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana pemikiran aliran Asy’ariyah?
2. Siapa tokoh pemikiran aliran Asy’ariyah?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas final mata kuliah
Aliran Asy’ariyah: Analisa dan Perbandingan yang diampu oleh bu Aiyuhan Nurul Ain,
M.Ag. Dan yang paling penting adalah untuk menjawab persoalan-persoalan yang tertera
pada rumusan masalah di atas. Yang meliputi:
1. Penjelasan tentang aliran Asy’ariyah.
2. Mengetahui tokoh tentang aliran Asy’ariyah.
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Jubba'i : Yang baik (mukmin) masuk dalam surga, yang kafir masuk neraka, dan anak
kecil terlepas dari bahaya neraka.
Al-Asy'ari : Kalau yang kecil ingin memperoleh tempat yang lebih tinggi di surga,
mungkinkah itu?
Al-Jubba'I : Tidak, sebab yang mungkin mendapat tempat baik adalah orang yang patuh
kepada Tuhan; sedangkan anak kecil belum mempunyai kepatuhan seperti itu.
Al-Asy'ari : Kalau anak itu mengatakan kepada Tuhan: “itu bukanlah salahku. Jika
sekiranya engkau bolehkan aku terus hidup, aku akan mengerjakan perbuatan-perbuatan
baik seperti yang dilakukan orang mukmin itu”.
Al- Jubba'I : Allah akan menjawab,"aku tahu jika engkau terus hidup engkau akan berbuat
dosa dan karena itu akan kena hukum. Maka untuk kepentinganmu aku cabut nyawamu
sebelum engkau sampai kepada umur tanggung jawab".
Bagi al-Asy’ari, orang yang berdosa besar tetap mukmin karena imannya masih
ada, tetapi dosa besar yang dilakukannya, ia menjadi fasik. Sekiranya orang yang berdosa
besar bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, maka dalam dirinya tidak didapati kufur
atau iman; dengan demikian bukanlah ia ateis dan bukan pula monoteis, bukan teman dan
bukan pula musuh. Ini tidaklah mungkin. Pengikut di antara mereka yang terkenal adalah;
Abu Bakar Muhammad al-Baqillani, al-Isfirayaini, al-Qusyairi, al-Juwaini, dan al-Ghazali.
Di antara pengikutnya yang paling berpengaruh adalah al-Ghazali yang menyebarluaskan
ajaran Islam yang lebih khusus ahlusunnah waljamaah.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Islam, Jilid I (Jakarta: PT. Ichtiar
Baru van Hoeve,1994), h. 184.
Abu Musa al-Asy’ari memiliki suara yang merdu ketika membaca al-qur’an,
sehingga Nabi SAW menyebutnya dikaruniai seruling Nabi Daud. Pada suatu malam, Nabi
dan Istrinya lewat di depan rumah al-Asy’ari lalu ia mendengarnya membaca Alquran
lantas Nabi berhentisampai selesai membaca Alquran kemudian Nabi baru pergi setelah
berhenti mengaji. Sebagai sahabat Nabi SAW, al-Asy’ari banyak menerima ayat Alquran
dan Hadis dari Nabi SAW. Kemudian ia menerima penyampaian Hadis Nabi SAW dari al-
Khulafa’ ar-Rasyidun (empat sahabat Nabi SAW) dan dari sahabat Mu’as Bin Jabal, Ibnu
Mas’ud, Ubay Bin Ka’b, dan Ammar.
1. Tentang sifat Allah SWT. Al-Asy’ari berbeda pendapat dengan Mu’tazilah, baginya
Allah Swt mempunyai sifat (sifat dua puluh) seperti, al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah
(kuasa), al-Hayah (hidup), as-Sam’a (mendengar), dan al-Basar (melihat).
2. Tentang kedudukan Alquran. Alquran adalah kalam Allah dan bukan makhluk dalam
arti diciptakan. Karena Alquran sabda Allah SWT maka pastilah Alquran bersifat
Qadim.
3. Tentang melihat Allah SWT di akhirat. Allah Swt akan dapat dilihat di akhirat dengan
mata kepala karena Allah SWT mempunyai wujud.
4. Tentang perbuatan manusia. Perbuatan-perbuatan manusia diciptakan oleh Allah
SWT. Walaupun al-Asy’ari mengakui adanya daya dalam diri manusia, daya itu tidak
efektif.
5. Tentang antropomorfisme. Al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah SWT mempunyai
mata, muka, tangan dan sebagainya seperti disebut dalam Alquran (QS. 55:27 ) dan
(QS. 54: 14). Akan tetapi, tidak dapat diketahui bagaimana bentuknya.
6. Tentang dosa besar. Orang mukmin yang berdoasa besar tetap dianggap mukmin
selama ia masih beriman kepada Allah SWT dan Rasulnya. Ia hanya digolongkan
sebagai orang ‘asi (durhaka). Tentang dosa besarnya diserahkan kepada Allah SWT,
apakah akan diampuni atau tidak.
7. Tentang keadilan Allah SWT. Allah SWT adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki
kehendak mutlak terhadap ciptaannya. Karena itu ia dapat berbuat sekehendaknya. Ia
dapat memasukkan seluruh manusia ke dalam surga, sebaliknya dapat pula
memasukkan semua manusia ke dalam neraka. Pemikiran-pemikiran al-Asy’ari
tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat Islam karena sederhana dan tidak
filosofis. Sehingga pendapatnya cepat banyak yang mendukung
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, op. cit., h. 185-187.
Dan tidak sedikit jumlahnya. Faktor lain yang mempercepat proses
perkembanganya karena mendapat dukungan dari pemerintah Bani Abbas yang berkuasa
saat itu dan kemampuan mempertahankan pendapat-pendapatnya. Aliran Asy’ariyah
mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan mampu mendominasi alam pikiran dunia
Islam dan penyebaran dilakukan di berbagai pelosok dunia Islam. Ajaran ini berkembang
di daerah penguasa, seperti dinasti Abbasiyah, menghapuskan pengajaran yang bercorak
Syiah dan menggantikan dengan pengajaran yang bercorak Sunni Asy’ariyah. Bahkan
kurikulum di sekolah-sekolah diganti dengan kurikulum-kurikulum yang bercorak
Asy’ariyah. Pemikiran yang lain al-Asy’ari tentang kuasa Tuhan, yaitu:
1. Tuhan adalah wajibul wujud (wajib ada) berdasarkan wahyu dari padanya serta dapat
ditangkap oleh akal pikiran dengan bukti wujud alam semesta.
2. Sifat yang Qodim, maka Tuhan mempunyai sifat yang Qodim pula, karena sifatnya
juga zat-Nya.
3. Tuhan berkuasa mutlak dan karenanya, kemauan, kehendak dan perbuatannya tidak
bisa diganggu gugat.
4. Manusia dan akalnya bisa mengetahui Tuhan, tetapi akal manusia tidak menunjukkan
kewajiban untuk melakukan sesuatu yang baik karena kebaikannya dan tidak pula
menunjukkan yang buruk dan meninggalkan karena keburukannya, tetapi semua
hanya ditujukan oleh wahyu, qodla dan qodar di tangan Tuhan.
5. Manusia tidak berkuasa untuk menciptakan sesuatu ia hanya mempunyai sikap kasab
(usaha) untuk memperoleh sesuatu dari perbuatannya, sedang hasil atau tidaknya
berada di tangan Tuhan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asy’ariyah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam periode klasik yang
namanya dinisbatkan kepada nama pendirinya yaitu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari.
Dalam belajar agama, Al-Asy’ari mula-mula berguru kepada Abu Ali al-Jubba’i seorang
pemuka Mu’tazilah. Akan tetapi, pada usia 40 tahun ia menyatakan diri keluar dari
Mu’tazilah, karena ia mengalami berbagai keraguan dan tidak puas terhadap doktrin-
doktrin Mu’tazilah.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, saya selaku pemakalah sangat menyadari
kekurangan yang baik dalam aspek penulisan maupun isi dari makalah. Oleh karena itu,
saya selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun. Hal tersebut sangat penting
karena bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan baik bagi penulis maupun
pembaca. Kritik dan saran tersebut bisa dijadikan pembanding untuk menghasilkan karya
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Islam Di Indonesia, Jilid 2. Departemen Agama R.I. Perguruan Tinggi Agama
/IAIN Jakarta. 1992/1993.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Islam, Jilid I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van
Hoeve, 1994.
Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam (Ringkas), Jilid I. penerjemah Ghufron A. Mas’adi, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1999.
Syahrir dan Hasan Bakti Nasution Harahap,. Ensiklopedia Akidah Islam, cet; II. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009.