Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ASWAJA DAN KE-NU-AN


“AHLUSUNNAH WALJAMA’AH”

Dibuat Oleh :

ABDUL ROZAK ( 2144201008 )

MATEMATIKA
FAKULTAS EKSATA
UNIVERSITASS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kami kesempatan menulis makalah ini.Maka, tidak terkira ucapan syukur kami kepada-Nya.
Sholawat serta salam tetap tercurah kan kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Semoga di yaumul qiyamah nanti kita semua mendapatkan Syafaat-Nya.Makalah ini
membahas tentang “Memahami Kondisi Keuangan Perusahaan”.Dalam penyusunan makalah
ini kami mencari dari berbagai referensi.Kami mencantumkan materi insyallah sesuai dengan
pokok bahasan.

Dalam penyusunan makalah ini pastinya ada campur tangan dari berbagai pihak, tak
lupa kami menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof.Dr.H.Zainuddin,M.Pd selaku rektor.


2. H Asyharul Muttaqin S.Pd.,M.Ag.selaku dosen pengampu mata kuliah aswaja dan
ke-NU-an yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
3. Kedua orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami.
4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Blitar, 7oktober 2021

Penyusun.

DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

a. Latar Belakang.....................................................................................................2
b. Rumusan Masalah...............................................................................................2
c. Tujuan..................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

a. Latar Belakang Aswaja dan Annahdiah..............................................................4


b. Sistem dan Metode..............................................................................................5
c. Tantangan dan Ancaman Aswaja........................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................

a. Simpulan............................................................................................................18
b. Saran..................................................................................................................18

DAFTAR RUJUKAN

BAB I
PENDAHULUAN

a.Latar Belakang

Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai bagaimana cara ataupun


ahlusunnah wal jama’ah berkembang di Indonesia. Tentu saja harapannya adalah bahwa nilai
informasi yang didapat seharusnya bisa memberi faham semua orang pentingnya mempelajari
ajaran ahlusunnah wal jama’ah yang benar serta tidak menjererumuskan orang lain ke jalan
yang salah.

Pertama-tama sebelum membahas persoalan diatas lebih jauh, terlebih dahulu kita
bedakan pengertian Ahhlusunnah Wal Jama’ah dan Annahdiyah.,semoga semuanya akan
menjadi gambling dan jelass serta tidak akan terjadi keragu-raguan mengenai amalan ibadah
yang masih dalam bingkai Aswaj Annahdliyah,

Semoga kiranya dapat dijadikam salah satunalat untuk bekal bagi umat Islam
khususnya dan khususnya bagi warga Nahdlatul Ulama tentang ajaran dan amalan
Ahlisunnah wal jama’ah.Akibtnya banyak orang terkecoh dan lalu kemudian menjadi
pengikutnya tanpa didasari sebelumnya.

b. Rumusan Masalah

1. Pengertian Ahlusunnah Wal Jama’ah ?


2. Penjelasan asal-usul faham Ahlusunnah Wal jama’ah?
3. Membabarkan konsep Ahlussunnah Wal-jama’ah Annahdliyah?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian Ahlusunnah dan Annahdiyah.


2. Memberi penjelasan asal-usul Ahlusunnah Wal Jama’ah.
3. Memberiksan pengetahuan konsep Ahlusunnah Wal Jama’ah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Aswaja dan Annahdiah.

Ahlusunnah wal-jama’ah terdiri dari tiga kata ahlun artinya golongan, sunnah artinya hadis,
dan jama’ah artinya mayoritas. Maksudnya golongan orang-orang yang ibadah dan tingkah lakunya
selalu berdasarkan pada Alqur’an dan hadits, sementara pengambilan hukum Islamya mengikuti
mayoritas ahli fiqih (sebagian besar ulama ahli hukum Islam). Dalam menjalankan ritual
keagamaanya kaum sunni, (sebutan kaum yang mengikuti paham Ahlusunnah wal jama’ah)
menganut salah satu dari satu mazhab mempat : Hanafi, Maliki, Ayafi’I, dan Hambali, serta mengikuti
Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam alMaturidi dalam bidang akidah keduanya di pandang sebagai ulama
besar yang telah berjasa mengibarkan bendera “Ahlusunnah Wal Jama’ah” dan menyatakan diri
keluar dari paham Mu’tazilah.

Bermazhab 3 bermadzhab artinya mengikuti salah satu madzhab. “Madzhab” itu sendiri
artinya aliran atau jalan bagi orang NU, kalau tidak mau mengikuti madzhab maka bukan termasuk
orang NU. Oleh karena itu bagi orang NU beragama harus memakai dasar al-qur’an dan hadits dan
para alim ulama pun sepakat imam yang layak untuk dijadikan sebagai panutan hanya empat imam
mujtahid. Ulama tersebut diatas telah diakui para ulama seluruh dunia yang termasuk tingkatan
Mujtahid karena kedalaman ilmu agamanya, mereka berhak mengambil ketentuan ijtihad hukum
Islam dari sumbernya, yakni al-qur’an dan hadits. Hal yang demikian tentu saja tidak menafikan
sebagian kecil yang mengangkat imam Mujtahid hanya dengan dukungan beberapa ulama saja.
Setiap orang Islam sebaiknya memperhatikan golongan mayoritas muslim di negerinya, yang sudah
tentu konotasinya muslim yang akidahnya betul, (Ahlusunnah wal jama’ah), dan orang Islam tidak
diperkenankan menyendiri, dalam artian membuat.

Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah (Aswaja) adalah salah satu aliran pemahaman teologis


(Aqiedah) Islam. Selain Aswaja ada faham-faham teologi lain seperti Khawarij, Murji’ah,
Qadariyah, Jabariyah dan Syi’ah. Pemahaman teologi Aswaja ini diyakini sebagian besar
umat Islam sebagai pemahaman yang benar yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada para sahabatnya. Kemudian secara turun-temurun faham Aswaja diajarkan kepada
generasi berikutnya (Tabi’in-Tabi’it Tabi’in) dan selanjutnya diteruskan oleh generasi-
generasi berikutnya sehingga sampai kepada kita. Hal ini – tentu – dapat dibuktikan melalui
kajian-kajian literer keagamaan. Berkaitan dengan ini ribuan kitab dan buku telah ditulis oleh
banyak ulama dan pakar/ahli.
Menurut telaah sejarah, istilah Aswaja muncul sebagai reaksi terhadap faham
kelompok Mu’tazilah, yang dikenal sebagai “kaum rasionalis Islam” yang ekstrim.
Kelompok ini mengedepankan pemahaman teologi Islam yang bersifat rasionalis (‘aqli) dan
liberalis. Faham Mu’tazilah ini antara lain dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsafati
dari Yunani. Mereka berpegang teguh pada faham Qadariyah atau freez will, yaitu konsep
pemikiran yang mengandung faham kebebasan dan berkuasanya manusia atas perbuatan-
perbuatannya. Artinya, perbuatan manusia itu diwujudkan oleh manusia itu sendiri, bukan
diciptakan Tuhan. Di samping reaksi terhadap faham Mu’tazilah, Aswaja juga berusaha
mengatasi suatu faham ekstrim yang lain, yang berlawanan faham secara total dengan kaum
Mu’tazilah, yaitu faham kaum Jabariyah.di mana mereka berpendapat bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan atau kuasa dalam berkehendak dan berbuat. Kehendak (iradah)
dan perbuatan manusia terikat dengan kehendak mutlak Tuhan. Jadi segala perbuatan
manusia itu dilakukan dalam keadaan terpaksa (mujbar). Mereka akhirnya befikir fatalistic.
Mengapa? Karena kelompok ini cenderung berfikir skriptualistik sementara kelompok
Mu’tazila berfikirrasi onalistik.
Dalam menghadapi kedua faham yang sama-sama ekstrim tersebut, Imam Abu al-
Hasan al-Asy’ari (W.324 H) dan Imam Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) merasa
berkewajiban untuk meluruskan kedua kelompok tersebut sehingga sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Mereka berdua memunculkan
kembali pola pikir yang mengambil jalan tengah antara kedua faham teologi yang ekstrim
tersebut. Dan perlu diketahui bahwa selama 40 tahun al-Asy’ari adalah pengikut faham
Mu’tazilah. Karena adanya argumentasi Mu’tazilah yang tidak benar dan ditambah dengan
hasil mimpinya bertemu Nabi SAW; di mana Nabi SAW  berkata kepadanya bahwa yang
benar adalah mazhab ahli Hadits (al-Sunnah), bukan mazhab Mu’tazilah, maka
ditinggalkanlah faham Mu’tazilah.
Keduanya akhirnya ingin mengembalikan faham aqiedah umat Islam sesuai dengan
apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya, dengan
mengemukakan dalil-dalil naqliyah (nash-nash al-Qur’an dan Hadits) dan dalil-dalil aqliyah
(argumentasi rasional). Karena faktor dari kedua tokoh tersebut, Aswaja juga dikenal
dengan istilah al-Asy’ariyyun dan al-Maturidiyyun. Berkait dengan hal tersebut perlu
diketahui bahwa mayoritas umat Islam di negeri kita, terlebih lagi kaum Nahdliyyin (NU),
dan wilayah-wilayah Asia Tenggara lainnya, adalah Asy’ariyyun. Sebagai catatan buat kita,
bahwa meskipun kedua ulama tersebut dikenal sebagai pencetus dan sekaligus pembela
faham Aswaja, namun di antara keduanya ada perbedaan-perbedaan yang bersifat far’iyyah
(cabang), bukan dalam masalah-masalah pokok aqiedah; Al-Asy’ari lebih condong ke
faham Jabariyah sementara al-Maturidi lebih condong ke faham Qadariyah. (Alangkah
baiknya bila mana kita dapat mempelajari konsep pemikiran al-Maturidi juga sehingga kita
dapat memiliki pemahaman teologi Aswaja secara lebih luas).

B. Sistem dan Metode

Bagi para Rosululloh S.A.W.yang hidup se-zaman dengan beliau tidaklah terlalu sulit
mendapatkan kemurnian ajaran agama islam, karena jarak waktu dan jarak fisik yang sanat
dekat. Namun, semakin jauh jarak fisik denggan sumber pertama, maka menjadi sulit untuk
mendapatkan kemurnian As-Sunnah Wal Jama’ah, terutama karena besarnya mendapatkan
gangguan-gangguan yang membahayakan kemurnian tersebut.

Kecuali jauhnya jarak dan adanya gangguan-ganguan,kesulita untuk mendapatkan


kemurnian dari ass-sunnah wal jama’ah itu menjdai lebih berat,karena al-Qu’an hanya
mengandung hal-hal yang prinsip, sedang al-Hadist secara parsiil ( sebagian –sebagian )
sehingga satu masalah saja ( umpamanya cara melakukan sholat ) mungkin berates-ratus
jumlah al-Hadist yang berhubungan degan masalah sholat ini,belum lagi, seleeksi hadist, dan
latar belakang sejarah disampaikannya oleh Rosululloh.

Oleh karenanya , tidak semua orang mampu memahami sendiri dan menyimpulkan
pendapatnya mengenai suatu masalah dari al-Qur’an dan al-Hadist, secara besar sehingga
dapat dipertaggung jawabkan kemurniannya. Diperlukan sistem yang dapat dipertanggung
jawabkan, bagi seorang yang perlu punya pendapatb atau perlu melakukan sessuatu hal
mengenai ajaran agama.

1. Bagi yang memenuhi syarat dan saran untuk mengambil kesimpulan pendapat
( istimbath ) sendiri dapat menggunakan sistem ijtihad.
2. Bagi yang tidak memenuhi syarat atau yang meragukan kemampuannya sendiri, tidak
ada yang dapat dilakukan kecuali mengikuti hasil ijtihad atau istimbath orang lain yang
mampu, yang disebut dengan istilah sistem taqlid.
C. Ancaman dan tantangan Aswaja.

Memperbincangkan tantangan dan ancaman terhadap ahlussunnah


wal jama'ah berarti memperbincangkan segala hal yang berpotensi
mengerdilkan peran-perannya atau bahkan memberangsungnya. Iya bisa
saja kepentingan politik domestik maupun asing. Ia juga bisa berarti
kepentingan ekonomi, kepentingan politik, ataupun kepentingan ideologi,
atau mungkin juga hanya sebatas tradisi.

Dari empat aspek yaitu aspek ekonomi, politik, ideologi, dan


tradisi. Empat aspek tersebut bisa saja berdiri sendiri, mandiri, namun bisa
saja menjadi satu kesatuan mendukung kepentingan.

Pertama, ekonomi. Kepentingan ekonomi yang menjadi ancaman


bagi para Ahlusunnah wal-jama’ah di Indonesia adalah kepentingan
ekonomi asing, jika dilihat dari sejarah, sebetulnya penjajah Belanda dan
yang lain masuk Indonesia hanya menginginkan kekayaan semata,
termasuk, hegemoni Amerika dan China pada saat ini, sesungguhnya yang
mereka inginkan adalah hegemoni ekonomi.

Kedua, politik. Gerakan politik yang menjadi ancaman


bagi paham Ahlussunnah wal-jama’ah sebetulnya bukan gerakan politik itu
sendiri, akan tetapi lebih pada pesan yang di usung oleh gerakan politik itu.
Sebagaimana telah maklum, bahwa para penjajah pergi dari Indonesia
bukan pergi dengan tangan kosong, selain telah membawa oleh-oleh yang
banyak, mereka juga telah mewariskan sejumlah paham dan tradisi yang
bisa terus menguntungkan kepada penjajah. Ideologi itu adalah ideologi
sekuralisme, paham yang memisahkan urusan agama, dunia, dan negara.

Ketiga, ideology. Poin ketiga ini tentu sudah merupakan


hal yang maklum, bahwa termasuk tantangan bagi Ahlussunnah wal-
jama’ah adalah munculnya paham-paham lain yang tak sesuai dengan
paham Ahlussunnah wal-jama’ah seperti paham kekerasan Allah khawarij
yang tercermin dalam gerakan ISIS dewasa ini, paham Syiah yang semakin
lama semakin berani menampakkan jati dirinya paham wahabisme yang
sudah semakin membumi, paham kebatinan, paham liberalisme, pluralisme,
dan pluralisme agama, serta bahan-bahan lain yang kian hari kian merebak
di Indonesia.

Keempat, tradisi. Hal ini tak boleh luput dari perhatian


kita adalah kecenderungan tradisi dan budaya masyarakat yang bersesuaian
dengan nilai-nilai luhur dalam Islam Ahlussunnah wal-jama’ah, Tradisi
masyarakat yang kian hari kian jauh dari tuntunan agama, budaya umat
Islam yang kian hari menelaah lebih cenderung ke barat-baratan baik dalam
hal pergaulan, fashion, keagamaan, dan lain sebagainya, bagaimanapun
semua ini adalah rangkaian tantangan global yang tidak yang jika tak segera
direspon dengan baik dan benar, akan segera berbalik mengancam eksistensi
Ahlusunnah wal-jama’ah itu

Anda mungkin juga menyukai