ILMU KALAM
ALIRAN MU’TAZILAH
Diajukan sebagai slah satu materi aqidah akhlak semester satu
Dari kelas : XI MIA 4
Kelompok : 6
Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah
SWT. karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
pelajaran “akidah akhlak” yang berkaitan dengan “ILMU KALAM ajaran mu’tazilah” ini
dengan baik dan bisa di serahkan tepat pada waktunya.
Kamipun ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Eka Mulyana S.Pd Selaku guru
mata pelajaran “akidah akhlak” yang telah memberikan tugas makalah ini, karena pada
kenyataanya tugas-tugas seperti ini sangatlah bermanfaat bagi kami dalam memahami bagaimana
pemanfaatan memahami Ilmu kalam ini khusnya paham aliran mu’tazilah dengan baik dan benar.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan-penjelasan dan gambaran mengenai paham aliran
mu’tazilah dan segala aspek yang berkaitan dengannya. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang penjelasan – penjelasan dan gambaran mengenai
aliran mu’tazilah. kami menyadari bahwa penyajian makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih, dan semoga Allah SWT meridhoi segala usaha
kami, Amin.
Hormat kami
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian aliran mu’tazilah ...................................................................................................3
2.Latar belakang sejarah terbentuknya aliran mu’tazilah ..........................................................3
3.Tokoh pendiri aliran mu’tazilah ..............................................................................................4
4.Pokok-pokok ajaran aliran mu’tazilah ....................................................................................6
5.Studi analisis tentang aliran mu’tazilah ..................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sudah kita ketahui bahwasanya agama Islam adalah agama yang rahmatan lil
‘alamin, bersifat universal, dan berlaku sampai hari kiamat. Berbeda dengan agama-
agama yang datang sebelum Islam seperti agama yang dibawa nabi Musa as yaitu
Yahudi atau agama yang dibawa oleh nabi Isa as yaitu Nasrani. Agama-agama tersebut
tidak bersifat universal dan hanya berlaku ketika nabi atau rasul yang membawa agama
tersebut masih hidup. Bersifat universal disini maksudnya adalah bahwa agama tersebut
tidak dikhususkan bagi suatu kaum, misalkan agama Yahudi yang dikhususkan untuk
bani Israel saja, tetapi agama yang bersifat universal adalah agama tersebut
diperuntukkan bagi seluruh umat manusia seperti agama Islam.
Agama Islam dibawa oleh Muhammad ibn Abdullah, nabi terakhir yang diutus Allah
SWT tepatnya di kota makkah Saudi Arabia pada tahun . Seperti yang sudah dikatakan
diatas bahwa agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan berlaku hingga hari
kiamat maka Islam adalah agama yang diperuntukkan bagi segenap umat manusia dari
mulai kedatangannya sampai terjadinya hari kiamat tersebut. Tetapi sayangnya , sang
pembawa agama Islam – nabi Muhammad SAW tersebut hanya diberi umur 63 tahun.
Sehingga jika suatu ketika – di era modern timbut suatu permasalahan khususnya dalam
hal akidah tidak bisa langsung menanyakannya kepada sang nabi , maka dari itulah
beberapa puluh tahun setelah kematian nabi Muhammad SAW muncul satu persatu
berbagai macam aliran-aliran teologi Islam yang biasa disebut dengan Ushuluddin atau
Ilmu Kalam. Diantara aliran ilmu kalam tersebut adalah aliran Mu’tazilah.
Pada makalah ini insyaallah kami akan membahas tentang aliran mu’tazilah
tersebut. Supaya memberikan pemahaman kepada pembaca apa yang dimaksud aliran
mu’tazilah? Bagaimana latar belakang terbentuknya aliran tersebut? Dan seperti apakah
ajaran-ajaran dalam aliran tersebut? Semuanya akan dibahas satu persatu dalam
makalah ini yang tentu masih banyak kekurangan dan kami berharap makalah ini bisa
dipelajari dan berguna bagi pembaca sekalian.
1
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
a. Apa pengertian aliran Mu’tazilah?
b. Bagaimana latar belakang sejarah terbentuknya aliran mu’tazilah?
c. Siapa tokoh pendiri aliran mu’tazilah?
d. Apa yang menjadi pokok ajaran aliran mu’tazilah?
e. Bagaimana studi analisis tentang aliran mu’tazilah?
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian dibuatnya makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian aliran Mu’tazilah
b. Untuk mengetahui latar belakang sejarah terbentuknya aliran mu’tazilah
c. Untuk mengetahui tokoh - tokoh pendiri aliran mu’tazilah
d. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran aliran mu’tazilah
e. Untuk mengetahui studi analisis tentang aliran mu’tazilah
4. Kegunaan
Kegunaan mempelajari ilmu kalam diantaranya.
a. Memberikan penguatan landasan keimanan umat Islam melalui pendekatan filosofis
dan logis
b. Menopang dan menguatkan sistem nilai ajaran Islam
c. Turut menjawab problematika penyimpangan teologi agama lain yang dapat
merusak akidah umat Islam
5. Metode penelitian
Menggunakan metode kepustakaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
setelah itu dia berdiri dan meninggalkan al-hasan karena tidak setuju dengan sang guru
dan membentuk pengajian baru. atas peristiwa ini al-Hasan berkata, “i’tazalna” (Washil
menjauhkan dari kita). dan dari sinilah nama mu’tazilah dikenakan kepada mereka
4
tentang metode keraguan serta metode empirika yang merupakan cikal bakal lahirnya
renainssance (abad pencerahan) di Eropa.
5. Al-Jahiz Abu Usman bin Bahar (w. 869)
Al-Jahiz Abu Usman bin Bahar merupakan pencetus aliran naturalisme atau
kepercayaan pada hukum alam yang oleh paham Mu’tazilah dinamakan sunnah Allah.
dia diantaranya menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan manusia tidak semuanya
diwujudkan oleh manusia itu sendiri, melainkan adanya pengaruh hukum alam.
6. Al-Jubba’i (w. 302 H),
Nama asli Al-Jubba’I di ambil dari nama kota kelahiranya, yaitu daerah yang bernama
Jubba, di provinsi Chuzestan , Iran. Dia adalah guru imam Abu Hasan al-Asy’ari,
pendiri kelompok Asy’ariyah. Pemikrannya tentang tafsir Al-Qur’an banyak di ambil
oleh Az-Zamakhsyari.
7. Mu’ammar bin Abbad,
Mu’ammar bin Abbad merupakan pendiri aliran Mu’tazilah kota Baghdad. Pendapatnya
yang penting yaitu mengenai kepercayaan pada hukum alam, sama seperti pendapat al-
Jahiz. Ia menyatakan bahwa Tuhan hanya menjadikan benda-benda materi saja ,
sementara al-‘arad atau accidents (sesuatu yang datang pada benda-benda) itu adalah
hasil dari hukum alam itu. Contohnya, seperti jika sebuah batu dilempar kedalam air,
maka gelombang yang dihasilkan oleh lemparan batu itu merupakan hasil atau kreasi
dari batu itu sendiri, bukan hasil ciptaan Tuhan.
8. Bisyr al-Mu’tamir (w. 210 H),
Menurutnya, seorang anak kecil yang meninggal tidak diminta pertanggungjawaban atas
kelakuaanya diakhirat kelak karena ia belum termasuk mukalaf. Seorang yang berdosa
besar lalu bertobat, kemudian mengulangi, akan menerima siksa ganda, meskipun ia
sudah bertobat atas dosa besarnya yang telah lalu.
9. Abu Musa al-Mudrar (w. 226 H),
Dia dianggap sebagai pemimpin Mu’tazilah yang sangat ekstrim karena pendapatnya
yang gampang mengkafirkan orang lain yang meyakini keqadiman al-Quran. Ia juga
membantah pendapat bahwa Allah SWT bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat
kelak.
5
10. Hisyam bin Amr al-Fuwati,
Dia berpendapat bahwa apa yang disebut surga dan neraka hanyalah ilusi semata, belum
ada wujudnya pada saat ini. Alasan yang dikemukakannya adalah tidak ada manfaat
menciptakan surga serta neraka sekarang karena belum saatnya orang memasuki surga
dan neraka.
11. Sumamah bin Asyras (w. 213 H),
Dia berpendapat bahwa manusia sendirilah yang melahirkan perbuatan-perbuatannya
karena dalam dirinya sudah tersedia daya untuk berbuat. Tentang daya dan akal, ia
berkesimpulan bahwa akal manusia sebelum datangnya wahyu bisa tahu adanya Tuhan
serta mengenal perbuatan yang baik dan perbuatan buruk, wahyu hanya turun untuk
memberikan konfirmasi.
12. Abu al-Hussain al-Khayyat (w. 300 H),
13. Al-Qadhi Abdul Jabbar (w. 1024 H)
Dia diangkat sebagi hakim oleh Ibnu Abad. Diantara karyanya yang besar ialah karya
tentang ulasan pokok-pokok ajaran Mu’tazilah yang ia sebut Al-Mughni. Kitab ini
terdiri lebih dari lima belas jilid. Dia tergolong tokoh yang hidup pada jaman
kemunduran aliran Mu’tazilah namun Ia bisa berprestasi baik dalam bidang keilmuan
maupun pada jabatan kenegaraan.
14. Az-Zamakhsyari (467-538 H).
Dia dilahirkan di desa Zamakhsyar, Khawarizm, negara Iran. Ia terkenal sebagai tokoh
dalam Ilmu Tafsir, nahwu, dan paramasastra. Dalam karanganya Ia secara terang-
terangan memperlihatkan faham Mu’tazilah. Seperti dalam kitab tafsir Al-Kassyaf yang
berusaha menafsirkan ayat-ayat Al-Qur,an berdasarkan ajaran-ajaran Mu’tazilah,
terutama lima prinsip ajaranya.
6
kafir, karena ia masih percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad, tetapi bukan pula
mukmin, karena imannya tidak lagi sempurna. Aliran mu’tazilah juga berpendapat
bahwa Iman, digambarkan, bukan hanya pengakuan oleh hati saja, ataupun
mengucapkan dengan lisan saja, tetapi juga diiringi oleh perbuatan-perbuatan.
Ketiganya adalah unsur iman. Dengan demikian pembuat dosa besar tidaklah beriman
dan oleh karena tempat satu-satunya ialah neraka. Tetapi mendapat siksaan yang lebih
ringan daripada orang kafir.
b. Akal dan wahyu
Menurut Mu’tazilah, segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal.
Kewajiban-kewajiban dapat diperoleh dengan pemikiran yang mendalam. Dengan
demikian, berterima kasih kepada Tuhan, mengetahui baik dan jahat, dan mengerjakan
yang wajib dan menjauhi yang buruk sebelum turun wahyu adalah wajib. Tapi tidak
semua yang baik dapat diketahui oleh akal. Untuk mengetahui hal itu diperlukan
wahyu. Wahyu dengan demikian menyempurnakan pengetahuan akal tentang baik dan
buruk. Selanjutnya wahyu bagi Mu’tazilah, berfungsi memberi penjelasan tentang
perincian pahala dan siksa di akhirat.
c. Keadilan Tuhan
Menurut Mu’tazilah keadilan bagi Tuhan mangandung arti kewajiban-kewajiban yan
harus dihormati Tuhan. Keadilan bukanlah hanya berarti memberi upah kepada yang
berbuat baik dan memberi hukuman kepada yang berbuat salah. Tetapi Tuhan juga
harus memberi beban yang tidak terlalu berat bagi manusia, mengiriman Rasul dan
Nabi-nabi, dan memberi manusia daya untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya.
Semua ini menghendaki supaya Tuhan melasanakan kewajiban-kewajiban itu.
d. Melihat Tuhan
Mu’tazilah dan berbagai kelompok yang sepaham dengannya, seperti Jahamiyah,
Khawarij, Syiah Imamiyah, dan sebagian Murjiah mengatakan bahwa Allah tidak bisa
dilihat dengan mata kepala, baik di dunia maupun nanti diakhirat dan itu mustahil dan
mumtani’ (tidak boleh terjadi) pada Allah.
e. Kekuasaan Tuhan
Mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan sebenarnya tidak mutlak semutlak-
mutlaknya, tetapi sudah terbatas, dan batasan-batasan itu diciptakan sendiri oleh Tuhan,
terbatasnya kekuasaan Tuhan atau tidak mutlaknya kekuasaan Tuhan disebabkan oleh
7
kebebasan yang telah diberikan Tuhan kepada manusia dalam menentukan kemauan
dan perbuatannya.
f. Perbuatan manusia
Menurut mu’tazilah manusia mempunya daya yang besar dan bebas. Manusialah yang
menciptakan perbuata-perbuatannya. Manusia sendirilah yang berbuat baik dan buruk.
Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada Tuhan adalah atas kehendak dan
kemauannya sendiri.
g. Sifat-sifat Tuhan
Mu’tazilah tidak mengakui sifat-sifat Tuhan sebagai suatu yang qadim, yang lain
daripada zatnya. Mereka berpendapat bahwa apabila Tuhan mempunyai sifat maka
didalam diri Tuhan terdapat unsur yang banyak yaitu unsur zat dan unsur sifat yang
melekat kepada zat. Kalau dikatakan Tuhan mempunyai dua puluh sifat, maka Tuhan
akan tersusun dari dua puluh satu unsur. Mu’tazilah juga mengatakan bahwa Tuhan
tidak mempunyai sifat tetapi mu’tazilah tidak menolak ayat-ayat yang menggambarkan
sifat-sifat Tuhan seperti al-Rahman, al-Rohim, al-Qadir, dan sebagainya. Mereka
menerima bahwa kebenaran ayat-ayat itu bersama dengan kebenaran ayat-ayat lainya.
Bagi mu’tazilah ayat-ayat tersebut bukanlah sifat Tuhan tetapi aspek dari zat atau
esensi Tuhan. Bagi mereka Tuhan mengetahui bukan dari sifat pengetahuan tetapi
melalui zat Nya.
h. Al- Qur’an
Mu’tazilah melihat al-Qur’an sebagai suatu perkataan yang terdiri dari huruf dan suara,
artinya disamakan dengan perkataan yang biasa dikenal. Perkataan menyatakan fikiran
yang ada pada dirinya, supaya diketahui orang lain. Kalau al-Qur’an terdiri dari kata-
kata, sedang kata-kata itu baru, maka al-Qur’an itu pun baru. Selain itu sifat kalam al-
Qur’an bukanlah sifat zat, tetapi adalah salah satu sifat perbuatan. Karena itu al-Qur’an
adalah makhluk.
i. Siksa kubur
Mu’tazilah mengingkari adanya siksa kubur. Menurut Dharar bin Amr (salah seorang
pengikut Wasil bin Atha’). Dia menuturkan bahwasanya orang yang telah
dikebumikan, maka ia sudah tidak bisa mendengar, melihat, tidak merasakan, dan tidak
merasa enak. Lalu bagaimana dia mau disiksa seteah mati? Selanjutnya ia berkata
“kami telah mengingkari keberadaan siksa kubur dalam setiap keadaan”
8
j. Surga dan neraka
Mu’tazilah tidak membenarkan bahwa surga dan neraka itu telah disediakan sejak
sekarang ini, hanya saja dalam prinsipnya mereka mengakui bahwa surga dan neraka
itu pasti ada, dan akan di ciptakan setelah saatnya nanti
k. Hadits
Mengenai masalah hadits Mu’tazilah menolak atau tidak mengakui hadits mutawatir
dan ahad.
l. Ijma dan qiyash
Mu’tazilah menolak Ijma’ dan Qiyas secara bersamaan. karena menurut mereka, Hujah
terbatas hanya kepada pemimpin yang maksum (terjaga dari melakukan dosa besar).
Disisi lain pandangan Mu’tazilah terpecah mengenai masalah Qiyas, tetapi hampir
semuanya mereka menolak Ijma’ dan disisi lain mereka ada yang menerima Ijma’
berdasarkan Hadits Nabi “Umatku tidak akan sepakat dalam kesesatan.”
m. Syafa’at nabi Muhammad SAW
Dalam hal ini Mu’tazilah mengingkari syafaat nabi Muhammad SAW. mereka
menyandarkan pemikirannya dengan memahami ayat-ayat Mutasyabihat, seperti dalam
QS: al Mudatsir:48 yang artinya “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari
orang-orang yan g memberikan syafa'at.”
9
ajang dalam mendebat orang-orang atheis, dan para oposan, serta menolak paham
Khawarij dan Murji’ah. Dalam berdebat, mereka menggunakan metode filsafat agar
keserupaan dan keraguan terhadap Islam dapat terpecahkan. Dan mereka sangat
menguasai metode tersebut, dikarenakan mereka sering berkecimpung dengan
pemikiran-pemikiran filsafat dan pemikiran-pemikiran keagamaan lainnya.
Selain itu, mereka juga menggunakan metode tulis-menuis sebagai wahana untuk
menopang dan melestarikan Mazhab mereka.
. Mu’tazilah juga sangat bagus bagus dalam berpolitik islam. Dalam kemajuan
peradaban juga aliran ini baik sekali karena mendukung peradaban Islam. Banyak
tokoh-tokoh Ilmuwan dalam Islam dari aliran Mu’tazilah ini.
b. Kekurangan-kekurangan aliran Mu’tazilah
Kekurangan-kekurangan yang ada di aliran mu’tazilah diantaranya banyak terjadi
perselisihan pendapat. Hal ini disebabkan karena aliran mu’tazilah lebih
memprioritaskan akal diatas wahyu.
Kekurangan berikutnya yaitu pemikiran-pemikiran Mu’tazilah yang bertentangan
dengan Islam, kebanyakan pemikiran mereka dipengaruhi oleh filsaat skripturalisme
Yunani. Diantara pemikiran mereka yang bertentangan dengan Islam adalah mereka
menganggap al Qur’an adalah makhluk.
Dikarenakan Mu’tazilah merupakan golongan yang mendapat dukungan penguasa,
maka merekapun memaksakan ajarannya kepada kelompk lain. Pemaksaan ajaran ini
dikenal dalam sejarah dengan peristiwa mihnah (inguisitision).
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mu’tazilah muncul sebagai respon atas sebuah pertanyaan dari seseorang
mengenai dosa besar. Wasil Ibn Ata menjawab bahwa orang yang berdosa besar
bukanlah mukmin dan bukan pula kafir. Jawaban ini merupakan jawaban yang berbeda
dari suatu perkumpulan Hasan al-Basri di Mesjid Basrah. Karena jawaban yang berbeda
ini, Wasil meninggalkan barisan tersebut. Dengan demikian, ia disebut sebagai kaum
Mu’tazilah. Penamaan Mu’tazilah adalah suatu nama yang diberikan oleh kaum mereka
sendiri, atau sekurang-kurangnya mereka setuju atas nama yang diberikan tersebut. Bagi
kaum Mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal, dan
kewajiban-kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam. Dengan
demikian berterima kasih kepada Tuhan, mengetahui baik ban buruk , serta
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk sebelum turunnya wahyu adalah wajib
diketahui oleh akal. sedangkan wahyu hanya sebagai penyempurna tentang hal-hal baik
dan buruk. Karena lebih mengutamakan akal dari pada wahyu mu’tazilah juga disebut
kaum rasionalis Islam.
Mu’tazilah sendiri mempunyai lima ajaran pokok yaitu:
a. Al Tauhid (keesaan Allah)
b. Al ‘Adl (keadlilan tuhan)
c. Al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
d. Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
e. Amar ma’ruf nahi mungkar
2. Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya insyaallah kami
akan lebih fokus dalam menjelaskan suatu makalah yang akan dibebankan kepada kami
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritikan yang membangun dari ibu
bapak guru, siswa-siswi, dan bagi siapa saja yang membaca makalah ini supaya kami
dapat menyajikan makalah berikutnya dengan lebih baik dari yang sekarang.
11
Daftar pustaka
https://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-akidah/aliran-
mutazilah-sejarah-tokoh-dan-ajaranya/
Pengantar Study Islam – prof. Dr. Harun Nasution
http://huzaeniridwan.blogspot.co.id/2013/04/tokoh-tokoh-mutazilah-dan-pemikirannya.html
http://rizkyfazliana.blogspot.co.id/2013/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_9437.
htmlhttp://iman53.blogspot.co.id/2014/02/pokok-pokok-ajaran-asyariyahilmu-kalam.html
http://www.kompasiana.com/abdul_latifm/konsep-surganeraka_551a39f8a333119120b65924
http://httpkhoiriblogspotcom.blogspot.co.id/2012/05/pemikiran-hadits-mutazilah1.html
http://www.sikurma.com/project/2015/11/1448247500.pdf
12