Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Sejarah Turunnya Al-qur'an dan penulisnya


Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum al-qur'an
Dosen pengampu : Milhan Dr. Ma
Disusu Oleh :
 Wahyudi (0206211011)
 Rizka Ramadhani Nasution ( 0206211019 )
 Riska Yulianda (0206211021)

JURUSAN ILMU HUkUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATRA UTARA
MEDAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada allah swt. Yang memberikan segala
nikmat dan petunjuknya kepada kita sehingga pada materi kali ini yang berjudul
Sejarah turunnya al-qur'an dan penulisannya.
Sholawat serta salam tercurah kepada nabi sang jujungan alam yaitu nabi
Muhammad saw. Semoga kita semua mendapatkan syafaat nya nanti dihari kiamat
aamiin ya rabbal a’lamiin.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak dosen Milhan Dr. Ma yang telah
memberikan materi sejarah turunnya al-qur’an dan penulisannya perdana ini, Dimana
dimana kami menyadari bahwa materi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
banyak kekurangan disana sini , Karena itu kepada bapak yang membaca materi ini
kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga materi ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan bahan untuk
mengkaji lebih lanjut, Khususnya tentang sejarah turunnya al-qur’an dan
penulisannya.

Medan, 19 September 2021

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang.....................................................................................................1
2. Rumusan masalah...............................................................................................1
3. Tujuan makalah...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian turunnya al-qu’ran.............................................................................2


2. Proses turunnya al-qur’an...................................................................................2
3. Deskripsi penulisan al-qur’an.............................................................................6

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Allah menurunkan al-qur’an kepada Rasul kita Muhammad Saw untu memberi
petunjuk kepada manusia. Al-Qur'an ini merupakan pedoman manusia agar selamat di
dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an telah kita bahwa diturunkan kepada nabi
Muhammad pada abad ke 7. Namun banyak dari pengikut nabi Muhammad di muka
bumi ini yang tidak mengetahui bagaimana al-qur’an diturunkan ke muka bumi
hingga penulisan al-qur’an yang lebih dikenal dengan mushaf al-qur’an. Maka dari itu
hal tersebut yang melatar belakangi pada penulisan makalah ini dengan tema “Sejarah
Turun dan Penulisan Al-Qur’an” semoga dengan ini pengikut nabi Muhammad Saw
memahami akan turun dan penulisan al-quran.

2.Rumusan Masalah
Makalah ini telah disusun dengan berbagai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian turunnya al-qur’an?
2. Bagaimana sejarah dan proses turunnya al-qur’an?
3. Bagaimana perkembangan penulisan al-qur’an?

3.Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah adalah :
1. Agar umat islam mengerti makna turunnya al-quran
2. Supaya umat islam mengetahui sejarah serta proses turunnya al-qur’an
3. Agar umat islam mengetahui perkembangan penulisan al-quran

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN TURUNNYA AL-QUR’AN


Menurut Jumhurul Ulama’ arti nuzulul al-qur’an itu secara hakiki tidak
cocok untuk al-qur’an sebagai kalam Allah yang berada pada dzat-Nya. Sebab,
dengan memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat atau
lafal atau tulisan huruf yang riel yang harus diturunkan. Karena itu harus
menggunakan arti majazi, yaitu menetapkan/memantapkan/
memberitahukan/menyampaikan al-qur’an, baik di sampaikan al-qur’an itu ke Lauhil
Mahfudz atau ke Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada nabi muhammad saw.

2. PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN


Al-qur’an sebagai petunjuk dapat dikatakan seperti mercusuar bagi nelyan,ia
mengkaji pedoman dari kesesatannya ia merupakan kalam mulia yang diperdengarkan
kepada seluruh makhluk dilangit dan dibumi. Maka turunnya al-qur’an di guha hiro
pada malam lailatul qodar membuat para malaikuat terkesima dan bersyukur atas
kemuliaan nabi muhammad yang dimuliakan Allah dengan risalah yang terakhir ini
untuk menjadi sebaik-baiknya umat dimuka bumi ini “kemudian kami wariskan
sebuah kitab kepada hamba-hamba kami yang telah terpilih”. (QS.Fathir: 32)
kemudian ayat berikutnya turun secara terpisah,berbeda dengan turunnya kitab-kitab
samawi yang lain,dan turunya ayat tersebut begitu berat dan mengejutkan nabi. Dan
mulailah fajar pagi menyingsing dengan risalah dimana rahasia-rahasia kebenaran
Allah diwujudkan.
Dan rasulullah tidak menerima risalah ini turun sekaligus tetapi secara
berangsur-angsur dan tanpa paksaan sehingga umatnya dapat memperbaiki sikap dan
prilaku merek yang tidak benar, akan tetapi timbul dari rasa kesadaran hati
nuraninya. Maka Al-qur’an berfungsi penetapan dalam hati nabi, sebagai hiburan bagi
nya melalaui peristiwa kejadian-kejadian sehingga sempuna risalah islam,dan
sempurna nikmat yang diberikan allah keada umat nabi Muhammad Saw.

2
A. Masa Turunnya Al-Qur’an
Penjelasan tentang turunnya Al-qur’an dapat kita temukan dalam surat al-
baqoroh : 184 dan surat al-hajr : 9 serta ad-dhukan ; 3, keseluruhan ayat tersebut sama
sekali tidak memiliki pertentangan . Al-qur’an diturunkan pada malam yang penuh
barokah yaitu pada malam Lailatul qodar . Yang menjadi perselisihan pendapat ialah
turunya Al-qur’an dalam setiap kejiadian dimana al-qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur sealama 23 tahun.
Ada tiga pendapat mengenai pola turunnya wahyu :
1.Petama : Madzhab ibnu abbas dan jamaah serta diikuti oleh jumhur ulama-bahwa
maksud nuzulul qur’an dalam tiga ayat di atas ialah turunnya sekaligus di baitul izzah
dari langit dunia untuk mengagungkannya, kemudian setelah itu turun berangsur-
angsur kepada Rosullah dalam 23 tahun sesuai dengan peristiwa-pristiwa yang terjadi
sejak kerasulan beliau di Makkah selama 13 tahun dan di Madinah selama 10 tahun.
Alasannya mereka menginterpetasikan QS. Al-baqoroh 184. Ad-dukhan ; 3 dan al-
qadar ; 1.
ِ َ‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ ق‬
‫ان‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َو بَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬

“Bulan Ramadhan buan yang didalamnya diturunkanal-qur’an sebagai petunjuk bagi


manusa dan penjelasan-penjelasan menegenai petunjuk itu dan pembeda antara yang
haq dan yang batil (QS. Al-baqoroh : 184)

Diriwayatkan oleh ibnu abbas ia berkata : “bahwa Rosulullah ditulis sebagai Rosul
diutus sebagai Rosul saw pada umur 40 tahun, kemudian ia tinggal di mekkah 13
tahun dan dapat wahyu dari Allah,krmudian ia diperintahkan hijrah selama sepuluh
tahun,kemudian beliau wafat dalam usia 63 tahun.(HR.Bukhari)

2. Kedua : madzhab as-syabi, bahwa maksud turunnya al-qur’an dalam tiga ayat
tersebut yaitu awal turunnya ayat tersebut kepada Rosulluah seperti telah kita ketahui
bahawa turunnya ayat al-qur’an pertama kali pada malam laiatul qodar yang terdapat
pada bulan ramadhan. Secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa da kejadia-
kejadian selama 23 tahun.
‫ث َو نَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِز ْياًل‬ ِ َّ‫ َوقُرْ َءانًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى الن‬p
ٍ ‫اس َعلَى ُم ْك‬

3
“Dan qur’an telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian
demi bagian (QS. Al-Isro:106)

3. ketiga : madzhab mufasir mereka berpendapat bahwasanya al-qur’an diturunkan


kebumi pada malam ke 23 lailatul qodar (atau 20,25, sesuai dengan pendapat
tinggalnya beliau dimekah) setiap malam itu diturunkan ayat-ayat yang telah
diturunkan Allah setiap tahunnya. Dan ketentuan ini turun setiap lailatul qodar ke
bumi untuk satu tahun penuh lalu turun berangsur-angsur kepada Rosulluah setiap
tahunnya. Mazhab ini adalah ijtihad para mufassir, dan tidak ada dalil naqli yang
dipakai dalam madzhab ini.
Alasan madzhab musafir sesuai dengan dalil yang diriwayatkan oleh assabi baik
kesohehannya maupun ketetapannya yang dapat diterima tidak bertentangan dengan
madzhab ibnu abbas menurut syekh Mannaa’al-qattan bahwa al-quran turun dalam
dua masa :
a. Turunnya al-qur’an secara keseluruhan pada malam laiatul qodar di
baitul izzah dari atas langit bumi.
b. Turunnya al-qur’an dari atas langit dunia kebumi secara terpisah dalam 23 tahun
lamanya
Qurtubi telah memindahkan dari muka thil bin hayyan kisah tentang kesepakatan
pandangan dalam turunya al-qur’an sekaligus dalam satu waktu dari lauhul mahfud ke
baitil izzah dilangit duania. Sedangkan ibnu abbas menafikan adanya pertentangan
tiga yat tersebut dalam turunnya al-qur’an, kenyataan yang dapat diketahui semasa
hidup rosulullah dengan turunnya al-qur’an selama 23 tahun selain bulan ramadhon.
B. Al-Qur’an Turun Secara Berangsur-angsur
Banya sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa al-qur’an ialah kalam Allah
dengan bahasa arab dan jibril menurunkan nya kedalam hati rosulullah dan bahwa
turunnya al-qur’an bukan lah turun secara berangsur-angsur dan lafadz tanziel
menunjukan turunnya secara berangsur-angsur berveda dengan lafa inzaal yang
artinya turun sekaligus. Para ahli bhasa membedakan antara pengertian dua lafadz

4
tersebut tanziel ialah suatu yang diturunkan secara terpisah, sedangkan inzaal sifatnya
lebih umum.
Diantaranya ialah Allah SWT berfirman dalam surat assuroh ayat 192
Sampai 195,an-nahal ayat 102, al-jatsiah ayat 2 al-baqoroh ayat 23 dan al-baqoroh
ayat 97.

ٍ ‫) بِلِ َس‬194( َ‫ك لِتَ ُكوْ نَ ِمنَ ْال ُم ْن ِذ ِر ْين‬


‫ان‬ َ ِ‫) َعلَى قَ ْلب‬193( ُ‫) نَ َز َل بِ ِه الرُّ وْ ُح اأْل َ ِميْن‬192( َ‫َواِنَّهُ لَتَ ْن ِز ْي ُل َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬
)195( ‫ع ََربِ ٍّي ُمبِ ْي ٍن‬

“Yang memberi peringatan dengan bahasa arab kebawa kesini dan qur’an ini benar-
benar diturunkan oleh tuhan semesta alam,dia dibawa turun oleh ar-ruhul amin (jibril)
kedalam hati mu (muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang
yang memeberi peringatan,dengan bahasa arab yang jelas (QS.as-syuaro : 192-195).
Al-qur’an telah turun secara berangsur-angsur selama 23 diantara nya adalah 13
tahun diMekkah dan 10 tahun dimadinah. Nash al-qur’an yang menunjukan hak ini
adalah qur’an surat al-isroo ayat 106.
‫ث َو نَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِز ْياًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ َءانًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى الن‬
ٍ ‫اس َعلَى ُم ْك‬

Maksudnya kami (Allah) jadikan turunya al-qur’an tersebut terpisah-pish agar engkau
(muhammad) memebacakan nya pada umat manusia tidak tergesa-gesa dan
menetapkannya dalam dada mereka, dan kami (Allah) turunkan al-
quran seiring dengan peristiwa dan kejadian-kejadianya.
Salah satu yang sangat di banggakan umat islam dari dahulu hingga saat ini adalah
koentetikan al-qur’an yang merupakan warisan islam terpenting dan paling berharga.
Meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan atas rasm utsman bin
affan ( al-mushaf’ala al-rasm al-Utsman ), akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu saja
muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah di
lalui pada masa – masa sebelumnya.
Proses itu di mulai pada masa rasulallah saw. Langsung mengingat, menghafalnya,
dan memberitahukan serta membacakannya kepada para sahabat, agar mereka
mengingat dan menghafalnya pula.

5
Selain di hafal, wahyu alqur’an yang baru turun di tulis juru tulis wahyu, seperti Abu
Bakar al-siddiq, Umar bin Alkhatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Muawiyah, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qays,
Amir bin Fuhairah, Umar bin al-As dan Zubair bin al-Awwam.
Setelah Rasulallah Saw. Wafat, tonggak estafet pemeliharaan al-qur'an di lanjutkan
Abu Bakar al-sidiq, Umar bin alkhatab dan Usman bin Affan. Upaya- upaya tersebut
muncul bersifat relative atas kondisi yang di hadapi umat islam yang di pandang dapat
mengancam keutuhan dan keaslian al-qur’an.

3. DESKRIPSI PENULISAN ALQUR’AN

Abu Bakar al-Siddiq mengemban tugas pemeliharaan al-qur’an dengan


melakukan penghimpunan naskah-naskah al-qur’an yang berserakan menjadi satu
mushaf. Faktor pendorong usaha penghimpunan tersebut adanya kekhawatiran
hilangnya sesuatu dari al-qur’an di sebabkan banyak para sahabat penghafal al-qur’an
yang gugur di medan perang yamamah. Perang ini terjadi tahun 12 H antara kelompok
muslim melawan kelompok yang menyatakan diri keluar dari islam (murtad) di
bawah pimpinan muslimah al-Khazzab. Dalam pertempuran tersebut 70 orang
penghafal al-qur’an gugur.
Pada masa pemerintahan Umar bin al-Khattab belum tampak persoalan mengenai
mushaf di atas, tetapi setelah priode Utsman bin Affan baru mencuat persoalan yang
serius tentang qira’at, terutama setelah islam Armenia dan Azarbaijan. Bahkan,
kondisinya lebih kronis karena sudah mengarah kepada fanatisme golongan. Masing-
masing mengklaim paling benar, bahkan saling mengkafirkan. Kondisi yang rawan
tersebut akhirnya mengharuskan adanya tindakan pembukuan al-qur’an standar dalam
rangka menjaga otentitas al-qur’an sekaligus mereduksi dan mengantisipasi konflik
internal sekitar qira’at. Sejak masa ini umat islam dalam membaca al-Qur’an
berpegang pada bentuk bacaan yang sesuai dengan mushaf Utsmani.
a. Pengertian Jam’u AL-Qur’an
Dalam sebagian besar literatur yang membahas tentang ilmu-ilmu al-qur’an,
istilah yang di pakai untuk menunjukan arti penulisan, pembukuan atau kodifikasi al-
qur’an jam’u al-qur'an Artinya pengumpulan al-qur’an. Sementara hanya sebagian

6
kecil literatur yang memakai istilah kitab al-qur’an artinya penulisan al-qur’an serta
tadwin al-qur’an artinya pembukuan al-qur’an.
Para ulama yang memakai istilah jam’u al-qur’an membagi artinya dalam dua
kategori; pertama, proses penghafalan, kedua, proses pencatatan serta penulisan al-
qur’an.
b. Penulisan Al-Qur’an Masa Nabi
Penulisan atau pengumpulan al-qur’an di masa rasulullah di kelompokan
menjadi dua kategori yaitu: pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan
penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.
Berkaitan dengan kondisi Nabi yang ummi, maka perhatian utama beliau adalah
menghafal dan mengahayati ayat-ayat yang di turunkan Ibn Abbas meriwayatkan,
karena besarnya konsentrasi rosul kepada hafalan, hingga ketika wahyu belum selesai
di sampaikan malaikat jibril, Rasulallah menggerak- gerakan kedua bibirnya agar
dapat menghafalnya, karena itu, turunlah ayat :

( ُ‫) ثُ َّم إِ َّن َعلَ ْينَا بَيَانَه‬18( ُ‫) فَإ ِ َذا قَ َر ْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ َءانَه‬17( ُ‫) إِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ َءانَه‬16( ‫ْج َل بِ ِه‬ ْ ‫الَ تُ َحر‬
َ ‫ِّك بِ ِه لِ َسانَكَ لِتَع‬
)19

Artinya:“ janganlah kamu gerakan lidahmu untuk membaca al-qur’an karena hendak
cepat-cepat ( menguasai )-nya. Sesugguhnya atas tangan kamilah mengumpulkannya (
di dadamu ) dan membacakannya. Maka itulah bacaa’annya itu. Kemudian,
sesugguhnya atas tangan kamilah penjelasannya.” ( al-Qiyamah/75:16-19).

Nabi Muhamad Saw. Setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu


tersebut kepada para sahabat agar mereka menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi,
tidak kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-qur’an, selain di
tempuh lewat jalur hafalan, juga di lengkapi dengan tulisan. Fakta sejarah
menginformasikan bahwa segera setelah menerima ayat al-qur’an, Nabi Saw.
Memanggil para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat yang baru saja
di terimanya di sertai informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya. Ayat-
ayat tersebut di tulis dalam pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit, atau tulang-
tulang binatang.

7
Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf di sebabkan beberapa
factor, yaitu: yang pertama, tidak adanya factor pendorong untuk membukukan al-
qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulallah masih hidup dan banyaknya
sahabat yang menghafal al-qur’an, dan sama sekali tidak ada unsur-unsur yang di
duga akan mengganggu kelestarian al-qur’an. Kedua, al-qur’an di turunkan secara
berangsur-angsur, maka suatu hal yang logis bila al-qur’an baru bisa di bukukan
dalam satu mushaf setelah nabi saw wafat. Ketiga, selama proses turun al-qur’an,
masih terdapat kemungkinan adanya adanya ayat-ayat al-qur’an yang manshuk.
c. Pembukuan Masa Abu Bakar Al-shiddiq
Kaum mislimin melakukan consensus untuk mengangkat Abu Bakar Al-shidiq
sebagai khalifah sepeninggal Nabi Saw. Pada awal masa pemerintahan Abu Bakar,
terjadi kekacauan akibat ulah Muslimah al-kazzab beserta pengikut-pengikutnya.
Mereka menolak membayar zakat dan murtad dari islam pasukan islam yang di
pimpin Khalid bin walid segera menumpas gerakan itu. Peristiwa tersebut terjadi di
yamamah tahun 12 H. Akibatnya banyak sahabat yang gugur, termasuk 70 orang yang
di yakini telah hafal al-qur’an.
Tinggal berdarah di yamamah tersebut di cermati secara kritis oleh Umar bun al-
khattab. Ia menjadi risau dan khawatir peristiwa serupa terulang lagi, Sehingga
banyak korban dari kalangan hafidz yang gugur. Bila demikian, “masa depan” al-
Qur’an terancam. Maka muncul ide kreatif umar yang di sampaikan kepada Abu
Bakar al-Siddiq untuk segera mengumpulkan tulisan-tulisan al-qur’an yang pernah di
tulis pada masa Nabi Saw.
Semula Abu Bakar keberatan atas usul Umar dengan alasan belum pernah dilakukan
Nabi SAW, tetapi, akhirnya Umar berhasil meyakinkannya. Dibentuklah sebuah tim
yang dipimpin Zaid Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas suci
tersebut pada mulanya, Zaid keberatan, tetapi akhirnya juga dapat di yakinkan.
Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas beratnya dan mulia tersebut dengan
sangat hati-hati dibawah petunjuk Abu Bakar dan Umar sumber utama dalam
penulisan tersebut adalah ayat-ayat al-qur’an yang ditulis dan dicatat dihadapkan Nabi
SAW. Dan hafalan para sahabat. Dalam rentang waktu kerja tim Zaid pernah suatu
kali menjumpai kesulitan, mereka tidak menemuka naskah ayat 128 surah at-Taubah.

8
Hasil kerja Zaid yang telah jadi mushaf Al-qur’an disimpan oleh Abu Bakar sampai
akhir hayatnya. Setelah itu berpindah ketangan Umar bin Khattab. Sepeninggalan
Umar mushaf di simpan oleh hafashah binti Umar. Adapun karakteristik penulisan Al-
qur’an pada masa Abu Bakar ini adalah;
1. Seluruh yar Al-qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan
penelitian yang cermat dan seksama.
2. Meniadakan ayat-ayat Al-qur’an yang telah di mansukh.
3. Seluruh ayat yang ada telah di akui kemutawatirannya.
4. Dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qiraat)
sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa Rasulullah SAW.
d. Pembukuan Masa Ustman bin Affan
Pada masa pemerintahan Ustman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai
ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu,Islam sudah tersebar ke
beberapa wilayah di Afrika,Syira dan Persia. Para penghafal al –qur’an pun akhirnya
menjadi tersebar, sehigga menimbulkan persoalan baru, yaitu saling dikalangan kaum
muslimin mengenai bacaan ( qiraat) al-quran.

Para pemeluk islam di masing-masing daerah mempelajari dan menerima bacaan al-
quran dari sahabat ahli qiraat, di daerah yang bersangkutan. Penduduk Syam
misalnya, belajar al-quran pada Ubay bin Ka’bah. Warga kuffah berguru pada
Abdullah bin Mas’ud sementara penduduk yang tinggal di Basrah berguru dan
membaca al-quran dengan qiraat Abu Musa al Asy’ari.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan, diantara orang yang ikut menyerbu
kedua kota tersebut adalah Khuzaifah bin Alyaman. Ia melihat banyak perbedaan
dalam cara-cara membaca al-qur’an, bahkan ia mengamati sebagian qiraat itu
bercampur dengan kesalahan. Utsman segera mengundang para sahabat dari Anshar
dan Muhajirin bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah serius tersebut.
Akhirnya, dicapai suatu kesepakatan agar mushaf abu bakar disalin kembali beberapa
mushaf. Mushaf-mushaf itu nantinya dikirim ke berbagai kota atau daerah untuk
dijadikan rujukan bagi kaum muslimin terutama manakala terjadi perselisihan tentang
qiraat al-quran antar mereka. Untuk terlaksana tugas tersebut, khalifah Utsman
menunjuk satu tim yang terdiri dari empat orang sahabat, yaitu: Zaid ibn Tsabit,

9
Abdullah ibn Zubair, Said ibn Al-‘As dan Abd Al- Rahman ibn al- Haris ibn Hisyam.
Ke empat orang ini para penulis wahyu.
Tentang jumlah mushaf yang ditulis, berapapun jumlahnya tidak menjadi persoalan.
Yang pasti, upaya tersebut telah berhasil melahirkan mushaf baku sebagai rujukan
kaum muslimin dan menghilangkan perselisihan serta perpecahan diantara mereka.
Beberapa karakteristik mushaf al-quran yang ditulis pada masa Ustman ibn Affan
antara lain;
1. Ayat-ayat yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat mutawatir
2. Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh
3. Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib sebagai mana al-
qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf al-qur’an yang ditulis pada
masa Abu Bakar yang hanya disusun tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun
menurut urutan turun wahyu.
4. Tidak memuat sesuatu yang bukan tergolong al-qur’an seperti yang di tulis
sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing mushafnya, sebagai penjelasan atau
keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu
5. Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisy dengan alasan al-
qur’an diturunkan dengan bahasa arab quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan
membacanya dengan menggunakan dialek lain.
e. Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
Sepeninggal Ustman, mushaf al-qur’an belum diberi tanda baca seperti baris
(harakat) dan tanda pemisah ayat. Karna daerah kekuasaan Islam semakin meluas
keberbagai penjuru yang berlainan dialek dan bahasanya, dirasa perlu adanya
tindakan preventif dalam memelihara umat dari kekeliruan membaca dan memahami
al-qur’an.
Upaya tersebut baru terealisir pada masa Khalifah Muawiyah ibn Abi Sufyan (40-60
H) oleh Imam Abu al-Aswad al-Duali, yang memberi harakat atau baris yang berupa
titik merah pada mushf al-quran. Untuk ‘’a’’ (fathah) disebelah atas huruf,
‘’u’’(dlammah) didepan huruf dan ‘’I’’ (kasrah)dibawah huruf.sedangkan syiddah
Usaha selanjutnya dilakukan pada masa Khalifah Abdul Malik ibn Marwan (65-68H).
Dua orang murid Abu al-Aswad al-Duali yaitu Nasar ibn Ashim dan Yahya ibn

10
ya’mar memberi tanda untuk beberapa huruf yang sama seperti ‘’ba’’, ‘’ta’’, dan
‘’tsa’’.
Dalam berbagai sumber diriwayatkan bahwa ‘Ubaidillah bin Ziyad (w. 67 H)
memerintahkan kepada seseorang yang berasal dari persia untuk menambahkan huruf
alif (mad) pada dua ribu kata yang semestinya dibaca dengan suara panjang.
Misalnya, kanat menjadi kanat. Adapun penyempurnaan tanda-tanda baca lain
dilakukan oleh Imam Khalid ibn Ahmad pada tahun 162 H.

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Pengertian turunnya alqur’an ialah menetapkan / memantapkan /


memberitahukan /menyampaikan Al-qur’an, baik di sampaikan Al-qur’an itu ke
Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada Nabi
Muhammad.
Tahap-tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci
Al-Qur’an, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad SAW,
kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini
diturunkan secara bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya.
Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat
atau sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara
keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih
tingggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangkan permulaan turunnya Al-qur’an adalah pada malam Lailatul Qadar, tanggal
17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6 Agustus
610 M, sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira’ di atas Jabal
Nur. Ayat yang pertama kali turun adalah 1-5 surah Al-Alaq:
Sedangkan Penulisan/penghimpunan Al-Qur’an mengalami 3 ( tiga ) periode yaitu:
1) penulisan Al-qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW
2) Penulisan Al-qur’an pada periode Khalifah Abu Bakar
3) Penulisan/ penghimpunan Al-qur’an periode Khalifah Utsman Bin Affan
Setelah kita mengetahui dari sejarah turunnya al-qur’an al-karim, dan sejarah
penulisan Al-qur’an yang begitu panjang prosesnya, semoga menimbulkan ketebalan
iman kita terhadap Al-qur’an. Dan kita mau mengamalkan apa yang di perintahkan
dalam Al-qur’an dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Al-qur’an, sehingga kita
akan selamat di Dunia maupun di Akherat kelak, Amin

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim dan Terjemahan


Al Munawar, Said Agil Husin, 2005, Al-qur’an Membangun Tradisi Kesalahan
Hakiki, PT. Ciputat Press ; Ciputat
Al Qattan, Manna Khalil, 2011, Studi Ilmu-ilmu al-qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan,
diterjemahkan dari bahasa arab oleh Mudzakir AS, Pustaka Litera Antar Nusa;Bogor
http://cakzainul.blogspot.com/2012/02/makalah-ulumul-quran-sejarah-turun-dan.html

13

Anda mungkin juga menyukai