Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KISWAH

Prinsip – Prinsip Ajaran Aswaja

( Disusun untuk memenuhi Ujian Tengan Semester ( UTS ) )

Dosen Pengampu : Abdul Wakil, M.Si

Disusun Oleh :

Barokatul Hasaniyah (0654)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI`AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN – PROBOLINGGO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada ALLAH SWT karena izin dan kehendaknya-Nya lah sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas Ujian Tengah Semester “ Kiswah ” dapat kami selesaikan.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan agar supaya kami dapat terlatih dalam
membuat makalah dan terlatih dalam mempersentasikan makalah ini, serta kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami tentang “
Prinsip -Prinsip Ajaran Aswaja ’’ begitupun bagi saya sebagai pembuat makalah ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari makalah
yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari bpk. Abdul Waki, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah ini dan teman teman sekalian. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Kraksaan, 1 April 2023

Barokatul Hasaniyah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ahlussunnah Dari Segi Ajaran ............................................................................. 3

B. Prinsip Dasar Aswaja ........................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ahl al-Sunah wa-al-Jama’ah merupakan ajaran Islam yang murni, dan sudah ada sejak
masa Rasulallah SAW. Hanya saja waktu itu belum terkodifikasi serta terumuskan dengan
baik. Gerakan kembali kepada ajaran Ahl al-Sunah wa al-Jama’ah dimulai oleh dua ulama
yang sudah terkenal pada masanya, yakni Imam Asy’ari dan Imam Maturidi. Karena itu,
ketika ada yang menyebut Ahl al- Sunah wa al-Jama’ah, pasti yang dimaksud adalah
golongan yang mengikuti rumusan kedua iman tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh

al-Imam Ahmad bin Hajar al-Haitami dalam Tathhir al-Janan wa al-Lisan, “Jika Ahl al-
Sunah wa al-Jama’ah disebutkan, maka yang dimaksud adalah orang-orang yang mengikuti
rumusan yang digagas oleh Imam Asy’ari (golongan Asya’riah) dan Imam Maturidi
(golongan Maturidiyyah).

ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “ Ahlussunnah waljamaah”. Ahlussunnah


berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan
waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi
definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW dan mayoritas sahabat ( maa ana alaihi wa ashhabi ), baik di dalam syariat
(hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf”.

Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW


maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin, bahkan tidak dikenal di zaman
pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 – 750 M. ). Istilah ini untuk pertama kalinya
di pakai pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Manshur (137-159H./754-775M)
dan khalifah Harun Al-Rasyid (170-194H/785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-
1258). Istilah ahlussunnah waljamaah semakin tampak ke permukaan pada zaman
pemerintahan khalifah al-Ma’mun ( 198 - 218 H / 813 - 833M ).

Pembahasan tentang Ahlussunnah wal Jama'ah akan selalu tetap menarik karena
pembahasan ini menyangkut dinamika internal kaum muslimin di seluruh dunia terhadap isu
isu global yang tengah melanda dunia saat ini. Jika pengikut Ahlussunnah wal Jama'ah
merupakan bagian yang cukup besar dari penduduk dunia, maka sikap mereka terhadap isu

1
isu sentral yang melanda dunia saat ini sangat ditunggu oleh banyak pihak, baik di dalam
negeri negara negara islam itu sendiri maupun di luar negeri terutama dari negara barat. Sikap
kaum muslimin dari kalangan sunni terhadap isu isu global akan menjadi agenda dan catatan
sendiri bagi pihak pihak yang berkompeten untuk menentukan sikap dalam menangani isu isu
tersebut.

Pembahasan makalah ini akan membahas prinsip-prinsip ajaran Aswaja, tentu saja tidak
bias kami uraikan secara detail, namun diskripsi secara global mengenai prinsip-prinsip
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ahlussunnah Dari Segi Ajaran ?
2. Bagaimana Prinsip Dasar Aswaja ?
C. Penyelesaian Masalah
1. Menjelaskan Bagaimana Ahlussunnah Dari Segi Ajaran
2. Menjelaskan Prinsip Dasar Aswaja

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Ahlussunnah Dari Segi Ajaran

Ajaran Ahulussunnah wal Jama'ah adalah ajaran islam yang dijelaskan oleh Nabi dan
para sahabatnya, yaitu apa yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi dan Ijma' para sahabat.
Paham ini terus berkelanjutan hingga saat ini dan diikuti oleh sebagian besar kaum muslim
di dunia. Imam Ibn Hazm dalam kitabnya : "Al-Fashl Bainal Milal wan Nihal" mengatakan :

(‫قال أبو محمد وأهل السنة الذين نذكرهم أهل الحق ومن عداهم فأهل البدعة فإنهم الصحابة رضي هللا عنهم وكل من‬
‫سلك نهجهم من خيار التابعين رحمه هللا عليهم ثم أصحاب الحديث ومن إتبعهم من الفقهاء جيال فجيال إلى يومنا هذا أو‬
‫) )من اقتدى بهم من العوام في شرق األرض وغربها رحمة هللا عليهم‬90 ‫ ص‬/ 2 ‫ (ج‬- ‫الفصل في الملل‬

( Ahlussunah yang akan kami jelaskan adalah kelompok yang berpijak kepada kebenaran,
selain mereka adalah kelompok pelaku Bid'ah. Ahlussunnah adalah para sahabat Nabi dan
orang yang mengikuti jejak mereka dari kalangan tabi'in, termasuk didalamnya adalah ahli
Hadis, ahli fikih dan seterusnya dari masa ke masa, dari generasi ke generasi penerus sampai
saat ini. Begitu juga orang kebanyakan yang mengikuti jejak mereka baik di belahan bumi
sebelah timur maupun belahan bumi sebelah barat).

Apa yang dikemukakan oleh beberapa ulama tentang ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah
secara rinci adalah lebih dalam rangka membedakan antara mereka dengan kelompok
lainnya. Barangkali yang lebih penting lagi dari sekedar merinci ajaran Ahlussunnah adalah
karakteristik ajarannya. Karakteristik ajaran Ahlussunnah adalah : 1. Satu sumber yaitu Al-
Qur'an, Hadis dan Ijma' para sahabat. 2. sesuai dengan dalil dalil yang sahih baik secara rasio
maupun secara naql. 3. jelas dan gambalng. Bisa dimengerti oleh orang awam sekalipun. 4.
tetap tidak tergoyahkan bersama dengan bergulirnya waktu. Karena ajaran ini sesuai dengan
fitrah manusia. Ada juga yang menjelaskan bahwa ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah bersifat
"Tawassuth" atau moderat. Tidak ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Pengertian moderat
disini adalah dari semua segi, baik dari segi akidah, syari'ah maupun akhlak. Sikap moderat
yang demikian inilah yang menjadikan masyarakat mencintai ajaran ini. Dalam sejarah
masuknya islam dipelbagai negeri islam, seperti negeri negeri arab, penduduk yang tadinya
memeluk agama lain, serta merta mengganti keyakinan mereka, adat istiadat mereka, bahasa
mereka dengan keyakinan, bahasa, adat istiadat bangsa yang menaklukkan merekayaitu kaum

3
muslimin. Ciri khas lainnya dari kelompok Ahlissunnah wal Jama'ah adalah semangat
persatan (jama'ah) dan tidak senang dengan perpecahan.

2. Prinsip Dasar Aswaja

Di Indonesia penyebaran Aswaja dikembangkan oleh NU dan memiliki lima prinsip


dasar yang menjadi paradaigma keagamaan warga NU.

Pertama, prinsip al-tawassuth, yaitu jalan tengah, tidak ekstrem kanan atau kiri. Dalam
paham Ahlussunnah Wal Jamaah, baik bidang hukum (syariah) bidang akidah, maupun bidang
akhlak, selalu dikedepankan prinsip tengah-tengah. Juga di bidang kemasyarakatan selalu
menempatkan diri pada prinsip hidup menjunjung tinggi keharusan berlaku adil, lurus di
tengah-tengah kehidupan bersama, sehingga ia menjadi panutan dan menghindari segala
bentuk pendekatan ekstrem.Sikap moderasi Ahlussunnah Wal Jamaah tercermin pada metode
pengambilan hukum (istinbath) yang tidak semata-mata menggunakan nash, namun juga
memperhatikan posisi akal. Begitu pula dalam wacana berfikir selalu menjembatani antara
wahyu dengan rasio (al-ra’y). Metode (manhaj) seperti inilah yang diimplementasikan oleh
imam mazhab empat serta generasi lapis berikutnya dalam menelorkan hukum-hukum pranata
sosial/fikih.[5] Moderasi adalah suatu ciri yang menegahi antara dua pikiran yang ekstrem;
antara Qadariyah (reewillisme) dan Jabariyah (fatalisme), ortodoks Salaf dan rasionalisme
Mu'tazilah, dan antara sufisme falsafi dan sufisme salafi.

Penerapan sikap dasar tawassuth dalam usaha pemahaman al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai sumber ajaran Islam, dilakukan dalam rangka: (1) Memahami ajaran Islam melalui
teks mushhaf al-Qur’an dan kitab al-Hadits sebagai dokumen tertulis; (2) Memahami ajaran
Islam melalui interpretasi para ahli yang harus sepantasnya diperhitungkan, mulai dari
sahabat, tabi’in sampai para imam dan ulama mu’tabar; (3) Mempersilahkan mereka yang
memiliki persyaratan cukup untuk mengambil kesimpulan pendapat sendiri langsung dari al-
Qur’an dan al-Hadits.

Kedua, prinsip tawazun, yakni menjaga keseimbangan dan keselarasan, sehingga


terpelihara secara seimbang antara kepentingan dunia dan akherat, kepentingan pribadi dan
masyarakat, dan kepentingan masa kini dan masa datang. Pola ini dibangun lebih banyak
untuk persoalan-persoalan yang berdimensi sosial politik. Dalam bahasa lain, melalui pola ini
Aswaja ingin menciptakan integritas dan solidaritas sosial umat. Sikap netral (tawazun)
Ahlussunnah Wal Jamaah berkaitan dengan sikap mereka dalam politik. Ahlussunnah Wal
Jamaah tidak selalu membenarkan kelompok garis keras (ekstrem). Akan tetapi, jika

4
berhadapan dengan penguasa yang lalim, mereka tidak segan-segan mengambil jarak dan
mengadakan aliansi. Dengan kata lain, suatu saat mereka bisa akomodatif, suatu saat bisa
lebih dari itu meskipun masih dalam batas tawazun.

Ketiga, prinsip al-tasamuh, yaitu bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan,


terutama dalam hal-hal yang bersifat furu’iyah, sehingga tidak terjadi perasaan saling
terganggu, saling memusuhi, dan sebaliknya akan tercipta persaudaraan yang islami (ukhuwah
islamiyah). Berbagai pemikiran yang tumbuh dalam masyarakat Muslim mendapatkan
pengakuan yang apresiatif. Keterbukan yang demikian lebar untuk menerima berbagai
pendapat menjadikan Aswaja meimiliki kemampuan untuk meredam berbagai konflik internal
umat. Corak ini sanagt tampak dalam wacana pemikiran hukum Islam. Sebuah wacana
pemikiran keislaman yang paling realistik dan paling banyak menyentuh aspek relasi sosial.

Dalam diskursus sosial-budaya, Aswaja banyak melakukan toleransi terhadap tradisi-


tradisi yang telah berkembang di masyarakat, tanpa melibatkan diri dalam substansinya,
bahkan tetap berusaha untuk mengarahkannya. Formalisme dalam aspek-aspek kebudayaan
dalam Aswaja tidaklah memiliki signifikansi yang kuat. Karena itu, tidak mengherankan
dalam tradisi kaum Sunni terkesan wajah kultur Syi'ah atau bahkan Hinduisme. Sikap toleran
Aswaja yang demikian telah memberikan makna khusus dalam hubungannya dengan dimensi
kemanusiaan secara lebih luas. Hal ini pula yang membuatnya menarik banyak kaum
muslimin di berbagai wilayah dunia. Pluralistiknya pikiran dan sikap hidup masyarakat adalah
keniscayaan dan ini akan mengantarkannya kepada visi kehidupan dunia yang rahmat di
bawah prinsip ketuhanan.

Keempat, prinsip ta’adul (keseimbangan) Ahlussunnah Wal Jamaah terefleksikan pada


kiprah mereka dalam kehidupan sosial, cara mereka bergaul serta kondisi sosial pergaulan
dengan sesama muslim yang tidak mengkafirkan ahlul qiblat serta senantiasa bertasamauh
terhadap sesama muslim maupun umat manusia pada umumnya.

Kelima, prinsip amar ma’ruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran). Dengan prinsip ini, akan timbul kepekaan dan mendorong perbauatan yang
baik/saleh dalam kehidupan bersama serta kepekaan menolak dan mencegah semua hal yang
dapat menjerumuskan kehidupan ke lembah kemungkaran. Jika empat prinsip ini diperhatikan
secara seksama, maka dapat dilihat bahwa ciri dan inti ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah adalah
pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamain).

5
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Prinsip umum Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mencakup Akidah, syari’ah, akhlak,
pergaulan antar golongan, kehidupan bernegara, kebudayaan dan dakwah. Dari masing-
masing point tersebut diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari warga ahlus sunnnah wal
jama’ah yang di Indonesia di akomodir oleh organisasi kemasyarakatan Nahdhatul Ulama.

Berbicara aktualisasi paham ahlus sunnnah wal jama’ah dalam kehidupan sosial, tidak
bisa dilepaskan dari tatanan bernegara dimana secara paham mempunyai prinsip sendiri. Di
antara implementasinya adalah: Prinsip Syura (Musyawarah), Al-'Adl (Keadilan), Al-
Hurriyyah (Kebebasan), Al-Musawah (Kesetaraan Derajat). Disemua ajarah dan prinsip ahlus
sunnnah wal jama’ah diatas mempunyai cirri khas dalam mengimplementasikan setiap nilai-
nilainya sesuai konteks yang ada dalam kehidupan tanpa menghilangkan kultur dan ajaran
yang telah ada.

6
DAFTAR PUSTAKA

Pemikiran KH. M. Tholhah Hasan dalam Seminar Publikasi PBNU tanggal 30


Desember 2003.

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 65,


cet. I, Ed. II, (Jakarta: Penerrbit Universitas Indonesia, 2002).

'Abd al-Qahir ibn Thahir ibn Muhammad al-Baghdadi, al-Farq Bayn al-Firâq, h. 12 -
20, (Libanon: Dar al-Fikr).

Anda mungkin juga menyukai