Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Ahlussunnah Wal Jama’ah


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam & Kematlaulanwaran 1
Dosen Pengampu : M.Muamar, M.H

Disusun Oleh: Kelompok 5


1. Three Ainun 620230035
2. Nanda Fauziah 620230031
3. M. Guntur Nugraha 620230022

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS, FARMASI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MATLAULANWAR BANTEN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ahlussunnah Wal
Jama’ah” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda besar
yakni Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menjadi
zaman kecerdasan. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih banyak kepada Dosen kami yaitu
bapak M.Muamar, M.H yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmunya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan pada penyusunan
makalah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun atau memperbaiki dalam
pembuatan makalah ini sangat kami harapkan. Semoga makalah yang kami buat bisa
memberikan manfaat kepada para pembaca dan semoga para pembaca bisa memahami tentang
apa itu Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Menes, 7 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah ................................................................................... 5
B. Sejarah Ahlussunnah Wal Jama’ah ........................................................................................ 6
C. Ajaran-Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah ............................................................................ 6
D. Karakteristik dan Keistimewaan Ahlussunnah Wal Jama’ah ............................................. 8
E. Hakikat dan Dinamika Ahlussunnah Wal Jama’ah .............................................................. 9
F. Peran Ahlussunnah Wal Jama’ah Dalam Pendidikan ........................................................ 10
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah adalah manusia yang baik akhlaknya, sangat peduli
terhadap kesucian jiwa dengan berbuat ketaatan kepada Allah SWT, paling luas
wawasannya, paling jauh pandangannya, paling lapang dadanya dengan khilaf (perbedaan
pendapat), dan paling mengetahui tentang adab-adab dan prinsip-prinsip khilaf. yang
dimaksud dengan Aswaja adalah kaum yang konsisten mengikuti amaliyah Nabi
Muhammad saw., dan para sahabatnya, dan tidak mendistorsi ajaran Nabi Muhammad saw.,
dan tidak mendiskreditkan sebagian sahabat atau seluruh sahabat nabi.

Ahlussunnah Wal Jama’ah sudah ada sejak zaman nabi Muhammad saw. tetapi tidak
merujuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud dengan Ahlus sunnah
wal Jama'ah adalah orang-orang Islam secara keseluruhan. Ada sebuah hadits yang
mungkin perlu dikutipkan telebih dahulu, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

"Sesungguhnya bani Israil akan terpecah menjadi 70 golongan dan ummatku terpecah
menjad 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecual satu golongan Para Shohabat
bertanya. Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah SAW menjawab yaitu golongan
dimana Aku dan Shahabatku berada."

Ahlus sunnah wal jama'ah adalah suatu gokngan yang menganut syariat islam yang
berdasarkan pada al qur'an dan al hadits. Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Aswaja) merupakan
salah satu aliran pemahaman ideologis (aqidah) dalam agama Islam. Dan aliran
pemahaman ini diyakini oleh sebagian umat, banyak dari kita yang mengikuti faham ini
namun tidak mengerti apa arti dan bagaimana sejarah tentang aswaja itu sendiri. Untuk itu
pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah?
2. Bagaimana Sejarah Ahlusunnah Wal Jama’ah?
3. Apa saja ajaran-ajaran yang terdapat dalam Ahlussunnah Wal Jama’ah?
4. Apa saja karakteristik dan keistimewaan Ahlussunnah Wal Jama’ah?
5. Bagaimana hakikat dan dinamika Ahlussunnah Wal Jama’ah?
6. Apa peran Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam Pendidikan?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah?
2. Mampu memahami Sejarah Ahlussunnah Wal Jama’ah?
3. Mampu mengetahui ajaran-ajaran yang terdapat dalam Ahlussunnah Wal Jama’ah
4. Mampu mengetahui karakteristik dan keistimewaan Ahlussunnah Wal Jama’ah
5. Mampu mengetahui hakikat dan dinamika Ahlussunnah Wal Jama’ah
6. Mampu mengetahui peran Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah
Terdapat tiga kata dalam kata ini, yaitu:
1. Ahl, yang memiliki arti keluarga, golongan atau pengikut.
2. Al-Sunnah, secara bahasa bermakna sabil atau jalan, adapun menurut istilah as sunnah
adalah suatu cara untuk nama yang diridhoi dalam agama, yang telah ditempuh oleh
Rasulullah saw. dan dari kalangan orang orang yang mengerti tentang Islam, seperti
para sahabat Rasulullah saw.
3. Al-Jamaah berasal dari kata jama'ah artinya mengumpulkan sesuatu, dengen
mendekatkan sebagian Pengertian ahlussunnah wal jamaah ke bagian lain. Jama'ah
berasal dari kata ijtima' (perkumpulan).
Adapun pengertian aswaja atau ahlussunnah wal jama'ah secara terminologi adalah
golongan yang mengikuti ajaran rasulullah dan para sahabatnya.
Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah Menurut Ulama'
1. Menurut Imam Asy'ari, Ahlussunnah wal jama'ah adalah golongan yang berpegang
teguh kepada Al- Qur'an, hadits, dan apa yang diriwayatkan sahabat, tabi'in, imam-
imam hadits, dan apa yang disampaikan oleh abu abdillah Ahmad ibn Hambal.¹
2. Menurut KH. M. Hasyim Asy'ari, Ahlus sunnah wal jama'ah adalah golongan yang
berpegang teguh kepada sunnah nabi,para sahabat, dan mengikuti warisan dari para
nabi dan ulama'. Secara spesifik, Ahlus sunnah wal- jama'ah yang berkembang di Jawa
adalah mereka yang dalam fiqih mengikuti Imam As-Syafi'i, dalam Aqidah mengikuti
Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari, dan dalam Tasawwuf mengikuti Imam al-Ghozali dan
Imam abu al- Hasan al-Syadzili.
3. Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlus sunnah wal jama'ah adalah para
sahabat, tabi'in tabi'ut-thobi'in dan siapa saja yang berjalan menurut pendirian imam-
imam yang memberi petunjuk dan orang-orang yang mengikutinya dari seluruh
umatnya.
4. Syaikh Adb al-Qodir al-Jailani (471-561 H/1077-1166 M) seorang tokoh besar sufi
legendaris menjelaskan al- Sunnah adalah apa yang telah dianjurkan oleh Rasulollah
saw. (meliputi ucapan, perilaku, serta ketetapan beliau). Sedangkan al-jama'ah adalah
segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi saw, pada masa
Khulafaur rosyidin yang empat, yang telah diberi hidayah (semoga Allah memberi
rahmat kepada mereka semua).
Jadi, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah adalah mereka yang berpegang teguh pada Sunnah nabi
Muhammad Saw. dan sahabatnya, dan orang orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka,
baik dalam hal aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang istiqomah
(konsisten) dalam mengikuti Sunnah nabi dan menjauhi perbuatan bid'ah.
B. Sejarah Ahlussunnah Wal Jama’ah
Secara historis, para imam Ahlussunnah wal Jama'ah di bidang aqidah atau kalam telah
ada sejak zaman sahabat Nabi SAW (sebelum Mu'tazilah ada). Imam Ahlussunnah wal
Jama'ah di zaman itu adalah Ali bin Abi Thalib, yang berjasa membendung pendapat
Khawarij tentang al-wa'd wa al- wa'id (janji dan ancaman) dan membendung pendapat
Qadariyah tentang kehendak Tuhan (masyi'ah) dan daya manusia (istitha'ah) serta
kebebasan berkehendak dan kebebasan berbuat. Selain Ali Bin Abi Thalib, ada juga
Abdullah ibn Amr, yang menolak pendapat kebebasan berkehendak manusia dari Ma'bad
al-Juhani..

Di masa tabi'in, muncul beberapa imam yang mengemban misi Ahlussunnah wal
Jama'ah, seperti Umar ibn 'Abd al-Aziz yang menulis "Risalah Balighah fi al-Radd 'ala al-
Qadariyyah, Zayd ibn Ali Zayn al-'Abidin, Hasan al-Bashri, al-Sya'bi dan al-Zuhri. Dari
para fuqaha (ahli hukum Islam) dan imam mazhab fiqh, juga ada para imam ilmu kalam
Ahlussunnah wal Jama'ah, seperti Abu Hanifah dan Imam Syafi'i. Abu Hanifah berhasil
menyusun sebuah karya untuk mengcounter paham Qadariyah berjudul 'Al- Fiqh al-Akbar,
sedangkan al-Syafi'i meng-counter-nya melalui dua kitab 'Fi Tashih al-Nubuwwah wa al-
Radd 'ala al-Barahimalt, dan Al-Radd 'ala al-Aluwa'. Setelah periode Imam Syafi'i, ada
beberapa muridnya yang berhasil menyusun paham aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, di
antaranya adalah Abu al-'Abbas ibn Suraij. Generasi imam dalam kalam Ahlussunnah wal
Jama'ah sesudah itu diwakili oleh Imam Abu al-Ilasan al-Asy'ari yang populer disebut
sebagai salah seorang penyelamat aqidah keimanan, lantaran keberhasilannya
membendung paham Mu'tazilah.

Dari mata rantai data di atas, yang sekaligus sebagai dalil historis, dapat dikatakan
bahwa aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah secara substantif telah ada sejak zaman sahabat.
Artinya, paham akidah Ahlussunnah wal Jama'ah itu tidak sepenuhnya akidah bawaan
Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari yang berbeda dengan akidah Islam. Apa yang dilakukan
oleh Imam Abu al- Hasan al-Asy'ari adalah menyusun dan mengkodifikasi doktrin paham
aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah secara sistematis, sehingga menjadi pedoman atau
mazhab umat Islam. Sesuai dengan kehadirannya sebagai reaksi terhadap munculnya
paham-paham yang ada pada zaman itu.

C. Ajaran-Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah


Ajaran-ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mencakup bidang Aqidah, Syariah, Akhlak,
tasawuf.
1. Bidang Aqidah
Aqidah erat kaitanya dengan iman yang secara bahasa berarti percaya, akan
tetapi bagi Ahlussunnah Waljamaah bahwa iman itu harus diucapkan dengan lisan,
diakui dalam hati dan diamalkan dalam perbuatan.Secara garis besar dalam bidang
aqidah, Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki beberapa ajaran pokok yaitu:
a. Allah mempunyai takdir atas manusia tetapi manusia memiliki bagian untuk usha
(ikhtiar) atau kasb.
b. Ahlussunnah Wal Jamaah tidak mudah mengkafirkan manusia. Bagi Ahlussunnah
Waljamaah manusia yang berdosa besar tetap mukmin dan bukan kafir. Dia kelak tetap
akan masuk surga setelah menerima balasan/hukuman di neraka sesuai dengan
perbuatannya.
c. Dengan meniru pola kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya, Insya Allah kita akan
selamat dan sejahtera dunia akherat, sebab Nabi Muhammad saw dan para sahabat
adalah suri tauladan yang baik, kita wajib meniru perbuatan mereka. Bagaimana cara
mereka beribadah, bermasyarakat, bekerja dan sebagianya.
Dalam meniru pola kehidupan Rosulullah dan para sahabatnya kita tidak boleh saklek
(berpikiran sempit, meniru apa adanya) tetapi dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman, sebab Islam selalu memberi kemudahan dengan catatan tidak melanggar atau
keluar dari hukum syara'nya.
d. Ahlussunnah Wal Jamaah berkeyakinan bahwa Alquran itu firman Allah dan bukan
makhluk.
e. Ahlussunnah Wal Jamaah meyakini Allah memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan
1 sifat jaiz.
f. Ahlussunnah Wal Jamaah berpendapat bahwa orang yang beriman kelak masuk surga
dan dapat melihat Allah, jika Allah mengijinkan.
g. Ahlussunnah Wal Jama'ah berpendapat bahwa keadilan Allah adalah Allah
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
h. Ahlussunnah Wal Jamaah mentakwilkan tangan Allah, mata Allah dan wajah Allah
sebagai kekuasaan Allah, penglihatan Allah dan Zat Allah.
i.
2. Bidang Syari’ah
Syari'ah berarti jalan, sedangkan secara istilah berarti hukum yang ditetapkan
Allah untuk hamba- Nya dengan perantara para Rasul-Nya. Dalam bidang syari'ah,
paham Ahlussunnah Waljamaah mengakui kebenaran empat madzhab yaitu Hanafi,
Maliki, Syafi'l dan Hambali. Bagi orang yang belum memiliki kemampuan untuk ber-
ijtihad, maka ia harus taklid (mengikuti) kepada salah satu dari kempat madzhab
tersebut dan tidak boleh mengikuti madzhab dengan cara mengacak dari ajaran-ajaran
ke-empat madzhab.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam menetapkan hukum agama Islam, Ahlussunnah
Wal Jama'ah didasarkan pada empat hal, yaitu:
a. Alquran
b. As-sunnah
c. Ijmak
d. Qiyas

3. Bidang Akhlak Tasawuf


bidang akhlak atau tasawuf mengikuti dua pemikiran tasawuf yaitu Abu Qasim al-
Junaidi dan Kaum Ahlussunnah Waljamaah dalam Imam Ghazali. Dalam kitabnya,
"Kimiya'u as Sa'adah" Imam al-Ghazali berkata: "Bahwa tujuan memperbaiki akhlak
adalah untuk membersihkan hati, kotoran hawa nafsu dan amarah. Sehingga hati
menjadi suci bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan." Hidup
kerohanian (sufi) dalam Islam dimulai dari kehidupan nabi Muhammad saw. dan
sahabat-sahabatnya yang utama serta kehidupan para nabi yang terdahulu. nabi
Muhammad saw. pernah bersabda: "Syariat itu perkataanku, tarekat itu perbuatanku
dan hakikat itu adalah kelakuanku". Dalam ilmu tasawuf dijelaskan bahwa arti tarekat
adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai ajaran yang dicontohkan
nabi Muhammad saw. dan dikerjakan para sahabat tabiin dan tabi'ittabiin, para ulama
hingga sampai kepada kita.

D. Karakteristik dan Keistimewaan Ahlussunnah Wal Jama’ah


Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan, diantaranya:
1. Mereka mempunyai sikap wasathiyah (pertengahan) di antara ifrath (melampaui batas)
dan tafrith (menyia-nyiakan) serta di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik
dalam masalah aqidah, hukum, maupun akhlak. Maka mereka berada di pertengahan
antara golongan-golongan lain, sebagaimana juga ummatin berada di pertengahan
antara agama-agama yang ada.
2. Sumber pengambilan pedoman bagi mereka hanyalah al-Qur'an dan as-Sunnah. Mereka
pun memperhatikan keduanya dan bersikap taslim (menerima) terhadap nash-nashnya
dan memahami nya sesuai dengan manhaj Salaf.
3. Mereka tidak mempunyai imam yang diagungkan, yang semua perkataannya diambil
dan meninggalkan apa yang bertentangan dengannya, kecuali perkataan Rasulullah .
Ahlussunnah itulah yang paling mengerti dengan keadaan Rasulullah, perkataan, dan
perbuatannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling mencintai sunnah, yang paling
peduli untuk mengikutinya, dan yang paling loyal terhadap para pengikutnya.
4. Mereka meninggalkan persengketaan dan pertengkaran dalam agama sekaligus
menjauhi orang-orang yang terlibat di dalamnya, serta meninggalkan perdebatan dan
pertengkaran dalam permasalahan tentang halal dan haram. Mereka masuk ke dalam
dien (Islam) secara total.
5. Mereka mengagungkan para Salafush Shalih dan berkeyakinan bahwa metode Salaf
itulah yang lebih selamat, paling dalam pengetahuannya, dan paling bijaksana.
6. Mereka menolak takwil (penyelewengan suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan
menyerahkan diri kepada syari'at, dengan mendahulukan nash yang shahih daripada
akal (logika) belaka dan menundukkan akal di bawah nash.
7. Mereka memadukan antara nash-nash dalam satu permasalahan dan mengembalikan
(ayat-ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian/tidak
jelas) kepada yang muhkam (ayat-ayat yang jelas dan tegas maksudnya).
8. Mereka merupakan figur teladan orang-orang shalih yang memberikan petunjuk ke arah
jalan yang benar dan lurus dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak
membolak-balikkan urusan 'aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya.
Mereka memadukan antara ilmu dan ibadah, antara tawakkal kepada Allah dan ikhtiar
(berusaha), antara berlebih-lebihan dan wara' dalam urusan dunia, antara cemas dan
harap, antara cinta dan benci, antara sikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kaum
Mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir, serta tidak ada perselisihan
di antara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
9. Mereka tidak menggunakan sebutan selain Islam, sunnah dan jamaah.
10. Mereka peduli dalam menyebarkan 'aqidah yang benar, agama yang lurus,
mengajarkannya kepada manusia, memberikan bimbingan dan nasihat kepada mereka,
serta memperhatikan urusan mereka.
11. Mereka adalah orang-orang yang paling sabar atas perkataan, aqidah, dan dakwahnya.
12. Mereka sangat peduli terhadap persatuan dan jamaah, menyeru dan mengimbau
manusia kepadanya, serta menjauhkan perselisihan, perpecahan, dan memberikan
peringatan kepada manusia dari hal tersebut.
13. Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap saling mengkafirkan sesama mereka. Mereka
menghukumi orang selain mereka berdasarkan ilmu dan keadilan.
14. Mereka saling mencintai dan mengasihi sesama mereka, tolong. menolong di antara
mereka, dan saling menutupi kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak bersikap loyal
dan memusuhi, kecuali atas dasar agama.

E. Hakikat dan Dinamika Ahlussunnah Wal Jama’ah


Pada hakikatnya, ahlussunnah wal jama‟ah adalah ajaran islam yang murni
sebagaimana yang diajarkan dan oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya. Ketika
Rosulullah menerangkan bahwa umatnya akan tergolong menjadi banyak sekal 73
golongan, Beliau mengaskan bahwa yang benar dan selamat dari sekian banyak golongan
itu hanyalah Ahlussunnah wal jama‟ah Kemudian pemikiran Aswaja tidak lepas dari
dinamika pendapat umat islam itu sendiri. Dimulai ketika zaman pemerintahan Ali bin Abi
Thalib, adalah Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Syiria waktu itu melakukan manuver
ntuk menggoyang pemerintahan Ali alhasil, perang pun terjadi. Beberapa kali perang kubu
mu‟awiyah mengalami kekalahan.Hingga pada akhirnya diputuskan mengakhiri
perselisihan dengan melakukan suatu kesepakatan.
Efek dari peristiwa itu umat islam terpecah menjadi 3 kubu. Kubu Ali telah menjadi 2
: kubu syi‟ah dan khowarij. Dan satu lagi adalah kubu Muawiyah.Kelompok Syi‟a adalah
pendukung Ali, kelompok Muawiyah adalah pendukung Muawiyah, dan kelompok
khowarij yakni kubu yang tidak memihak pada Ali dan Muawiyah. Kelompok menilai
kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak tidak sah karna tidak menggunakan
hukum Allah atau Al Qur‟ansehingga mereka memutuskan Khawarij (Kharaja:keluar).
Sebagian besar masyarakat saat itu ( kecuali kelompok muawiyah ) menilai perpindahan
kekuasaan dari ali ke muawiyah berjalan dengan tidak sah dan licik. Untuk itu mengatasi
pandangan itu maka khalifah membuat aliran bernama jabariyah.Kemunculan aliran ini
dalam rangka melegitimasi kekuasaan muawiyah yang menyatakan bahwa manusia tidak
punya kekuasaan untuk berkehendak.Inti dari aliran Jabariyah, semua yang dilakukan oleh
manusia sudah dikehendaki oleh Allah termasuk ketika Muawiyah dapat mengambil
kekuasaan dari Ali itu juga kehendak Allah.
Setelah itu selama masa pemerintahan Bani Umayah muncul aliran bernama Qodariyah
yang diusung oleh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib. Aliran ini
mengajarkan sebaiknya dari aliran Jabariyah. Bahwa ketika manusia berkehendak, Allah
tidak ikut campur,maka manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Ketika masa
Bani Umayh paham ini hanya sebagai kritik atas paham Jabariya.Namun ketika memasuki
pemerintahan Bani Abasiyah, paham Qadariyah dijadikan spirit pembangunan.Kemudian
turunan dari paham ini dengan sedikit modifikasi mengatasnamakan paham
mu‟tazilah.Pada akhirnya lahirlah ulama bernama Abu Hasan Al Asyari, ia sebelumnya
pengikut mu‟tazilah setelah itu keluar. Abu Hasan menyatakan tidak mengikuti kedua
kubu ekstrem dan berdiri di tenggah-tenggah.Ia memproklamirkan paham dimana
Rasulullah SAW dan sahabat berada di dalamnya, dan menyebut paham dengan sebutan
Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah, dalam paham ini meyakini titik tekan manusia berkehendak
tetapi kehendak itu diketahui Allah. Manusia mempunyai kehendak tapi itu dibatasi
dengan takdir Allah SWT.

F. Peran Ahlussunnah Wal Jama’ah Dalam Pendidikan


Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial atau penting sekali
dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu pendidikan
Aswaja muncul karena kebutuhan masyrakat Indonesia, yaitu pendidikan agama dan
moral.
Hal itu dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita rasakan sekarang, kini banyak
anak cucu kita yang meniru budaya barat, misalnya, berpakaian yang mengundang hawa
nafsu , pergaulan bebas dan lain-lain. Hal itu membuktikan bahwasannya nialai agama dan
nlai moral generasi penerus bangsa ini melemah. Akan tetapi, permasalahan tersebut
adalah bagaimana jika para orang tua lemah dalam nilai-nilai agama dan moralitas.
Sehingga tak ada contoh bagi pemuda bangsa untuk memperbaiki moral? Pendidikan
Aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan diatas. Pendidikan aswaja mempunyai
kelebihan, salah satunya : pendidikan aswaja tidak hanya ditujukan ke lembaga pendidikan
saja namun juga di tujukan kepada masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin yang diisi
oleh ulama‟, hal itu sangat baik untuk meningkatkan nilai-nilai agama dalam masyarakat.
Hal ini yang istimewa dari pendidikan aswaja adalah : pendidikan yang lebih
dikonsentrasikan pada lembaga pendidikan islami atau dapat disebut dengan pondok
pesantren. Hal ini dapat membantu kita selaku orang tua supaya anak cucu kita dapat
mengenal nilai-nilai agama dan moral.
Sekolah/ madrasah memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar, sebab di madrasah-
lah seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Madrasah merupakan tempat
kedua setelah rumah, sebagaimana di dalamnya berkumpul dengan berbagai anak dari
berbagai latar belakang lingkungan dan sosial, sehingga mereka membawa berbagai
macam pemikiran, adat kebiasaan dan karakter kepribadian juga menjelaskan dan
mentransformasikan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya.
Yang merupakan tugas atau peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah
madrasah adalah mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga meluruskan
pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta untuk menuai akhlaq
yang mulia dan terpuji. Serta mengosongkan seorang pembelajar dari kejahiliyahan dan
pembangkangan baik itu dari segi akidah, ibadah, akhlaq dan pemikirannya, menghiasinya
dengan pendidikan yang benar baik dari segi akidah, ibadah, akhlaq, dan pemikirannya
bukan sekedar teori tetapi dengan implementasi yang nyata.
Madrasah juga memiliki komponen-komponen yang mesti ada di dalamnya, seperti:
mu‟alim (pendidik), metode pembelajaran, kegiatan belajar, serta idaroh madrasah.
Macam-macam pendidikannya antara lain:
1. Pendidikan Akidah
Pendidikan pertama yang harus diterima setiap pemuda muslim ialah pendidikan
akidah yang benar. Yaitu akidah Salafiyah yang dianut oleh generasi salaf umat ini.
Sebab Allah SWT telah menjadikan akidah para sahabat sebagai standar akidah yang
benar. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa
yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan
jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan
kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. Ibn Al-Qoyyim rohimahulloh mengatakan: “tauhid
adalah perkara pertama yang didakwahkan oleh para Rosul, persinggahan pertama di
tengah jalan, dan pijakan pertama yang menjadi pijakan orang yang melangkah
kepada Allah SWT.
Jadi, setiap pendidik hendaknya tidak pernah membiarkan setiap kesempatan berlalu
tanpa membekali para anak didik dengan bukti-bukti yang menunjukkan kepada Allah
SWT, bimbingan-bimbingan yang bisa memperkokoh iman, dan peringatan-
peringatan yang bisa memperkuat aspek akidah. Teknik pemanfa‟atan kesempatan
untuk memberikan nasihat-nasihat keimanan ini adalah teknik yang dipillih oleh sang
pendidik pertama (Muhammad SAW). Beliau selalu berusaha mengarahkan para
peserta didik untuk mengangkat dan memperkuat keimanan dan keyakinan yang ada
di dalam hati mereka.

2. Pendidikan Pemikiran
Yang dimaksud pendidikan pemikiran di sini ialah mendidik generasi muda Islam
dengan pola pikir Salaf, menankan paham-paham yang benar di dalam jiwa mereka,
dan mengingatkan mereka agar waspada terhadap paham-paham yang salah. Sistem
pendidikan pemikiran ini yang benar ini diharapkan akan membuahkan pemuda-
pemuda yang terdidik dengan pola pikir Salaf dan mengikuti cara Salaf dalam
memahami al-Qur‟an dan Hadits.

3. Pendidikan Iman
Yang dimaksud pendidikan iman ialah upaya untuk menambah iman kepada Allah
SWT dan hari akhir, memperdalam makna iman, dan meningkatkan kualitas hati
sampai pada level dia dapat merasakan manisnya iman, mencintai keta‟atan kepada
Allah SWT dan menjauhi kenakalan dan kemaksiatan.

4. Pendidikan Akhlak
Menurut Ibnu Masykawaih, akhlaq adalah kondisi kejiwaan yang mendorong manusia
melakukan sesuatu tanpa pemikiran dan pertimbangan. Kondisi ini terbagi menjadi 2
macam:
a. Kondisi alami yang berasal dari watak dasar seseorang.
b. Kondisi yang diperoleh melalui kebiasaan dan latihan. Kondisi ini terkadang
diawali dengan pertimbangan dan pemikiran, tetapi kemudian berlanjut sedikit
demi sedikit hingga menjadi tabi‟at dan perangai. Kondisi yang kedua inilah yang
dimaksud dengan pendidikan akhlak. Maksudnya mendidik generasi muda Islam
dengan akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, amanah, istiqomah, itsar dan lain-
lain.

5. Pendidikan Adab dan Sunnah Nabi SAW


Salah satu materi pendidikan yang harus diajarkan kepada generasi muda Islam yang
memiliki cita-cita membangun Masyarakat muslim dan mengembalikan khilafah
Islamiyah menurut cara Nabi SAW ialah adab-adab dan sunnah-sunnah Nabi SAW.
Adab-adab itu banyak jumlahnya, ada adab-adab yang diterima seorang muslim
dirumah dan sekolahnya melalui suri tauladan yang baik. Akan tetapi sekarang ini kita
hidup di zaman mana suri tauladan yang baik sulit ditemukan. Kini, sebagian besar
rumah tangga muslim tidak memilikinya dan menggantinya dengan adab-adab Barat
dan nilai-nilai yang diimpor dari peradaban Barat yang kafir.
Hal itu adalah akibat dari penyebaran piranti-piranti keji, seperti televisi yang merusak
banyak sekali nilai-nilai ke-islaman dan adab-adab yang diajarkan Nabi SAW,
membunuh rasa cemburu suami, menghilangkan rasa malu wanita, dan membuat
masyarakat muslim tidak banyak berbeda dengan masyarakat Barat yang kafir.
Oleh karena itu, para praktisi pendidikan harus memperhatikan upaya-upaya untuk
menghidupkan nilai-nilai yang luhur dan adab-adab Islam, lalu menyiarkan,
menyebarluaskan dan mengajarkannya. Mudah-mudahan Allah SWT berkenan
memberkahi usaha-usaha tersebut dan menyelamatkan anak-anak muslim dari
terjangan banjir maksiat dan syahwat, dan segala macam upaya untuk memalingkan
dari Allah SWT.
6. Pendidikan Jasmani
Abdullah Nasih Ulwan mengatakan: “salah satu sarana pendidikan yang paling efektif
yang ditetapkan oleh Islam dalam mendidik individu-individu dalam masyarakat
secara fisik dan menjaga kesehatan mereka adalah mengisi waktu luang mereka
dengan kegiatan-kegiatan jihad, latihan-latihan ketangkasan dan olahraga setiap ada
waktu dan kesempatan.
Hal itu mengingat agama Islam dengan prinsip-prinsipnya yang toleran dan ajaran-
ajarannya yang luhur telah menggabungkan antara keseriusan dan kesantaian, atau
dengan kata lain memadukan antara tuntunan ruhani dan kebutuhan jasmani. Islam
memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan jasmani dan perbaikan mental
dengan intensitas yang sama.
Dan ketika sudah menginjak usia aqil baligh, dia membutuhkan perhatian yang besar
dalam aspek pendidikan kesehatan dan pembentukan fisiknya. Bahkan baginya lebih
diutamakan mengisi waktu-waktu luangnya dengan segala macam kegiatan yang
menyehatkan badannya, menguatkan organ-organ tubuhnya, dan memberrikan
kesegaran dan kebugaran keseluruh tubuhnya. Hal itu disebabkan oleh 3 hal:
a) Banyaknya waktu luang yang dimilikinya.
b) Untuk melindunginya dari serangan berbagai macam penyakit.
c) Untuk membiasakannya dengan latihan-latihan olahraga dan kegiaatan-kegiatan
jihad
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah mereka yang berpegang teguh pada Sunnah nabi
Muhammad Saw. dan sahabatnya, dan orang orang yang mengikuti jejak dan jalan
mereka, baik dalam hal aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang
istiqomah (konsisten) dalam mengikuti Sunnah nabi dan menjauhi perbuatan bid'ah.

Adapun Sejarah Ahlussunnah Wal Jama'ah telah ada sejak zaman sahabat. Artinya,
paham akidah Ahlussunnah wal Jama'ah itu tidak sepenuhnya akidah bawaan Imam
Abu al-Hasan al-Asy'ari yang berbeda dengan akidah Islam. Apa yang dilakukan oleh
Imam Abu al- Hasan al-Asy'ari adalah menyusun dan mengkodifikasi doktrin paham
aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah secara sistematis, sehingga menjadi pedoman atau
mazhab umat Islam. Sesuai dengan kehadirannya sebagai reaksi terhadap munculnya
paham-paham yang ada pada zaman itu.

Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial atau penting sekali
dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu pendidikan
Aswaja muncul karena kebutuhan masyrakat Indonesia, yaitu pendidikan agama dan
moral.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abdil Hamid Al-Atsari. 2006. Intisari Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Cholid, N. 2015. Pendidikan Ke-NU-an. Semarang: CV Presisi Cipta Media.
Musa, A.M. 2004. Nasionalisme Kiai: Kontruksi Sosial Berbasis Agama. Surabaya: LKIS
Nafis, M.C. 2018. Hujjah Aqidah dan Amaliyah Kaum Nahdliyin. Jawa Timur: Lembaga
Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama.
Na'im, Z. 2022. Menyelami Hakikat Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Jawa Tengah : NEM.
Zahro, A. 2004. Tradisi Intelektual NU. Yogyakarta: LKIS.

Anda mungkin juga menyukai