Anda di halaman 1dari 12

Pemikiran Kalam Ahlussunnah

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah : Ilmu Kalam (A)
Dosen Pengampu : Makmun, M.S.I

Disusun Oleh :
1. Fitriyatunisa (3419058)
2. M Husni Mubarok (3419060)
3. Lora Indriyani (3419063)
4. Alfin Khoirur Romadhon (3419062)
Kelompok 7

JURUSAN KOMUNIKASI & PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan rahmat-Nya penulis  mampu 


menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Ilmu Kalam yang berjudul
"(Pemikiran Kalam Ahlussunnah)”. Serta shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
baginda nabi besar Muhammad saw, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul
akhir nanti.
Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Mohon maklum karena penulis
masih dalam proses pembelajaran, serta penulis siap diberi masukkan dan bimbingan. Sekian,
pengantar yang dapat penulis sampaikan. Semoga kelak makalah ini dapat bermanfaat dalam
pembelajaran mata kuliah ini.

Pekalongan, 28 Oktober 2020

Penulis

2
Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.........................................................................................................4

2. Rumusan Masalah....................................................................................................4

3. Tujuan Penulisan......................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Menjelaskan pengertian Kalam Ahlussunnah............................................................5

B. Menjelaskan Aliran-aliran dalam Ahlussunnah........................................................7

C. Menjelaskan Ajaran-ajaran dalam Ahlussunnah .......................................................9

D. Menjelaskan Metodologi pemikiran Ahlussunnah...........................................11

BAB III

PENUTUP

5. Simpulan..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembahasan keagamaan dan keilmuan, terminologi sunni digunakan
untuk menyebut kelompok Ahlusunnah, yakni suatu mazhab dalam Islam yang
mendasarkan struktur keagamaan, sistem nilai afektif dan ritual-ritual praksisnya
diatas nash-nash Al-Qur’an, sunnah Nabi SAW, sunnah para sahabat dan generasi
para tabiin-tabiin. Dengan sendirinya dalam pembahasan ini kita menggunakan
iistilah Sunni untuk menyebut sebuah kelompok sebagaimana defenisi diatas.
Sunni atau Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah atau terkadang juga dikenal dengan
sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad
SAW, di samping berdasar pada Al Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang
pertama. Sunni lebih dikenal dengan sebutan Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah. Ahl al-
sunnah memiliki makna orang-orang yang mengikuti sunah Nabi, dan wal Jama’ah
berarti mayoritas umat. Dengan demikan makna kata Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah
adalah orang-orang yang mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas
sahabat, baik dalam syariat (hukum agama Islam) maupun aqidah (kepercayaan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kalam Ahlussunnah?
2. Apa Aliran-aliran dalam kalam Ahlussunnah?
3. Apa Ajaran-ajaran Kalam Ahlusunnah?
4. Apa metodologi pemikiran Kalam Ahlussunnah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Kalam Ahlusunnah.
2. Untuk mengetahui Aliran-aliran dalam kalam Ahlusunnah.
3. Untuk mengetahui ajaran-ajaran Kalam Ahlussunnah.
4. Untuk mengetahui metodologi pemikiran Kalam Ahlussunnah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalam Ahlussunnah

Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan gabungan dari kata ahl assunnah dan ahl al-
jama’ah. Dalam bahasa Arab, kata ahl berarti pemeluk aliran/mazhab (ashab al-mazhabi),
jika kata tersebut dikaitkan dengan aliran/madzhab. Kata al-Sunah sendiri disamping
mempunyai arti al-hadits, juga berarti perilaku, baik terpuji maupun tercela. Kata ini berasal
dari kata sannan yang artinya jalan. Selanjutnya mengenai definisi al-Sunnah, secara umum
dapat dikatakan bahwa al-Sunnah adalah sebuah istilah yang menunjuk kepada jalan Nabi
SAW dan para sahabatnya, baik ilmu, amal, akhlak, serta segala, yang meliputi berbagai segi
kehidupan. Maka, berdasarkan keterangan di atas, ahl al-Sunnah dapat diartikan dengan
orang-orang yang mengikuti sunah dan berpegang teguh padanya dalam segala perkara yang
Rasulullah SAW dan para shahabatnya berada di atasnya (Ma ana’alaihi wa asha’bi), dan
orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari Qiamat.

Seseorang dikatakan mengikuti al-Sunah, jika ia beramal menurut apa yang diamalkan
oleh Nabi SAW berdasarkan dalil syar’i, baik hal itu terdapat dalam alQur’an, dari Nabi
SAW, ataupun merupakan ijtihad para shahabat. Adapun al-Jama’ah, berasal dari kata jama’a
dengan yajma’u jama’atan yang berarti menyetujui atau bersepakat. Dalam hal ini, aljama’ah
juga berarti berpegang teguh pada tali Allah SWT secara berjama’ah, tidak berpecah dan
berselisih. Pernyataan ini sesuai dengan riwayat Ali bin Abi Thalib yang mengatakan:
“Tetapkanlah oleh kamu sekalian sebagaimana yang kamu tetapkan, sesungguhnya aku benci
perselisihan hingga manusia menjadi berjamaa’ah”. Satu hal yang perlu dijelaskan adalah
walaupun kata al-jama’ah telah menjadi nama dari kaum yang bersatu, akan tetapi jika kata
al-jama’ah tersebut di sandingkan dengan kata al-sunnah, yaitu Ahl al-Sunah wal jama’ah,
maka yang dimaksud dengan golongan ini adalah mereka, para pendahulu umat ini yang
terdiri dari para shahabat dan tabi’in yang bersatu dalam mrngikuti kebenaran yang jelas dari
Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

5
Istilah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah sendiri, sebenarnya baru dikenal setelah adanya
sabda Nabi SAW, yakni seperti pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abu
Dawud. Hadits tersebut yakni, hadits riwayat Ibnu Majah :

Dari Anas ibn Malik berkata Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil akan
berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya umatku akan berkelompok menjadi 72
golongan, semua adalah di neraka kecuali satu golongan, yaitu al-jama’ah”.

Istilah tersebut bukan Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah tetapi al-jam’ah sebagai komunitas
yang selamat dari api neraka. Menurut hemat penulis meskipun secara tersurat penyebutan
istilah dalam hadits tersebut adalah aljam’ah, tetapi secara tersirat yang dimaksud dalam
hadits tersebut adalah Ahlus Sunnah Wal-Jama’h.

Mengenai pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah, KH. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar
Nahdlatul Ulama memberikan tasawwur (gambaran) tentang Ahlussunnah wal Jama’ah,
sebagaimana ditegaskan dalam al-Qanun al-Asasi. Menurut KH. Hasyim Asy’ari, paham
Ahlussunnah wal Jama’ah. versi Nahdlatul Ulama yaitu suatu paham yang mengikuti Abu
Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi, dalam teologi mengikuti salah satu empat
madzhab fiqih (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) dan mengikuti alGhazali dan Junaid al-
Baghdadi dalam tasawuf.

B. Aliran-aliran dalam Kalam Ahlussunnah.

Aliran Ahlussunnah wal Jama’ah identik dengan aliran Asy’ariyah, maka artinya
kepercayaan aliran Asy’ariyah menjadi kepercayaan Ahlussunnah wal Jama’ah. Oleh karena
itu, kepercayaan-kepercayaan tersebut harus dicari pertama-tama dari kalangan Al-Asy’ari
sendiri, seperti al - Luma’ dan al Ibanah , kemudian dari kalangan pengikut-pengikutnya
seperti al-Juwaini, al-Isfarani, al-Ghazali, al-Baghdadi, dan lain-lain yang pada umumnya
selalu menyebutkan dirinya Ahl al-Sunnah. Kepercayaan-kepercayaan tersebut antara lain:

a. Allah bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat.

b. Sifat-sifat Allah yaitu sifat-sifat positif atau ma’ani , yaitu kodrat, iradat,

dan seterusnya adalah sifat-sifat yang lain dari dzat Allah tapi bukan juga lain dari dzat.

6
c. Al-Qur’an sebagai manifestasi kalamullah yang qadim adalah qadim, sedangkan al-Qur’an
berupa huruf dan suara adalah baru.

d. Allah menghendaki kebaikan dan keburukan.

e. Membuat yang baik dan terbaik.

f. Mengurus utusan (Rasul-rasul).

g. Memberi pahala kepada orang yang taat dan menjatuhkan siksa atas orang yang durhaka.

h. Allah boleh memberi beban di atas kesanggupan manusia.

i. Kebaikan dan keburukan tidak dapat diketahui akal semata-mata.

j. Pekerjaan manusia, Allah-lah yang menentukan.

k. Ada syafa’at di hari kiamat.

l. Utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw diperkuat dengan mukjidzat-mukjidzat-Nya.

m. Kebangkitan di akhirat, pengumpulan manusia di padang mahsyar, pertanyaan Munkar


dan Nakir di kubur, timbangan amal perbuatan manusia, jembatan shiratal mustaqim,
kesemuanya adalah benar.

n. Surga dan neraka adalah makhluk (diciptakan).

Semua Sahabat-sahabat Nabi baik dan adil.

p. Ijma’ adalah suatu kebenaran yang harus diterima.

q. Orang mukmin yang mengerjakan dosa besar akan masuk neraka sampai selesai menjalani
siksa dan akhirnya akan masuk surga.

Al-As’ari sebagai seseorang yang pernah menganut faham Mu’tazilah, tidak dapat
menjauhkan diri dari pemakaian akal dan argumentasi pikiran. Ia menentang dengan
kerasnya mereka yang mengatakan bahwa pemakaian akal pikiran dalam soal-soal agama
atau membahas soal-soal yang tidak pernah disinggung-singgung oleh rasul merupakan
suatu kesalahan. Sahabat-sahabat Nabi sendiri, sesudah beliau wafat, banyak

7
membicarakan soal-soal baru dan meskipun demikian mereka tidak disebut orang-orang
sesat (bid’ah).

Dalam pada itu, ia juga mengingkari orang yang berlebih-lebihan menghargai akal-
pikiran, yaitu aliran Mu’tazilah. Karena aliran ini tidak mengakui sifat-sifat Tuhan, maka
dikatakannya telah sesat, sebab mereka telah menjauhkan Tuhan dari sifat-Nya dan
menempatkannya dalam bentuk yang tidak dapat diterima akal, selain karena mereka
mengingkari kemungkinan terlihat Tuhan dengan mata kepala. Apabila pendapat ini
dibenarkan, maka akan berakibatkan penolakan hadits-hadits Nabi yang merupakan salah
satu tiang agama.

Dengan demikian, jelaslah kedudukan Imam Al-Asy’ari seperti yang dilukiskan oleh
pengikut-pengikutnya, sebagai seorang muslim yang ikhlas membela kepercayaan dan
mempercayai isi al-Qur’an dan hadits, dengan menempatkannya sebagai dasar (pokok),
disamping menggunakan akal-pikiran, dimana tugasnya tidak lebih daripada memperkuat
nas-nas tersebut.

C. Ajaran-ajaran Kalam Ahlusunnah

1.Bidang Aqidah

Dalam bidang Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah mengikuti madzhab yang diajarkan oleh
Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Abu Manshur Al Maturidi. Karena antara kedua imam
tersebut memiliki persamaan, yakni ”mendahulukan nash dari pada akal” (taqdiimun nash
’alal aqli). Atau mendahulukan dalil naqli dari dalil aqli.Adapun pokok-pokok ajaran
Ahlussunnah wal Jamaah di bidang aqidah meliputi: bahasan tentang Ketuhanan, Malaikat-
malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul, Hari akhirat dan Qadla’ Qadar Allah.Secara rinci
rumusan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah yang membedakannya dengan firqah lain
diantaranya adalah :

a. Allah SWT. memiliki sifat-sifat keindahan (Al Jamal), sifat-sifat kebesaran (Al Jalal) dan
sifat-sifat Kesempurnaan (Al Kamal). Sifat-sifat tersebut berbeda dengan sifat-sifat yang ada
makhluk.

b. Sifat-sifat Allah terdiri dari sifat wajib jumlahnya 20, sifat mustahil jumlahnya 20, dan
sifat jaiz ada 1 (satu)

c. Allah SWT. Maha Esa baik dalam dzatNya, sifatNya maupun perbuatanNya

d. Allah SWT dapat dilihat kelak di surga

8
e. Percaya bahwa ada makhluk halus yang diciptakan oleh Allah dari cahaya (nur) yang
bernama Malaikat. Mengenai bentuknya hanya Allah yang mengetahuinya.

f. Jumlah malaikat hanya Allah yang mengetahuinya dan di antaranya ada yang disebut
”Malaikat Kiraman Katibin”.

g. Al Qur’an adalah Kalam Allah yang qadim dan merupakan kitab suci terakhir dan paling
sempurna.

h. Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan ajaran-Nya kepada umat
manusia. Para Nabi dan Rasul adalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah.

i. Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan ajarannya kepada umat
manusia. Para Nabi dan Rasul adalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah.

j. Para Nabi dan Rasul yang wajib diketahui namanya ada 25 orang dan Nabi Muhammad
SAW. adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir (Khatamul Ambiya’ wal Mursalin)

k. Para Nabi dan Rasul itu memiliki mu’jizat sebagai hujjah atas kebenaran risalah yang
dibawanya. Nabi Muhammad SAW. memiliki mu’jizat selain Al Qur’an, seperti air yang
keluar dari jemari beliau dan lain-lain.

l. Nabi Muhammad SAW. adalah makhluk Allah yang paling mulia dan akan memberi
syafaat kepada orang-orang beriman kelak di akhirat.

m. Hari kiamat atau hari akhir pasti terjadi. Hari kiamat juga disebut hari hisab. Artinya, pada
hari itu segala perbuatan manusia akan dihisab oleh Allah SWT

n. Di hari kiamat amal manusia akan ditimbang dan bagi orang yang beriman dan beramal
shaleh akan dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan orang-orang kafir akan dimasukkan ke
dalam neraka. Kehidupan di surga dan neraka itu bersifat kekal dan abadi.

o. Beriman kepada perkara yang gaib, seperti adzb kubur, nikmat kubur, mahsyar, mizan,
shirath, lauh mahfudz, arasy dan lain-lain.

p. Semua yang terjadi di dunia ini sudah ditetapkan oleh qadla dan qadar Allah. Setiap orang
tidak bisa melepaskan diri dari qadla dan qadar Allah.

q. Rejeki, jodoh, ajal semuanya telah ditetapkan oleh Allah sejak zaman azali.

r. Perbuatan manusia juga telah ditakdirkan oleh Allah, tetapi manusia diwajibkan beriktiyar
untuk memilih perbuatan yang baik.

s. Orang beriman yang berdosa dan meninggal dunia dalam kedaan belum bertobat, nasibnya
di akhirat terserah kepada Allah. Mungkin ia akan memperoleh rahmat dari Allah dan syafaat
dari Rasulullah SAW. Mungkin juga ia disiksa, akan tetapi tidak bersifat kekal.

t. Anak-anak orang kafir jika meninggal dunia sebelum usia baligh dimasukkan ke dalam
surga.

9
2. Bidang Ibadah

Menurut Ahlusunnah wal Jamaah dasar yang menjadi sumber hukum Islam (syariah Islam)
itu ada empat, yaitu: Al Qur’an, Sunnah Rasulullah SAW., Ijma’ dan Qiyas.Para mujtahid
yang sudah diakui kebenarannya. Mereka adalah: Imam Abu Hanifah An Nu’man (madzhab
Hanafi), Imam Malik bin Anas (madzhab Maliki), Imam Muhammad bin Idris As Syafii
(madzhab Syafii) dan Imam Ahmad bin Hanbal (madzhab Hanbali).Sebenarnya masih
banyak mujtahid yang membangun madzhab di bidang syariah atau fiqih. Tetapi yang diikuti
hanya empat mujtahid tersebut diatas, karena hasil ijtihad mereka telah teruji kebenarannya.

3. Bidang Akhlak / TasawufAkhlak

termasuk bagian terpenting dalam ajaran Islam. Karena dengan Akhlak, kehidupan manusia
dapat berlangsung dengan baik sesuai ketentuan agama Islam. Begitu pentingnya akhlak
dalam kehidupan manusia, sehingga Rasulullah bersabda :‫ق‬ ِ ‫ار َم ْاألَ ْخاَل‬ ُ ‫إِنَّ َما ب ُِع ْث‬
ِ ‫ت اِل ُتَ ِّم َم َم َك‬
Rasulullah SAW. adalah teladan (uswah) dan panutan (qudwah) yang sempurna (hasanah).
Beliau bukan hanya mengajarkan akhlak yang mulia, tetapi mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari.

D. Metodologi Pemikiran Kalam Ahlussunnah

Metode pemikiran (Manhaj Al-Fikr) Aswaja adalah sebuah metode dan prinsip berfikir dalam
mengahadapi berbagai permasalahan keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan kebangsaan.
Secara garis besar, hal tersebut terbagi dalam 4 prinsip:
1. Moderat (Tasawuth)
berdasarkan firman Allah SWT:
َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
ِ َّ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم أُ َّمةً َو َسطًا لِتَ ُكونُوا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬
‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا‬

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu” (QS. Al-Baqarah: 143).

Dalam konteks pemikiran dan amaliyah keagamaan, prinsip moderat yang diusung oleh
Aswaja sebagai upaya untuk menghindar dari sikap ekstrem kanan yang berpotensi
melahirkan paham fundamentalisme atau radikalisme, dan menghindari sikap kebebasan
golongan kiri yang berpotensi melahirkan liberalisme dalam ajaran agama.

2. Berimbang (Tawazun)

10
Tawazun merupakan sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan serta
mensinergikan pertimbangan-pertimbangan untuk mencetuskan sebuah kebijakan dan
keputusan. Sikap seperti ini berdasakan firman Allah SWT:
ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬
‫ْط‬ َ ‫ت َوأَ ْنزَ ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan” (QS. Al-Hadid: 25).

3.Netral (Ta’adul)
Ta’adul merupakan sikap adil atau netral dalam melihat, menimbang, menyikapi dan
meyelesaikan segala permasalahan. Dengan artian, sikap ini adalah bentuk upaya yang
proporsional yang patut dilakukana berdasarkan asas hak dan kewajiban.

4.Toleran (Tasamuh)
Tasamuh merupakan sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan
keanekaragaman dan perbedaan, baik perbedaan dalam segi pemikiran, keyakinan, suku,
bangsa, agama, tradisi, budaya dan lain sebagainya.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

11
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan gabungan dari kata ahl assunnah dan ahl al-
jama’ah. Dalam bahasa Arab, kata ahl berarti pemeluk aliran/mazhab (ashab al-
mazhabi), jika kata tersebut dikaitkan dengan aliran/madzhab. Kata al-Sunah sendiri
disamping mempunyai arti al-hadits, juga berarti perilaku, baik terpuji maupun tercela.
Kata ini berasal dari kata sannan yang artinya jalan. Selanjutnya mengenai definisi al-
Sunnah, secara umum dapat dikatakan bahwa al-Sunnah adalah sebuah istilah yang
menunjuk kepada jalan Nabi SAW dan para sahabatnya, baik ilmu, amal, akhlak, serta
segala, yang meliputi berbagai segi Kehidupan.
Aliran Ahlussunnah wal Jama’ah identik dengan aliran Asy’ariyah, maka artinya
kepercayaan aliran Asy’ariyah menjadi kepercayaan Ahlussunnah wal Jama’ah. Oleh
karena itu, kepercayaan-kepercayaan tersebut harus dicari pertama-tama dari kalangan
Al-Asy’ari sendiri, seperti al - Luma’ dan al Ibanah , kemudian dari kalangan pengikut-
pengikutnya seperti al-Juwaini, al-Isfarani, al-Ghazali,
Ajaran-ajaran dalam ahlussunnah ada tiga yaitu: bidang ibadah, bidang aqidah dan
bidang akhlak. Metodologi Pemikiran Kalam Ahlussunnah ada empat yaitu moderat,
berimbang, netral dan toleran.

Daftar Pustaka
H Kholilurrohman,”Bukan Huruf Bukan Suara Bukan Bahasa: Teologi Ahlussunnah
Wal Jama’ah Tentang sifat Kalam Allah”,Nurul Hikmah Press,hlm.52-78.(diakses: 28
Oktober 2020)
https://asyroff.wordpress.com/aswaja/ diakses pada tanggal 29 Oktober 2020
https://lirboyo.net/implementasi-metode-pemikiran-aswaja/ diakses pada tanggal 29
oktober 2020

12

Anda mungkin juga menyukai