Nim : 0104522014
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas atau makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan merupakan suatu langkah yang
baik dalam suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, makalah ini jauh dari
kesempurnaan sehingga adanya kritik dan saran yang dapat membangun
sehingga saya dapat mengharapkan makalah ini juga dapat berguna bagi saya
serta pihak yang berkepentingan.
A. Latar Belakang
Pada masa Rasulullah SAW. Masih hidup, istilah Aswaja sudah pernah
ada tetapi tidak menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang
dimaksud dengan Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang Islam secara
keseluruhan. Ada sebuah hadits yang mungkin perlu dikutipkan telebih dahulu,
RasulullahSAW bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya bani Israil akan terpecah menjadi 70 golongan dan ummatku
terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecuali satu
golongan. Para Shohabat bertanya : Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah
SAW. Menjawab : yaitu golongan dimana Aku dan Shahabatku berada.”
Inilah kemudian kita sampai pada pengertian Aswaja. Pertama kalau kita
melihat ijtihadnya para ulama-ulama merasionalkan dan memecahkan masalah
jika didalam alqur`an dan hadis tidak menerangkanya. Definisi kedua adalah
(melihat cara berpikir dari berbagai kelompok aliran yang bertentangan); orang-
orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup aspek
kehidupan yang berlandaskan atas dasar moderasi menjaga keseimbangan dan
toleransi. Ahlus sunnah wal Jama’ah ini tidak mengecam Jabariyah, Qodariyah
maupun Mu’tazilah akan tetapi berada di tengah tengah dengan mengembalikan
ma anna alaihi wa ashabihi. Nah itulah latar belakang sosial dan latar
belakang politik munculnya paham Aswaja. Jadi tidak muncul tiba tiba tetapi
karena ada sebab, ada ekstrim mu’tazilah yang serba akal, ada ekstrim jabariyah
yang serba taqdir, aswaja ini di tengah tengah.
Sebagai aliran pemikiran (manhajul fiqr) kemunculannya tidak bisa
dilepaskan dari pengaruh dinamika sosial politik pada waktu itu,
lebih khusus sejak peristiwa Tahkim yang melibatkan sahabat Ali dan sahabat
Muawiyyah sekitar akhir tahun 4O H.
Ahli sunnah wal jamaah pemikiranya menggunakan pemikiran al asyari
dan hukum fiqihnya menggunakan imam mazhab sehingga golongan aswaja
inilah golongan yang sifatnya luas.
Aqidah pada masa Nabi adalah aqidah paling bersih, yaitu aqidah islam
yang sebenaranya, karena belum tercampur oleh kepentingan apapun selain
hanya karena Allah SWT. Ini disebabkan karena Nabi adalah sebagai penafsir
al-Qur’an satu-satunya, sehingga setiap sahabat yang membutuhkan penjelasan
al-Qur’an yang berkaitan dengan keyakinan maka Nabi langsung menjelaskan
maksudnya. Selain itu umat terbimbing langsung oleh Nabi, sehingga dalam
memahami agama tidak terjadi perbedaan.
Kemudian, aqidah pada masa sahabat masih sama dengan zaman Nabi, belum
membentuk sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri apalagi membentuk sebuah
nama tertentu, maupun aliran-aliran pemikiran tertentu.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang ilmu
kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat
dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga
teolog disebut sebagai “mutakallim”, yaitu ahli debat yang pintar mengolah
kata. Ilmu “kalam” juga diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, yaitu
ilmu yang membahas ajaran dasar dari agama.
Perbedaan yang muncul pertama kali dalam Islam bukanlah masalah teologi,
melainkan bidang politik. Kemudian, seiring dengan perjalanan waktu,
perselisihan politik ini meningkat menjadi persoalan teologi. Bahkan ada dua
teori yang membahas latar belakang timbulnya persoalan teologi yakni
perbedaan aliran ilmu kalam. Pertama, awal tercampurnya masalah aqidah
dengan hal yang lain adalah sejak mulai dari khalifah ke-3 yakni Utsman bin
Affan terbunuh karena beberapa sahabat Nabi terlibat dalam urusan yang
bersifat politis. Dan masalah ini kian rumit ketika peristiwa tahkim terjadi pada
masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kedua, aliran ilmu kalam muncul
karena hasil iterpretasi atau penafsiran terhadap al-Qur’an maupun kajian
terhadap hadits yang bersifat teologis. Diantara sekian banyak ilmu kalam yang
bermunculan ialah Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Qadiriyah, Jabariyah, dan
Mu’tazilah yang berakhir dengan peristiwa mihnah yang menjadi sebab awal
terbentuknya aliran Ahlussunnah wal Jama’ah.
Ahlussunnah wal Jama’ah memang “satu istilah” yang mempunyai “banyak
makna” , sehingga banyak golongan dan faksi dalam Islam yang mengklaim
dirinya adalah “Ahlussunnah wal Jama’ah”. ‘Ulama dan pemikir Islam
mengatakan, bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah itu merupakan golongan
mayoritas umat Islam di dunia sampai sekarang, yang secara konsisten
mengikuti ajaran dan amalan (sunnah) nabi dan para sahabat-sahabatnya, serta
memperjuangkan berlakunya di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam.
Meskipun pada mulanya Ahlussunnah wal Jama’ah itu menjadi identitas
kelompok atau golongan dalam dimensi teologis atau aqidah Islam dengan
fokus masalah ushuluddin (fundamental agama), tetapi dalam perjalanan
selanjutnya tidak bisa lepas dari dimensi keislaman lainnya, seperti Syari’ah
atau Fiqhiyah, bahkan masalah budaya, politik, dan sosial.
Melalui makalah ini nantinya akan dijelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan Ahlussunnah wal Jama’ah, baik tentang riwayat asal mula
munculnya aliran ini, perkembangannya, doktrin-doktrinnya dan yang
terpenting adalah kepercayaannya. Semoga makalah ini dapat memberikan
gambaran dan penjelasan yang baik terhadap Ahlussunnah wal Jama’ah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertianAhlussunnah wal Jama’ah?
2. Bagaimana Sejarahnya Ahlussunnah wal Jama’ah?
3. Apa saja aliran-aliran yang ada didalam Ahlulsunnah wal Jama’ah?
4. Apa saja doktrin-doktrin Ahlussunnah wal Jama’ah?
5. Bagaimanakah karakteristik Ahlulsunnah wal Jama’ah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah.
2. Untuk mengetahui Sejarahnya Ahlussunnah wal Jama’ah.
3. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada didalam Ahlulsunnah wal
Jama’ah.
4. Untuk mengetahui doktrin-doktrin Ahlussunnah wal Jama’ah
5. Untuk mengetahui karakteristik Ahlulsunnah wal Jama’ah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Aswaja
Aswaja merupakan sebuah singkatan yang memiliki kepanjangan
Ahlus_Sunnah Wal Jamaah. Kepanjangan tersebut merupakan frase dari kata-
kata bahasa Arab yaitu Ahlu, Sunnah, Jamaah. Kata Ahlu diartikan sebagai
keluarga, komunitas, atau pengikut. Kata Al-Sunnah diartikan sebagai jalan atau
karakter. Sedangkan kata Al-Jamaah diartikan sebagai perkumpulan atau
kelompok golongan.
Arti Sunnah secara istilah adalah segala sesuatu yang diajarkan Rasulullah
SAW., baik berupa ucapan, tindakan, maupun ketetapan. Sedangkan Al-Jamaah
bermakna sesuatu yang telah disepakati komunitas sahabat Nabi pada masa
Rasulullah SAW. Dan pada era pemerintahan Khulafah Al-Rasyidin (Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Dengan demikian Ahlusssunnah Wal Jamaah
adalah komunitas orang-orang yang selalu berpedoman kepada sunnah Nabi
Muhammad SAW. Dan jalan para sahabat beliau, baik dilihat dari aspek akidah,
agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati.
2. Definisi aswaja menurut pendapat ulama
a) Menurut Imam Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang
berpegang teguh kepada al-Qur’an, hadis, dan apa yang diriwayatkan sahabat,
tabi’in, imam-imam hadis, dan apa yang disampaikan oleh Abu Abdillah
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal.
b) Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah
golongan yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para sahabat dan
mengikuti warisan para wali dan ulama. Secara spesifik, Ahlusssunnah Wal
Jamaah yang berkembang di Jawa adalah mereka yang dalam fikih mengikuti
Imam Syafi’i, dalam akidah mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan
dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili.
c) Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlusssunnah Wal Jamaah
adalah para sahabat, tabiin, tabiit tabi’in dan siapa saja yang berjalan menurut
pendirian imam-imam yang memberi petunjuk dan orang-orang yang
mengikutinya dari seluruh umat semuanya.
d) Pendapat Said Aqil Siradj, tentang Ahlus sunnah wal jama’ah adalah
“Ahlu minhajil fikri ad-dini al-musytamili ‘ala syu’uunil hayati wa
muqtadhayatiha al-qa’imi ‘ala asasit tawassuthu wat tawazzuni wat ta’adduli
wat tasamuh”, atau “orang-orang yang memiliki metode berfikir keagamaan
yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar
moderasi, menjaga keseimbangan dan toleransi”.
Definisi di atas meneguhkan kekayaan intelektual dan peradaban yang
dimiliki Ahlusssunnah Wal Jamaah, karena tidak hanya bergantung kepada al-
Qur’an dan hadits, tapi juga mengapresiasi dan mengakomodasi warisan
pemikiran dan peradaban dari para sahabat dan orang-orang salih yang sesuai
dengan ajaran-ajaran Nabi.