Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TIPOLOGI ASWAJA AN NAHDLIYAH

Dosen Pengampu : Dr.Moh.Muslim S.Pd.I, M.Ag.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah ASWAJA

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Mohammad Alwi (22101011144)

2. Ahmad Mukhtar Ma’ruf (21901011174)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah
yang berjudul “ TIPOLOGI ASWAJA AN – NAHDLIYAH ” dapat diselesaikan
dengan baik. Makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah AWAJA. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca akan
mendapat pengetahuan baru mengenai makna dari perbedaan individu, faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi perbedaan individu, serta bagaimana seorang
pendidik menyikapi adanya perbedaan individu.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang


telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Terutama kepada bapak Moh.
Muslim Dr. S. Pd.I, M. Agselaku dosen pengampu mata Aswaja.

Tim penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dikarenakan minimnya kemampuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, kritik maupun saran yang membangun dari berbagai pihak akan sangat
membantu dalam penyempurnaan makalah ini.

Malang, 11 Desember 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2

C. TUJUAN.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. PENGERTIAN INDIVIDU..........................................................................3

B. PERBEDAAN INDIVIDU...........................................................................3

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN INDIVIDU............6

D. IMPLIKASI PENDIDIKAN TERHADAP PERBEDAAN INDIVIDU......8

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

A. KESIMPULAN.............................................................................................9

B. SARAN.......................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perbedaan Dari kalangan umat islam ada faktor yang mempengaruhi berbagai
pemahaman dari aspek paham aliran dan islam moderat termasuk di kalangan Aswaja.
Menurut telaah sejarah istilah aswaja muncul sebagai reaksi terhadap faham kelompok
Mu’tazilah, yang di kenal sebagai “kaum rasionalisme islam“ yang ekstrim. Kelompok
ini mengedepankan pemahaman teologi islam yang bersifat rasionalis (aqli) dan
liberalis. Dari Organisasi Nu menganut Ajaran Ahlussunnah wal jamaah , yang di mana
ajaran aswaja merupakan ajaran yang menganut pada kelima Sumber Hukum. Dari
kelima sumber Hukum tersebut meliputi Al Quran dan Hadist, Ilmu fiqih, Ijma’ dan
Qiyas.

Aswaja An-Nahdliyah merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas firqoah-


firqah atau aliran-aliran dalam masalah aqidah. Islam sebagai agama dan sistem ajaran
telah menjalani proses akulturasi dan transmisi dari generasi ke generasi dalam rentang
waktu yang panjang dan dalam ruang budaya yang beragam. Proses ini melibatkan
tokoh-tokoh agama, mulai dari Rasulullah SAW, para shahabat, sampai dengan ustadz
(guru agama) dan para pemikir Islam sebagai pewaris dan perantara yang hidup (the
living mediators). Seiring dengan perkembanganya muncul pula beraneka ragam
paham keagamaan khususnya pada ranah teologi. Sehingga masyarakat dituntut untuk
selektif dalam memfilter setiap ajaran yang ditawarkan.

Benarkah ajaran tersebut telah sesuai dengan Ahlus sunnah wal jama’ah atau
hanya sekedar doktrin yang sesat dan menyesatkan. Untuk itu sebagai kaum intelektual
dituntut untuk menggali dan mengkaji lebih dalam terkait masalah-masalah tersebut
dalam sebuah diskusi ilmiyah. Diskusi tersebut salah satunya dapat terwadahi dalam
mata kuliah aswaja an-nahdliyah.

B. RUMUSAN MASALAH

3
1. Apakah yang dimaksud dengan Tipologi Aswaja?

2. Apasaja tipologi Aswaja an Nahdliyah

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian tipologi aswaja.

3. Untuk mengetahui Apasaja tipologi Aswaja an Nahdliyah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASWAJA AN - NAHDLIYAH

Tipologi berakar dari dua kata yaitu tipo dan logos yang mana logos adalah ilmu
jadi dalam kontek ini adalah tipologi sendiri berarti ilmu yang didalamnya mengkaji
tentang indikator yang memberikan gambaran tentang variabel atas obyek tertentu dan
dalam konteks ini adalah ahlussunnah wal jamaah. Jadi tipologi aswaja yaitu bagaimana
cara kita mempotret indikator-indikator yang terdapat dalam ahlusuunah wal jamaah
atau indikator yang khas yang khas pada ahlusunnah wal jamaah yang nantinya itiu
menjadi identitas bagi ahlussunnah wal jamaah itu sendiri.

Ahlussunnah Wal jamaah merupakan suatu displin ilmu yang membahas firqoh
– firqoh atau aliran – aliran dalam masalah aqidah. Islam sebagai agama dan sistem
ajaran telah menjalani proses akulturasi dan transmisi dari generasi ke generasi dalam
rentang waktu yang panjang dan dalam ruang budaya yang beragam. Proses ini
melibatkan tokoh – tokoh agama, Mulai dari Rasulallah SAW, para sahabat, sampai
dengan ustadz ( guru agama ) dan para pemikir islam sebagai pewaris dan perantara
yang hidup. Seiring dengan perkembangan zaman yang muncil pula beraneka ragam
paham keagamaan khususnya pada ranah teologi. Sehingga masyarakat dituntut untuk
selektif dalam memfilter setiap ajaran yang ditawarkan benarkah ajaran tersebut telah
sesuai dengan Ahlussunnah Wal Jamaah atau hanya sekedar doktrin yang sesat dan
menyesatkan.

Untuk itu sebagai kaum intelektual di tuntut untuk mengali dan mengkaji lebih
dalam terkait masalah – masalah tersebut dalam sebuah diskusi ilmiyah. Diskusi
tersebut salah satunya dapat terwadahi dalam mata kuliah aswaja An – Nahdliyah.Yang
pertama : AqidahAswaja An – Nahdliyah Pada zaman Rasulullah SAW masih ada,
perbedaan pendapat di antara kaum muslimin langsung dapat diselesaikan dengan kata
akhir dari kanjeng Nabi Muhammad. Tetapi semenjak beliau wafat, penyelesaian seperti

5
itu tidak lagi ditemukan dan akhirnya mengendap lalu muncul lagi permasalahan baru
sebagai pertentangan dan permusuhan di antara mereka.

Sesungguhnya permasalahan tersebut hanya seputar pertentang ghanimamah,


bukan masalah akhidah. Dari situ, kemudian merambah kedalam wilayah agama. Maka
muncullah dua konsep akhidah yaitu aqidah Asy’ariyah dan Maturidiyah yang
merupakan pendamaian antara kelompok jabariyah dan qodariyah. Sikap moderatisme
(tawasuth) keduanya merupakan ciri kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam beraqidah.
Sikap tawasuth ini di perlukan dalam rangka untuk merealisasikan amar maruf nahi
mungkar yang selalu mengedapankan kebajikan secara bijak. Prinsip bagi Aswaja
adalah berhasilnya nilai – nilai syari’at Islam dijalankan oleh masyarakat, dengan cara
yang dilakukan harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat setempat.
Yang kedua ialah : Syariah Aswaja An – Nahdliyah Al – Qur’an dan Hadits diturunkan
secara berangsur – angsur. Tidak sekaligus.

Di sampaikan kepada manusia menurut kebutuhannya, kepentingan, dan situasi


serta kondisi yang berbeda – beda. Ajaran Islam yang terkandung dalam Al – Qur’an
dan Hadits di sampaikan di Makkah, Madinah dan sekitarnya lebih lima belas abad lalu
dengan cara disebar luaskan dan diwariskan kepada umat manusia dengan segala
perasamaan dan perbedaanya untuk sepanjang zaman dengan berbagai perubahan dan
perkembangannya. 20 Di bidang syari’ah (fiqih) Aswaja An – Nahdliyah mengikuti
metode pemikiran empat madzab, yakni Imam Syafii, Imam Maliki, Imam Abu
Hanifah, dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal. Empat madzab tersebut yang menjadi panutan
warga Nahdliya karena empat madzab tersebut yang hasil ijtihadnya terkondifikasi
secara sistematis. Proses transfer ilmu dari generasi ke generasi berjalan secara
sistematis

Dalam konteks historissnya dalam konteks aliran muncul sebagai manifestasi


sebagai inisiasi oleh Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi, keduanya
tidak mendeklarasikan bahwa keduanya adalah ahlussunnah wal jamaah. Tapi ulama’
berikutnya yang menjadikan keduanya sebagai tokoh ahlussunnah wal jamaah. Karna
keduanya menformulasikan sebuah konsep khususnya dalam hal ini adalah konsep

6
aqidah yang merujuk pada apa yang diajarkan dan terdapat pada Al Quran dan Sunnah.
Jadi ulama’ - ilama’ berikutnya mencoba melakukan sebuah pendekatan pemahaman
ajaran yang itu mendekati kebenarannya. Ulama’ setelah kedua tersebut mencoba
memahami aqidah sebagaimana yang diajarkan dalam Al Quran dan Sunnah
kedekatannya lebih dekat dengan Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi
dibanding dengan kelompok atau aliran yang lain.

B. PENGERTIAN ISLAM WASATHIYAH

Pengertian wasathiyah adalah islam berkemajuan. Pengertian wasathiyah secara


umum adalah jalan tengah, berada di antara dua sisi, tidak condong ke kiri atau
condong ke kanan . islam wasathiyah itu sendiri memiliki pijakan kuat di dalam Al –
Qur’an, yaitu dalam surah Al – Baqarah ayat 143 oleh para musafir di maknai sebagai
umat yang adil dan pilihan. Ada sepuluh karakteristik islam wasathiyah yang di
konsepkan oleh majelis ulama indonesia (MUI) yang di sampaikan oleh Agung Danarto
yaitu : tawazun (berkeseimbangan), tawasuth (mengambil jalan tengah), syura
(musyawarah), tasamuh (toleransi), I’tidal (lurus dan tegas), awlwiyah (mendahulukan
yang prioritas), Islah (reformasi), Musawah (egalitir non diskriminisasi), tahaddhur
(berkeadapan), dan tathawur wa ibtikar (dinamis,kreatif dan inovatif). Secara sederhana
wasathiyah digambarkan sebagai keyakinan yang kokoh dengan toleransi yang
didalamnya terdapat nilai – nilai islam yang lurus. Wasathiyah menjaga umat muslim
dri kecenderungan terhadap sisi ekstrim. Al Qur’an telah menjelaskan ciri – ciri umat
islam wasathiyah secara tersirat.

Pendidikan wasathiyah dalam Al Qur’an ialah : ( 1.) Adil dan selalu berusaha
menjadi orang terbaik. Sebagai jawaban atas perkembangan nya paham dan gerakan
keolompok yang intoleran dan mudah mengkafirkan, maka perlu di rumuskan ciri – ciri
ummatan wasathan untuk memperjuangkan nilai – nilai ajaran islam. Sikap moderat
diperlukan sebagai bentuk manifetasi ajaran islam tang rahmatan lil’alamin. Wasathiyah
perlu di perjuangkan untuk melahirkan umat terbaik (khiru ummah) di sepanjang masa.
Itulah ciri – ciri umat washatiyah yang sesungguhnya. ( 2.) Tidak boros dan pelit dalam

7
menggunakan harta. Ciri – ciri umat islam wasathiyah selanjutnya adalah tidak boros
dan tidak pelit membelanjakan harta. Firman Allah dalam surat Al – Furqon ayat 67
menyebutkan : “ dan di antara sifat hamba hamba tuhanyang maha pengasih adalah
orang – orang yang apabila menginfaqkan harta, mereka tidak berlebihan dengan
menghambur – hamburkannya karena prilaku seperti inilah yang di kehendaki setan,
dan tidak pula kikir yang menyebabkan di benci oleh masyarakat.( 3.) Menyuruh kepada
makruf dan mencegah kemungkaran. Ciri – ciri ini menjadi salah satu keutamaan bagi
umat islam wasathiyah. Dimana mereka menyerukan kepada manusia apa yang di
perintahkan dan dilarang oelh Allah SWT beserta Rasul-nya. Ini sesuai dengan firman
Allah dalam surah Ali imran ayat 110 yang menyatakan: “ kamu adalah umat yang
dilahirkan umat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah sekira nya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang
– orang yang fasik “.(4.) seimbang perkara dunia dan Akhiratnya. Umat islam
wasathiyah seimbang dalam menjalankan perkara menjalankan perkara dunia dan
Akhirat. Firman Allah dalam surah An – nur ayat 37 menyebutkan :“ laki – laki yang
tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari menngingat Allah, dan
dari membayarkan zakat mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan
pengkihatan menjadi goncang. Menurut dari ibnu abbas maksud dari ayat tersebut
adalah seseorang yang tidak lalai dalam melaksanakan shalat fardhu walaupun dia
mempunyai usaha adalah sebaik baiknya umat. Ia tergolong umat islam wasathiyah.

Menurut as-Subki dan Murtadha az-Zabidi dan ulama Hambaliyyah,


Ahlusunnah Wal Jamaah terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu : Al-Atsariyyah, Al-
Asy'ariyyah, Al-Maturidiyyah, Nazariyyah dan as-Sufiyyah. Pertama, Al-Atsariyyah
adalah kaum muslimin yang mengikatkan diri kepada Imam Ahmad bin Hambal. Imam
Ahmad bersama para imam yang lain merupakan penganut para sahabat dan tabi'in yang
dalam pemahaman akidah mereka tidak menyimpang dengan Ahlusunnah Wal
Jamaah.Namun sayangnya,  aliran ini memiliki pendapat seperti halnya paham
Musyabbihah dan Mujassimah, mereka berpendapat bahwa Allah SWT bersemayam.

8
Maka dari itu, kelompok ini tidaklah termasuk dalam kategori Ahlussunnah Wal
Jamaah. Kedua, Asy'ariyyah adalah kelompok yang mengikuti Imam Abu Hasan Al
Asy'ari. Sedangkan Maturidiyyah mengikuti Imam Abu Mansur Al Maturidi, kedua
kelompok tersebut mengikuti mazhab Hanafi yang sangat ahli dalam mentakwil 
terminologi as-subki. Untuk kedua golongan ini Insyaallah akan kami buatkan artikel
khusus. Ketiga, Nazariyyah adalah orang-orang yang memiliki paham rasionalis, yaitu
memiliki karakteristik pemikiran dengan ilmu kalam dalam akidah. Biasanya mereka
menggunakan ilmu manthiq dan kalam dalam menjelaskan Nash Alquran dan as-
sunnah, serta  tidak keluar dari akidah Salaf yang menjadi ciri khas Ahlussunnah Wal
Jamaah. Keempat, as-Sufiyyah adalah kelompok umat Islam yang lebih menitikberatkan
pada Ihsan atau Makrifatullah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  yaitu
dengan bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah, meninggalkan berbagai larangan,
membersihkan hati dari akhlak buruk, lalu menghiasinya dengan akhlak baik.
Dalam konsep dasar akidah,  Golongan as-Sufiyyah memiliki pemikiran Ahlussunnah
Wal Jamaah yang sama dengan golongan asy'ariyah dan nazariyah .

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

ASWAJA merupakan suatu displin ilmu yang membahas firqoh – firqoh


atau aliran – aliran dalam masalah aqidah. Dan Islam wasathiyah adalah mereka
islam berkemajuan. Pengertian wasathiyah itu sendiri jalan tengah, berada di
antara dua sisi, tidak condong ke kiri atau condong ke kanan. Mereka berada di
jalan tengah tidak berpihak pada ynag kiri maupun yang kanan islam wasthiyah
penting bukan hanya untuk membangun harmoni dengan negara, tetapi sekaligus
guna menangkal esktrimisme, radikalisme dan terorisme yang sering
mengatasnamakan agama.

B. SARAN

Sebagai pemuda pemudi islam kita harus paham tentang agama itu
sendiri dari paham ahlussunnah wal jamaah mulai aspek pengertian nya
pemahaman nya ciri – ciri nya dan prisip yang di bangun oleh nahdhatul ulama.

10
11

Anda mungkin juga menyukai