Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“GENEAOLOGI ASWAJA”

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah


Ahlussunnah Waljamaah

Dosen pengampu: Ahmad Saefudin, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh:

1. Dieta Eka Rahma Nur Maulida (231330001248)


2. Muhammad Vergiawan Susanto (231330001312)
3. Rani Enjelina (231310005117)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikaum Wr.Wb

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat serta ni’matnya kepada kita semua, sehingga kita sekarang masih bisa
melakukan melakukan aktivitas termasuk membuat makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah aswaja dengan judul “Geneaologi Aswaja”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi semua kesempurnaan ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jepara, 18 September 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1 Pengertian Aswaja..............................................................................................6
2.2 Sejarah Aswaja...................................................................................................6
2.3 Landasan Aswaja................................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
3.1 Simpulan..........................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ahlus-Sunnah wal Jama’ah adalah salah satu organiasasi Islam terbesar
di Indonesia bahkan dunia, sekaligus memiliki pengaruh besar dalam
pendidikan Islam di Indonesia. Nahdlatul Ulama adalah oganisasi yang
menjadi kunci kestabilan Negara ini. Seperti yang disebutkan dalam survey
tentang NU, Hanta Yuda AR (Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia)
mengatakan bahwa NU adalah pilar pemersatu bangsa yang mempunyai
komitmen dan kontribusi nyata dalam menjaga kedaulatan NKRI. Dan
Khittah NU tahun 1926 dapat menghantarkan NU pada semangat perjuangan
dalam berbagai aspek, yakni demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur
yang menjadi cita-cita seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini tertuang dalam
sila ke 5 Pancasila. Nahdlatul ulama merupakan gerkan keagamaan yang
bertujuan untuk membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat
bertakwa kepada Allah Swt, cerdas, terampil, berakhlakul mulia, tentram,
adil, dan sejahtera.1
Lembaga pendidikan Indonesia yang ada dibawah naungan NU,
jumlahnya terhitung banyak dan berbanding lurus dengan jumlah umat NU di
negeri ini. Secara institusional, LP Ma’arif NU sebagai lembaga yang
bernaung dalam pendidikan telah mendirikan 6000 lembaga pendidikan yang
tersebar diseluruh tanah air dan bernaung dibawahnya satuan-satuan
pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, MI, MTs, MA/SMA/SMK serta
perguruan tinggi dari tingkat akademi hingga universitas.2
Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk memasukkan materi Aswaja
dalam pelajaran yang masuk kurikulum sekolah NU. Materi ini kemudian
dapat masuk dalam pribadi siswa sebagai bentuk internaliasasi nilai Aswaja

1
Abdul Muchith Muzadi, “Mengenal Nahdlatul Ulama” (Surabaya: Khalista,2009), Hal.47
2
Jumarim dan Akhmad Asyari, “Dilema Desentralisasi Pendidikan Ma’arif NU di Nusa Tenggara
Barat”, (EL-HIKMAH; Jurnal UIN Mataram, Vol. 7 Nomor 1 : Juni 2013), Hal. 90

1
dan bagi generasi selanjutnya. Sampai saat ini, materi Aswaja masuk dalam
mata pelajaran ke NU-an.
Pendidikan ke-NU-an memberikan tuntunan diantaranya bahwa visi
Aswaja adalah untuk mewujudkan manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, etis, jujur dan adil, disiplin, menjaga keseimbangan, toleransi, dan
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar sebagai budaya Ahlussunnah wal
Jama’ah.3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan
makalah ini adalah:
1. Bagaimana Pengertian Aswaja secara etimologi & terminologi?
2. Apa saja Sejarah Aswaja?
3. Apa saja Landasan Aswaja?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Aswaja
2. Untuk Mengetahui Sejarah Aswaja
3. Untuk Mengetahui Landasan Aswaja

3
Muchtob Hamzah, dkk, Pengantar Studi Aswaja An Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS, Cet. I 2017),
Hal. 40

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aswaja
a. Pengetian Aswaja secara etimologi
Aswaja secara etimologi terdiri dari empat kata “ahlun” yang
artinya golongan/kelompok, “ash sunnah” yang artinya ajaran nabi,
(Qouliyah, filiyah, taqriyah), “wa” yang artinya dan,”al jamaah” yang
artinya kumpulan Sahabat nabi. Jadi yang dimaksud aswaja adalah
golongan/orang orang yang selalu Setia mengikuti dan berpegang teguh
pada sunah rasulullah saw. Sebagai yang dipraktikan bersama sahabat.4
b. Pengertian aswaja terminologi
Berkaitan dengan pengertian Ahlussunnah Wal Jama‟ah (Aswaja)
Ahmad Shiddiq berpendapat bahwa Ahlussunnah Wal Jama‟ah (Aswaja)
adalah golongan pengikut yang setia pada Ahlussunnah, yakni ajaran
Islam yang diajarkan dan diamalkan Rosulullah SAW bersama
sahabatnya pada zaman itu.5
Kesimpulan dari pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja)
adalah ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan
oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya.
2.2 Sejarah Aswaja
Kelahiran Aswaja, atau lebih tepatnya terminologi Aswaja, merupakan
respon atas munculnya kelompok-kelompok ekstrem dalam memahami dalil-
dalil agama pada abad ketiga Hijriah. Pertikaian politik antara Khalifah Ali
bin Abi Thalib dengan Gubernur Damaskus, Muawiyah bin Abi Sufyan, yang
berakhir dengan tahkim (arbitrase), mengakibatkan pendukung Ali terpecah
menjadi dua kubu.
Kubu pertama menolak tahkim dan menyatakan Ali, Muawiyah, Amr bin
‘Ash, dan semua yang terlibat dalam tahkim telah kafir karena telah
meninggalkan hukum Allah. Mereka memahami secara sempit QS. Al-
Maidah:44: “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka
mereka telah kafir”. Semboyan mereka adalah laa hukma illallah, tiada
hukum selain hukum Allah. Kubu pertama ini kemudian menjadi Khawarij.
4
PW LP Ma’arif NU Jatim, Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an MI Kelas 6, (Surabaya, 2006),
Hal .1
5
M. Ali Anwar, Materi Ke-NU-an, (Tulungagung: 2003), Hal. 23.

3
Sedangkan kubu kedua mendukung penuh keputusan Ali, sebab Ali
adalah representasi dari Rasulullah saw, Ali adalah sahabat terdekat sekaligus
menantu Rasulullah saw. Keputusan Ali adalah keputusan Rasulullah saw.
Kubu kedua ini kemudian menjadi Syiah. Belakangan, golongan ektstrem
(rafidhah) dari kelompok ini menyatakan bahwa tiga khalifah sebelum Ali
tidak sah. Bahkan golongan Syiah paling ekstrem yang disebut Ghulat
mengkafirkan seluruh sahabat Nabi Saw kecuali beberapa orang saja yang
mendukung Ali.
Di sinilah awal mula pertikaian antara Syiah dengan Khawarij yang terus
berlangsung hingga kini. Khalifah Ali kemudian dibunuh oleh Khawarij.
Pembunuhnya adalah Abdurrahman bin Muljam, seorang penganut fanatik
Khawarij. Menyedihkan, Ibnu Muljam ini sosok yang dikenal sebagai
penghafal Al-Quran, sering berpuasa, suka bangun malam, dan ahli ibadah.
Fanatisme dan minimnya ilmu telah menyeretnya menjadi manusia picik dan
sadis. Berdasarkan musyawarah ahlul halli wal áqdi yang beranggotakan
sahabat-sahabat besar yang masih tersisa waktu itu, menyepakati kedudukan
Ali sebagai khalifah digantikan oleh puteranya Al-Hasan. Namun Al-Hasan
hanya dua tahun menjabat sebagai khalifah. Ia mengundurkan diri dan
menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah karena menurut ijtihadnya
mengundurkan diri adalah pilihan terbaik untuk menyelesaikan perselisihan
umat.
Dalam sejarah, tahun pengunduran diri Al-Hasan dinamakan“am al-
jamaáh” atau tahun persatuan. Naiknya Muawiyah menjadi khalifah
menimbulkan reaksi keras dari kelompok Syiáh dan Khawarij. Mereka
menolak kepemimpinan Muawiyah dan menyatakan perang terhadap Bani
Umayah. Perselisihan makin memuncakmanakala Muáwiyah mengganti
sistem khilafah menjadi monarki absolut, dengan menunjuk anaknya Yazid
sebagai khalifah selanjutnya.
Di sisi lain, tragedi Karbala yang menyebabkan terbunuhnya cucu
Rasulullah saw Al-Husein dan sebagian besar ahlul bait Rasulullah saw pada

4
masa Khlalifah Yazid bin Muawiyah, telah mengobarkan semangat kaum
Syiah untuk memberontak terhadap Bani Umayah.
Pertikaian selanjutnya melebar jadi pertikaian segitiga antara Bani
Umayah, Syiah, dan Khawarij. Pertikaian terus berlanjut hingga masa Bani
Abbasiah. Dua kelompok ini senantiasa merongrong pemerintahan yang sah.
Chaos politik yang melanda umat Islam awal pada akhirnya juga melahirkan
kelompok lain di luar Syiah dan Khawarij. Pada awal abad ketiga Hijriah
muncul kelompok Murjiáh, yang berpendapat bahwa dalam persoalan tahkim
tidak ada pihak yang berdosa. Dosa dan tidaknyaserta kafir dan tidaknya
seseorang bukanlah diputuskan di dunia, melainkan di akhiratoleh Allah
SWT. Dari persoalan politik kemudian merembet menjadi persoalan akidah.
Perdebatan siapa yang bersalah dalam konflik antara Ali dan Muawiyah
melebar jadi perdebatan tentang perbuatan manusia. Setelah Murjiáh,
muncullah aliran Jabbariah (fatalisme) dan Qodariah(fre act and fre will).
Jabbariah berpendapat, perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan, artinya
manusia tak lebih laksana wayang yang digerakkan oleh dalang. Qodariah
berpendapat sebaliknya, bahwa manusia sendirilah yang menciptakan
perbuatannya tanpa ada “campur tangan” Tuhan terhadapnya. Setelah
Qodariah dan Jabbariah, berikutnya muncul aliran Mu’tazilah yang
berpendapat sama dengan Qodariah dalam hal perbuatan manusia, namun
mereka menolak penetapan sifat (atribut) pada Allah.
Menurut Mu’tazilah, bila Allah memiliki sifat berarti ada dua materi pada
Allah, yakni Dzat dan Sifat, hal ini berarti telah syirik atau menduakan Allah.
Lahirnya aliran-aliran ekstrem setelah Syiah dan Khawarij bukan hanya
disebabkanoleh persoalan politik yang melanda umat Islam awal, akan tetapi
juga dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dari luar Islam. Hal ini
merupakan imbas dari semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam yang
meliputi wilayah-wilayah bekas kekaisaran Persia dan Romawi yang sudah
lebih dahulu memiliki peradaban yang mapan dan telah bersentuhan dengan
rasionalisme Yunani dan filsafat ketimuran.

5
Seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini, kemunculan istilah Aswaja
merupakan respon atas kelompok-kelompok ekstrem pada waktu itu. Aswaja
dipelopori oleh para tabiín (generasi setelah sahabat atau murid-murid
sahabat) seperti Imam Hasan Al-Bashri, tabi’tabiín (generasi setelah tabiín
atau murid-murid tabiín) seperti Imam-imam mazhab empat, Imam Sufyan
Tsauri, Imam Sufyan bin Uyainah.
Ditambah generasi sahabat, inilah yang disebut dengan periode salaf,
sebagaimana disebut oleh Rasulullah saw sebagai tiga generasi terbaik agama
ini. Selepas tabi’ tabiín ajaran Aswaja diteruskan dan dikembangkan oleh
murid-murid mereka dan dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya.
Mulai dari Imam Abul Hasan Al-Asyári, Imam Abu Manshur Al-Maturidi,
Imam Al-Haromain, Imam Al-Junaid Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali dan
seterusnya sampai Hadratussyekh Hasyim Asy’ari.6
2.3 Landasan Aswaja
a. Nash Al Qur’an
‫ َع َّلَم ٱِإْل نَٰس َن‬, ‫ ٱَّلِذ ى َع َّلَم ِبٱْلَقَلم‬, ‫ ٱْقَر ْأ َو َر ُّبَك ٱَأْلْك َر م‬,‫ َخ َلَق َخ َلَق ٱِإْل نَٰس َن ِم ْن َع َلٍق‬,‫ٱْقَر ْأ ِبٱْس ِم َر ِّبَك ٱَّلِذ ى‬
‫ َم ا َلْم َيْع َلم‬.
Artinya: “1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan; 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; 3.
Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Mulia; 4. Yang mengajar
(manusia) dengan pena; 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq: 1-5)7
b. Nash Hadits
‫َبِّلُغ وا َع ِّني َو َلْو آَيًة‬
Artinya: “Sampaikanlah dari ajaranku walaupun hanya satu ayat.” (H.R.
Bukhori).8
Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa setiap
kegiatan harus memiliki dasar pijakan yang kuat.
6
NU Online, Sejarah, Metode Berpikir, dan Gerakan Aswaja, https://nu.or.id/opini/sejarah-
metode-berpikir-dan-gerakan-aswaja-m4o0B, Di akses pada hari Senin tanggal 18 September
2023, pukul 21.37
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsir Perkata, (Banten: Kalim, 2010), Hal. 598.
8
Imam Bukhori, Shohih Bukhori, (Beirut: Darr Al Kaff, 2009), Hal.142.

6
7
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) adalah ajaran Islam yang murni
sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW bersama para
sahabatnya.
Kelahiran Aswaja, atau lebih tepatnya terminologi Aswaja, merupakan
respon atas munculnya kelompok-kelompok ekstrem dalam memahami dalil-
dalil agama pada abad ketiga Hijriah.
Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa setiap
kegiatan harus memiliki dasar pijakan yang kuat.
3.2 Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan kepada semua pembaca bila
mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya dan
penulis menganjurkan untuk supaya membaca kembali literature-literatur
yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa
menyempurnakan pembahasan materi dalam makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad Ali. 2003. Materi Ke Nu An. Tulungagung.

Asyari, Akhmad dan Jumarim. 2013. Dilema Desentralisasi Pendidikan Ma’arif


NU di Nusa Tenggara Barat. El Hikmah: Jurnal UIN Mataram Vol. 7 No. 1.

Bukhori, Imam. 2009. Shohih Bukhori. Beirut: Darr Al kaff.


Departemen Agama RI. 2010. Al Qur’an dan Tafsir Perkata. Banten: Kalim.
Hamza, Muchtob. 2017. Pengantar Studi ASWAJA An Nadliyah. Yogyakarta:
LKiS.

Muzadi, Abdul Muchith. 2009. Mengenal Nahdlatul Ulama’. Surabaya: Khalista.

NU Online. 2023. Sejarah Metode Berpikir dan Gerakan Aswaja.


https://nu.or.id/opini/sejarah-metode-berpikir-dan-gerakan-aswaja-m4o0B. Di
akses pada hari Senin tanggal 18 September 2023 pukul 21.37
PW LP Ma’arif NU Jatim. 2006. Pendidikan ASWAJA dan KE NU AN MI Kelas
6. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai