Disusun Oleh :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Peranan Penting Pesantren
Terhadap ASWAJA ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan
juga kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Ahmad Musthofa, M.Si selaku Dosen
mata kuliah ASWAJA yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami harap makalah yang kami susun ini dapat berguna untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman bagi pembacanya tentang Peranan Penting Pesantren
Terhadap ASWAJA. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran dan usulan yang membangun.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
3.1. Kesimpulan 7
3.2. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.3. Mengetahui Faktor Penghambat pemahaman Ahlussunnah Wal
jama’ah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sekaligus pelanjut ajaran ahlus sunnah waljamaah. Salah satu murid Sunan
Ampel adalah Raden Patah, yang waktu mudanya bernam. Ia adalah
pendiri pesantren di Demak, yang dengan pesantren itu menjadi cikal
bakal berdirinya Kerajaan Demak Bintara.
4
Ilmu yang diperoleh dari membaca kitab-kitab kuning tersebut,
langsung diamalkan dalam lingkungan pesantren. Interaksi santri-kyai dan
hubungan antar teman, bisa terjadi setiap saat. Menjadi ajang penempaan
kepribadian para santri. Di sanalah terjadi penanaman nilai, penanaman
ilmu alat, ilmu fiqih tersebut dalam “sekali waktu”.
5
Sebagai salah satu pilar pesantren yang perannya sangat menentukan
berkembang atau tidaknya sebuah pesantren. Ia yang sejak awal telah
berkhidmat untuk menjadi pendidik, telah mengorbankan banyak tenaga,
pikiran dan hartanya. Ia disebut “kyai” terutama adalah karena
penguasaannya dalam pengetahuan agama. Menguasa ilmu alat,
menguasai kitab-kitab baku, dari ilmu balaghah, fiqih, tasawuf, sampai ke
cabang-cabang ilmu tersebut.
6
Keterikatan masyarakat pada sosok alumni pesantren menjadi jaminan
keterpeliharaan paham Aswaja, dari masa ke masa. Selama pesantren
masih ada maka selama itu pula, Aswaja terpelihara.
Para kyai alumni pesantren adalah pendekar Aswaja yang kini tersebar
di masyarakat. Maka ketika kini gencar adanya diskursus Islam Nusantara,
jawabannya ada pada mereka. Sistem pesantren adalah yang sejak awal
masukknya Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang menjadi sumber
penyebaran Islam di Jawa dan merambah ke selutuh nusantara. Sejak
pesantren yang diasuh oleh Sunan Ampel di Surabaya, abad 1448, terus
berkembang. Telah meneguhkan sebuah pola dakwah yang adaptif dengan
budaya setempat, dan dengan cara yang ditempuh para wali, dan
diteruskan oleh para kyai, para da’i, sehingga tergelarlah wajah Islam
nusantara seperti sekarang ini.
7
Misalnya, tentang konsep Al-Juaini yang mengharuskan “ Ta’wil”
terhadap semua ayat yang memberikan gambaran tentang Allah secara
“jasmani” sepert muka (wajah),tangan(yad), mata (ainun), duduk (Istawa)
dan lain-lain padahal Al-Assy’ari sendiri tidak melakukannya. Semua itu
menunjukkan bahkan bahwa Doktrin Ahlussunnah Wal-Jama’ah ini cukup
dinamis dan kedinamisan itu tidak lepas dari pengaruh sosiohistoriknya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
9
peluang untuk bertukar pikiran, mengadu argumen dan bersifat
terbuka.
3.2. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11