Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Khittah NU

Mata Kuliah : Ke-NU-an I

Dosen Pengampu : A. Junaidi Musthofa., S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh :
(Prodi Manajemen)
1. Febrianti (101200776)
2. Fadhilah Eka Pravitasari (101200779)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi NU Trate


Gresik
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Khittah NU tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak A. Junaidi Musthofa.,
S.Pd.I.,M.Pd.I. pada mata kuliah Ke-NU-an I di STIENU, Gresik. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen Ke-
NU-an I, karena dengan tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Gresik, 20 November 2022

(Kelompok 3)

ii
DAFTAR ISI

Cover Makalah ................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6

2.1 Pengertian Khittah NU ................................................................................ 6


2.2 Latar Belakang dan Proses Perumusan Khittah NU ................................... 6
2.3 Khittah NU Sebagai Landasan Berfikir, Bersikap dan Bertindak .............. 7
2.4 Dasar Paham Keagamaan NU ..................................................................... 7
2.5 Sumber Ajaran Islam .................................................................................. 8
2.6 Naskah Khittah NU ..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 15

a. Kesimpulan ................................................................................................. 15
b. Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

3
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia ikut bertanggung
jawab untuk memberikan kontribusinya dalam mewujudkan cita-cita keadaban bangsa. Sebab
NU dilahirkan tidak hanya ditujukan kepada jamaahnya, namun bagaimana NU bisa
memberikan sumbangsih kepada bangsa. Dan NU telah berusaha ikut serta dalam
menawarkan jalan keadaban yang bisa diberikan kepada umat maupun bangsa ini sedari awal
sejarah kelahiran dan dinamika eksistensinya.

Proses yang dinamis dalam tubuh NU di negara ini seperti sebuah perahu yang
mendayung diantara dua pulau, yaitu sebagai gerakan sosial keagamaan dan keumatan
sekaligus dan kekuatan politik (political power) berbasis massa atau umat yang terus melekat
dalam gerakan-gerakan kultural, nalar, dan aktualisasi spirit sosial kebangsaannya. Tak
berlebihan jika seorang tokoh Dawam Rahardjo mensinyalir bahwa dalam kenyataan sejarah
perkembangan politiknya, NU justru tidak menampakkan konservatismenya, terutama sekali
menyangkut perilaku sosial politiknya.

Kembalinya NU ke Khittah NU 26 juga menimbulkan banyak perdebatan dan karena latar


belakang itu membuat kami menyusun makalah yang berjudul “Khittah NU” ini.

1.2 Rumusan masalah

Kami membuat makalah ini dengan rancangan pertanyaan-pertanyaan yang timbul


dari benak kami, diantaranya :

1. Apa itu khittah NU?


2. Apa saja latar belakang dan proses perumusan Khittah NU?
3. Apa maksud dari Khittah NU sebagai landasan berfikir, bersikap dan bertindak?
4. Apa saja dasar paham keagamaan NU?
5. Apa saja sumber ajaran Islam?
6. Bagaimana isi dari Naskah Khittah NU?

4
1.3 Tujuan pembahasan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Khittah NU.
2. Dapat mengetahui apa saja latar belakang dan proses perumusan Khittah NU.
3. Dapat mengetahui maksud dari Khittah NU sebagai landasan berfikir, bersikap dan
bertindak.
4. Dapat mengetahui apa saja dasar paham keagamaan NU.
5. Dapat mengetahui apa saja sumber ajaran Islam.
6. Dapat mengetahui isi dari Naskah Khittah NU.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khittah NU

Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan befikir, bersikap dan bertindak warga
Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun
organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah yang diterapkan
menurut kondisi kemasyarakatan Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun
kemasyarakatan.

Khittah NU ini juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa.
(Asy’ari et al., 2014:43)

2.2 Latar Belakang dan Proses Perumusan Khittah NU

Pada tahun 1973, Orde Baru mengeluarkan kebijakan difusi partai-partai Islam dengan
meleburkan ke dalam satu partai, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) . Fusi ini dalam hal
tertentu memiliki arti, bergesernya medan konflik dari konflik yang berlangsung diluar partai
(antar-partai) ke konflik internal (ditubuh partai). Pada saat inilah, pemerintah mengenalkan
konsep “massa mengambang”, yang bagi kelompok-kelompok Islam berarti menjauhkan
afiliasi masyarakat kepada Islam politik.

Penyatuan ini kemudian menimbulkan konflik internal di tubuh PPP, antara faksi NU dan
fraksi Muslimin Indonesia (MI) sulit untuk dielakkan karena power sharing yang dilakukan
kurang memuaskan kalangan NU yang memiliki massa yang paling banyak. Hal ini terbukti
dari perolehan suara PPP pada pemilu 1977 meskipun meningkat dari 27,11 % menjadi 29,29
% (bertambah 5 kursi di DPR) namun tidak menguntungkan NU, karena 2 kursi di DPR yang
menjadi jatah NU diberikan kepada golongan Islam lainnya. Hal ini terus berlanjut, ketika
daftar calon untuk pemilu tahun 1982 diajukan posisi NU kembali dirugikan.

Konflik ini yang menyebabkan NU keluar dari hinggar bingar politik nasional dan
kemuadian menyatakan diri kembali ke NU 1926 atau yang lebih dikenal dengan istilah
Khittah NU 1926.

6
2.3 Khittah NU sebagai Landasan Berfikir, Bersikap dan Bertindak

Menurut (Susanti, 2021:8) tujuan menjadikan Khittah NU sebagai landasan berfikir,


bersikap dan bertindak warga NU seperti yang disebutkan dalam naskah adalah untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari warga NU. Tetapi sampai saat ini pengamalannya
masih jauh dari keinginan khittah itu sendiri. Meskipun pengamalannya merupakan
perjuangan berat tetapi warga NU harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk
mengamalkannya..

Secara garis besar, Khittah NU yang harus direalisasikan oleh Nahdliyin, telah terbingkai
dalam fungsi dan missi NU itu sendiri, yaitu:

1. Sebagai Jam’iyyah diniyyah, wadah perjuangan bagi ulama dan pengikutnya.


2. Sebagai gerakan keagamaan, ikut membangun insane masyarakat yang bertakwa,
cerdas, terampil, berakhlak, tentram, adil dan sejahtera.
3. Sebagai bagian tak terpisahkan dari keseluruhan bangsa dan senantiasa menyatukan
diri dengan perjuangan nasional.
4. Sebagai bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indonesia, memegang teguh prinsip
Ukkluwwah, toleransi dan hidup berdampingan, baik dengan sesama umat Islam
maupun dengan sesama warga Negara yang mempunyai keyakinan maupun Agama
berbeda.
5. Sebagai Organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan, senantiasa berusaha
menciptakan warga Negara yang menyadari hak dan kewajibanya.

2.4 Dasar Paham Keagamaan NU

Dalam khittah Nahdlatul Ulama hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo dalam bab
Dasar-Dasar Paham Keagamaan Nahdlatul Ulama disebutkan tiga hal berikut.
1. Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaan pada sumber ajaran Islam:
Alqur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
2. Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya di atas, Nahdlatul
Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menggunakan jalan
pendekatan madzhab:
1) Di bidang aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti ahlussunnah wal
Jama’ah  yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam
Manshur Al-Maturidi.
2) Di bidang fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan
(madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah, Imam Malik bin
Anas, Imam Muhammad bin Idris AsySyafi’i dan Imam Ahmad bin
Hanbal.
3) Di bidang tasawuf, mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Imam
al-Ghazali serta imam-imam yang lain.

7
3. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian (berpendirian) bahwa Islam adalah agama
yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki
manusia. Paham keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat
menyempurnakan nilai-nilai baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri
suatu kelompok manusia, seperti suku maupun bangsa. Paham Nahdlatul Ulama
adalah melestarikan semua nilai-nilai unggul kelompok dan tidak bertujuan
menghapus nilai-nilai tersebut.
Paham keagamaan dalam NU terdapat dua aspek dalam madzhab. Pertama, metode yang
dipakai oleh para mujtahid dalam merumuskan hukum Islam (istinbath). Kedua, hasil dari
penerapan metode istinbath tersebut. Nahdlatul Ulama memformulasikan keduanya
sebagai metode pemecahan hukum yang berlaku di kalangan nahdliyin. Dari sinilah ada yang
disebut dengan madzhab qauli dan madzhab manhaji.
1. Madzhab Qauli
Menurut madzhab ini, pendapat keagamaan ulama yang teridentitas sebagai ulama
Aswaja dikutip secara utuh qaulnya dari kitab mu’tabar dalam madzhab, seperti
mengutip dari kitab Al-Iqtishad fi al-I’tiqad karangan al-Ghazali, atau al-Umm karya
asySyafi’i. Agar terjaga keutuhan paham madzab sunni harus terhindarkan pengutipan
pendapat dari kitab yang bermadzhab lain.
2. Madzhab Manhaji
Ketika merespon suatu masalah kasuistik dipandang perlu menyertakan dalil nash
syar’i  berupa kutipan ayat al-Qur’an, nukilan matan sunnah atau hadis, untuk
mewujudkan citra muhafadzah, maka kerjanya sebagai berikut:
1. Nash al-Qur’an yang dikutip dari mushaf usmani. Tafsiran pun harus berasal
dari kitab-kitab tafsir yang mu’tabar.
2. Penukilan hadis harus berasal dari kitab-kitab standar.
3. Pengutipan ijma’ perlu memisahkan kategori ijma’ shahabi yang diakui
tertinggi mutu kehujjahannya dari ijma’ mujtahidin. Sumber pengutipan
sebaiknya mengacu pada kitab karya mujtahid muharrir madzhab, seperti
Imam Nawawi dan lain- lain. (Imam & Achmad, 2004)

2.5 Sumber Ajaran Islam

Menurut (SODIKIN, 2003), Sumber hukum Islam adalah wahyu Allah SWT yang
dituangkan di dalam AI-Qur'an dan Sunnah Rasul. Jika kita telaah ayat-ayat Al-Qur'an yang
berhubungan dengan hukum, ternyata ayat-ayat yang menunjukkan hukum-hukum yang agak
terperinci hanyalah mengenai hukum ibadat dan hukum keluarga. Adapun hukum-hukum

8
dalam arti luas, seperti masalah kebendaan, ekonomi, perjanjian, kenegaraan, tata negara dan
hubungan internasional, pada umumnya hanya merupakan pedoman-pedoman dan garis
besar. Penegasan AI-Qur'an terhadap Sunnah Rasul dalam beberapa ayat, ditujukan agar
Sunnah Rasul dapat menjadi perantara dan penjelas untuk dapat memahami ayat-ayat yang
global tersebut. Berikut penjelasan mengenai sumber-sumber ajaran Islam:
1. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam
Kata AI-Qur'an secara lughawi, merupakan bentuk kata yang muradif dengan kata Al-
Qira'ah, yaitu bentuk mashdar darifi 'if madhi 'qara 'a·, yang berarti bacaan. Arti qara 'a
lainnya ialah mengumpulkan atau menghimpun, menghimpun huruf dan kata-kata dalam
suatu ucapan yang tersusun rapi. Sedangkan arti qara 'a dalam arti mashdar. (infinitif) seperti
di atas, disebut dalam firman AIJah SWT surat AI-Qiyamah, ayat 17-18 yang artinya:
“Sesungguhnya alas tanggungan kami/ah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah se!esai membacanya maka ikutilah
bacaannya.”
Pada beberapa ayat yang lain, AI-Qur'an disebut pula dengan ,- nama yang lain, di
antaranya: Al-Furqan; AI-Haqq; AI-Hikmah; Alhuda; AI-Syija; A/-Dzikru. Kemudian, istilah
AI-Qur'an disebut dalam QS AI-Baqarah ayat 185 dan ayat 77 dari QS AI-Waqi'ah; disebut
AI-Kitab pada QS AI-Baqarah ayat 2, dan QS AI-An'am ayat 38; AI-Dzikr pada QS AI-
Anbiya ayat 50; AI-Furqan pada QS AI-Furqan ayat I 1. Sebagian ulama ada yang
berpendapat bahwa AI-Qur'an mempunyai lebih dari 90 nama.

2. Sunnah/Hadits sebagai sumber ajaran Islam


Menurut bahasa, hadits mempunyai beberapa arti, antara lain: jadid, Jawan qadim
(baru); qarib (dekat); dan khabar (warta). Hadits dalam arti khabar ini sering dijadikan acuan
dalam penyebutan hadits secara bahasa. AIlah SWT berfirman:
"Maka hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar yang sepertinya jika mereka orang
yang benar" (QS 52:34).
Dari ayat di atas, tampaklah bahwa AIlah pun memakai kata hadits dengan arti
khabar. Demikian juga Rasulullah pemah memakai kata hadits dengan arti khabar yang
datang dari beliau.
Menurut istilah ahli hadits, Hadits ialah: "Segala ucapan Nabi, segala perbuatan
beliau dan segala keadaan beliau". Selanjutnya, hadits menurut ahli ushul ialah: "Selanjutnya,
segala perbuatan dan segala taqrir Nabi, yang bersangkut paut dengan hukum"

9
2.6 Naskah Khittah NU
1. Mukaddimah
Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Diniyyah adalah wadah bagi para ulama
dan pengikut- pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari
1926 M dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah dan
menganut salah satu madzhab empat, masing-masing Imam Abu Hanifah An-
Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Idris Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin
Hambal; serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan
pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan- kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan martabat manusia.

Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan yang


bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat
yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, cerdas, terampil, berakhlak
mulia, tenteram, adil dan sejahtera. Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan
tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar paham
keagamaan yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang
kemudian disebut sebagai Khittah Nahdlatul Ulama
2. Pengertian
Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak
warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan
maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Landasan tersebut adalah paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang
diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar
amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
Khittah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmah
nya dari masa ke masa
3. Dasar-Dasar Pemikiran Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber ajaran
Islam: Al-qur’an, AsSunnah, Al- Ijma’ dan Al-Qiyas.

10
Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya tersebut di atas,
Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menggunakan
jalan pendekatan (Al Madzhab) :
-Di bidang ‘Aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal
Jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ary dan Imam Abu
Mansur Al Maturidi.
-Di bidang Fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) salah
satu dari madzhab Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam
Muhammad bin Idris Asy Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.
-Di bidang Tasawwuf mengikuti antara lain Imam Al Junaid Al Baghdadi dan
Imam Al Ghazali serta Imam-lmam yang lain
Muqoddimah Qonun Asasi Nahdlatul Ulama (NU)
Kronologi Resolusi Jihad NU
4. Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama
Dasar-dasar pendirian paham keagamaan Nahdlatul Ulama tersebut
menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada;

Sikap Tawasuth dan I’tidal. Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip
hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah
kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi
panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta
menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).
Sikap Tasamuh. Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah
keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah;
serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
Sikap Tawazun. Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, khidmah kepada sesama manusia serta kepada
lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu dan masa
mendatang.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong
perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta
menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan
nilai-nilai kehidupan.

11
5. Perilaku yang Dibentuk oleh Dasar Keagamaan dan Sikap
Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama.
Dasar-dasar keagamaan (angka 3) dan sikap kemasyarakatan tersebut (angka
4) membentuk perilaku warga Nahdlatul Ulama, baik dalam tingkah laku
perorangan maupun organisasi yang :

Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam.


Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi
Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dan berkhidmah dan berjuang.
Menjunjung tinggi persaudaraan (al-ukhuwah) persatuan (al-ittihad) serta kasih
mengasihi.
Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlak al-karimah), dan menjunjung tinggi
kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
Menjunjung tinggi kesetiaan (Loyalitas) kepada agama, bangsa dan negara.
Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.
Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa
manfaat bagi kemaslahatan manusia.
Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu dan
mempercepat perkembangan masyarakatnya.
Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Ikhtiar-Ikhtiar yang Dilakukan Nahdlatul Ulama
Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama memilih beberapa bidang utama
kegiatannya sebagai ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya, baik
tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan.Ikhtiar-ikhtiar tersebut
adalah :
 Peningkatan silaturahmi (komunikasi) inter-relasi antar Ulama. (dalam
statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : mengadakan
perhoeboengan diantara oelama-oelama jang bermadzhab ).
 Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan / pengkajian / pendidikan.(dalam
statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : memeriksa kitab-kitab
sebeloemnya dipakai oentoek mengadjar, soepaja diketahoei apakah itoe

12
daripada kitab-kitab ahli soennah wal djamaah ataoe kitab-kitab ahli
bid’ah; memperbanjak madrasah-madrasah jang berdasar agama Islam.
 Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana
peribadatan dan pelayanan sosial. (dalam statoeten Nahdlatuoel Oelama
1926 diseboetkan: Menjiarkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang
halal, memperhatikan hal-hal yang berhoeboengan dengan
masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe dan pondokpondok, begitu djuga
dengan hal ihwalnja anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin).
 Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang
terarah. (dalam statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 diseboetkan:
mendirikan badan-badan oentoek masyarakat, terutama dengan
memadjoekan oeroesan pertanian, perniagaan dan peroesahaan jang tiada
dilarang oleh sjara’ agama Islam).
7. Fungsi Organisasi dan Kepemimpinan Ulama di dalam NU
Dalam rangka melaksanakan ikhtiarnya Nahdlatul Ulama membentuk
organisasi yang mempunyai struktur tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk
melakukan koordinasi bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditentukan, baik
tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan. Karena pada dasarnya
Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyah Diniyyah yang membawa paham keagamaan,
maka ulama sebagai matarantai pembawa paham Islam Ahlussunnah wal Jama’ah
selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan pembimbing
utama jalannya organisasi.Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya, Nahdlatul
Ulama menempatkan tenaga tenaga yang sesuai dengan bidangnya untuk
menanganinya.Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari keseluruhan bangsa Indonesia, Nahdlatul Ulama senantiasa
menyatakan diri dengan perjuangan bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama secara
sadar mengambil posisi yang aktif dalam proses perjuangan dan mempertahankan
kemerdekaan, serta ikut aktif dalam penyusunan UUD 1945 dan perumusan
Pancasila sebagai dasar negara.

8. Nahdlatul Ulama dan Kehidupan Berbangsa


Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri dengan
perjuangan bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan segenap warganya untuk

13
senantiasa aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju
masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karenanya setiap warga Nahdlatul Ulama harus menjadi warganegara yang
senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945
Syuriyah NU, Kedudukan, Tugas dan Wewenang
Tanfidziyah NU, Kedudukan, Tugas dan Wewenang
Rais Aam, Ketua Tanfidziyah & Muktamar NU Dalam Sejarah
Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak
terpisahkan dari umat Islam Indonesia yang senantiasa berusaha memegang teguh
prinsip persaudaraan (al-ukhuwah), toleransi (al-tasamuh), kebersamaan dan
hidup berdampingan baik dengan sesama umat Islam maupun dengan sesama
warga negara yang mempunyai keyakinan / agama lain untuk bersama-sama
mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis.
Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan Nahdlatul Ulama
senantiasa berusaha secara sadar untuk menciptakan warga-negara yang
menyadari akan hak dan kewajiban terhadap bangsa dan negara.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah secara organisatoris tidak terikat dengan
organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan manapun juga, setiap warga
Nahdlatul Ulama adalah warga negara yang mempunyai hak-hak politiknya harus
dilakukan secara bertanggung jawab sehingga dengan demikian dapat
ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, taat hukum dan mampu
mengembangkan mekanisme musyawarah dan mufakat dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi bersama.

9. Khotimah
Khittah Nahdlatul Ulama ini merupakan landasan dan patokan-patokan dasar
yang perwujudannya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala terutama tergantung
kepada semangat pemiliknya; warga Nahdlatul Ulama. Jamiyah Nahdlatul Ulama
hanya akan memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pemimpin dan warga
benar-benar meresapi dan mengamalkan Khittah Ulama ini.

14
Catatan: Naskah Khittah NU ini (Khittah Nahdlatul Ulama) merupakan
Hasil KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 27 NAHDLATUL ULAMA di
Situbondo, 12 Desember 1984.

BAB III

PENUTUP

6.1 Saran
Makalah ini memang diakui memiliki banyak kekurangan terkait dengan
pembahasan yang kurang mendalam dalam berbagai macam hal yang terkait dengan
materi yang disampaikan.
Diharapkan pembaca untuk mempelajari lebih lanjut dari berbagai macam info
atau sumber yang lain. Kekurangan ini bisa menjadi pemacu untuk mencari informasi
lebih banyak dan lebih dalam bagi pembuat makalah selanjutnya.

6.2 Kesimpulan
Makalah ini berisi tentang “Khittah NU” yang meliputi, pengertian Khittah
NU, Latar Belakang dan Proses Perumusan Khittah NU, Khittah NU sebagai landasan
berfikir, bersikap dan bertindak, Dasar Paham Keagamaan NU, Sumber Ajaran Islam,
dan Naskah Khittah NU. Yang diharapkan kepada pembaca, setelah membaca
makalah ini, menjadi lebih mengerti tentang apa itu Khittah NU.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, K. H., Chasbullah, K. W., Hasyim, K. W., & Wahid, K. A. (2014). Khittah dan
Khidmah (M. B. A. Lathif (ed.); p. 150). Majma’ Buhuts An-Nahdliyah. nahdliyyah.org

Imam, M. D., & Achmad, F. (2004). Aswaja dan Ke-NU-an (D. T. Musfiroh & D. K. S. Ali
(eds.); 1st ed.). Lembaga Pendidikan Ma’arif NU DIY.

SODIKIN, R. A. (2003). Memahami Sumber Ajaran Islam. Alqalam, 20(98–99), 1.


https://doi.org/10.32678/alqalam.v20i98-99.633

Susanti, N. (2021). Khittah Nahdhiyah. 1(1), 1–9.

16

Anda mungkin juga menyukai