Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN TASAWUF

MAKALAH MATA KULIAH ILMU TASAWUF

Diajukan Oleh :

Fitri Idani (210301020)

Haura Nabila (210301006)

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM - BANDA ACEH

TAHUN 2022 M / 1443 H


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim segala puji bagi Allah


yang telah memberikan kita kemudahan serta kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hadist yang berjudul Pengertian Tasawuf.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin Kami tidak sanggup menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad saw
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan


ilmu dan pengalaman bagi pembaca. Bagi saya sebagai penyusun makalah masih
merasa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu Saya sangat berharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 23 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Tasawuf......................................................................................3
B. Sufi...............................................................................................................7
C. Istilah-Istilah dalam Tasawuf.......................................................................8
D. Tujuan Tasawuf..........................................................................................10

BAB III PENTUP.................................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Kritik dan Saran.........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih


menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf juga ilmu
yang mulia karena berkaitan dengan ma'rifah kepada Allah Ta'ala dan mahabbah
kepada-Nya. serta ilmu yang paling utama secara mutlak.1
Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari ketidak
puasan terhadap praktek ajaran Islam yang cenderung formalis dan legalis serta
banyaknya penyimpangan-penyimpangan atas nama hukum agama. Selain itu
tasawuf juga sebagai gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial, moral,
dan ekonomi yang ada di dalam umat Islam. Solusi tasawuf terhadap formalitas
spiritualisasi ritual, merupakan pembenahan dan elaborasi tindakan fisik kedalam
tindakan batin2.
Tasawuf juga merupakan salah satu tema penting dan sangat menarik dalam
Islam sejak zaman Rasulullah yang kemudian diikuti oleh para sahabat. Istilah
“tasawuf” telah sangat populer digunakan selama berabad-abad. Sepanjang
sejarahnya, dalam peradaban Islam, elemen tasawuf adalah yang paling banyak
disalah pahami dan paling sering diperdebatkan, seperti masalah asal usul
katanya, sejarah lahirnya, sumber dari ajaran tasawuf, dan sebagainya. Dengan
begitu pemakalah ingin menyampaikan hal yang berkaitan dengan pemahaman
tasawuf secara etimologi dan terminologi dalam perpektif para ulama, khususnya
ulama yang mendalami ilmu tasawuf.

1
Ceep Alba, Cahaya Tasawuf, (Bandung: CV Wahana Karya Grafika, 2011), hlm. 5.
2
Labib Mz, Memahami Ajaran Tashowwuf, (Surabaya: Tiga Dua, 2000), hlm. 13.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tasawuf
2. Apakah tujuan dari tasawuf?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tasawuf
2. Untuk mengetahui tujuan dari tasawuf

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Secara epistimologi tasawuf merupakan cara untuk mendapatkan


pembersihan hati yang benar, sebab didalamnya terdapat pembahasan mengenai
bagaimana cara mendapatkan ilmu tentang pembersihan hati dari yang kotor agar
dapat lebih mengenal serta dekat dengan Allah Swt. yang tidak bisa dilihat oleh
panca indra, tetapi dapat dirasakan melalui hati.

Para pakar tasawuf berselisih pendapat tentang asal-usul tasawuf, secara


bahasa memiliki beberapa makna, salah satunya dari kata Shafa. Secara etimologi
tasawuf berasal dari bahasa Arab yaitu Shafa yang artinya jernih, bersih, atau suci.
Makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau
suci. Maksudnya adalah bahwa mereka yang menyucikan dirinya dihadapan Allah
Swt. melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya
untuk menjauhi segala sifat kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian
pada hatinya.3

Secara terminologi tasawuf adalah pembersihan jiwa dari pengaruh benda


dan alam, agar lebih mudah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Secara
universal. urgensi tasawuf yang disajikan bagi kalangan intelektual muda seperti
mahasiswa yaitu upaya positif untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya,
sehingga ia akan sampai pada eksistensi Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf
yang terkenal adalah “barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal
Tuhannya”. 4

3
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal 3.
4
Asmara As, A. Syadzali, Arni, “Ajaran Mengenal Diri (Studi Naskah Tasawuf Yang
Berkembang di Kalimantan Selatan), Tashwir, Vol.3, No.6, (April-Juni 2015), hal 163.

3
Tasawuf secara terminologi juga memiliki beberapa pendapat yang
berbeda yang dikemukakan oleh para ulama, namun penulis akan mengambil 10
pendapat ulama mengenai pengertian tasawuf, yaitu:

1. Abu al-Qasyim al-Qusyairi


Tasawuf adalah penerapan secara konsekuen terhadap ajaran al-quran dan
al-Sunnah Nabi, berjuang untuk mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan
bidlah, dan tidak meringan-ringankan ibadah. 5

2. Al-Junaidi Al-Baghdadi

Tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari yang mengganggu


perasaan manusia, memadamkn kelemahan, menjauhi keinginan hawa nafsu,
mendekati hal-hal yang di ridhoi Allah, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat,
memberikan nasihat kepada semua orang, memegang dengan erat janji dengan
Allah dalam hal hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat.6

3. Syekh Abdul Al-Qodir Jalayni


Tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya
dangan khalawt, riya-dloh, taubah dan ikhlas.7

4. Syaikh Ahmad Ibnu Ajibah al-Hasani


Tasawuf sebagai ilmu yang membawa seorang agar bisa dekat besama
dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan mempermanisnya
dengan amal-amal shaleh.

5. Abu Faraj Ibnu Al-Jauzi

5
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 33
6
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 51-52.
7
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 127-132

4
Tasawuf merupakan sebuah tarekat yang awalnya ialah wujud sikap zuhud
secara total. Dan para sufi merupakan golongan orang-orang zuhud.8

6. AbuYazid Al-Busthami
Tasawuf adalah menyucikan jiwa dari hasrat-hasrat duniawi. Beliau
menjelaskan bahwa tasawuf merupakan jalan untuk mencapai penyatuan antara
yang mendekat (Sufi) dan yang didekati (Allah Swt.).9

7. Al-Gazali
Tasawuf merupakan jalan untuk mencari ridho Allah Swt. Maksudnya
melaksanakan segala sesuatu itu ikhlas karena Allah. Beliau sangat menekankan
akan pentingnya nilai ikhlas dalam setiap perbuatan yang dilakukan.10

8. Ibnu ‘Arabi
Tasawuf adalah menjauhkan pikiran dari pengaruh dunia dengan jalan
mengantarkan manusia kepada kehampaan diri dan peniadaan diri di hadapan
keagungan Allah, dan keterputusan diri dari seluruh dunia luar baik fisik maupun
pikiran dengan hanya memikirkan Allah dengan dzikir dan merasakan
kebersamaan denganNya.11

8
RA. Nadiya Farhana, Idrus Alkaf, Ahmad Soleh Sakni, “Tasawuf Perspektif Abu Faraj
Ibnu Al-Jauzi dalam Kitab Talbis Iblis”, Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, Vol.1 No.1, (December
2020), hal 25
9
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 49-50
10
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 70
11
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 98

5
9. Al-Jilli

Tasawuf merupakan jalan menuju seorang untuk menjadi insan kamil


(manusia sempurna). Menurutnya manusia yang mencapai kesempurnaan itu
melalui latihan rohani dan pendakian mistik. 12

10. Abu Abdul Rahman al-Sulami


Tasawuf adalah asal muasal Sufisme melekat dalam Al-Qur'an dan
Sunnah, dan meninggalkan hawa nafsu dan bid’ah dan mengagungkan syaikh.13

Tasawuf adalah sebuah ilmu Islam yang memfokuskan pada aspek


spiritual dari Islam. Dilihat dari keterkaitannya dengan kemanusiaan, tasawuf
lebih menekankan pada aspek kerohanian dari pada aspek jasmani, dalam
kaitannya dengan kehidupan manusia tasawuf lebih mengutamakan kehidupan
akhirat dari pada kehidupan dunia namun tidak menghilangkan salah satunya, dan
apabila di lihat kaitannya dengan pemahaman keagamaan tasawuf lebih
menekankan pada aspek esoterik dibandingklan aspek eksoterik.14
Tasawuf adalah pembersihan hati. Tasawuf merupakan Ilmu untuk
membersihkan hati agar tidak dengki, serta membuat seorang untuk semakin
tawakal. Ilmu tasawuf bukan sebuah ilmu yang bisa membuat seseorang bisa
terbang, bisa tidak makan, jika dipenggal kepalanya tidak putus. Tetapi ilmu
tasawuf ilmu membersihkan hati agar tidak dengki, tidak dendam. Intinya ilmu
tasawuf ilmu yang membersihkan hati. Yang mengingkari ilmu tasawuf adalah
orang yang mengajak mengotori hati.
Seorang muslim mesti mengikuti tasawuf karena ada orang yang
memusuhi serta membid’ah tasawuf. Seorang yang memusuhi tasawuf disebabkan
kurangnya literasi atau mencari tahu tentang hakikat tasawuf itu dari sumber

12
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 102

13
Muh Sofiudin, “Tasawuf Abd Al-Rahman Al-Sulami”, Jurnal Ushuludin , Vol. 30, No.
1, (Juli 2022), hal 189
14
Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf,( Jakarta: Erlangga, 2006), 2.

6
ajaran Al-Quran dan Hadis. Dengan begitu, Intinya tasawuf merupakan istilah
bagaimana membersihkan hati. Dari perspektif islam makna tasawuf juga
berkaitan dengan membersihkan hati. Kemudian dari segi perkataan, biasanya ahli
tasawuf bijaksana.

B. Sufi
Secara etimologi sebagian berpendapat bahwa Sufi berasal dari kata shuuf
yang memiliki arti bulu domba kasar, karena zaman dahulu para sufi memakai
baju dari bulu domba yang kasar. Filosofis pakaian dari bulu domba yang kasar
merupakan tanda seorang yang memiliki kesederhanaan. Para ulama sepakat
bahwa Sufi berasal dari akar kata shuuf (bulu domba kasar), karena dari sisi
makna maupun bahasa sesuai. Sufi berasal dari kata shuuf (bulu domba) orang-
orang zuhud selalu Riyadhah pada abad-abad pertama Hijriah disebut Sufi karena
terbiasa memakai pakaian bulu domba yang kasar. Selain itu pendapat ini
merupakan pendapat yang paling tua usianya. Karena sebagian masyarakat yang
melakukan hidup zuhud dan merasa cukup walau hanya memakai baju dari bulu
domba kasar.15
Sufi secara terminologi juga memiliki beberapa pendapat, salah satunya
Dzun Nuun Al-Mishri. Beliau mengatakan bahwa Sufi adalah seorang yang tidak
dicapekkan oleh upaya mencari dunia dan tidak dirisaukan oleh besarnya dunia
yang didapatkannya. Para Sufi adalah kaum yang mengutamakan Allah Swt.
diatas segala sesuatu. Dengan begitu Allah Swt. juga mengutamakan para sufi
diatas segala sesuatu.16
Sakhl bin Abdullah Al-Tustari juga mengatakan bahwa Sufi adalah orang
yang bersih dari kotoran, yang pikirannya penuh, yang putus hubungannya dengan
manusia hanya untuk berhubungan dengan Allah Swt. yang memandang sama
antara emas dan tanah.17

15
Ath-Thusi, al-Luma’, Terj. Abduh Halim Mahmud, (Mesir:Darul Kutub Al- Alhadisah),
hal 41
16
Ath-Thusi, al-Luma’, Terj. Abduh Halim Mahmud, (Mesir:Darul Kutub Al- Alhadisah),
hal 46
17
Ibrahim Basiyuni, Nasy’atut Tashawwuf Al-Islami, (Darul Ma’arif) hal.18.

7
Sufi merupakan orang yang senantiasa bersih, selalu membersihkan
waktunya dari segala kotoran dengan membersihkan hati dari kotoran nafsu.
Proses pembersihan hati ini dibantu dengan selalu merasa butuh dengan Allah
Swt. Perasaan membutuhkan Allah Swt. ini lah yang menghilangkan kotoran.
Setiap kali nafsu bergerak dan nampak dengan salah satu sifatnya, maka sufi
mampu mengenali nafsunya tersebut dengan ilmunya yang luas, lalu sang sufi
berlari meninggalkan nafsu untuk menghadap Tuhan-Nya
Ulama-ulama dahulu apabila ingin mennyanjung guru dengan sebutan
Sufi. Apabila ditinggalkan orang-orang pada lupa dengan istilah ini. Sementara
diluar sana ada orang yang ingin membidah ahli tasawuf. Jadi sebagai seorang
muslim mesti membiasakan dengan istilah tasawuf dan Sufi. Karena ini sudah
mengakar yang memiliki makna orang yang membersikan jiwa.
Tujuan para sufi adalah ma'rifatullah yang dalam perjalanannya melalui
beberapa tahap seperti syariat, tariqah, hakekat dan ma'rifat. Ma'rifat adalah tujuan
akhir dari tasawwuf, yang mana didikannya pun berpindah dari hakekat ke
maʼrifat yaitu mengenal Tuhan sebaik-baiknya.18

C. Istilah dalam Tasawuf


1. Zuhud
Zuhud secara etimologi dari kata bahasa arab yaitu zahada yang artinya
benci dan meninggalkan sesuatu. dan secara terminologi zuhud adalah
mengarahkan seluruh keinginan manusia hanya kepada Allah Swt. serta memiliki
keinginan hanya kepada Nya dan hanya sibuk dengan Nya dibandingkan dengan
kesibukan duniawi. Seorang tokoh Sufi, Al-Junaid al-Baghdadi berpendapat
bahwa zuhud adalah mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari
keterikatan dengan harta. Maksudnya bahwa seorang yang mengamalkan tasawuf
tidak memiliki sesuatu yang sangat berharga melainkan hanya Tuhan yang
dirasakan dekat dengan dirinya.19

18
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhani, 1996), hlm. 406.
19
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 24

8
Dari penjelasan zuhud tersebut tidak berarti bahwa zuhud itu merupakan
penolakan secara mutlak terhadap dunia. Akan tetapi yang ditekankan dalam
kehidupan zuhud adalah melepaskan diri atau mengosongkan hati dari kesenangan
duniawi yang dapat menyebabkan seorang hamba tersebut melupakan Tuhan-Nya.
Bahwasanya kenikmatan hidup di dunia jangan sampai melupakan akhirat dan
ibadah kepada Allah. Akan tetapi tidak sedikit orang-orang salah mengartikan
makna dari zuhud itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan perbanyak literasi agar
tidak salah mengartikan ap aitu zuhud secara hakikatnya.

2. Sabar
Sabar secara teremenologi tasawuf berarti keadaan yang kokoh, stabil dan
konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak
berubah seberat apapun rintangan dan tantangan hidup yang dihadapi. Dalam ilmu
tasawuf sabar adalah kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang Sufi. Sabar
dalam perspektif Dzu Al-Nun Al-Misri merupakan menjauhi pelanggaran dan
tetap bersikap rela, sementara merasakan sakitnya penderitaan, dan sabar juga
menampakan kekayaan meskipun dalam kemiskinan dalam kehidupan20

3. Ridha
Ridha kepada Tuhan dapat dikatakan sebagai pohon dari segala pelajaran
yang diterima dalam kehidupan. Ridha bermula dari perasaan yang sangat halus
yang amat terikat dengan perasan batin. Ridha dalam menerima segala ketentuan
Allah, seperti menerima kekayaan, kemiskinan, umur yang panjang maupun
pendek, badan yang sehat maupun yang sakit, semua dapat dirasakan tanpa
adanya keluhan, karena dia telah ridha atas apa yang telah Allah Swt. tetapkan
baginya.21

20
Imam Al Qusyairiy An-Nisabury, Induk Tasawuf, ( Surabaya: Risalah Gusti,
1996), hal. 210.
21
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 174

9
4. Tawakkal
Tawakkal yaitu menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada Allah Swt.
serta berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk mendapatkan manfaat,
dalam ilmu tasawuf dapat diartikan sebagai sikap bersandar dan memperacayakan
diri kepada Allah Swt.22

5. Qanaah

Qanaah adalah merasa cukup, menerima segala ketetapan yang diberikan


oleh Allah, memuhon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan berusaha,
bersabar dan bertawakal kepada Allah. Dan itulah qanaah yaitu tidak tertarik oleh
kesenangan duniawi karna menganggap semua itu hanyalah tipu daya dunia. Rasa
cukup terhadap apa yang ada pada diri sendiri, merupakan ungkapan tentang
kecukupan diri tetapi tidak berarti membuat seorang tidak mengerahkan
kemampuan dan potensinya untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dan
disukainya.23

D. Tujuan Tasawuf

Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia


kepada Tuhan melalui pencucian ruhnya dengan melakukan berbagai amalan-
amalan yang istiqomah, sehingga tujuan akhir dari tasawuf adalah ma‟rifat kepada
Allah (ma‟rifatullah) dengan sebenar-benarnya sehingga dapat tersingkap hijab
seorang hamba kepada Tuhannya. Seorang tokoh Sufi Syaikh Abdush Shamad Al-
Falimbani seorang bukunya As-Sayr As Salikin ila Rabb Al-Alamin menyatakan
bahwa tujuan akhir tasawuf adalah memberi kebahagiaan kepada manusia, baik
didunia maupun di akhirat dengan puncaknya menemui dan melihat Allah.24

22
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 176
23
Muhammad Husain Fadhullah, Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad dan
H. Abdul Adhim, (Bandung: Anggota IKAPI, 1995), hal 57
24
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal 78-79.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan tasawuf adalah upaya melatih diri dengan berbagai kegiatan-
kegiatan yang dapat mengantarkan dirinya lebih dekat dengan Tuhannya sehingga
memancarkan akhlak yang mulia. Kegiatan yang dimaksud seperti menjernihkan
hati dan mengikhlaskan atau memurnikan ibadah semata hannya untuk Allah Swt.
Ilmu tasawuf merupakan tuntunan yang dapat menyampaikan manusia untuk
mengenal dirinya sendiri sehingga menyucikan diri dari segala yang kotor serta
sampai dititik ma’rifat. Ma’rifat adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mengenal
Allah.

B. Kritik dan Saran

Demikian pembahasan dari makalah ini. Semoga dengan adanya


penjelasan tentang pengertian tasawuf ini bermanfaaat sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Isi dari makalah ini berasal dari
berbagai sumber dan beberapa referensi. Apabila terdapat kesalahan dan
kekeliruan, penulis menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah.
Terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramadhani, 1996.

Alba, Ceep. Cahaya Tasawuf, Bandung: CV Wahana Karya Grafika, 2011.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2012.

An-Nisabury. Imam Al Qusyairiy, Induk Tasawuf, Surabaya: Risalah Gusti,

Arni, Asmara As, A. Syadzali. “Ajaran Mengenal Diri (Studi Naskah Tasawuf
Yang Berkembang di Kalimantan Selatan), Tashwir, Vol.3, No.6, (April-
Juni 2015), hal 163.

Ath-Thusi, al-Luma’, Terj. Abduh Halim Mahmud, Mesir: Darul Kutub Al-
Alhadisah.

Basiyuni, Ibrahim. Nasy’atut Tashawwuf Al-Islami, Darul Ma’arif.

Fadhullah, Muhammad Husain. Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif


Muhammad dan H. Abdul Adhim, Bandung: Anggota IKAPI, 1995.

Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Erlangga, 2006

Labib Mz, Memahami Ajaran Tashowwuf, Surabaya: Tiga Dua, 2000.

Ni’am, Syamsun. Tasawuf Studies, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Pakar, Suteja Ibnu. Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, Yogyakarta: Budi


Utama, 2012.

Sakni, RA. Nadiya Farhana, Idrus Alkaf, Ahmad Soleh. “Tasawuf Perspektif Abu
Faraj Ibnu Al-Jauzi dalam Kitab Talbis Iblis”, Jurnal Tasawuf dan
Psikoterapi, Vol.1 No.1, (December 2020), hal 25

Sofiudin, Muh. “Tasawuf Abd Al-Rahman Al-Sulami”, Jurnal Ushuludin , Vol.


30, No. 1, (Juli 2022), hal 189

12

Anda mungkin juga menyukai