Diajukan Oleh :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Tasawuf......................................................................................3
B. Sufi...............................................................................................................7
C. Istilah-Istilah dalam Tasawuf.......................................................................8
D. Tujuan Tasawuf..........................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Kritik dan Saran.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Ceep Alba, Cahaya Tasawuf, (Bandung: CV Wahana Karya Grafika, 2011), hlm. 5.
2
Labib Mz, Memahami Ajaran Tashowwuf, (Surabaya: Tiga Dua, 2000), hlm. 13.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tasawuf
2. Apakah tujuan dari tasawuf?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tasawuf
2. Untuk mengetahui tujuan dari tasawuf
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
3
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal 3.
4
Asmara As, A. Syadzali, Arni, “Ajaran Mengenal Diri (Studi Naskah Tasawuf Yang
Berkembang di Kalimantan Selatan), Tashwir, Vol.3, No.6, (April-Juni 2015), hal 163.
3
Tasawuf secara terminologi juga memiliki beberapa pendapat yang
berbeda yang dikemukakan oleh para ulama, namun penulis akan mengambil 10
pendapat ulama mengenai pengertian tasawuf, yaitu:
2. Al-Junaidi Al-Baghdadi
5
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 33
6
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 51-52.
7
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 127-132
4
Tasawuf merupakan sebuah tarekat yang awalnya ialah wujud sikap zuhud
secara total. Dan para sufi merupakan golongan orang-orang zuhud.8
6. AbuYazid Al-Busthami
Tasawuf adalah menyucikan jiwa dari hasrat-hasrat duniawi. Beliau
menjelaskan bahwa tasawuf merupakan jalan untuk mencapai penyatuan antara
yang mendekat (Sufi) dan yang didekati (Allah Swt.).9
7. Al-Gazali
Tasawuf merupakan jalan untuk mencari ridho Allah Swt. Maksudnya
melaksanakan segala sesuatu itu ikhlas karena Allah. Beliau sangat menekankan
akan pentingnya nilai ikhlas dalam setiap perbuatan yang dilakukan.10
8. Ibnu ‘Arabi
Tasawuf adalah menjauhkan pikiran dari pengaruh dunia dengan jalan
mengantarkan manusia kepada kehampaan diri dan peniadaan diri di hadapan
keagungan Allah, dan keterputusan diri dari seluruh dunia luar baik fisik maupun
pikiran dengan hanya memikirkan Allah dengan dzikir dan merasakan
kebersamaan denganNya.11
8
RA. Nadiya Farhana, Idrus Alkaf, Ahmad Soleh Sakni, “Tasawuf Perspektif Abu Faraj
Ibnu Al-Jauzi dalam Kitab Talbis Iblis”, Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, Vol.1 No.1, (December
2020), hal 25
9
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 49-50
10
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 70
11
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 98
5
9. Al-Jilli
12
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,
2012), hal 102
13
Muh Sofiudin, “Tasawuf Abd Al-Rahman Al-Sulami”, Jurnal Ushuludin , Vol. 30, No.
1, (Juli 2022), hal 189
14
Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf,( Jakarta: Erlangga, 2006), 2.
6
ajaran Al-Quran dan Hadis. Dengan begitu, Intinya tasawuf merupakan istilah
bagaimana membersihkan hati. Dari perspektif islam makna tasawuf juga
berkaitan dengan membersihkan hati. Kemudian dari segi perkataan, biasanya ahli
tasawuf bijaksana.
B. Sufi
Secara etimologi sebagian berpendapat bahwa Sufi berasal dari kata shuuf
yang memiliki arti bulu domba kasar, karena zaman dahulu para sufi memakai
baju dari bulu domba yang kasar. Filosofis pakaian dari bulu domba yang kasar
merupakan tanda seorang yang memiliki kesederhanaan. Para ulama sepakat
bahwa Sufi berasal dari akar kata shuuf (bulu domba kasar), karena dari sisi
makna maupun bahasa sesuai. Sufi berasal dari kata shuuf (bulu domba) orang-
orang zuhud selalu Riyadhah pada abad-abad pertama Hijriah disebut Sufi karena
terbiasa memakai pakaian bulu domba yang kasar. Selain itu pendapat ini
merupakan pendapat yang paling tua usianya. Karena sebagian masyarakat yang
melakukan hidup zuhud dan merasa cukup walau hanya memakai baju dari bulu
domba kasar.15
Sufi secara terminologi juga memiliki beberapa pendapat, salah satunya
Dzun Nuun Al-Mishri. Beliau mengatakan bahwa Sufi adalah seorang yang tidak
dicapekkan oleh upaya mencari dunia dan tidak dirisaukan oleh besarnya dunia
yang didapatkannya. Para Sufi adalah kaum yang mengutamakan Allah Swt.
diatas segala sesuatu. Dengan begitu Allah Swt. juga mengutamakan para sufi
diatas segala sesuatu.16
Sakhl bin Abdullah Al-Tustari juga mengatakan bahwa Sufi adalah orang
yang bersih dari kotoran, yang pikirannya penuh, yang putus hubungannya dengan
manusia hanya untuk berhubungan dengan Allah Swt. yang memandang sama
antara emas dan tanah.17
15
Ath-Thusi, al-Luma’, Terj. Abduh Halim Mahmud, (Mesir:Darul Kutub Al- Alhadisah),
hal 41
16
Ath-Thusi, al-Luma’, Terj. Abduh Halim Mahmud, (Mesir:Darul Kutub Al- Alhadisah),
hal 46
17
Ibrahim Basiyuni, Nasy’atut Tashawwuf Al-Islami, (Darul Ma’arif) hal.18.
7
Sufi merupakan orang yang senantiasa bersih, selalu membersihkan
waktunya dari segala kotoran dengan membersihkan hati dari kotoran nafsu.
Proses pembersihan hati ini dibantu dengan selalu merasa butuh dengan Allah
Swt. Perasaan membutuhkan Allah Swt. ini lah yang menghilangkan kotoran.
Setiap kali nafsu bergerak dan nampak dengan salah satu sifatnya, maka sufi
mampu mengenali nafsunya tersebut dengan ilmunya yang luas, lalu sang sufi
berlari meninggalkan nafsu untuk menghadap Tuhan-Nya
Ulama-ulama dahulu apabila ingin mennyanjung guru dengan sebutan
Sufi. Apabila ditinggalkan orang-orang pada lupa dengan istilah ini. Sementara
diluar sana ada orang yang ingin membidah ahli tasawuf. Jadi sebagai seorang
muslim mesti membiasakan dengan istilah tasawuf dan Sufi. Karena ini sudah
mengakar yang memiliki makna orang yang membersikan jiwa.
Tujuan para sufi adalah ma'rifatullah yang dalam perjalanannya melalui
beberapa tahap seperti syariat, tariqah, hakekat dan ma'rifat. Ma'rifat adalah tujuan
akhir dari tasawwuf, yang mana didikannya pun berpindah dari hakekat ke
maʼrifat yaitu mengenal Tuhan sebaik-baiknya.18
18
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhani, 1996), hlm. 406.
19
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 24
8
Dari penjelasan zuhud tersebut tidak berarti bahwa zuhud itu merupakan
penolakan secara mutlak terhadap dunia. Akan tetapi yang ditekankan dalam
kehidupan zuhud adalah melepaskan diri atau mengosongkan hati dari kesenangan
duniawi yang dapat menyebabkan seorang hamba tersebut melupakan Tuhan-Nya.
Bahwasanya kenikmatan hidup di dunia jangan sampai melupakan akhirat dan
ibadah kepada Allah. Akan tetapi tidak sedikit orang-orang salah mengartikan
makna dari zuhud itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan perbanyak literasi agar
tidak salah mengartikan ap aitu zuhud secara hakikatnya.
2. Sabar
Sabar secara teremenologi tasawuf berarti keadaan yang kokoh, stabil dan
konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak
berubah seberat apapun rintangan dan tantangan hidup yang dihadapi. Dalam ilmu
tasawuf sabar adalah kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang Sufi. Sabar
dalam perspektif Dzu Al-Nun Al-Misri merupakan menjauhi pelanggaran dan
tetap bersikap rela, sementara merasakan sakitnya penderitaan, dan sabar juga
menampakan kekayaan meskipun dalam kemiskinan dalam kehidupan20
3. Ridha
Ridha kepada Tuhan dapat dikatakan sebagai pohon dari segala pelajaran
yang diterima dalam kehidupan. Ridha bermula dari perasaan yang sangat halus
yang amat terikat dengan perasan batin. Ridha dalam menerima segala ketentuan
Allah, seperti menerima kekayaan, kemiskinan, umur yang panjang maupun
pendek, badan yang sehat maupun yang sakit, semua dapat dirasakan tanpa
adanya keluhan, karena dia telah ridha atas apa yang telah Allah Swt. tetapkan
baginya.21
20
Imam Al Qusyairiy An-Nisabury, Induk Tasawuf, ( Surabaya: Risalah Gusti,
1996), hal. 210.
21
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 174
9
4. Tawakkal
Tawakkal yaitu menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada Allah Swt.
serta berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk mendapatkan manfaat,
dalam ilmu tasawuf dapat diartikan sebagai sikap bersandar dan memperacayakan
diri kepada Allah Swt.22
5. Qanaah
D. Tujuan Tasawuf
22
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 176
23
Muhammad Husain Fadhullah, Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad dan
H. Abdul Adhim, (Bandung: Anggota IKAPI, 1995), hal 57
24
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal 78-79.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Arni, Asmara As, A. Syadzali. “Ajaran Mengenal Diri (Studi Naskah Tasawuf
Yang Berkembang di Kalimantan Selatan), Tashwir, Vol.3, No.6, (April-
Juni 2015), hal 163.
Ath-Thusi, al-Luma’, Terj. Abduh Halim Mahmud, Mesir: Darul Kutub Al-
Alhadisah.
Sakni, RA. Nadiya Farhana, Idrus Alkaf, Ahmad Soleh. “Tasawuf Perspektif Abu
Faraj Ibnu Al-Jauzi dalam Kitab Talbis Iblis”, Jurnal Tasawuf dan
Psikoterapi, Vol.1 No.1, (December 2020), hal 25
12