RADIKALISME
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Khawarij.....................................................................................3
B. Faktro kemunculan Aliran Khawarij............................................................4
C. Sekte-Sekte Aliran Khawarij........................................................................6
D. Ideologi Aliran Khawarij..............................................................................8
E. Doktrin Aliran Khawarij............................................................................12
F. Konsep Iman dan Kufur dalam Aliran Khawarij.......................................14
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Kritik dan Saran.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah asal muasal aliran Khawarij?
2. Bagaimanakah ajaran dan pemikiran aliran Khawarij?
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui asal muasal aliran Khawarij
2. Untuk mengetahui ajaran dan pemikiran aliran Khawarij
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khawarij
Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti keluar, mucul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian
etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan
umat Islam. Adapun khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte,
kelompok,aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase
(tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat
(pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.1
Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada
di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah yang sah yang telah dibai’at
mayoritas umat Islam, sementara Mu’awiyah berada di pihak yang salah karena
memberontak khalifah yang sah. Tapi, karena keduanya bersepakat dalam
peristiwa tahkim, mereka ke luar barisan dan menyalahkan semuanya, Khalifah
Ali dan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan dan semua pihak yang terlibat dalam gencatan
senjata tersebut.2 . Dalam kasus tahkim, kelompok khawarij ini menyalahkan
Khalifah Ali karena telah berkompromi dengan pemberontak. Mestinya, sesuai
ketentuan syari’ah, tidak ada kompromi dengan pemberontak. Mereka harus
ditumpas. Dengan demikian, baginya sikap khalifah yang berkompromi dengan
kaum pemberontak telah melanggar ketentuan syari’ah
Abu Hasan al-Asy’ari menjelaskan bahwa penamaan khawarij dinisbatkan
kepada mereka yang keluar dari barisan khalifah keempat, Ali bin AbiThalib.
Sebab penamaan itu karena mereka ke luar dari pemerintahan Ali. Al-Syahrastani
1
Saleh Saleh, "Khawarij; Sejarah Dan Perkembangannya”, Jurnal Pemikiran Keislaman
dan Tafsir Hadis, Vol. 7 No. 2, (2018), hlm. 26.
2
Harun Nasutiion, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI
Press, 1985), hal 264.
3
mengatakan, bahwa penamaan khawarij mutlak dialamatkan kepada siapa saja
yang keluar dari imam yang sah yang disepakati oleh mayoritas kaum muslim,
baik pada masa sahabat (khulafāur rāsyidīn), atau pada masa tabi’in, dan masa-
masa setelahnya. Ibnu Hajar al-Asqalani mengartikan khawarij sebagai kelompok
yang ingkar kepada Ali dan berlepas tangan darinya, juga berlepas tangan dari
Utsman dan keluarganya, serta memerangi mereka. Jika di antara mereka ada
yang secara total mengkafirkan, maka yang demikian itu termasuk ghulat
(melampaui batas).3
2. Faktor ekonomi
Ketika terjadi peristiwa perang jamal yang dimenangkan oleh pasukan Ali,
kelompok Ali diperbolehkan mengambil harta benda yang ditemukan. Akan tetapi
Ali melarang mereka untuk mengambil wanita-wanita dan anak-anak sebagai hasil
perang.4 Hal tersebut yang membuat kelompok benih-benih Khawarij dendam
terhadap Ali
3
Shaliadi Ikrom, "Khawarij: Arti, Asal-Usul, Firqah-Firqah, dan Pendapatnya", Jurnal
Studi Islam, Vol. 2, No. 1, (2015), hal. 17-18.
4
Rubini, “Khawarij dan Murji’ah Perspektif Ilmu Kalam”, Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan islam, Vol.7, No.1, (Juni,2018), hal 99.
4
3. Faktor Semangat keagamaan
Semangat keagamaan merupakan salah satu penggerak mereka untuk
keluar memberontak dari penguasa yang sah. Saat peristiwa perang Siffin,
sebenarnya Ali sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai oleh kelompok
Mu’awiyah, sehingga pada awalnya Ali menolak permintaan itu. Akan tetapi,
karena didesak oleh sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra’, seperti Al-
Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha’I,
dengan terpaksa Ali memerintahkan komandan pasukan Ali untuk menghentikan
peperangan.5
5
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, (Jakarta: Tintamas
Indonesia, 2015), hal 262
6
Ahmad Sahidin, Aliran-aliran dalam Islam, (Bandung: Salamadani,2009), hal 43)
5
C. Sekte-Sekte Aliran Khawarij
Pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badui yang hidup sederhana
di padang pasir yang tandus, bersifat keras hati dan berani dan merdeka tidak
tergantung pada orang lain. Diantara sekte yang terkenal dalam kaum khawarij
yaitu:
1. Kaum Al-Muhakimmah
Sekte Al Muhakimmah merupakan generasi pertama dan terdiri dari
pengikut ali dalam perang shifin, mereka kemudian keluar dari barisan Ali dan
berkumpul di Harurah dekat Khufah untuk menyusun kekuatan guna melakukan
pemberontakan terhadap ali bin abi thalib. Mereka disebut Al Muhakimmah
sesuai dengan prinsip dari golongan mereka: la hukma illa Allah (tidak ada hukum
selain hukum Allah) dengan prinsip tersebut, mereka berpandangan tidak sah
menetapkan hukum selain hukum Allah yaitu Al-quran. Menurut ajaran
Muhakimmah semua orang yang melakukan dosa besar termasuk kafir.
Sedangkan yang mereka maksudkan dengan dosa besar tersebut adalah berzina
dan membunuh tanpa sebab.7
2. Al Azariqa
Pemberian nama sekte ini dinisbahkan pada pendirinya Abi Rasyid Nai bin
al Azraq. Menurut para ahli sejarah sekte ini dikenal dengan anggota paling
banyak serta yang paling ekstrim dan radikal dari pada sekte lainnya dikalangan
khawarij. Hal ini ditandai dengan dipergunakannya term musyrik bagi orang yang
melakukan dosa besar sedangkan sekte lain hanya menggunakan term kafir. Term
musyrik dalam Islam merupakan dosa yang paling besar melebihi dosa kafir.8
3. Al Najdah
Nama sekte ini berasal dari nama pemimpinnya Najdah bin Amir Al
Hanafi. Sekte ini merupakan sepaham dengan Al Azariqah karena mereka tidak
7
Muhammad Afif Bahaf, Ilmu Kalam, (Serang: Ma-Eye Press, 2008), hal 38-39
8
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, Terj. Abd.
Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Tanggerang: Gaya Media Pratama, 2011), hal 78.
6
setuju dengan term musyrik yang diberikan kepada orang yang tidak mengikuti
paham Al Azariqah dan halal dibunuhnya perempuan dan anak-anak orang Islam
yang tidak sepaham dengan mereka dengan alasan musyrik.9
4. Al Ajaridah
Ajaridah adalah pengikut Adul Karim bin Ajrad. Menurut mereka hijrah
bukan merupakan kewajiban tetapi kebajikan sehinggga bila pengikutnya tinggal
diluar kekuasaan mereka tidak dianggap kafir.10
5. Ash Sufriyah
Sekte ini adalah pengikut Ziyad bin Al Ashfar. Menurut kelompok ini
orang yang melakukan dosa besar dikenakan had sebagaimana yang telah
ditentukan oleh Allah. Seperti pencuri, pezina dan sebagainya. Sedangkan peaku
dosa besar yang tidak ada hadnya maka disebut kafir namun demikian ada yang
berpendapat bahwa pelaku dosa besar yang tidak ada hadnya tidak boleh
dikafirkan kecuali atas keputusan hakim.11
6. Al Ibadiyah
Aliran ini dipimpin oleh Abdullah ibn Ibadh. Mereka merupakan penganut
paham Khawarij yang paling moderat dan luwes serta paling dekat dengan paham
Sunni.12
a) Orang Islam yang berbeda paham dengan mereka bukan orang musyrik,
tetapi juga bukan orang mu’min. Mereka menamakannya dengan orang kafir,
akan tetapi bukan kafir dalam hal keyakinan, karena orang tersebut tidak
mengingkari adanya Allah swt.
9
Muhammad Afif Bahaf, Ilmu Kalam, (Serang: Ma-Eye Press, 2008), hal 42
10
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, Terj. Abd.
Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Tanggerang: Gaya Media Pratama, 2011), hal 82
11
Hairul Puadi, “Radikalisme Islam: Studi Doktrin Khawarij”, Jurnal Pusaka Media
Kajian dan Pemikiran Islam, Vol.4, No.1, (2016), hal 49
12
Harun Nasuion, Teologi Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), hal 22
7
b) Haram memerangi orang yang tidak sepaham dengan aliran Ibadhiyyah,
dan wilayah mereka adalah wilayah tauhid dan Islam, kecuali wilayah pasukan
tentara pemerintah. Akan tetapi mereka menyembunyikan pendapat itu.
c) Harta rampasan dari kaum muslimin yang menjadi lawan mereka haram
diambil, kecuali kuda, senjata dan perlengkapan peranng lainnya, sedangkan emas
dan perak harus dikembalikan.
d) Orang yang berbeda pendapat dengan Ibadhiyyah dapat menjadi saksi
dalam suatu perkara, boleh menikahi mereka, serta saling mewarisi antara mereka
dan penganut Khawarij lainnya tetap berlaku. Pengkafiran yang begitu mudah
mereka lontarkan bagi orang-orang yang di luar paham mereka telah menyulut
perpecahan bahkan pertumpahan darah yang tidak sedikit. Bagaimanapun Islam
datang bukan sebagai sebuah aliran yang mengelompokkan manusia tapi lebih
pada menyatukan manusia, tergantung pada masing-masing individu bagaimana
memahami dan mengamalkanya.13
Khawarij merupakan salah satu aliran teologi islam yang sangat berpegang
teguh kepada ayat-ayat Al-Quran yang sesuai dengan tujuan mereka dan dijadikan
sebagai ideologi aliran Khawarij. Setelah terjadinya kesepakatan tahkim, pengikut
Ali yang tidak menerima hasil tahkim keluar dari barisan. Mereka kecewa dengan
hasil tahkim tersebut sehingga lahirlah motto lā hukm illā li Allāh yang artinya
tidak ada keputusan kecuali keputusan Allah. Mereka merasa bahwa tidak ada
pemimpin yang adil kecuali Allah Swt.14 Hal tersebut mereka yakinkan kembali
dengan ayat-ayat Quran yang mereka jadikan sebagai ideologi, seperti:
13
Ilham Ilham, "Aliran-Aliran Khawarij Dan Pemikirannya", Jurnal Media Intelektual
Muslim dan Bimbingan Rohani, Vol. 5, No. 2 (2019), hlm. 124-125.
14
Hairul Puadi, "Radikalisme Islam: Studi Doktrin Khawarij", Jurnal Pusaka, Vol. 4,
No.1, (2016), hal 47
8
1. Q.S Al-An’am ayat 57
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
ُ قُ ْل ِإنِّى َعلَ ٰى َبِّينَة ِّمن َّربِّى َو َك َّذ ْبتُم بِهۦ ۚ َما عندى َما تَ ْسَت ْعجلُو َن بِهۦٓ ۚ ِإن ٱل
ْح ْك ُم ِإاَّل
ِِ ٰ ُّ ﴾ لِلَّ ِه ۖ َي ُق
۵۷﴿ ينَ ْح َّق ۖ َو ُه َو َخ ْي ُر ٱلْ َفصلَ ص ٱل
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata
(Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada
padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya.
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik". (Q.S Al-An’am
6 : Ayat 57) 15
٤۰﴿ ِ ﴾ٱلن
َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن
15
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shifa, 2014), hlm
134
16
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shifa, 2014), hlm
240
9
3. Q.S Al-A’raf ayat 87
....Dari ayat-ayat diatas dapat diketahui bahwa aliran Khawarij sangat tidak
menyukai tahkim sebab adanya penyimpangan dari apa yang telah menjadi
kehendak Allah Swt. Menurut Khawarij, orang yang melakukan perjanjian serta
menerima perjanjian tersebut merupakan orang yang berdosa serta layak untuk
menjadi musuh. Dalam peristiwa tersebut, kelompok Mu’awiyah berdosa karena
telah melakukan penyerangan terhadap Ali bin Abi Thalib, sedangkan Ali berdosa
karena menerima tahkim tersebut. Khawarij juga berpikir bahwa aliran meraka
yang benar, sementara mudah membidah orang lain salah. Dari Q.S Al-A’raf ayat
87 mereka menafsirkan bahwa ayat tersebut merupakan sebuah isyarat untuk
mereka bersabar dalam berjihad di jalan Allah sampai akhirnya Allah Swt.
memberikan kemenangan.18 Dengan begitu, sangat jelas bahwa Khawarij
menafsirkan ayar-ayat Al-Quran secara tekstual.
10
tersebut pemeluk Islam yang dalam perwujudan sejatinya. Khawarij merasa paling
dekat dengan Allah Swt. serta membidah Muslim yang lainya sebagai kafir.
Khswarij juga berkeyakinan bahwa aliran mereka memiliki hak dalam
memaksakan orang lain untuk mengikuti perwujudan agama versi mereka. Dalam
hal itu Khawarij berpegang teguh pada potongan ayat Q.S al-Nhal ayat 125.
11
orang-orang yang rugi di hari akhir nanti yang terdapat pada firman Allah dalam
Q.S Al-Kahfi ayat 103-104:
ِ
۱۰۳﴿ َ س ِر
ين َأ ْع َٰماًل َ ﴾قُ ْل َه ْل ُننَبُِّئ ُكم بٱَأْل ْخ
۱۰٤﴿ ص ْن ًعا ِ
ُ سبُو َن ََّأن ُه ْم يُ ْحسنُو َن ُّ ْحَي ٰو ِة
َ ٱلد ْنيَا َو ُه ْم يَ ْح
ِ
َ ض َّل َس ْع ُي ُه ْم فى ٱل
َ ين ِ َّ
َ ﴾ٱلذ
Artinya: “Katakanlah, ‘Apakah ingin Kami beritahukan kepada kalian
tentang orang-orang yang perbuatan-perbuatannya paling merugi?’.
(Mereka itu) orang yang usahanya sia-sia dalam kehidupan dunia ini,
sedang mereka menyangka bahwa mereka itu berbuat sebaik-baiknya.”Q.S
Al-Kahfi 18 : ayat 103-104)20
E. Doktrin Khawarij
Dari segi politik, doktrin Khawarij tidak lepas dari sejarah tahkim pada
perang Siffin oleh kelompok Ali dan Muawiyah. Mereka memandang keberadaan
Muawiyah tidak pantas sebagai pemimpin karena dirinya belum lama dalam
keislaman, selain itu Muawiyah merupakan salah seorang kaum musyrikin di
Mekkah yang masuk Islam setelah peristiwa Umrahtul Qadha. Dilihat dari latar
belakang Khawarij, serta hasrat ingin memperoleh kekuasaan, maka dapat
20
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shafa, 2014),
hlm 304
12
dikatakan bahwa Khawarij andal dalam berpolitik. Dengan begitu, politik
merupakan kunci dari ajaran Khawarij. Doktrin-doktrin politik Khawarij seperti:
pemilihan Khalifah atau Imam secara demokratis oleh seluruh umat Islam, semua
orang berhak menjadi Khalifah apabila memenuhi syarat, Khalifah yang memiliki
sikap adil serta menjalankan syari’at Islam akan dipilih secara permanen,
Kewajiban melakukan revolusi bagi Pengusa yang zalim. Selain itu, kekhalifahan
Ali dianggap sah, kemudian telah menyimpang setelah menerima tahkim.21
Dari segi teologi, Khawarij dikenal sebagai aliran yang memiliki ajaran-
ajaran yang radikal. Doktrin teologi tentang dosa besar mengakibatkan doktrin
politik nya kena imbas sebab doktrinnya menentang pemerintah, sehingga aliran
ini selalu dikejar-kejar oleh pemerintah. Faktor pembentukan radikalisme ini
sangat dipengaruhi dari sisi kultur, asal-usul mereka yang merupakan masyarakat
Badawi dan pengembara padang pasir yang tandus. Hal itu yang menyebabkan
cara berfikirnya menjadi keras, gagah, pemberani, serta tidak bergantung pada
orang lain. Ditambah lagi terlalu yakin dengan apa yang mereka pahami dalam
ajaran agama menjadikan mereka sebagai orang yang berfikir sempit, serta
sederhana dalam pengetahuan. Doktrin teologi Khawarij seperti: Muslim yang
dosa besar disebut kafir, seseorang harus menghindari pemimpin yang
penyimpang, kemudian adanya wa’ad dan wa’id, yaitu orang baik mesti masuk
surga dan orang jahat mesti masuk neraka.22
Selain itu, doktrin amar ma’ruf nahi mungkar.23 Ajaran ini yang membuat
Khawarij konsisten dalam melakukan revolusi dalam kepemimpinan. Untuk
menegakkan kebenaran dan membaikot yang salah dilakukan dengan
memberontak kepada pemimpin yang buruk. Mereka rela melakukan apa saja
demi menegakkan ajaran amar ma’ruf nahi mungkar bahkan sampai merenggut
nyawa.
21
Rusydiah, "Pemikiran Khawarij: Studi Hidtoris Genealogis Pemikiran Islam", Jurnal
pemikiran Islam, Vo.1, No.1, (Juni 2020), hal 75
22
Sukring, "Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid'ah Khawarij: Kajian Teologi Khawarij
Zaman Modren", Jurnal Theologia, Vo.27, No.2, (Dessember 2016), hal 424
23
Rusydiah, "Pemikiran Khawarij: Studi Hidtoris Genealogis Pemikiran Islam", Jurnal
pemikiran Islam, Vo.1, No.1, (Juni 2020), hal 78s
13
F. Iman dan Kufur dalam Aliran Khawarij
24
Sukring, "Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid'ah Khawarij: Kajian Teologi Khawarij
Zaman Modren", Jurnal Theologia, Vo.27, No.2, (Dessember 2016), hal 425
25
Mohammad Said Ishak, “Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan Perspektif Antara
Aliran Teologi”, Jurnal Teknologi, Vol.36(E), (Juni,2002), hal 66
14
26
Mohammad Said Ishak, “Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan Perspektif Antara
Aliran Teologi”, Jurnal Teknologi, Vol.36(E), (Juni,2002), hal 70-73
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, Jakarta:
Tintamas Indonesia, 2015.
Hairul Puadi, "Radikalisme Islam: Studi Doktrin Khawarij", Jurnal Pusaka, Vol.
4, No.1, (2016), hal 47
Zahrah, Imam Muhammad Abu. Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, Terj.
Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Tanggerang: Gaya Media
Pratama, 2011.
Rubini, “Khawarij dan Murji’ah Perspektif Ilmu Kalam”, Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan islam, Vol.7, No.1, (Juni,2018), hal 99.
17
Saleh Saleh, "Khawarij; Sejarah Dan Perkembangannya”, Jurnal Pemikiran
Keislaman dan Tafsir Hadis, Vol. 7 No. 2, (2018), hlm. 26.
18