Anda di halaman 1dari 21

KHAWARIJ: DOKTRIN DAN FAKTOR PEMBENTUKAN

RADIKALISME

MAKALAH MATA KULIAH ILMU KALAM KLASIK

Diajukan Oleh Kelompok 3:

Fitri Idani (210301020)

Muhammad Alfin Alfaizi (210301030)

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM - BANDA ACEH

TAHUN 2022 M / 1443 H


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim segala puji bagi Allah


yang telah memberikan kita kemudahan serta kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hadist yang berjudul Khawarij: Doktrin dan
Faktor Pembentukan Radikalisme. Tanpa pertolongan-Nya mungkin Kami tidak
sanggup menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga terlimpah
kepada baginda Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan


ilmu dan pengalaman bagi pembaca. Bagi Kami sebagai penyusun makalah masih
merasa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat berharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 27 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Khawarij.....................................................................................3
B. Faktro kemunculan Aliran Khawarij............................................................4
C. Sekte-Sekte Aliran Khawarij........................................................................6
D. Ideologi Aliran Khawarij..............................................................................8
E. Doktrin Aliran Khawarij............................................................................12
F. Konsep Iman dan Kufur dalam Aliran Khawarij.......................................14

BAB III PENTUP.................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Kritik dan Saran.........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pemikiran dalam Islam tidak terlepas dari perkembangan


sosial dalam kalangan Islam itu sendiri. Umumnya pembahasan pokok dalam
agama islam merupakan aqidah, tetapi kenyataannya masalah pertama yang
muncul di kalangan umat islam bukanlah problem teologi, melainkan problem di
bidang politik. Hal ini didasari dengan adanya fakta sejarah yang menunjukkan
bahwa, titik awal munculnya problem pertama ini ditandai dengan lahirnya
kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya
itu diawali dengan persoalan politik, kemudian memumculkan kelompok-
kelompok dengan berbagai aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang
berbeda-beda.

Dalam sejarah agama islam telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan)


di lingkungan umat islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya
secara tajam yang sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan. Hal ini
sudah menjadi fakta yang mandarah daging, yang tidak dapat diubah lagi dan
sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termasuk dalam kitab-kitab agama,
terutama kitab-kitab ushuluddin. Untuk itu dalam makalah ini penulis hendak
membahas tentang salah satu jenis firqah diatas, yaitu golongan khawarij beserta
doktrinnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah asal muasal aliran Khawarij?
2. Bagaimanakah ajaran dan pemikiran aliran Khawarij?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui asal muasal aliran Khawarij
2. Untuk mengetahui ajaran dan pemikiran aliran Khawarij

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khawarij

Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti keluar, mucul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian
etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan
umat Islam. Adapun khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte,
kelompok,aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase
(tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat
(pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.1
Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada
di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah yang sah yang telah dibai’at
mayoritas umat Islam, sementara Mu’awiyah berada di pihak yang salah karena
memberontak khalifah yang sah. Tapi, karena keduanya bersepakat dalam
peristiwa tahkim, mereka ke luar barisan dan menyalahkan semuanya, Khalifah
Ali dan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan dan semua pihak yang terlibat dalam gencatan
senjata tersebut.2 . Dalam kasus tahkim, kelompok khawarij ini menyalahkan
Khalifah Ali karena telah berkompromi dengan pemberontak. Mestinya, sesuai
ketentuan syari’ah, tidak ada kompromi dengan pemberontak. Mereka harus
ditumpas. Dengan demikian, baginya sikap khalifah yang berkompromi dengan
kaum pemberontak telah melanggar ketentuan syari’ah
Abu Hasan al-Asy’ari menjelaskan bahwa penamaan khawarij dinisbatkan
kepada mereka yang keluar dari barisan khalifah keempat, Ali bin AbiThalib.
Sebab penamaan itu karena mereka ke luar dari pemerintahan Ali. Al-Syahrastani

1
Saleh Saleh, "Khawarij; Sejarah Dan Perkembangannya”, Jurnal Pemikiran Keislaman
dan Tafsir Hadis, Vol. 7 No. 2, (2018), hlm. 26.
2
Harun Nasutiion, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI
Press, 1985), hal 264.

3
mengatakan, bahwa penamaan khawarij mutlak dialamatkan kepada siapa saja
yang keluar dari imam yang sah yang disepakati oleh mayoritas kaum muslim,
baik pada masa sahabat (khulafāur rāsyidīn), atau pada masa tabi’in, dan masa-
masa setelahnya. Ibnu Hajar al-Asqalani mengartikan khawarij sebagai kelompok
yang ingkar kepada Ali dan berlepas tangan darinya, juga berlepas tangan dari
Utsman dan keluarganya, serta memerangi mereka. Jika di antara mereka ada
yang secara total mengkafirkan, maka yang demikian itu termasuk ghulat
(melampaui batas).3

B. Faktor Kemunculan Aliran Khawarij


1. Fanatisme
Aliran Khawarij dikenal sebagai aliran yang kental dalam bersuku. Hal ini
menyebabkan Khawarij disebut sebagai fanatisme kesukuan. fanatik dalam
bersuku merupakan salah satu sebab-sebab munculnya Khawarij. Pada zaman
Rasulullah dan Abu bakar sikap berlebihan dalam bersuku sebenarnya sudah
hilang, akan tetapi muncul kembali pada saat pemerintahan Utsman dan setelah
pemerintahannya. Fanatisme kesukuan berkembang karena terjadi persaingan
dalam mendudukui jabatan penting dalam kekhalifahan. Akan tetapi yang menjadi
pejabat-pejabat negara banyak yang berasal dari keluarga Utsman sehingga
peristiwa itu yang menyebabkan Utsman dituding melakukan nepotisme. Hal itu
dijadikan alasan bagi mereka untuk melakukan gerakan kudeta terhadap Utsman,

2. Faktor ekonomi
Ketika terjadi peristiwa perang jamal yang dimenangkan oleh pasukan Ali,
kelompok Ali diperbolehkan mengambil harta benda yang ditemukan. Akan tetapi
Ali melarang mereka untuk mengambil wanita-wanita dan anak-anak sebagai hasil
perang.4 Hal tersebut yang membuat kelompok benih-benih Khawarij dendam
terhadap Ali
3
Shaliadi Ikrom, "Khawarij: Arti, Asal-Usul, Firqah-Firqah, dan Pendapatnya", Jurnal
Studi Islam, Vol. 2, No. 1, (2015), hal. 17-18.
4
Rubini, “Khawarij dan Murji’ah Perspektif Ilmu Kalam”, Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan islam, Vol.7, No.1, (Juni,2018), hal 99.

4
3. Faktor Semangat keagamaan
Semangat keagamaan merupakan salah satu penggerak mereka untuk
keluar memberontak dari penguasa yang sah. Saat peristiwa perang Siffin,
sebenarnya Ali sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai oleh kelompok
Mu’awiyah, sehingga pada awalnya Ali menolak permintaan itu. Akan tetapi,
karena didesak oleh sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra’, seperti Al-
Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha’I,
dengan terpaksa Ali memerintahkan komandan pasukan Ali untuk menghentikan
peperangan.5

Setelah menerima ajakan damai, awalnya Ali ingin mengirimkan Abdullah


bin Abbas sebagai deligasi juru damai, tetapi orang-orang Khawarij menolaknya
dengan alasan bahwa Abdullah bin Abbas adalah orang yang berasal dari
kelompok Ali. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-
Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan Al-Qu’an.
Setelah melakukan tahkim, terdapat keputusan bahwa Ali di turunkan dari
jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, sementara Mu’awiyah dinobatkan
menjadi khalifah oleh utusan Muawiyah sebagai pengganti Ali, hasil tahkim
tersebut membuat kecewa orang-orang Khawarij. Sejak itulah, orang-orang
Khawarij membelot dengan mengatakan,”Mengapa kalian berhukum kepada
manusia? Tidak ada hukum selain hukum yang ada pada sisi Allah.”
Mengomentari perkataan mereka, Imam Ali menjawab,” Itu adalah ungkapan
yang benar, tetapi mereka artikan dengan keliru.” Kemudian setelah itu, Sebagian
pasukan keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura, sehingga Khawarij
juga sering disebut sebagai Hururiya yang dikenal sebagai kelompok Khawarij.6

5
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, (Jakarta: Tintamas
Indonesia, 2015), hal 262
6
Ahmad Sahidin, Aliran-aliran dalam Islam, (Bandung: Salamadani,2009), hal 43)

5
C. Sekte-Sekte Aliran Khawarij

Pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badui yang hidup sederhana
di padang pasir yang tandus, bersifat keras hati dan berani dan merdeka tidak
tergantung pada orang lain. Diantara sekte yang terkenal dalam kaum khawarij
yaitu:
1. Kaum Al-Muhakimmah
Sekte Al Muhakimmah merupakan generasi pertama dan terdiri dari
pengikut ali dalam perang shifin, mereka kemudian keluar dari barisan Ali dan
berkumpul di Harurah dekat Khufah untuk menyusun kekuatan guna melakukan
pemberontakan terhadap ali bin abi thalib. Mereka disebut Al Muhakimmah
sesuai dengan prinsip dari golongan mereka: la hukma illa Allah (tidak ada hukum
selain hukum Allah) dengan prinsip tersebut, mereka berpandangan tidak sah
menetapkan hukum selain hukum Allah yaitu Al-quran. Menurut ajaran
Muhakimmah semua orang yang melakukan dosa besar termasuk kafir.
Sedangkan yang mereka maksudkan dengan dosa besar tersebut adalah berzina
dan membunuh tanpa sebab.7

2. Al Azariqa
Pemberian nama sekte ini dinisbahkan pada pendirinya Abi Rasyid Nai bin
al Azraq. Menurut para ahli sejarah sekte ini dikenal dengan anggota paling
banyak serta yang paling ekstrim dan radikal dari pada sekte lainnya dikalangan
khawarij. Hal ini ditandai dengan dipergunakannya term musyrik bagi orang yang
melakukan dosa besar sedangkan sekte lain hanya menggunakan term kafir. Term
musyrik dalam Islam merupakan dosa yang paling besar melebihi dosa kafir.8

3. Al Najdah
Nama sekte ini berasal dari nama pemimpinnya Najdah bin Amir Al
Hanafi. Sekte ini merupakan sepaham dengan Al Azariqah karena mereka tidak
7
Muhammad Afif Bahaf, Ilmu Kalam, (Serang: Ma-Eye Press, 2008), hal 38-39
8
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, Terj. Abd.
Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Tanggerang: Gaya Media Pratama, 2011), hal 78.

6
setuju dengan term musyrik yang diberikan kepada orang yang tidak mengikuti
paham Al Azariqah dan halal dibunuhnya perempuan dan anak-anak orang Islam
yang tidak sepaham dengan mereka dengan alasan musyrik.9

4. Al Ajaridah
Ajaridah adalah pengikut Adul Karim bin Ajrad. Menurut mereka hijrah
bukan merupakan kewajiban tetapi kebajikan sehinggga bila pengikutnya tinggal
diluar kekuasaan mereka tidak dianggap kafir.10

5. Ash Sufriyah
Sekte ini adalah pengikut Ziyad bin Al Ashfar. Menurut kelompok ini
orang yang melakukan dosa besar dikenakan had sebagaimana yang telah
ditentukan oleh Allah. Seperti pencuri, pezina dan sebagainya. Sedangkan peaku
dosa besar yang tidak ada hadnya maka disebut kafir namun demikian ada yang
berpendapat bahwa pelaku dosa besar yang tidak ada hadnya tidak boleh
dikafirkan kecuali atas keputusan hakim.11

6. Al Ibadiyah
Aliran ini dipimpin oleh Abdullah ibn Ibadh. Mereka merupakan penganut
paham Khawarij yang paling moderat dan luwes serta paling dekat dengan paham
Sunni.12
a) Orang Islam yang berbeda paham dengan mereka bukan orang musyrik,
tetapi juga bukan orang mu’min. Mereka menamakannya dengan orang kafir,
akan tetapi bukan kafir dalam hal keyakinan, karena orang tersebut tidak
mengingkari adanya Allah swt.

9
Muhammad Afif Bahaf, Ilmu Kalam, (Serang: Ma-Eye Press, 2008), hal 42
10
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, Terj. Abd.
Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Tanggerang: Gaya Media Pratama, 2011), hal 82
11
Hairul Puadi, “Radikalisme Islam: Studi Doktrin Khawarij”, Jurnal Pusaka Media
Kajian dan Pemikiran Islam, Vol.4, No.1, (2016), hal 49
12
Harun Nasuion, Teologi Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), hal 22

7
b) Haram memerangi orang yang tidak sepaham dengan aliran Ibadhiyyah,
dan wilayah mereka adalah wilayah tauhid dan Islam, kecuali wilayah pasukan
tentara pemerintah. Akan tetapi mereka menyembunyikan pendapat itu.
c) Harta rampasan dari kaum muslimin yang menjadi lawan mereka haram
diambil, kecuali kuda, senjata dan perlengkapan peranng lainnya, sedangkan emas
dan perak harus dikembalikan.
d) Orang yang berbeda pendapat dengan Ibadhiyyah dapat menjadi saksi
dalam suatu perkara, boleh menikahi mereka, serta saling mewarisi antara mereka
dan penganut Khawarij lainnya tetap berlaku. Pengkafiran yang begitu mudah
mereka lontarkan bagi orang-orang yang di luar paham mereka telah menyulut
perpecahan bahkan pertumpahan darah yang tidak sedikit. Bagaimanapun Islam
datang bukan sebagai sebuah aliran yang mengelompokkan manusia tapi lebih
pada menyatukan manusia, tergantung pada masing-masing individu bagaimana
memahami dan mengamalkanya.13

D. Ideologi Aliran Khawarij

Khawarij merupakan salah satu aliran teologi islam yang sangat berpegang
teguh kepada ayat-ayat Al-Quran yang sesuai dengan tujuan mereka dan dijadikan
sebagai ideologi aliran Khawarij. Setelah terjadinya kesepakatan tahkim, pengikut
Ali yang tidak menerima hasil tahkim keluar dari barisan. Mereka kecewa dengan
hasil tahkim tersebut sehingga lahirlah motto lā hukm illā li Allāh yang artinya
tidak ada keputusan kecuali keputusan Allah. Mereka merasa bahwa tidak ada
pemimpin yang adil kecuali Allah Swt.14 Hal tersebut mereka yakinkan kembali
dengan ayat-ayat Quran yang mereka jadikan sebagai ideologi, seperti:

13
Ilham Ilham, "Aliran-Aliran Khawarij Dan Pemikirannya", Jurnal Media Intelektual
Muslim dan Bimbingan Rohani, Vol. 5, No. 2 (2019), hlm. 124-125.
14
Hairul Puadi, "Radikalisme Islam: Studi Doktrin Khawarij", Jurnal Pusaka, Vol. 4,
No.1, (2016), hal 47

8
1. Q.S Al-An’am ayat 57

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
ُ ‫قُ ْل ِإنِّى َعلَ ٰى َبِّينَة ِّمن َّربِّى َو َك َّذ ْبتُم بِهۦ ۚ َما عندى َما تَ ْسَت ْعجلُو َن بِهۦٓ ۚ ِإن ٱل‬
‫ْح ْك ُم ِإاَّل‬
ِِ ٰ ُّ ‫﴾ لِلَّ ِه ۖ َي ُق‬
۵۷﴿ ‫ين‬َ ‫ْح َّق ۖ َو ُه َو َخ ْي ُر ٱلْ َفصل‬َ ‫ص ٱل‬
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata
(Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada
padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya.
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik". (Q.S Al-An’am
6 : Ayat 57) 15

2. Q.S Yusuf ayat 40

‫َأنز َل ٱللَّهُ بِ َها ِمن‬


َ ‫وهٓا َأنتُ ْم َو َءابَٓاُؤ ُكم َّمٓا‬
َ ‫ٓاء َس َّم ْيتُ ُم‬
ِ ِ
ْ ‫َما َت ْعبُ ُدو َن من ُدونِ ٓهۦ ِإٓاَّل‬
ً ‫َأس َم‬
‫ِّين ٱلْ َقيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن َأ ْك َث َر‬ َ ِ‫ْح ْك ُم ِإاَّل لِلَّ ِه ۚ ََأم َر َأاَّل َت ْعبُ ُد ٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ ۚ َٰذل‬
ُ ‫ك ٱلد‬
ِ ٰ
ُ ‫ُس ْلطَ ٍن ۚ ِإن ٱل‬

٤۰﴿ ِ ‫﴾ٱلن‬
‫َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن‬

Artinya: “Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya


(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-
buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama
itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan
agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S Yusuf 12 : Ayat 40) 16

15
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shifa, 2014), hlm
134
16
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shifa, 2014), hlm
240

9
3. Q.S Al-A’raf ayat 87

‫ٱصبِ ُرو ۟ا‬ ِ ِ ُ ‫ى ُأر ِسل‬ ِ ۟


ْ َ‫ْت بِهۦ َوطَٓاِئَفةٌ لَّ ْم ُيْؤ منُو ۟ا ف‬ ‫ِئ‬
ْ ٓ ‫َوِإن َكا َن طَٓا َفةٌ ِّمن ُك ْم َء َامنُوا بِٱلَّذ‬
۸۷﴿ ‫ين‬ ِ ِ ٰ ‫َّى ي ْح ُكم ٱللَّهُ ب ْيَننَا ۚ و ُهو َخ ْير ٱل‬
َ ‫ْحكم‬َ ُ َ َ َ َ َ ٰ ‫﴾ َحت‬
Artinya: Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku
diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak
beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara
kita dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.(Q.S Al-A’raf 7 : ayat
87)17

....Dari ayat-ayat diatas dapat diketahui bahwa aliran Khawarij sangat tidak
menyukai tahkim sebab adanya penyimpangan dari apa yang telah menjadi
kehendak Allah Swt. Menurut Khawarij, orang yang melakukan perjanjian serta
menerima perjanjian tersebut merupakan orang yang berdosa serta layak untuk
menjadi musuh. Dalam peristiwa tersebut, kelompok Mu’awiyah berdosa karena
telah melakukan penyerangan terhadap Ali bin Abi Thalib, sedangkan Ali berdosa
karena menerima tahkim tersebut. Khawarij juga berpikir bahwa aliran meraka
yang benar, sementara mudah membidah orang lain salah. Dari Q.S Al-A’raf ayat
87 mereka menafsirkan bahwa ayat tersebut merupakan sebuah isyarat untuk
mereka bersabar dalam berjihad di jalan Allah sampai akhirnya Allah Swt.
memberikan kemenangan.18 Dengan begitu, sangat jelas bahwa Khawarij
menafsirkan ayar-ayat Al-Quran secara tekstual.

Dengan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran secara tekstual sehingga


membuat Khawarij berpikiran dangkal, kemudian bergabung dalam lingkungan
sosial yang dangkal tentang ajaran agama. Tidak hanya itu, Khawarij juga
menanamkan pada orang lain sebuah keyakinan yang sombong bahwa aliran
17
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shafa, 2014),
hlm 161
18
W. Montgomery Watt, the Formative Period of Islamic Thought, (Edinburgh:
Edinburgh
University Press, 1973), hal 13-15.

10
tersebut pemeluk Islam yang dalam perwujudan sejatinya. Khawarij merasa paling
dekat dengan Allah Swt. serta membidah Muslim yang lainya sebagai kafir.
Khswarij juga berkeyakinan bahwa aliran mereka memiliki hak dalam
memaksakan orang lain untuk mengikuti perwujudan agama versi mereka. Dalam
hal itu Khawarij berpegang teguh pada potongan ayat Q.S al-Nhal ayat 125.

4. Q.S al-Nhal ayat 125

ِ ِ ِ ‫ْح ْكم ِة وٱلْمو ِعظَ ِة ٱلْح‬ ِ َ ِّ‫يل رب‬


ۚ ‫س ُن‬ ْ ‫سنَة ۖ َو َٰجدل ُْهم بِٱلَّتِى ه َى‬
َ ‫َأح‬ ََ ْ َ َ َ ‫ك بِٱل‬ ِ
َ ِ ‫ٱ ْدعُ ِإلَ ٰى َسب‬
ِ ِ ِِ ِ َ ‫ك ُه َو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬
َ َّ‫﴾ِإ َّن َرب‬
۱۲۵﴿ ‫ين‬ َ ‫ض َّل َعن َسبيلهۦ ۖ َو ُه َو َأ ْعلَ ُم بٱل ُْم ْهتَد‬
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.(Q.S Al-Nhal 16 : ayat 125)19

Dalam pandangan Khawarij, aliran ini memandang dirinya suci, sedangkan


orang yang tidak sepaham dengan mereka sebagai makhluk kotor, sekalipun orang
tersebut Muslim. Aliran ini meyakani bahwa mereka berhak memaksa orang lain
untuk meyakini apa yang mereka yakini, kemudian mereka juga percaya bahwa
mereka bebas menggunakan cara apa saja untuk membawa orang lain agar
memiliki keyakinan yang sama. Padahal hakikatnya agama Islam tidak
memaksakan kehendaknya terutama untuk mengajak dalam mengikuti ajaran yang
dianut orang lain.

Keyakinan yang dimiliki membuat Khawarij tega melakukan apa saja


hingga membunuh, menyebarkan terror, mengambil kekayaan yang tidak sepaham
dengan mereka tanpa merasa bersalah. Hal tersebut disebabkan karena Khawarij
memahami Al-Quran secara tekstual, sehingga membuat aliran ini dangkal dalam
berfikir. Dengan demikian, apapun yang mereka lakukan disebut sebagai jihad
fisabilillah. Padahal dalam Quran ada dijelaskan ayat yang berkaitan tentang
19
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shafa, 2014),
hlm 281

11
orang-orang yang rugi di hari akhir nanti yang terdapat pada firman Allah dalam
Q.S Al-Kahfi ayat 103-104:

ِ
۱۰۳﴿ َ ‫س ِر‬
‫ين َأ ْع َٰماًل‬ َ ‫﴾قُ ْل َه ْل ُننَبُِّئ ُكم بٱَأْل ْخ‬
۱۰٤﴿ ‫ص ْن ًعا‬ ِ
ُ ‫سبُو َن ََّأن ُه ْم يُ ْحسنُو َن‬ ُّ ‫ْحَي ٰو ِة‬
َ ‫ٱلد ْنيَا َو ُه ْم يَ ْح‬
ِ
َ ‫ض َّل َس ْع ُي ُه ْم فى ٱل‬
َ ‫ين‬ ِ َّ
َ ‫﴾ٱلذ‬
Artinya: “Katakanlah, ‘Apakah ingin Kami beritahukan kepada kalian
tentang orang-orang yang perbuatan-perbuatannya paling merugi?’.
(Mereka itu) orang yang usahanya sia-sia dalam kehidupan dunia ini,
sedang mereka menyangka bahwa mereka itu berbuat sebaik-baiknya.”Q.S
Al-Kahfi 18 : ayat 103-104)20

E. Doktrin Khawarij

Dalam memperluas kelompoknya, Khawarij sangat sering menggunakan


ajaran agama termasuk ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Qur’an. Aliran ini
memanfaatkan kaum Muslim yang pemikiranny kurang dalam beragama. Dengan
begitu, mudah bagi mereka untuk melakukan penyimpangan dalam penafsiran
ayat-ayat Al-Qur’an. Potongan-potongan ayat yang mereka tafsirkan tersebut
digunakan sebagai motivasi bagi orang-orang yang ingin melakukan apa yang
mereka yakini dengan menanamkan balasan surga bagi yang melakukan
pembantaian. Oleh karena itu, tidak sedikit para pengikutnya rela melakukan
pembunuhan atau rela mati terbunuh.

Dari segi politik, doktrin Khawarij tidak lepas dari sejarah tahkim pada
perang Siffin oleh kelompok Ali dan Muawiyah. Mereka memandang keberadaan
Muawiyah tidak pantas sebagai pemimpin karena dirinya belum lama dalam
keislaman, selain itu Muawiyah merupakan salah seorang kaum musyrikin di
Mekkah yang masuk Islam setelah peristiwa Umrahtul Qadha. Dilihat dari latar
belakang Khawarij, serta hasrat ingin memperoleh kekuasaan, maka dapat
20
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Shafa, 2014),
hlm 304

12
dikatakan bahwa Khawarij andal dalam berpolitik. Dengan begitu, politik
merupakan kunci dari ajaran Khawarij. Doktrin-doktrin politik Khawarij seperti:
pemilihan Khalifah atau Imam secara demokratis oleh seluruh umat Islam, semua
orang berhak menjadi Khalifah apabila memenuhi syarat, Khalifah yang memiliki
sikap adil serta menjalankan syari’at Islam akan dipilih secara permanen,
Kewajiban melakukan revolusi bagi Pengusa yang zalim. Selain itu, kekhalifahan
Ali dianggap sah, kemudian telah menyimpang setelah menerima tahkim.21

Dari segi teologi, Khawarij dikenal sebagai aliran yang memiliki ajaran-
ajaran yang radikal. Doktrin teologi tentang dosa besar mengakibatkan doktrin
politik nya kena imbas sebab doktrinnya menentang pemerintah, sehingga aliran
ini selalu dikejar-kejar oleh pemerintah. Faktor pembentukan radikalisme ini
sangat dipengaruhi dari sisi kultur, asal-usul mereka yang merupakan masyarakat
Badawi dan pengembara padang pasir yang tandus. Hal itu yang menyebabkan
cara berfikirnya menjadi keras, gagah, pemberani, serta tidak bergantung pada
orang lain. Ditambah lagi terlalu yakin dengan apa yang mereka pahami dalam
ajaran agama menjadikan mereka sebagai orang yang berfikir sempit, serta
sederhana dalam pengetahuan. Doktrin teologi Khawarij seperti: Muslim yang
dosa besar disebut kafir, seseorang harus menghindari pemimpin yang
penyimpang, kemudian adanya wa’ad dan wa’id, yaitu orang baik mesti masuk
surga dan orang jahat mesti masuk neraka.22

Selain itu, doktrin amar ma’ruf nahi mungkar.23 Ajaran ini yang membuat
Khawarij konsisten dalam melakukan revolusi dalam kepemimpinan. Untuk
menegakkan kebenaran dan membaikot yang salah dilakukan dengan
memberontak kepada pemimpin yang buruk. Mereka rela melakukan apa saja
demi menegakkan ajaran amar ma’ruf nahi mungkar bahkan sampai merenggut
nyawa.

21
Rusydiah, "Pemikiran Khawarij: Studi Hidtoris Genealogis Pemikiran Islam", Jurnal
pemikiran Islam, Vo.1, No.1, (Juni 2020), hal 75
22
Sukring, "Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid'ah Khawarij: Kajian Teologi Khawarij
Zaman Modren", Jurnal Theologia, Vo.27, No.2, (Dessember 2016), hal 424
23
Rusydiah, "Pemikiran Khawarij: Studi Hidtoris Genealogis Pemikiran Islam", Jurnal
pemikiran Islam, Vo.1, No.1, (Juni 2020), hal 78s

13
F. Iman dan Kufur dalam Aliran Khawarij

Disisi lain Khawarij memiliki sisi baiknya. Mereka sangat tampak


beragama seperti konsep iman, melakukan salat, puasa, serta melakukan ibadah-
ibadah lain lebih dari umat Islam pada umumnya.24 Iman dalam perspektif
Khawarij berkaitan tentang hakikat Iman. Iman merupakan keyakinan, ucapan dan
amalan. Iman adalah beriktikad dalam hati, berikrar dengan lidah serta
menjauhkan diri dari segala dosa. Iman yang sempurna yaitu seseorang yang
benar-benar dapat menyesuaikan dan menyatukan perkataan dengan perbuatan.
Khawarij cabang al-Azariqah merupakan sangat kuat berpegang teguh dalam nask
Al-Quran.25 Oleh karena itu, ciri-ciri orang beriman dalam persfektif Khawarij
seperti: menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia, memelihara
aurat, menunaikan janji, tidak curang, tidak berbohong, tidak lemah dan bersedih
hati, dan lain sebagainya. Bagi mereka tinggi rendah nya kualitas iman ditentukan
dengan tinggi rendahnya amal.

Persoalan kufur dalam persfektif aliran Khawarij muncul dari zaman


sejarah dari tuduhan kufurnya perbuatan sahabat yang menerima tahkim sebagai
penyelesainan perang Siffin. Persoalan hukum kafir bukan hanya untuk orang
yang tidak menentukan hukum sesuai dengan Al-Quran, tetapi orang yang
melakukan dosa besar. Beberapa hadist ada yang mengatakan bahwa dosa besar
selain syirik itu zina, sihir, membunuh tanpa sebab, serta memakan harta anak
yatim. Sedangkan mayoritas Khawarij berpendapat bahwa dosa besar adalah
kufur. Orang yang melakukan dosa besar itu dihukum kafir dan kekal didalam
neraka. Selain itu salah satu cabang aliran Khawarij menyatakan bahwa dosa
besar itu bukan musyrik saja tetapi semua orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka dihukum dosa besar.26

24
Sukring, "Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid'ah Khawarij: Kajian Teologi Khawarij
Zaman Modren", Jurnal Theologia, Vo.27, No.2, (Dessember 2016), hal 425
25
Mohammad Said Ishak, “Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan Perspektif Antara
Aliran Teologi”, Jurnal Teknologi, Vol.36(E), (Juni,2002), hal 66

14
26
Mohammad Said Ishak, “Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan Perspektif Antara
Aliran Teologi”, Jurnal Teknologi, Vol.36(E), (Juni,2002), hal 70-73

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa asal muasal


aliran khawarij bermula ketika terjadinya tahkim antara kelompok Ali bin Abi
Thalib dan kelompok Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Karena ketidak puasan dengan
hasil tahkim tersebut pengikut Ali bin Abi Thalib terbagi menjadi dua bagian.
Pengikut yang keluar dari barisan tersebut disebut dengan khawarij.

Ajaran dan pemikiran khawarij dalam wilayah politik merupakan sebuah


sikap yang memposisikan diri sebagai oposisi yang selalu revolusioner melawan
para pemimpin yang mereka anggap buruk. Pengkafiran menjadi doktrin yang
khas dalam pemikiran Khawarij. Radikal dan fanatisme tinggi juga menjadi corak
khas dalam setiap aksi Khawarij. Oleh karena itu, dalam penafsiran teks-teks
agama, Khawarij cenderung menafsirkannya untuk mendukung ideologi mereka,
dan menyangkal as-sunnah.

B. Kritik dan Saran

Demikian pembahasan dari makalah ini. Semoga dengan adanya


penjelasan tentang Khawarij: Doktrin dan Faktor Pembentukan Radikalisme ini
bermanfaaat sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita
semua. Isi dari makalah ini berasal dari berbagai sumber dan beberapa referensi.
Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan, penulis menerima saran dan kritik
untuk kesempurnaan makalah. Terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sahidin, Ahmad. Aliran-aliran dalam Islam, Bandung: Salamadani,2009.

Ali, Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, Jakarta:
Tintamas Indonesia, 2015.

Hairul Puadi, "Radikalisme Islam: Studi Doktrin Khawarij", Jurnal Pusaka, Vol.
4, No.1, (2016), hal 47

Nasution, Harun. Teologi Islam, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986.

Nasutiion, Harun. Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:


UI Press, 1985.

Ilham Ilham, "Aliran-Aliran Khawarij Dan Pemikirannya", Jurnal Media


Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani, Vol. 5, No. 2 (2019), hlm.
124-125.

Zahrah, Imam Muhammad Abu. Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, Terj.
Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Tanggerang: Gaya Media
Pratama, 2011.

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung:Penerbit Jabal,


2014.

Mohammad Said Ishak, “Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan Perspektif


Antara Aliran Teologi”, Jurnal Teknologi, Vol.36(E), (Juni,2002), hal 66

Bahaf, Muhammad Afif. Ilmu Kalam, Serang: Ma-Eye Press, 2008.

Rubini, “Khawarij dan Murji’ah Perspektif Ilmu Kalam”, Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan islam, Vol.7, No.1, (Juni,2018), hal 99.

Rusydiah, "Pemikiran Khawarij: Studi Hidtoris Genealogis Pemikiran Islam",


Jurnal pemikiran Islam, Vo.1, No.1, (Juni 2020), hal 75

17
Saleh Saleh, "Khawarij; Sejarah Dan Perkembangannya”, Jurnal Pemikiran
Keislaman dan Tafsir Hadis, Vol. 7 No. 2, (2018), hlm. 26.

Shaliadi Ikrom, "Khawarij: Arti, Asal-Usul, Firqah-Firqah, dan Pendapatnya",


Jurnal Studi Islam, Vol. 2, No. 1, (2015), hal. 17-18.

Sukring, "Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid'ah Khawarij: Kajian Teologi


Khawarij Zaman Modren", Jurnal Theologia, Vo.27, No.2, (Dessember
2016), hal 424

Sukring, "Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid'ah Khawarij: Kajian Teologi


Khawarij Zaman Modren", Jurnal Theologia, Vo.27, No.2, (Dessember
2016), hal 425

W. Montgomery Watt, the Formative Period of Islamic Thought, (Edinburgh:


Edinburgh University Press, 1973), hal 13-15.

18

Anda mungkin juga menyukai