Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU KALAM

KHAWARIJ DAN MURJIAH


Dosen Pengampu: Agus Nur Qawim

Di susun Oleh:

Muhammad Aliffudin (211310261)

Muhammad Faiq Fauzan (211310243)

Muhammad Ghiffari Arifin (211310282)

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA


FAKULTAS TARBIYAH D
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022 M/1443 H

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu
Kalam. Shalawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada Rasulullah Saw,
beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia hingga akhir zaman.
Kami selaku kelompok 3 telah menyelesaikan makalah berdasarkan mata kuliah
Ilmu Kalam yang membahas tentang sejarah munculnya khawarij dan murji’ah.
Yang didalamnya mencangkup sejarah perkembangan khawarij dan murji’ah,
tokoh-tokoh khawarij dan murji’ah, ajaran-ajaran pokok khawarij dan murji’ah,
lalu dalil-dalil yang mendasari. Makalah ini dibuat guna menyelesaikan tugas
mata kuliah Ilmu Kalam pada semester III.
Dalam pembuatan makalah ini kami telah usahakan semaksimal mungkin
dengan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga kami mengucapkan terimakasih
terhadap pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Kami sadar dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan, baik
disengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu, kami meminta maaf yang
sebesarbesarnya. Kami mengharapa adanya kritik dan saran yang dapat
membantu menyempurnakan makalah kami.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

PENYUSUN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 4
C. Tujuan penulisan Makalah...............................................................................4
BAB II................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN.................................................................................................. 5
A. Sejarah dan perkembangan Khawarij dan Murji’ah.....................................5
B. Tokoh-tokoh Khawarij dan Murji’ah............................................................7
C. Ajaran-ajaran pokok Khawarij dan Murji’ah................................................7
D. Dalil-dalil yang mengawasi Khawarij dan Murji’ah....................................9
BAB III.............................................................................................................. 11
PENUTUP.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khawarij adalah suatu kelompok/aliran pengikut Ali Bin Abi Thalib yang
keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali
yang menerima arbitrase (Tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M,
dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah. Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan
pasukannya berada dipihak yang benar karena Ali merupakah khalifah sah yang
telah dibai’at mayoritas umat Islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang
salah karena membentuk khalifah yang tidak sah. Lagi pula berdasarkan estimasi
Khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu,
tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah,
kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.
Seperti Khawarij, Murji’ah juga muncul karena persoalan politik. Setelah
peristiwa tahkim, pengikut ‘Ali terpecah menjadi dua golongan, yaitu golongan
khawarij yang berbalik menentang ‘Ali dan golongan syi’ah yang kuat
mendukung ‘Ali. Meski bermusuhan, kedua golongan ini sama-sama menentang
kekuasaan Bani Umayyah. Namun, jika Khawarij menentang Mu’awiyah karena
dia dan pengikutnya telah menyimpang dari hukum Allah, Syi’ah menentang
Mu’awiyah karena dia telah merampas kekuasaan ‘Ali.
Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang “Sejarah Perkembangan Ilmu
Kalam yaitu Aliran Khawarij dan Aliran Murji’ah” sehingga pembaca dapat
memahami tentang ILMU KALAM dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan perkembangan Khawarij dan Murji’ah?
2. Siapakah Tokoh-tokoh Khawarij dan Murji’ah?
3. Sebutkan Ajaran-ajaran pokok Khawarij dan Murji’ah?
4. Sebutkan Dalil-dalil yang mendasari Khawarij dan Murji’ah?
C. Tujuan penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan Khawarij dan
Murji’ah
2. Untuk mengetahui Siapakah Tokoh-tokoh Khawarij dan Murji’ah
3. Untuk mengetahui Ajaran-ajaran pokok Khawarij dan Murji’ah
4. Untuk mengetahui dalil-dalil yang mendasari Khawarij dan Murji’ah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan perkembangan Khawarij dan Murji’ah


1. Sejarah kemunculan Khawarij
Secara etimologis kata al-khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Sebagian sejarawan
berpendapat bahwa setiap orang yang memisahkan diri dari pimpinannya disebut
Khawarij . Berdasarkan pengertian etimologi ini, khawarij berarti setiap muslim
yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam1.
Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah
suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang
menerima arbitrase (tahkim).

2. Latar belakang kemunculan Khawarij


Khawarij ini adalah suatu kelompok/aliran pengikut Ali Bin Abi Thalib yang
keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali
yang menerima arbitrase (Tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M,
dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah2. Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali
dan pasukannya berada dipihak yang benar karena Ali merupakah khalifah sah
yang telah dibai’at mayoritas umat Islam, sementara Muawiyah berada di pihak
yang salah karena membentuk khalifah yang tidak sah. Lagi pula berdasarkan
estimasi Khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan
itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah,
kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok
Muawiyah sehingga ia bermaksud menolak permintaan itu. Namun, karena
desakan pengikutnya seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki AtTamimi,
dan Zaid bin Husein Ath-Tha’i dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al-
Asytar (komandan pasukanya) untuk menghentikan peperangan3.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin
Abbas sebagai delegasi juru damainya, tetapi orang-orang khawarij menolaknya.
Mereka beranggapan bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali
sendiri. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-
Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh
utusannya dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat
mengecewakan

1 Novan Ardy Wiyani, Ilmu Kalam, Bumiayu: Teras, 2013, hlm 38


2 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (UI. Press,cet.1, 1985),
hlm.11.
3 Novan Ardy Wijaya, op.cit, hlm. 24-28
kaum khawarij sehingga mereka membelot dan mengatakan,”Mengapa kalian
berhukum kepada manusia. Tidak ada hukum lain selain hukum yang ada disisi
Allah”. Imam Ali menjawab, “Itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka
artikan keliru”. Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali
dan langsung menuju Hurura. Dengan arahan Abdullah al-Kiwa mereka sampai
di Harura. Di Harura, kelompok khawarij ini melanjutkan perlawanan kepada
Muawiyah dan juga Ali. Mereka mengangkat seorang pemimpin bernama
Abdullah bin Shahab Ar-Rasyibi.

3. Sejarah Kemunculan Murji’ah


Kata Murjiah diambil dari kata arja’a yang berarti menunda, melambatkan,
dan mengemudiankan. Menurut Al-Syahrastani, kata arja’a juga berarti
mengharapkan. Jadi Murji’ah bisa berarti aliran yang mengemudiankan amal
dari pada iman dan ada juga yang menunda persoalan dosa itu sampai hari
kiamat4. Bisa pula Murji’ah berarti suatu mazhab kalam yang mengharapkan
agar dosa-dosa itu diampuni dan ditukar oleh Allah SWT dengan kebaikan.

4. Latar belakang Murji’ah


Seperti Khawarij, Murjiah juga muncul karena persoalan politik. Setelah
peristiwa tahkim, pengikut ‘Ali terpecah menjadi dua golongan, yaitu golongan
khawarij yang berbalik menentang ‘Ali dan golongan syi’ah yang kuat
mendukung ‘Ali. Meski bermusuhan, kedua golongan ini sama-sama menentang
kekuasaan Bani Umayyah. Namun, jika Khawrij menentang Mu’awiyah karena
dia dan pengikutnya telah menyimpang dari hukum Allah, Syi’ah menentang
Mu’awiyah karena dia telah merampas kekuasaan ‘Ali5.
Dalam suasana pertentangan itu, lahirlah Murjiah sebagai golongan yang
ingin bersikap netral dan tidak mau ikut dalam kafir-mengkafirkan seperti yang
dilakukan kelompok yang bertentangan itu. Bagi Murjiah, kelompok ‘Ali dan
Mu’awiyah masih dapat dipercaya. Oleh sebab itu, golongan ini tidak mau
mengeluarkan pendapat tentang siapa yang salah atau yang benar dan menunda
penyelesaiannya pada hari kiamat.
Persoalan politik yang terjadi kemudian menjalar kepada persoalan agama.
Persoalan dosa besar yang ditimbulkan Khawarij juga mendapat perhatian
mereka. Bila khawarij menghukum kafir setiap orang yang berdosa besar,
murji’ah menganggapnya tetap mukmin dan pembalasan dosa mereka ditunda
dan diserahkan kepada Allah SWT pada hari kiamat kelak6. Argumen yang
mereka kemukakan adalah oang yang berbuat dosa besar masih tetap mengakui
bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Orang seperti
ini tetap mengucapkan syahadat sebagai dasar keimanan.
Golongan murji’ah dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu golongan
moderat dan ekstrim. Golongan moderat mengatakan orang yang berdosa besar
bukan kafir tetapi mukmin dan tidak kekal dalam neraka. Mereka akan dihukum
dalam neraka

4 Novan Ardy Wiyani,M.Pd.I., op.cit., hlm.62.


5 Harun Nasution, op.cit., hlm. 25 6 Harun Nasution, op.cit., hlm 27
sesuai dengan besarnya dosa yang mereka lakukan dan kemudian masuk surga.
Namun ada pula kemungkinan Tuhan mengampuni mereka sehingga mereka
tidak masuk neraka sama sekali7.
Golongan yang ekstrim dipelopori oleh Jahm ibn Shafwan. Menurut Jahm
orang islam yang percaya pada tuhan, kemudian mengatakan kafir secara lisan,
belum lah menjadi kafir karena iman dan kufur terletak di dalam hati, bukan
dalam bagian lain dari tubuh manusia. Bahkan orang itu juga tidak menjadi kafir
walaupun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran agama lain, menyembah
salib, dan kemudian meninggal, orang-orang itu bagi Allah tetap menjadi
mukmin yang sempurna.
Karena iman bagi golongan Murji’ah terletak dalam hati, bahwa hanya
Tuhan yang mengetahui, timbullah dalam pendapat mereka bahwa melakukan
maksiat, atau pekerjaan jahat tidak merusak iman. Jika seorang mati dalam
keadaan beriman, dosa-dosa dan pekerjaan jahat yang dilakukannya tidak
merugikan orang itu8.
Pemikiran-pemikiran diatas menimbulkan pengertian bahwa amal tidak
sepenting iman. Iman terletak dalam hati dan tidak ada orang lain yang
mengetahuinya. Perbuatan-perbuatan manusia tidak selalu menggambarkan apa
yang ada di dalam hatinya. Oleh sebab itu, yang penting adalah iman dan
perbuatan yang tidak merusak iman.

B. Tokoh-tokoh Khawarij dan Murji’ah


1. Tokoh-tokoh Khawarij diantaranya adalah:
a. Abdullah bin Wahhab Ar-Rasyidi
b. Urwah bin Hudair
c. Mustarid bin Sa’ad
d. Hausarah Al-Asadi
e. Quraib bin Maruah
f. Nafi bin Al-Azraq
g. Abdullah bin Basyir
h. Najdah bin Amir Al-Hanaf

2. Tokoh-tokoh Murji’ah diantaranya adalah:


a. Abu Hasan ash-Shalihi
b. Yunus bin an-Namiri
c. Ubaid al-Muktaib
d. Ghailan ad-Dimasyq
e. Bisyar al-Marisi
f. Muhammad bin Karram

C. Ajaran-ajaran pokok Khawarij dan Murji’ah


Ajaran pokok Khawarij terbagi menjadi 2 diantaranya ialah:

7 Novan Ardy Wiyani,M.Pd.I., op.cit., hlm.64. 8


Harun Nasution, op.cit., hlm. 29.
1. Doktrin akidah
a. Setiap umat Muhammad Saw. yang terus menerus melakukan dosa
besarhingga matinya belum melakukan taubat, maka dihukumkan kafi
serta kekal dalam neraka.
b. Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara, bila kepala
negara tersebut khianat dan zalim.
c. Amal soleh merupakan bagian esensial dari iman. Oleh karena itu, para
pelaku dosa besar tidak bisa lagi disebut muslim, tetapi kafi. Dengan latar
belakang watak dan karakter kerasnya, mereka selalu melancarkan jihad
(perang suci) kepada pemerintah yang berkuasa dan masyarakat pada
umumnya.
d. Kaum Khawarij mewajibkan semua manusia untuk berpegang kepada
keimanan, apakah dalam berpikir, maupun dalam segala perbuatannya.
Apabila segala tindakannya itu tidak didasarkan kepada keimanan, maka
konsekwensinya dihukumkan kafir.
e. Adanya wa’addan wa’īd(orang yang baik harus masuk kedalam surga,
sedangkan orang yang jahat harus masuk neraka).
f. Amar ma’ruf nahi munkar.
g. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
h. Qur’an adalah makhluk.
i. Memalingkan ayat-ayat al-Quran yang bersifat mutasyābihāt (samar).

2. Doktrin Politik
a. Mengakui kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab
r.a., sedangkan Usman bin Affan r.a. dan Ali bin Abi Thalib r.a., juga
orangorang yang ikut dalam perang Jamal, dipandang telah berdosa.
b. Dosa dalam pandangan mereka sama dengan kekufuran. Mereka
mengkafikan setiap pelaku dosa besar apabila ia tidak bertobat. Dari
sinilah muncul istilah kafir dalam faham kaum Khawarij.
c. Khalifah tidak sah, kecuali melalui pemilihan bebas diantara kaum
muslimin. Oleh karenanya, mereka menolak pandangan bahwa khalifah
harus dari suku Quraisy.
d. Ketaatan kepada khalifah adalah wajib, selama berada pada jalan
keadilan dan kebaikan. Jika menyimpang, wajib diperangi dan bahkan
dibunuhnya.
e. Mereka menerima al-Quran sebagai salah satu sumber di antara
sumbersumber hukum Islam.
f. Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib r.a. adalah sah, tetapi setelah terjadi
peristiwa taḥkīm tahun ke-7 dan kekhalifahannya Usman bin Affan r.a.
dianggap telah
g. menyeleweng. Mu’awiyah dan Amr bin Ash dan Abu Musa al Asy’ari
juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.

Ajaran pokok dari Murji’ah ada 4 yaitu:

1. Menunda hukuman atas Ali bin Abi Thalib r.a., Mu’awiyah bin Abu
Sufyan, Amr bin Ash, dan Abu Musa al-Asy’ari yang terlibat taḥkīm dan
menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa
besar.
3. Meletakkan (pentingnya) iman dari amal.
4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

D. Dalil-dalil yang mengawasi Khawarij dan Murji’ah


1. Dalil dalil yang mengawasi Khawarij
Suatu ketika setelah peristiwa pemilihan wakil ini, seorang utusan Imam Ali,
al-Asy‘ats bin Qais, mendatangi satu kelompok dari Bani Tamim yang berada
dalam prajurit Sayyidina Ali untuk membacakan sebuah surat. Lalu berdiri dari
kelompok ini Urwah bin Udzainah yang berkata:
“Apakah engkau akan mewakilkan keputusan menyangkut agama Allah
kepada manusia?”.

Lalu dari ucapan orang tersebut, sebagian para penghapal Alquran yang ikut
Imam Ali terpengaruh dan berbalik menentang beliau karena menurut mereka
“tahkim” bertentangan dengan potongan surah al-Ma’idah ayat 44:
Artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu orang-orang kafir.”

Dan penggalan dari surah Yusuf ayat 40:


Artinya: “Keputusan (hukum) hanyalah milik Allah semata.”
Mereka seakan berkata bahwa memutuskan dengan cara menunjuk juru runding
(ḥakam) tidak sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah, yaitu al-Qur’an.
Mereka juga meyakini bahwa ayat 40 surah Yusuf di atas seakan berarti bahwa
pemahaman al-Qur’an merekalah yang sesuai dengan keputusan Allah.
2. Dalil-dalil yang melandasi Murji’ah
Pengikut Murji’ah berusaha mencari dalil-dalil yang yang dapat membantu
dalam membenarkan pemikiran mereka dengan menggunakan nash-nash yang
syubhat dan telah keluar dari tujuan nash sebenarnya, mereka menggunakan Al
qur’an dan As sunnah An nabawiyah serta berdalih bahwa dari sekian banyak
dalildalil yang di gunakan, semuanya berkaitan serta membenarkan
pemikiranpemikiran mereka, yang hakekatnya penuh dengan kesesatan.
Dalil pertama Al qur’anul Karim, mereka berdalil melalui perkataan Allah:
Qs. An Nisa’: 48
Artinya:” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendakiNya”.
Qs. Az Zumar: 53
Artinya:” Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Al jahmiyah didalam berbagai nash
yang menjadikan keimanan atau kekafiran bertempat pada hati sebagaimana
firman Allah dalam Qs. Al Mujadilah: 22
Artinya:” Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan
keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang
datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga”
Qs. An Nahl:106
Artinya:” kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa)”
Dalil Kedua, Dari As sunnah An nabawiyah, mereka berdalil:
Artinya: Sabda Rasul SAW “Barang siapa yang mati dalam keadaan
menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu maka ia masuk neraka” Berkata Ibnu
Mas’ud ra ”Barang siapa yang mati tidak menyekutukan Allah SWT dengan
sesuatu apapun maka ia masuk jannah”
Artinya: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alloh
subhanahu wa ta’ala berfirman ” Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau
datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku
tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang
kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.”
Artinya: Sabdanya Rasulullah SAW ”Ya Allah tetapkanlah hatiku atas dien-
Mu”

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Khawarij merupakan aliran yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Hal ini
terjadi karena tidak setuju dengan keputusan Ali bin Abi Thalib dalam
menyelesaikan persengketaan tentang khilafah dengan Mu'awiyah bin Abi
Sufyan.
Atau dapat dikatakan tidak setuju dengan adanya tahkim (arbitrase).
2. Sedangkan Murji'ah yaitu golongan yang tidak mau turut campur dalam
pertentangan yang terjadi pada kaum Khawarij dan Syi’ah yang sama-sama
menentang kekuasaan Bani Umayyah. Dalam pertentangan inilah timbul suatu
golongan baru yang ingin bersifat netral dalam praktek kafir-mengkafirkan yang
terjadi antara golongan yang bertentangan itu.
3. Munculnya aliran-aliran kalam seperti Khawarij dan Murji’ahtidak terlepas dari
permasalahan politik dan teologi.
4. Khawarij dan Murji’ah memiliki dalil untuk membantah kebenaran dan
penyimpangan atas tindakan diluar batas yang mereka lakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Novan Ardy Wiyani, 2013, Ilmu Kalam, Bumiayu: Teras

Harun Nasution, 1978, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa

Harun Nasution, 1985, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


cet.1, UI. Pres

Al Qur’anul Karim

Ensiklopedia, Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, Dan Gerakan


Islam,
Dr. Abdullah Mun’im Al-Hafni

Anda mungkin juga menyukai