Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Aliran Khawarij
Dosen pengampuh mata kuliah

Tita Rostitawati S.Ag. M.Fil.I

Di susun oleh :

Ramona Alicia Hasan (201012134)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT SULTAN AMAI GORONTALO

2020
Kata pengantar

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan.


Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya saya
bisa menyelesaikan makalah tentang Aliran Khawarij.. Tidak lupa
shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW
yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memmenuhi tugas mata


kuliah Ilmu kalam, semoga makalah ini memenuhi syarat yang diharapkan.
Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian
kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, saya terbuka pada kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

I
Daftar isi
Kata pengantar..............................................................................................I
Daftar isi........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar belakang..................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................1
C. Tujuan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
A. Sejarah lahirrnya aliran khawarij................................2
B. Doktrin-doktrin pokok khawarij.................................4
C. Perkembangan aliran khawarij...................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................6
B. Saran...................................................................................7

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kata Khawarij secara bahasa diambil dari Bahasa Arab kharaja, secara harfiah berarti mereka
yang keluar, muncul, timbul, atau memberontak.[1]

Istilah khawarij adalah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang pada
awalnya mengakui kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib lalu menolaknya karena kekecewaan
mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dalam Perang Shiffin (37
H/657 M). Pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, berpusat di daerah yang kini terletak di
bagian negara Irak bagian selatan.

Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada pada pihak yang
benar, karena Ali merupakan khalifah yang sah yang telah dibai’at mayoritas umat Islam, sementara
Mu’awiyah berada pada pihak yang salah kaena memberontak kepada khalifah yang sah.
Berdasarkan estimasi khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu,
tetapi karena Ali terkena tipu daya licik ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hampir diraih
itu menjadi raib.
B. Rumusan masalah
1) Sejarah lahirrnya aliran khawarij
2) Doktrin-doktrin pokok khawarij
3) Bagaimana perkembangan khawarij?

1
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui darimana lahirnya aliran khawarij
2) Untuk mengetahui doktrin-doktrin pokok khawarij
3) Untuk mengetahui perkembangan khawarij

BAB II
PEEMBAHASAN
A. Sejarah lahirnya aliran Khawarij

Kata Khawarij secara bahasa diambil dari Bahasa Arab kharaja, secara harfiah berarti mereka
yang keluar, muncul, timbul, atau memberontak.[1]

Istilah khawarij adalah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang pada
awalnya mengakui kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib lalu menolaknya karena kekecewaan
mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dalam Perang Shiffin (37
H/657 M). Pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, berpusat di daerah yang kini terletak di
bagian negara Irak bagian selatan.

Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada pada pihak yang
benar, karena Ali merupakan khalifah yang sah yang telah dibai’at mayoritas umat Islam, sementara
Mu’awiyah berada pada pihak yang salah kaena memberontak kepada khalifah yang sah.
Berdasarkan estimasi khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu,
tetapi karena Ali terkena tipu daya licik ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hampir diraih
itu menjadi raib.[2]

Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok Mu’awiyah,
sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan itu. Akan tetapi, karena desakan pengikutnya,
terutama ahli qurra’, seperti al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki at-Tamimi, dan Zaid bin 2
Husein ath-Tha’i, dengan terpaksa Ali memerintahkan al-Asytar (Komandan pasukan Ali)
untuk menghentikan peperangan.[3]

Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas sebagai
delegasi juru damai (hakam)-nya, tetapi oang-orang khawarij menolaknya dengan alasan bahwa
Abdullah bin Abbas adalah oang yang berasal dari kelompok Ali. Mereka lalu mengusulkan agar Ali
mengirim agar Abu Musa al-Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab
Allah. Keputusan tahkim, yaitu Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya,
sementara Mu’awiyah dinobatkan menjadi khalifah oleh delegasinya pula sebagai pengganti Ali,
akhirnya mengecewakan orang-orang khawarij. Sejak itulah, orang-orang khawarij membelot
dengan mengatakan, “Mengapa kalian berhukum kepada manusia? Tidak ada hukum selain hukum
yang ada pada sisi Allah.” Mengomentari perkartaan mereka, Ali menjawab, “Itu adalah ungkapan
yang benar, tetapi mereka artikan dengan keliru.” Pada waktu itulah orang-orang khawarij keluar
dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura, sehingga khawarij disebut juga dengan nama
Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut dengan Syurah dan al-Mariqah.

Di Hurura, kelompok khawarij melanjutkan perlawanan selain kepada Mu’awiyah juga


kepada Ali. Di sana mereka mengangkat seorang pimpinan definitif yang bernama Abdullah bin
Sahab ar-Rasyibi. Sebelumnya mereka dipandu Abdullah al-Kiwa untuk sampai ke Hurura.

Adapun mengenai sejarah persisnya khawarij ini terlahir para ulama berbeda pendapat,
seperti penjelasan berikut ini:

1. Bahwasanya Khawarij muncul pada zaman Rasulullah Saw. Yaitu ketika seseorang yang dikenal
dengan nama Dzul Khuwaishiroh at- Tamimi mengatakan kepada Rasulullah Saw. –yang ketika itu
beliau sedang membagikan harta rampasan perang-, “Berlaku adil lah wahai Rasulullah!”. Maka
Rasulullah Saw. pun menjawab, “Celaka engkau, siapa lagi yang akan berlaku adil kalau aku tidak
berlaku adil”. Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab pun berkata, “Biarkan saya membunuhnya
wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw. pun bersabda, “Biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut
yang sholat, kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya, puasa kalian terasa remeh dibandingkan
dengan puasanya, mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya
...”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca
al-Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan
membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang
terlepas dari busurnya kalau aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka
sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.”[4]

Pendapat lain, menyebutkan bahwa khawarij muncul pada zaman kekhilafahan Utsman bin .2
Affan, yaitu mereka para pemberontak yang mengepung rumah Utsman untuk kemudian
membunuh beliau radhiyallahu ‘anhu. 3
3. Ada juga yang mengatakan, khawarij muncul ketika mereka membelot dan keluar (khuruj) dari
pasukan Ali bin Abi Thalib ketika terjadi peristiwa tahkim antara Ali dan Muawiyah radhiyallahu
anhuma.[6]

B.Doktrin-doktrin pokok khawarij

Doktrin atau ajaran-ajaran pokok Khawarij diantaranya adalah sebagai berikut[7]:

a) khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam;

b) khalifah tidak harus berasal dari keturunan orang Arab;

c) setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat;

d) khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat
Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika melakukan kezaliman;

e) khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari
masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap telah menyeleweng;

f) khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia dianggap menyeleweng;

g) Mu’awiyah dan Amr bin al-Ash serta Abu Musa al-Asy’ari juga dianggap menyeleweng dan telah
menjadi kafir;

h) pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga kafir;

i) seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim, karenanya harus dibunuh. Mereka
menganggap bahwa seseorang muslim tidak lagi muslim (kafir) disebabkan tidak mau membunuh
muslim lain yang telah dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula;

j) setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Apabila tidak mau
bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al harb (negara musuh), sedangkan golongan
mereka dianggap berada dalam dar al Islam (negara Islam);

k) seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng;

l) adanya wa'ad dan waid (orang yang baik harus masuk surga sedangkan yang jahat harus masuk ke
dalam neraka;

m) amar ma'ruf nahi munkar;

n) memalingkan ayat-ayat al-quran yang tampak mutasyabihat (samar);

o) al-Qur’an adalah makhluk; 4

p) manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan


Apabila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum khawarij dapat dikategorikan
ke dalam tiga kategori, yaitu politik, teologi, dan sosial. Doktrin khawarij dari poin a sampai dengan h
dapat dikategorikan sebagai doktrin politik, sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala negara (khalifah)

C.Perkembaangan aliran khawarij


D. Khawarij, sebagaimana telah dikemukakan, telah menjadikan imamah/Khilafah/politik
sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin-doktrin teologis lainnya. Radikalitas
yang melekat pada watak dan perbuatan kelompok khawarij menyebabkan sangat rentan
pada perpecahan, baik secara internal kaum khawarij maupun secara eksternal dengan
sesama kelompok Islam lainnya. Para pengamat telah berbeda pendapat tentang beberapa
banyak perpecahan yang terjadi dalam tubuh kaum khawarij. Al- Baghdadi mengatakan
bahwa sekte ini telah pecah menjadi 20 subsekte. Harun mengatakan bahwa sekte ini telah
pecah menjadi 18 subsekte. Adapun al-Asfarayani, seperti dikutip Baghdadi, mengatakan
bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.[10]
E. Terlepas dari beberapa banyak subsekte pecahan khawarij, tokoh-tokoh yang disebutkan di
atas sepakat bahwa subsekte khawarij yang besar ada 8 yaitu[11]:
F. a. Al-Muhakimah;
G. b. Al-Azriqah;
H. c. An-Najdat;
I. d. Al-Baihasiyah;
J. e. Al-Ajaridah;
K. f. As-Saalabiyah;
L. g. Al-Abadiyah;
M. h. As-Sufriyah.
N. Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum orang yang berbuat dosa besar,
apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya, doktrin teologi tetap menjadi
primadona pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin yang lain hanya merupakan
pelengkap. Pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoritis, Sehingga kriteria
bahwa seseorang dapat dikategorikan sebagai mukmin atau kafir tidak jelas. Hal ini
menyebabkan seseorang –dalam kondisi tertentu– dapat disebut mukmin sekaligus pada
waktu yang bersamaan disebut sebagai kafir.
O. Tindakan kelompok khawarij di atas telah merisaukan hati semua umat Islam saat itu. Sebab
dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte tertentu khawarij, jiwa seseorang harus
melayang, meskipun oleh subsekte yang lain orang bersangkutan masih dikategorikan
sebagai mukmin, sehingga 5

dikatakan bahwa jika seorang Yahudi atau Majusi masih lebih berharga dibandingkan dengan
jiwa seorang mukmin. Meskipun demikian, ada sekte khawarij yang agak lunak, yaitu sekte
Najdat dan Ibadiyah. Keduanya membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir
nikmat hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah. Orang seperti ini,
kata kedua sekte di atas, tidak perlu dikucilkan dari masyarakat.
P. Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut dikategorikan sebagai
aliran khawarij, selamat terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini. Berkenaan
dengan persoalan ini, Harun mengidentifikasi beberapa indikasi aliran yang dapat
dikategorikan sebagai aliran khawarij masa kini yaitu:
Q. a. mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun orang
itu adalah penganut agama Islam;
R. b. Islam yang benar adalah Islam yang mereka pahami dan amalkan, sedangkan Islam
sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan lain tidak benar;
S. c. orang-orang Islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali kepada Islam
yang sebenarnya, yaitu Islam seperti yang mereka pahami dan amalkan;
T. d. karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,
mereka memilih Imam dari golongannya, yaitu Imam dalam arti pemuka agama dan pemuka
pemerintahan;
U. e. mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan
dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya.

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan kami di atas, bahwa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

2. Berdirinya kelompok khawarij bukan hanya berdampak pada perbedaan politik, akan tetapi juga
berkembang pada permasalahan teologis yang memiliki perbedaan yang tidak mungkin untuk
disatukan;

3. Pemikiran-pemikiran kelompok khawarij merupakan doktrin-dokrin yang bersifat ekstrim yang


berkaitan dengan persoalan-persoalan seperti tentang khalifah, fatwa kafir, dosa serta iman dan
ibadah;

B. Saran

Saaya menyadarj bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan. Saran dan kritik serta tambahan sangat saya
harapkan guna memperbaiki kesalahan pada makalah yang telah saya susun ini.

Anda mungkin juga menyukai