Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU KALAM
KHAWARIJ DAN MURJIAH

Makalah ini disusun sebagai tugas

mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen pengampu: Nur Hamid,S.Ag, M.Hum

Penyusun:

Agus Nur Sodiqin 143211038

Reza Dwi Wijayanti 143211040

Asyrof Abdullathif 143211041

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN SASTRA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2015-2016
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Ilmu Kalam biasa disebut juga dengan bebrapa nama,antara lain: ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar, dan teologi islam. Disebut ilmu
ushuluddin karena ilmu ini membagas pokok-pokok agama (ushuluddin);
disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT. Di
dalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-
perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, dan ja’iz, juga sifat yang wajib,
mustahil, dan ja’iz, bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid sendiri sebenarnya membahas
keesaan Allah SWT. Dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Secara
objektif,ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid,tetapi argumentasi ilmu kalam
lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh sebab itu,sebagian
teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.

II. Rumusan Masalah

Sesuai dengan materi yang kami dapatkan maka uraian


pembahasannya mencakup hal-hal yang berkenaan dengan: 1. Paham
Khawarij; 2. Paham Murji’ah;

2
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...2
II. Rumusan Masalah…………………………………………………………2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….....3

BAB II
PEMBAHASAN
1. Khawarij
A. Pengertian Khawarij………………………………….……………….4
B. Khawarij dan Doktrin-doktrin Pokoknya..……………………………5
C. Perkembangan Khawarij………………………….…………………..8
2. Murji’ah
A. Pengertian Murji’ah………………………………………………….10
B. Doktrin-Doktrin kelompok Murji’ah………………………………...11
C. Sekte-Sekte kelompok Murji’ah……………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….14

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Khawarij
A. Pengertian Khawarij
Secara bahasa kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu
kharaja yang mempunyai makna keluar, muncul, timbul, atau
memerontak1. Hal ini yang mendasari Syahrastani untuk menyebut
khawarij terhadap orang yang memberontak imam yang sah2.
Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap
muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam3.

Sedangkan menurut istilah khawarij adalah suatu kelompok


atau aliran pengikut Ali ibn Abi Thalib yang keluar meninggalkan
barisannya. Mereka tidak sepakat terhadap keputusan Ali yang
menerima arbitrase (tahkim) dalam Perang Sifin pada tahun
37H/648M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin
Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah4.

Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali


merupakan khalifah yang sah yang dibai’at mayoritas umat Islam.
Sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena
memberontak khalifah yang sah. Lagipula berdasarkan estimasi
khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada
peperangan tersebut, tetapi karena Ali menerma tipu daya licik ajakan
damai Muawiyah, kemenangan yang hampir diraih itu raib atau
hilang5.

Ali sebenarnya telah mencium kelicikan dibalik ajakan damai


kelompok Muawiyah, pada awalnya ia bermaksud untuk menolak
permintaan tersebut. Namun, karena desakan sebagian para
pengikutnya, terutama ahli qurra’ seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud

1
Abdu Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad Al-Bagdadi, Al-Farq bain Al-Firaq,Al-
Azhar,Mesir.1037,hlm, 75.
2
Abi Al-Fath Muhammad Abd Al-Karim bin Abi Baskar Ahmad Asy-Syahrastani,Al-Milal wa An-
Nihal,Dar Al-Fikr,Libanon,Beirut,hlm, 114.
3
Ali Mustafa Al-Ghurabi, tarikh Al-Firaq Al-Islamiyah wannasy’atu ilmi Al-Kalam Inda Al Muslimin,
Maktabah wa mathba’ah Muammad Ali Shabih wa auladuhu,Haidan Al-Azhar,Mesir Cet, II, 1958,
hlm 264
4
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Ul.Press cet.1.1985, hlm, 11.
5
Rahman op.cit hlm 245

4
bin Fudaki at-Tamimi, dan Zain bin Husein AthTha’I, dengan sangat
terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukannya) untuk
menghentikan peperangan.6

Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan


Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam) nya, tetapi
orang-orang Khawarij menolaknya. Mereka beralasan bahwa
Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri. Kemudian
mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy’ari
dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai
khalifah oleh utusannya, dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah
pengganti Ali sangat mengecewakan orang-orang khawarij. Mereka
membelot dan mengatakan, “mengapa kalian berhukum kepada
manusia. Tidak adakah hokum selain hokum yang ada di sisi Allah.”
Imam Ali menjawab, “itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka
mengartikan dengan keliru.” Pada saat itu juga orang-orang khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Harura. Itulah sebabnya
khawarij disebut juga dengan nama Hururiah7. Kadang-kadang
mereka disebut dengan syurah dan Al-Mariwah.

Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Harura.


Di sana, kelompok Khawarij ini melanjutkan perlawanan kepada
Muawiyah dan juga kepada Ali. Mereka mengangkat seorang
pemimpin yang bernama Abdullah Ar-Rasyibi.8

B. Khawarij dan Doktrin-Doktrin Pokoknya


Diantara doktrin-dokltrin pokok Khawarij adalah berikut ini:
1. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat
Islam.
2. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, dengan
demikian setiap muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah
memnuhi syarat.

6
Amir an-najjar,Al-Khawarij aqidaton wa fikratan wa falsafan terj. Afif Muhammad dkk, lentera
cet.1. bandung,1993, hlm 5
7
Al-ghurabi,op-cit. hlm. 265, bandingkan dengan nasution,loc cit; bandingkan pula dengan an-
najjar,loc cit.
8
Ibrahim madzzkur,fi al-falsafah al-islamiyah manhaj wa tathbiquh, juz II, dar al-maarif, mesir
1947,hlm 109, bandingkan dengan nasution, op.cit

5
3. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam. Ia harus dijatuhkan
bahkan harus dibunuh jika melakukan suatu kedzaliman.
4. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah,
tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kehalifahannya, Utsman r.a
dianggap telah menyeleweng.
5. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi abitrase (tahkim),ia
dianggap menyeleweng.
6. Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.
7. Pasukan perang Jamal melawan Ali juga kafir.9
8. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut sebagai seorang
Muslim sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis (kacau)
lagi, mereka menganggap seorang muslim dapat menjadi kafir
apabila ia tidak mau membunuh muslim yang lain yang telah
dianggap kafir dengan resiko menanggung beban harus
dilenyapkan pula.
9. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan
mereka. Bila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena
hidup dalam dar al-harb (Negara musuh), sedangkan golongan
mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-islam (Negara
islam).
10. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
11. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga dan
orang yang jahat harus masuk neraka).
12. Amar ma’ruf nahi munkar
13. Memalingkan Ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasabihat
(samar).
14. Quran adalah makhluk.10
15. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

Bila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan


kaum khawarij dalapat dikategorikan dalam tiga kategori: politik,
teologi, dan sosial. Dari poin 1 sampai 7 dikategorikan sebagai
doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala Negara
(khilafah).
9
Al-bagdadi,op.cit,hlm 73
10
Madzkur, op.cit hlm 10

6
Melihat pengertian politik secara praktis yakni kemahiran
bernegara. Atau kemahiran dalam berupaya menyelidiki manusia
dalam memperoleh kekuasaan, atau kemahiran mengenai latar
belakang, motivasi dan hasrat mengapa manusia ingin memperoleh
kekuasaan. Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik.
Poltik ternyata juga merupakan doktrin sentral khawarij yang timbul
akibat reaksi adanya muawiyah yang secara teoritis tidak pantas
pemimpin Negara, karena ia seorang tulaqa11. Kebencian ini
bertambah dengan kenyataan bahwa keislaman Muawiyah belum
lama.

Mereka menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak


pantas. Jalan pintas yang ditempuhnya adalah membunuhnya,
termasuk orang yang mengusahakannya menjadi khalifah.
Dikumandangkanlah sikap bergerilya untuk membunuh mereka.
Dibuat pulalah doktrin teologi tentang dosa besar sebagaimana tertera
pada poin 8 sampai 11. Akibat doktrinya yang menentang pemerintah.
Khawarij harus menanggung akibatnya, mereka selalu dikejar-kejar
dan ditumpas oleh pemerintah. Kemudian perkembangannya,
sebagaimana dituturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar
sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, afrika utara, dan
Arabia selatan.

Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya


merupakan imbas langsung dari doktrin sentralnya, yakni doktrin
politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka
yang juga radikal serta asal-usul meraka yang berasal dari masyarakat
badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu menyebabkan
watak dan pola pikirnya menjadi keras,berani, tidak bergantung pada
orang lain,dan bebas. Namun, mereka fanatic dalam menjalankan
agama. Sifat fanatic itu biasanya mendorong seseorang berfikir
simplisitis; berpengetahuan sederhana, melihat pesan berdasarkan
motivasi pribadi, dan bukan berdasarkan pada data dan konsistensi
logis, bersandar lebih banyak pada sumber pesan (wadah) daripada isi
pesan, mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumber
kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain,
mempertahankan secara kaku system kepercayaannya, dan
menolak,mengabaikan,dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten
dengan system kepercayaannya.
11
Tulaqa adalah bekas kaum musyirkin mekah yang dinyatakan bebas pada hari jatuhnya kota itu
kepada kaum muslimin,Muhammad al-ghazali, Fiqhu As-Sirrah,terj Abu Laila,cet 10, hlm 647

7
Orang-orang yang mempunyai prinsip Khawarij ini sering
menggunakan cara kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya.
Adapun doktrin-doktrin selanjutnya yakni dari poin 11 sampai 15,
dapat dikategorikan sebagai doktrin teologis social. Doktrin ini
memperlihatkan kesalehan asli kelompok Khawarij sehingga sebagian
pengamat menganggap doktrin ini lebih mirip dengan doktrin
Mu’tazilah. Meskipun kebenaran adanya doktrin ini dalam wacana
kelompok Khawarij patut dikaji lebih mendalam. Dapat dirumuskan
bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama,
sebagaimana dilakukan kelompok Khawarij, cenderng berwatak
tekstualitas/skripturalis seingga menjadi fundamentalis. Kesan
skriptualitas dan fundamentalis itu tidak nampak pada doktrin-doktrin
khawarij pada poin 10 sampai 15. Namun bila doktrin telologis social
ini benar-benar merupakan doktrin Khawarij, dapat memprediksikan
bahwa kelompok Khawarij pada dasarnya merupakan orang-orang
baik. Hanya saja,keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas
penganut garis keras, yang aspirasinya dikucilkan dan diabaikan
penguasa, ditambah oleh pola pikirnya yang simplistic,telah
menjadikan mereka bersikap ekstrim.12

C. Perkembangan Khawarij
Sebagaimana telah dikemukakan, Khawarij telah menjadikan
imamah-khilafah (politik) sebagai doktrin sentral yang memicu
timbulnya doktrin-doktrin teologis lainnya. Radikalitas yang melekat
pada watak dan perbuatan kelompok Khawarij menyebabkan mereka
sangat rentan pada perpecahan, baik secara internal kaum Khawarij
sendiri maupun secara eksternal dengan sesame kelompok Islam
lainnya. Para pengamat berbeda pendapat tentang jumlah sekte yang
terbentuk akibat perpecahan yang terjadi dalam tubuh Khawarij. Al-
Baghdadi mengatakan bahwa sekte ini telah terpecah menjadi 18
subsekte. Adapun, Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi,
mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.13

Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij,


tokoh-tokoh yang disebutkan diatas sepakat bahwa subsekte Khawarij
yang besar terdiri dari delkapan macam,yaitu:

a. Al-Muhakkimah
b. Al-Azriqah

12
An-Najjar, op. cit hlm 56
13
Al-Bagdadi, op. cit hlm 246

8
c. An-Nadjat
d. Al-Balhasiyah
e. Al-Ajaridah
f. As-Saalabiyah
g. Al-Abadiyah
h. As-Sufriyah

Semua subsekte itu membicarakan persoalan hokum bagi


orang yang berbuat dosa besar,apakah ia masih dianggap mukmin
atau telah menjadi kafir. Tampaknya, doktrin teologi ini tetap menjadi
primadona dalam pemikiran mereka,sedangkan doktrin-doktrin yang
lain hanya pelengkap saja. Sayangnya, pemikiran subsekte ini lebih
bersifat praktis daripada teoritis, sehingga kriteria mukmin atau
kafirnya seseorang menjadi tidak jelas. Hal ini menyebabkan dalam
kondisi tertentu seseorang dapat disebut mukmin dan pada waktu
yang bersamaan disebut sebagai kafir.

Tindakan kelompok Khawarij ini merisaukan hati umat Islam


saat itu sebab ,dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte
tertentu Khawarij, jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh
subsekte lain ia masih dikategorikan mukmin. Bahkan,dikatakan
bahwa jiwa seoran Yahudi atau Majusi lebih berharga dibandingkan
jiwa seorang mukmin.14 Kendatipun demikian, ada sekte Khawarij
yang agak lunak,yaitu sekte Nadiyat dan Ibadiyah. Keduanya
membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya
melakukan dosa dan tidak berterimakasih kepada Allah. Orang
semacam ini tidak perlu dikucilkan dari masyarakat.15

Semua aliran bersifat radikal,pada perkembangan lebih lanjut,


dikategorikan sebagai aliran Khawarij, selama di dalamnya terdapat
indikasi doktrin yang identic dengan aliran ini. Berkenaan dengan
persoalan ini Harun Nasution mengidentifikasi beberapa aliran yang
dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij,yaitu sebagai berikut:

a. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan


mereka walaupun orang itu adalah penganut agama Islam.
b. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan
amalkan,sedangkan islam sebagaimana yang difahami dan
diamalkan golongan lain tidak benar.
14
Toshikoko isutzu, the concept of believe in Islamic theology : tiara wacana, yogya, cet 1. 1994
hlm 15.
15
Ibid hlm 17

9
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu
dibawa kembali ke islam sebenarnya,yaitu islam seperti yang
mereka fahami dan amalkan,.
d. Karena pemerintahan dan ulama tidak sefaham dengan mereka
adalah sesat, maka mereka meilih iman dari golongan mereka
sendiri,yakni iman dalam arti pemuka agama dan pemuka
pemerintahan.
e. Mereka bersifat fanatic dalam faham dan tidak segan-segan
menggunakan kekerasan dan membunuh untuk mencapai
tujuan mereka.
2. Murji’ah
A. Pengertian Murji’ah

Nama Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna
penundaan,penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung
pula arti memberi harapan,yakni memberi harapan kepada pelaku dosa
besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Oleh karena
itu Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa,yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya
masing-masing ke hari kiamat kelak.16

Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul


kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja
atau arja dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin
persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik.
Murji’ah baik sebagai kelompok politik maupun teologis,diperkirakan
lahir bersamaan dengan kemunculan Syiah dan Khawarij. Kelompok ini
merupakan musuh berat kelompok Khawarij.17

Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja muncul pertama kali


sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali Bin Abi
Thalib, Al Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah,sekitar tahun 695. 20
tahun setelah kematian Muawiyah,pada tahun 680,dunia islam dikoyak
pertikaian sipil. Al-mukhtar membawa faham Syi’ah ke Kufah dari
tahun 685-687, sebagai respon dari keadaan ini,muncul gagasan irja
atau penangguhan,dipergunakan pertama kali tahun 695 dalam surat
pendeknya. Dalam surat itu Al-Hasan menunjukkan sikap politiknya

16
Cyril Glasse, The Concise Encyclopedia Of Islam, Staceny International,London, 1989 hlm 288-
9.Departemen Agama RI,Ensiklopedi Islam.1990
17
W.Montgomery Watt,Islamic Philosophy and Theology;And Extended Survey,At
Univ.Press,EidenBurg,1987,hlm 23

10
dengan mengatakan, “Kita mengakui Abu Bakar dan Umar,tetapi
menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi pada konflik sipil
pertama yang melibatkan Utsman,Ali dan Zubayr”. Ia kemudian
mengelak berdampingan dengan kelompok syiah revolusioner yang
terlampau mengagungkan Ali dan para pengikutnya,serta menjauhkan
diri dari Khawarij yang menolak mengakui kkhalifahan Muawiyah
dengan alasan bahwa ia adalah keturunan si pendosa Utsman.18

B. Doktrin-Doktrin kelompok Murji’ah

Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan


atau doktrin irja yang diaplikasikan dalam banyak persoalan politik
maupun teologis. Di bidang politik doktrin irja’ diimplementasikan
dengan sikap politik netral atau nonblok,yang selalu di ekspresikan
dengan sikap diam. Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jau sehingga
membuat Murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.

Adapun dibidang teologi doktrin irja dikembangkan Murji’ah


ketika menghadapi persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu.
Pada perkembangan berikutnya persoalan-persoalan menjadi semakin
kompleks sehingga mencakup iman,kufur,dosa besar dan ringan,tauhid,
tafsir Al-Quran,pengampunan dosa besar,dll.19

Berkaitan dengan doktrin teologi Murji’ah,W.Montgomery Watt


merinci sebagai berikut:

a. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah


hingga Allah memutuskannya kelak di Akhirat.
b. Penangguhan Ali menduduki ranking ke empat dalam
peringkat Al-Khalifah Ar-Rasyidun.
c. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa
besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat Allah.
d. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim
yang berdosa besar.
e. Meletakkan pentingnya iman daripada amal.
f. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya
saja,adapun amal atau perbuatan tidak merupakan suatu
keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini

18
Gihb and J.H.Krammers,loc.cit.
19
Gihb and J.H.Krammers,op, cit hlm.412

11
seseorang masih dianggap mukmin walaupun
meninggalkan perbuatan yang difardukan dan
melakukan dos besar.
g. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih
ada iman di hati,setiap maksiat tidak dapat
mendatangkan madarat ataupun gangguan atas
seseorang. Untuk mendapatkan pengampunan,manusia
cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan
mati dalam keadaan akidah tauhid.20
C. Sekte-Sekte Murji’ah

Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah tampaknya


dipicu oleh perbedaan pendapat dikalangan poara pendukung. Dalam
hal ini,terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat
mengklasifikasikan sekte-sekte Murji’ah. Kesulitannya antara lain
adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh
seorang pengamat sebagai pengikut Mur’jiah,tetapi tidak diklaim oleh
pengamat lain.tokoh yang dimaksud adalah Wasil bin Atha dari
Mu’tazilah dan Abu Hanifah dari Ahlu Sunnah.21 Oleh karena itu As-
Syahrastani menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut:

a. Murji’ah-Khawarij
b. Murji’ah-Qadariyah
c. Murji’ah-Jabariyah
d. Murji’ah Murni
e. Murji’ah Sunni

Sementara itu,Muhammad Imarah menyebutkan ada 12 sekte


Murji’ah yaitu:

1. Al-Jahmiyah pengikut Jahm bin Shufwan


2. Ash-Shalihiyah pengikut Abu Musa Ash-Shalahi
3. Al-Yunushiyah pengikut Yunus As-Samary
4. As-Samriyah pengikut Abu Samr dan Yunus
5. Asy-Syaubaniyah pengikut Abu Syauban
6. Al-Ghailaniyah pengikut Abu Marwan Al-Ghailani bin
Marwan Ad-Dimsaqy

20
W.Montgomery Watt,Early Islam : Collected Articles, Eidenburg, 1990,hlm 181.
Nasution,Teologi Islam,op.cit hlm 23-3.
21
Watt,Early Islam,hlm 181

12
7. An-Najariyah pengikut Al-Husain bin Muhammad An-
Najr
8. Al-Hanafiyah pengikut Abu Haifah An-Nu’am
9. Asy-Syabibiyah pengikut Muhammad bin Syaib
10. Al-Mu’aziyah pengikut Muadz Ath-Thaumi
11. Al-Murisiyah pengikut Basr Al-Musrisy
12. Al-Karamiyah pengikut Muhammad bin Karam As-
Sijistany22

Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah


menjadi dua sekte,yaitu golongan moderat dan ekstrem. Murji’ah
moderat berpendirian bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin,tidak
kafir tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebear dosanya,
dan bila diampuni oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali.
Iman adalah pengetahuan tentang tuan dan rasul-rasul-Nya serta apa
saja yang dating dari-Nya. Iman ini tidak bertambah serta tidak pula
berkurang. Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin Muhammad
bin Ali Bin Abi Thalib,Abu Hanifah, Abu Yusuf,dan beberapa ahli
hadits.23

Adapun yang termasuk kelompok ekstrem adalah Al-Jahmiyah,


Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah.
Pandangan tiap tiap kelompok tersebut dapat dijelaskan seperti
berikut.24

a. Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para


pengikutnya berpandangan bahwa orang yang percaya
kepada Than kemudian menyatakan kekufuranya secara
lisan,tidaklah menjadi kafir karena iman dan kufur itu
bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh
manusia.
b. Shalihiyah kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi berpendapat
bahwa iman adalah mengetahui tuhan,sedangkan kufur
adalah tidak mengetahui tuhan. Shalat bukan merupakan
ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah adalah iman
kepada Allah dalam arti mengetahui tuhan. Begitu pula
puasa,zakat,haji bukan merupakan ibadah,melainkan sekedar
menggambarkan kepatuhan.

22
Muhammad Imarah, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamiy dar Asy-Syuruq,Kairo-Beirut, 1991,hlm 33-4.
23
Nasution,Teologi..hlm 24
24
Ibid,hlm 26-27

13
c. Yunusiyah dan Ubaidiyah melontarkan penrnyataan bahwa
melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak
keimanan seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan
perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah
merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini,Muqatil
bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat,banyak atau
sedikit,tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik.
d. Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan
“saya tahu tuhan melarang makan babi,tetapi saya tidak tahu
apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini” maka
orang tersebut tetap mukmin,bukan kafir. Begitu pula orang
yang mengatakan “saya tahu tuhan mewajibkan naik haji ke
Ka’bah tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau di
tempat lain.”

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdu Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad Al-Bagdadi, Al-Farq bain Al-Firaq,Al-
Azhar,Mesir.

Abi Al-Fath Muhammad Abd Al-Karim bin Abi Baskar Ahmad Asy-Syahrastani,
1958, Al-Milal wa An-Nihal, Dar Al-Fikr,Libanon.

Amir an-najjar, 1993, Al-Khawarij aqidaton wa fikratan wa falsafan terj. Afif


Muhammad dkk, lentera cet.1. bandung.

Harun Nasution, 1985, Teologi Islam Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


Ul.Press.

Prof.Dr.Abdul Rozak,M.Ag, Prof.Dr. Rosihan Anwar,M.Ag, 2012, Ilmu Kalam


untuk UIN,STAIN,PTAIS,Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai