Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU KALAM

Sejarah Ilmu Kalam Dan Pemikiran Kalam Khawarij

Oleh :
Khairika Nurahmah : 1617.03.010
Moh. Abi Febrian : 1617.03.020
Dosen Pembimbing : Ashabul Kahfi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI

TANGERANG- BANTEN

2019

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk,
rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada
halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Ilmu Kalam. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Tangerang, 20 September 2019

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang yang ingin memahami seluk beluk agamanya perlu mempelajari ilmu
teologi / kalam, yang merupakan salah satu disiplin ilmu yang dikembangkan secara
sistematis oleh para pemikir muslim klasik ( salafi ). Sehingga pemikiran kalam
bersentuhan dengan ilmu fiqih, filsafat, dan tasawuf.
Ilmu kalam mempunyai arti pembicaraan dan pembicaraan ini bukan pembicaraan
biasa, akan tetapi sebuah pembicaraan yang menggunakan rasio atau akal sehat manusia.
Kalam sendiri berasal dari kata “Kalm” dengan arti cacat atau luka, karena berpicu pada
argumen rasional dari pada wahyu ( nash al-Qur’an ).
Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran keislaman. Ilmu kalam menempati posisi
yang cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum Muslim. Ini terbukti dari jenis- jenis
penyebutan lain ilmu itu, yaitu sebutan sebagai Ilmu Aqo’id ( Ilmu Akidah- akidah ),
Ilmu Tauhid ( Ilmu tentang Kemaha- Esaan Allah ), dan Ilmu Ushul al-Din ( Ushuluddin,
yakni Ilmu pokok- pokok Agama ). Ilmu kalam menjadi tumpuan pemahaman tentang
sendi- sendi paling pokok dalam ajaran Agama Islam.
Adapun yang melatar belakangi sejarah munculnya persoalan- persoalan kalam adalah
disebabkan oleh faktor- faktor politik pada awalnya setelah khalifah Utsman terbunuh
kemudian digantikan oleh Ali menjadi khalifah. Peristiwa menyedihkan dalam sejarah
Islam yang sering dinamakan Al- Fitnat Al- Kubro ( Fitnah Besar ), sebagaimana telah
banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan masyarakat Islam diberbagai bidang,
khususnya bidang- bidang politik, sosial, dan paham keagamaan. Maka ilmu kalam
sebagai suatu bentuk pengungkapan dan penalaran paham keagamaan, juga hampir
secara langsung tumbuh dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
E. Apa latar belakang kemunculan Khawarij ?
F. Bagaimana pemikiran kalam Khawarij ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah untuk :
E. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan Khawarij.
F. Untuk mengetahui pemikiran kalam Khawarij.
BAB II
PEMBAHASAN

E. Latar Belakang Kemunculan Khawarij


Khawarij adalah aliran teologi islam yang pertama kali muncul. Menurut Ibnu Abi
Bakar Ahmad al-Syahratni, bahwa yang disebut khawarij adalah setiap orang yang
keluar dari imam hak dan telah disepakati oleh para jamaah, baik ia keluar pada masa
sahabat khulafaur rosyidin atau pada masa tabi’in secara baik-baik. Nama itu diberikan
kepada mereka yang keluar dari barisan Ali.1
Pada tahun 656 Usman bin Affan terbunuh, kemudian Ali bin Abi tholib diangkat
menjadi kholifah, setelah Ali menduduki jabatan, Ali memecat para gubernur pada masa
Usman, tidak lama setelah itu Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan
Aisyah alasannya Ali tidak menghukumi pembunuh Usman. Akhirnya dalam peperangan
dua tokoh tersebut terbunuh dan Aisyah di kambalikan ke Madinah. Kemudian pihak
yang menentang Ali, yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan yang mengakibatkan timbulnya
perang yang disebut dengan perang siffin, dari perang inilah yang mengakibatkan
munculnya kaum khawarij.2
Kaum khawarij adalah pengikut-pengikut Ali Ibnu Abi Tholib yang meninggalkan
barisannya, karena tidak setuju dengan sikap Ali Ibnu Abi Tholib dalam menerima
arbitrase (tahkim) sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan dengan Muawaiyah
Ibnu Abi Sofyan, golongan-golongan yang keluar dari barisan Ali ini dipimpin oleh al-
Asy’asy ibn Qais al-Kindi, Mas’ar ibn Fudaki at-Tamami dan Zaid ibn Husain ath-
Tha’i.
Mereka berpendapat bahwa hal serupa itu tidak dapat dapat di putuskan oleh arbitrase
manusia, putus-an hanya dating dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang
ada dalam Al-Quran , La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain dari hukum Allah)
atau La hakam illa lillah (tidak ada pengantara selain dari Allah), menjadi semboyan
mereka.3

1
Abuddin Nata ,Ilmu Kalam , Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Raja Grahindo Persada. 1994), cet 1, h.15
2
Haru Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,... h. 6.
3
Haru Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,... h. 8.
5
Nama khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan
kepada mereka, karena keluar dari barisan Ali. Tetapi ada pula yang berpendapat yang
mengatakan bahwa pembiberian nama itu didasarkan atas ayat 100 dari surat An-Nisa’.
Dengan demikian orang khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang
meninggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah
dan RasulNya. Selanjutnya mereka menyebut diri mereka sebagai syurah , yang berasal
dari kata yasyri (menjual), sebagaiman disebutkan dalam surat Al Baqorah 207.
Maksudnya, mereka adalah orang yang sedia mengorbankan diri untuk Allah. Nama lain
yang diberikan kepada mereka adalah haruriah, dari kata harura satu desa yang terletak
dekat kota kufah, di Irak. Di tempat inilah mereka yang pada waktu itu berjumlah dua
belas ribu orang berkumpul untuk memisahkan diri dari Ali. Disini mereka memilah
Abdullah Ibnu Wahb Alrasidi menjadi imam mereka sebagai ganti dari Ali Ibnu Abi
Tholib.4

F. Pemikiran Kalam Khawarij


a. Ajaran dan Fiqh Aliran Khawarij
Ajaran pokok firqoh khawarij adalah khilafah, dosa, dan iman. Di bawah ini
merupakan intisari pendapat-pendapat mereka:
1. Menurut faham mereka, dosa yang ada hanya dosa besar saja, tidak ada pembagian
dosa besar dan kecil. Semua pendurhakaan terhadap Allah swt adalah berakibat dosa
besar dan menjadikan mereka kafir.
2. Pengangkatan khalifah akan sah jika hanya berdasarkan pemilihan yang benar-benar
bebas dan dilakukan oleh semua umat Islam tanpa diskriminasi.
3. Mereka sama sekali tidak menyetujui pendapat yang menyatakan bahwa seorang
khalifah haruslah berasal dari suku Quraisy.
4. Ketaatan kepada khalifah adalah sesuatu yang wajib hukumnya selama ia masih
berada di jalan keadilan dan kebaikan. Apabila ia menyimpang, maka wajib
memeranginya, memakzulkannya atau membunuhnya. 5
Dalam masalah fiqh, mereka mempunyai hukum tertentu, diantaranya ialah:
Bila seseorang suci, maka harus suci pula hati dan lidahnya. Orang yang memaki-
maki orang lain dipandang tidak suci.

4
Haru Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,... h. 13.
5
Imam Muhammad Aliran Politik dan Aqidah Islam, (Jakarta : Logos Publishing House,1996), h. 69-
71.
Penzina muhshan tidak dirajam, yang wajib hanya dicambuk saja.
Dalam hal perkawinan, mereka membatasi wanita yang diharamkan hanya dalam
batas yang diterangkan oleh nash dalam ayat saja. 6

b. Firqoh- Firqoh dalam Aliran Khawarij


Berikut ini adalah firqoh-firqoh Khawarij yang terkenal:
1. Al-Muhakamiyah
Kelompok ini adalah mereka yang tidak menaati Ali bin Abi Tholib setelah
terjadinya tahkim (arbitrasi). Mereka berkumpul di desa bernama Harurah, dekat
kota kuffah. Kelompok ini dipimpin oleh Abdullah ibn Wahab Al-razi, Urwah bin
Jarir, Yazid bin Abi AshimAl-Muharibi, harqus ibn Zubair Al-Bahali, yang
dikenal dengan An-Najdiyah. Jumlah kelompok ini sekitar dua belas ribu orang
yang taat melakukan shalat dan puasa.

2. An-Najadaat Al-‘aziriah
An-Najadaat adalah kelompok yang mengikuti pemikiran seorang yang
bernama Najdah ibn ‘Amir al-Hanafi yang dikenal dengan nama ‘Ashim yang
menetap di yaman. Dalam perjalanannya menemui kelompok azariqah ditengah
jalan ia bertemu dengan Fuda’ik, ‘Athiah ibn Al-aswad Al-Hanafi yang
bergabung dalam kelompok yang membangkang terhadap Nafi ibn Azraq.
Diberitahukan kepadanya tentang inti perselisihan mereka dengan nafi mengenai
hukum orang yang tidak mengikuti pertempuran dan hal-hal yang lainnya,
karenanya para pembangkang mengangkat Najdah menjadi pemimpin dengan gelar
amiru Al- mu’minin.

3. Al-Baihasiah
Kelompok Baihasiah adalah kelompok yang mengikuti pendapat Abu Baihas
al-Haisham ibn Jabir salah seorang dari suku Bani saad Dhuba’iah. Di masa
pemerintahan khalifah al-Walid, dia selalu dicari-cari oleh al-Hajjaj namun dia
berhasil melarikan diri dan bersembunyi di Madinah, namun dia ditangkap oleh
Utsman ibn Hayan al-Muzani. Sementara menunggu keputusan kholifah al-Walid

6
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Penngantar Ilmu Fiqh, (Semarang : Pustaka Riski
Putra,1997), h. 111.
ia dipenjarakan dan kemudian dilaksanakan hukumannya dengan memotong kedua
tangn dan kakinya, dan seterusnya dibunuh.

4. Al-Ajaridah
Kelompok ini dipimpin oleh seseorang yang bernama Abd al-Karim ‘Araj
yang isi ajarannya mirip dengan ajaran an-Najdiah. Sebagian orang menyebutkan
bahwa dia termasuk sahabat dekat Baihas, namun dia kemudian memisahkan diri
dan mendirikan kelompok tersendiri.

5. Ath-Tsalibah
Pendiri kelompok Tsa’alibah adalah Tsa’labah ibn ‘Amir yang dahulunya
sependapat dengan Abd al-Karim ibn ‘Araj dalam beberapa hal yang diantaranya
tentang posisi anak. Tsa’labah berkata: menurut kami anak tidak
bertanggungjawab semenjak kecil sampai usia menjelang dewasa, namun kami
menyadari anak-anak lebih condong berbuat kebathilan dari kebaikan. Dalam
masalah ini tsa’labah tidak sependapat dengan Al-Ajaridah.

6. Al’ibadiyah
Kelompok ini adalah pengikut ‘Abdullah ibn ‘ibad yang memberontak
terhadap pemerintahan khalifah Marwan ibn Muhammad. Karena itu ‘Abdullah
ibn Muhammad ibn ‘Athoiyah mengirim pasukan untuk menumpasnya dan dia
tewas dalam pertempuran di desa Tabalah.

7. Ash-Shufriyyah Az-Ziyadiyah
Ash-Shuriyyah Az-Ziyadiyyah adalah nama kelompok yang mengikuti
pemikiran Zayad ibn Ashfar. Pemikirannya berbeda dengan pemikiran yang
berkembang di kalangan khowarij yang lain seperti al-Azariqoh, an-Najdaat dan
al-‘Ibadhiyyah.7

7
M. Asywadie Syukur, Al Milal wa Al Nihal Aliran-Aliran Teologi Dalam Sejarah Umat Manusia,
(Surabaya : Bina Ilmu, 2003), hlm. 101-109.

17
BAB III
A. Kesimpulan PENUTUP

Pembahasan diatas merupakan sebuah pengantar bagi kita untuk lebih mendalami
pembahasan tentang ilmu kalam atau yang biasa disebut teologi islam. Ketika kita telah
mempelajari pembahasan tersebut kita lebih tau lagi tentang arti dari sebuah perbedaan
dengan berpegang pada dasar pengertian yang relevan.
Sebagai umat muslim sangat perlu meningkatkan produktivitas keilmuan kita dengan
berfikir dengan tetap menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat agar seimbang apa
yang kita lakukan di mata Allah. Dan juga pembahasan ilmu kalam ini tidak terlepas dari
kritikan tajam dari para ulama sebagai warna perbedaan bagi kita untuk lebih
menyikapinya dengan arif dan bijaksana.
Semoga dengan kita telah memperdalam pembahasan ini kita mendapatkan khazanah
keilmuan yang bermanfaat bagi kita sebagai modal dalam mengarungi kehidupan di masa
mendatang.

18
Daftar Pustaka

Abu Zahrah, Imam Muhammad, Aliran Politik dan Aqidah Islam, Jakarta: Logos Publishing
House, 1996.
Ash Shiddiqy, Tengku Muhammad Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang: Pustaka Riski
Putra, 1997.
Mansur, H.M. Laily, Pemikiran Kalam dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 20004.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:
Universitas Indonesia, 2007.
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Raja Grahindo Persada, 1994.
Syukur, M. Asywadie, Al Milal Wa Nihal Aliran-Aliran Teologi Dalam Sejarah
Umat
Manusia, Surabaya: Bina Ilmu, 2003.
Zen, Ahmad Rifa’I, Ilmu Kalam, Depok: CV ARYA DUTA, 2011.

Anda mungkin juga menyukai