Anda di halaman 1dari 12

BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Bank ASI dalam Perspektif Islam


ASI merupakan bahan makanan yang diberikan Allah SWT kepada seorang
bayi melalui payudara ibunya selama dua tahun pada awal masa kehidupannya. 1
Islam sangat menganjurkan agar bayi diberi asupan ASI. Islam juga memberikan
solusi apabila ada ibu yang tidak bisa menyusui bayinya karena air susu yang tidak
memadai atau karena bayi itu berpisah tempat dengan ibunya. Keadaan inilah yang
terjadi pada Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya menyusu pada ibu kandungnya
sendiri melaikan disusukan pada ibu susu yaitu seorang wanita arab badui yang
bernama Halimah as-Sa’diyah. Dari hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan
anak menjadi mahram yaitu yaitu orang yang tidak boleh dinikahi selamanya.
Kondisi ini berlaku juga pada saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu
yang sama, baik anak kandung ibu tersebut atau bukan.2
Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyaluran ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa
menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang
didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri.3
Persoalan dan kekhawatiran yang muncul adalah ketika anak yang disusui
melalui bank ASI itu kelak menjadi besar dan akan menjadi seorang remaja yang
suatu saat akan menikah dengan salah seorang putri dari putra-putri bank ASI

1
Sunardi, Ayah Beri Aku ASI, Cet I (Solo: Aqwa Medika, 2008), hal. 48.
2
Cholil Uman, Agama Menjawab Tentang Masalah Abad Modern, Cet 2 (Surabaya: Ampel
Suci, 1994) hal.51
3
http://jawharie.blogspot.co.id
tersebut. Yang dikhawatirkan bahwa wanita itu saudara sepersusuan. Hal ini bisa
menyebabkan haramnya pernikahan.4

1. Pendapat yang membolehkan


Ulama besar seperti Dr. Yusuf Al-Qardawi tidak menjumpai alasan untuk
melarang diadakannya semacam Bank ASI, asalkan bertujuan untuk
mewujudkan maslahat syar’iyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang
wajib dipenuhi. Tidak diragukan lagi bahwa tujuan dibangunnya Bank ASI
adalah baik dan mulia dan tentu saja didukung oleh Islam yang mengajak untuk
membantu setiap orang yang lemah, apapun sebab kelemahannya, terutama
apabila ada anak yang dilahirkan premature yang tidak memiliki daya dan
kekuatan apaun sebagaimana bayi yang lahir normal.
Beliau juga mengatakan bahwa para wanita yang menyumbangkan
sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini akan
mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan sebenarnya
wanita itu boleh menjual air susunya, bukan sekedar menyumbangkannya.
Sebab di masa nabi, para wanita yang menyusui bayi melakukannya karena
faktor mata pencaharian. Sehingga hukumnya memang diperbolehkan untuk
menjual air susu.
Bahkan Al-Qardawi memandang bahwa institusi yang bergerak dalam
bidang pengumpulan ASI itu yang mensterilkan serta memeliharanya agar dapat
dinikmati oleh bayi-bayi atau anak-anak patut mendapatkan ucapan terima kasih
dan mudah-mudahan memperoleh pahala.5
Selain Al-Qaradawi, yang menghalalkan bank ASI adalah Al-Ustadz Asy-
Syeikh Ahmad Ash-Shirbasi - ulama besar Al-Azhar Mesir. Beliau menyatakan

4
Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, Cet I (Bandung: Pustaka Setia,
2010) hal. 235.
5
Muhyiddin Rida, Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi. (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar,
2009) hal. 178
bahwa hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu harus
melibatkan saksi dua orang laki-laki. Atau satu orang laki-laki dan dua orang
saksi wanita sebagai ganti dari satu saksi laki-laki. Bila tidak ada saksi atas
penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan
kemahraman antara ibu yang menyusui dengan anak bayi tersebut.6

2. Pendapat yang mengharamkan


Menurut mayoritas fuqaha’ di antaranya imam yang tiga; Abu Hanifah,
Maliki, dan Syafi’I, mereka memaknai menyusui yang berdampak pada hukum
pengharaman adalah setiap yang masuk kedalam perut bayi melalui tenggorokan
dan lainnya, seperti memasukkannya melalui hidungnya.7 Selain itu, di antara
ulama kontemporer yang tidak membenarkan adanya bank ASI adalah Dr.
Wahbah Az-Zuhayli dan juga Majma’ Fiqih Islami. Dalam kitab Fatawa
Mua`sirah, beliau menyebutkan bahwa mewujudkan institusi bank susu tidak
dibolehkan dari segi syariah.
Demikian juga dengan Majma’ Fiqih Al-Islami melalui Badan Muktamar
Islam yang diadakan di Jeddah pada tanggal 22 – 28 Disember 1985/ 10 – 16
Rabiul Akhir 1406. Lembaga ini dalam keputusannya (qarar) menentang
keberadaan bank ASI di seluruh negara Islam serta mengharamkan pengambilan
susu dari bank tersebut.8

3. Perdebatan dari segi dalil


Ternyata perbedaan pendapat dari dua kelompok ulama ini terjadi diseputar
syarat dari penyusuan yang mengakibatkan kemahraman. Setidaknya ada dua
syarat penyusuan yang diperdebatkan.

6
http://wiwinciamis.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bank-asi-dan-bank-sperma.html
7
Muhyiddin Rida, Wanita dalam. hal. 179
8
http://wiwinciamis.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bank-asi-dan-bank-sperma.html
a. Haruskah Lewat Menghisap Puting Susu?
Kalangan yang membolehkan mengatakan bahwa bayi yang diberi
minum ASI dari bank ASI, tidak akan menjadi mahram bagi para wanita
yang air susunya ada di bank itu. Sebab kalau sekedar hanya minum air
susu, tidak terjadi penyusuan, karena harus lewat penghisapan puting susu
ibu.
Mereka berdalil dengan fatwa Ibnu Hazm, beliau mengatakan bahwa
sifat penyusuan haruslah dengan cara menghisap puting susu wanita yang
menyusui dengan mulutnya. Dalam fatwanya, Ibnu Hazm mengatakan
bahwa bayi yang diberi minum susu seorang wanita dengan menggunakan
botol atau dituangkan ke dalam mulutnya lantas ditelannya, atau dimakan
bersama roti atau dicampur dengan makanan lain, dituangkan ke dalam
mulut, hidung, atau telinganya, atau dengan suntikan, maka yang demikian
itu sama sekali tidak mengakibatkan kemahraman.9 Dalilnya adalah firman
Allah SWT: “Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuanmu sepersusuan…‘ (QS An-Nisa’:23)
Menurut Ibnu Hazim, proses memasukkan puting susu wanita di dalam
mulut bayi harus terjadi sebagai syarat dari penyusuan.
Sementara itu, bagi mereka yang mengharamkan Bank ASI, tidak ada
kriteria menyusu harus dengan proses bayi menghisap puting susu. Justru
yang menjadi kriteria adalah meminumnya, bukan cara meminumnya. Dalil
yang mereka kemukakan juga tidak kalah kuatnya, yaitu hadits yang
menyebutkan bahwa kemahraman itu terjadi ketika bayi merasa kenyang.
“Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Perhatikan saudara laki-laki kalian, karena saudara persusuan itu akibat
kenyangnya menyusu”. (HR Bukhari dan Muslim).

9
Muhyiddin Rida, Wanita dalam. hal. 181
b. Haruskah Ada Saksi?
Sebagian ulama mengatakan bahwa untuk terjadinya persusuan yang
mengakibatkan kemahraman, maka harus ada saksi. Seperti pendapat Ash-
Sharabshi, ulama Azhar. Namun ulama lainnya mengatakan tidak perlu ada
saksi. Cukup keterangan dari wanita yang menyusui saja.
Bagi kalangan yang mewajibkan ada saksi, hubungan mahram yang
diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua orang laki-
laki. Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari
satu saksi laki-laki. Bila tidak ada saksi atas penyusuan tersebut, maka
penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara ibu yang
menyusui dengan anak bayi tersebut. Sehingga tidak perlu ada yang
dikhawatirkan dari bank susu ibu. Karena susu yang diminum oleh para
bayi menjadi tidak jelas susu siapa dari ibu yang mana. Dan ketidak-jelasan
itu malah membuat tidak akan terjadi hubungan kemahraman.
Dalilnya adalah bahwa sesuatu yang bersifat syak (tidak jelas, ragu-
ragu, tidak ada saksi), maka tidak mungkin ditetapkan di atasnya suatu
hukum. Pendeknya, bila tidak ada saksinya, maka tidak akan
mengakibatkan kemahraman.
Sedangkan menurut ulama lainnnya, tidak perlu ada saksi dalam
masalah penyusuan. Yang penting cukuplah wanita yang menyusui bayi
mengatakannya. Maka siapa pun bayi yang minum susu dari bank susu,
maka bayi itu menjadi mahram buat semua wanita yang menyumbangkan
air susunya. Dan ini akan mengacaukan hubungan kemahraman dalam
tingkat yang sangat luas. Agar tidak terjadi kekacauan, maka para ulama
lainnya memfatwakan bahwa Bank ASI menjadi haram hukumnya.
Sehingga masalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari dua
kalangan yang berbeda pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena
ketiadaan nash yang secara langsung membolehkan atau mengharamkan
bank ASI. Nash yang ada hanya bicara tentang hukum penyusuan,
sedangkan syarat-syaratnya masih berbeda. Dan karena berbeda dalam
menetapkan syarat itulah makanya para ulama berbeda dalam menetapkan
hukumnya.10

B. Jual Beli ASI dalam Perspektif Islam


Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW sendiri tidak disusui oleh ibu
kandungnya yaitu Siti Aminah melainkan disusui oleh ibu susunya Ummu Aiman
dan Halimatussa’diyah. Sudah menjadi adat kebiasaan penduduk Mekah bahkan
di jazirah Arab mencari ibu susuan untuk anak mereka, mereka memilih orang-
orang dari pedesaan, karena faktor kesehatan baik udara, lingkungan dan
makanan juga masyarakat di pedesaan masih memiliki akhlak yang terpuji.
Oleh karena itu menyusukan anak kepada wanita lain yang dipercaya
dibolehkan dalam Islam. Adapun ulama sepakat bahwa wanita yang menyusui itu
baik yang sudah baligh atau belum, sudah menopause atau belum, gadis atau sudah
nikah, hamil atau tidak hamil, yang penting mereka diyakini ada air susunya. Yang
mana air susu mereka bisa menyebabkan ar-radhâ’ah asy-syar’iyyah, yang
berimplikasi pada kemahraman bagi anak yang disusuinya.
Tentunya sebagai orang tua kandung yang ingin anaknya disusui oleh wanita
lain harus benar-benar melihat akhlak, asupan gizi , kondisi kesehatan dan
lingkungan tempat tinggal ibu susunya agar mampu memberikan asi terbaik untuk
anaknya, karena peran asi sangat signifikan dalam tumbuh kembang anak, baik
kesehatan jasmani maupun rohani.
Di sisi lain, dijelaskan oleh Ahmad Mushthafa al-Maraghiy, dalam kitab
tafsirnya, para ahli hukum Islam (Islamic jurists) bersepakat bahwa menyusui
dalam pandangan syara’ hukumnya wajib bagi seorang ibu kandung. Kelak sang

10
http://wiwinciamis.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bank-asi-dan-bank-sperma.html
ibu dimintai pertanggunganjawab (al-mas`uliyyah) di hadapan Allah SWT. atas
kehidupan anaknya.
Berdasarkan zahir ayat 233 surat al-Baqarah tersebut menunjukkan bahwa
seorang ibu wajib menyusui anaknya. Pendapat ini diungkapkan oleh Mazhab
Maliki. Sementara itu, menurut jumhur fuqaha perintah untuk menyusui bagi
seorang ibu yang terkandung dalam ayat tersebut adalah sunnah (dianjurkan).11
Berpijak pada jumhur di atas bahwa menyusui adalah anjuran bagi seorang ibu,
artinya ketika seorang ibu tidak mau menyusui anaknya maka boleh menyerahkan
anak tersebut terhadap orang lain untuk disusui.12 Mengenai kebolehan mencari ibu
susuan untuk memberikan ASI kepada bayinya, sesuai dengan QS. Al-Baqarah ayat
233. Ayat tersebut menunjukkan bolehnya menyusui anak pada wanita lain dan
juga boleh memberikan upah kepada orang yang menyusukan tersebut. Dalam QS.
Thalaq ayat 6 memerintahkan untuk memberikan upah kepada orang yang
menyusukan dan menjelaskan tentang kebolehan menyusukan kepada perempuan
lain apabila ada halangan pada diri seorang ibu.
Adapun masih perdebatanya ASI boleh di jual-belikan atau tidak masih menjadi
pro dan kontra sebab banyak pendapat yang masih mengharamkan adanya jual beli
ASI karena ASI disamakan dengan daging manusia. ASI juga dianggap
bukan harta benda yaitu tidak dibolehkan bagi kita mengambil manfaat dalam ASI,
hanya dibolehkan dalam keadaan darurat bagi bayi yang tidak bisa memperoleh
gizi dengan cara lain. Jadi apa yang tidak diperbolehkan mengambil manfaatnya
tidaklah dianggap bagian harta seperti babi dan narkotika. Selain itu, ASI juga tidak
dijual di pasar karena tidak dianggap bagian dari harta benda.
Ada dua pendapat ulama tentang hal tersebut. Pertama, tidak boleh menjual
ASI. Pendapat ini dikeluarkan oleh Madzhab Hanafi kecuali Abu Yusuf. Begitu
juga pendapat dari Syafi’iyah walaupun tergolong pendapat yang lemah. Hanabilah

11
https://duniaremaja2119.blogspot.co.id/2017/04/makalah-tentang-hukum-jual-beli-air.html
12
Ibid.
juga melarang jual beli ASI. Kedua, pendapat yang mengatakan bolehnya jual beli
ASI manusia. Masuk dalam golongan yang membolehkan jual beli ASI ini adalah
Abu Yusuf (pada susu seorang budak), Maliki dan Syafi'i, Khirqi dari Mazhab
Hanbali, Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh Ibnu Qudamah dan juga Mazhab Ibnu
Hazm.
Menurut Ibn Rusyd, sebab timbulnya perselisihan pendapat ulama di dalam hal
tersebut adalah pada boleh tidaknya menjual ASI manusia yang telah diperah.
Karena proses pengambilan ASI tersebut melalui perahan. Imam Malik dan Imam
Syafi'i membolehkannya, sedangkan Abu Hanifah tidak membolehkannya. Alasan
mereka yang membolehkannya adalah karena ASI itu halal untuk diminum maka
boleh menjualnya seperti susu sapi dan sejenisnya. Sedangkan Abu Hanifah
memandang bahwa hukum asal dari ASI itu sendiri adalah haram karena dia
disamakan seperti daging manusia. Maka karena daging manusia tidak boleh
memakannya maka tidak boleh menjualnya.
Dalam kajian beberapa pihak-pihak banyak yang meneliti bahwa jual beli ASI
di bolehkan seperti contoh skripsi yang membahas tentang jual beli ASI yaitu:
”Tinjauan Hukum Islam terhadap jual Beli Air Susu Ibu (ASI),” oleh Lisa Ma’rifah,
(2008). Bahasan penelitian ini lebih menekankan pada aspek jual beli Air Susu Ibu
(ASI) yang dilakukan dengan cara memeras air susu dan bukan dengan cara
langsung menyusui lewat puting. Dalam hal ini menurut hukum Islam hal tersebut
bukanlah termasuk suatu proses penyusuan, karena tidak ada kontak secara
langsung antara bayi dan ibu. Praktik ini dipandang sah karena seluruh unsur-unsur
dalam jual beli telah terpenuhi, yakni menyangkut subyek akad, obyek akad, dan
nilai tukar pengganti.

C. Bank Sperma dalamPerspektif Islam


Bank Sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu dibekukan
dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas
sperma. Dalam bahasa medis disebut juga Cryiobanking yaitu suatu teknik
penyimpanan sel Cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari. Pada dasarnya,
semua sel dalam tubuh manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik dan
alat tertentu sehingga dapat bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu.13
Bank sperma didirikan untuk memenuhi keperluan orang yang menginginkan
anak, tetapi dengan berbagai sebab, seperti sperma suami tidak mungkin dibuahkan
dengan sel telur (ovum) si istri. Dengan demikain atas kesepakatan suami istri,
dicarikan donor sperma.14
Dengan melajunya IPTEK, maka dikenallah inseminasi buatan donor yang
pertama oleh Pancoast (Philadelphia, 1984). Ilmuwan ini telah melakukan
inseminasi buatan seorang ibu dengan sperma salah seorang muridnya yang paling
rupawan. Inseminasi buatan donor ini telah banyak dilakukan, bukan saja untuk
mengatasi permasalahan keinginan untuk mempunyai anak pada pasangan suami
isteri yang mandul, namun telah dilakukan pula inseminasi buatan donor dengna
sperma-sperma atau sel telur orang lain yang lebih jenius (seperti Einstein), cantik
(Diana Rose), tampan (Juhn Travolta) dan lain sebagainya.
Untuk itu, maka IPTEK membuka pula kemungkinan untuk ‘menyimpan’
sperma-sperma orang-orang seperti yang disebutkan di atas, sehingga membuka
pula kemungkinan untuk pasangan suami isteri memperoleh keturunan/anak
dengan ciri-ciri yang diinginkannya. Bank sperma kini memungkinkan untuk
menyimpan sperma manusia dalam keadaan tetap subur sampai lebih dari 10 tahun,
bahkan mungkin pada tahun-tahun berikutnya sperma akan dapat disimpan untuk
selama-lamanya sesuai dengan perkembangan IPTEK.15
Sebagaimana diketahui, bahwa donor sperma tetap dirahasiakan dan tidak
boleh diberitahukan kepada resipien (penerima). Hal ini berarti, bahwa donor

13
http://jawharie.blogspot.co.id
14
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum
Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 164
15
Supardan. Ilmu, Teknologi dan Etika. (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 1991) hal. 23
sperma tetap kabur sehingga anak hasil inseminasi yang diperoleh dari Bank
Sperma lebih kabur statusnya dari anak zina. Sebab, sejelek-jelek anak zina masih
mungkin diketahui bapaknya (yang tidak sah menurut hukum), paling tidak hanya
dapat diketahui oleh ibu anak zina itu.16
Persoalan bank sperma dalam hukum Islam adalah bagaimana hukum onani
dalam kaitan dengan pelaksanaan pengumpulan sperma di bank sperma dan
inseminasi buatan. Secara umum Islam memandang melakukan onani merupakan
tergolong perbuatan yang tidak etis. Mengenai masalah hukum onani fuqaha
berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan secara mutlak dan ada yang
mengharamkan pada suatu hal-hal tertentu, ada yang mewajibkan juga pada hal-
hal tertentu, dan ada pula yang menghukumi makruh. Sayyid Sabiq mengatakan
bahwa Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi haram. Alasan yang
dikemukakan adalah bahwa Allah swt. memerintahkan menjaga kemaluan dalam
segala keadaan kecuali kepada isteri dan budak yang dimilikinya. Sebagaimana
dalam Q.S al-Mu'minun ayat 5-7.
Hanabilah berpendapat bahwa onani memang haram, tetapi kalau karena takut
zina, maka hukumnya menjadi wajib, kaidah usul :
‫اجب‬ ُّ ‫ا ِْرتِ َكابُ اَخ‬
ِ ‫َف الض َُّر َري ِْن َو‬
“Mengambil yang lebih ringan dari suatu kemudharatan adalah wajib”
Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani hukumnya haram.
Ibnu Hazim berpendapat bahwa onani hukumnya makruh, tidak berdosa tetapi
tidak etis. Ali Ahmad Al-Jurjawy dalam kitabnya Hikmat Al-Tasyri` Wa
Falsafatuhu, telah menjelaskan kemadharatan onani mengharamkan perbuatan ini,
kecuali kalau karena kuatnya syahwat dan tidak sampai menimbulkan zina.
Agaknya Yusuf Al-Qardhawy juga sependapat dengan Hanabilah mengenai hal ini,
Al-Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Muhammad Al-Husainy juga

16
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah., hal. 164
mengemukakan kebolehan onani yang dilakukan oleh isteri atau ammahnya karena
itu memang tempat kesenangannya:
‫الر ُج ُل ِبيَ ِد ا ْم َرأَتِ ِه َجازَ ِِلَنَّ َها َم َح ُل ا ْستِ ْمت َا ِع ِه‬
َّ ‫لَ ِوا ْست َْمنَى‬
“Seorang laki-laki dibolehkan mencari kenikmatan melalui tangan
isteri atau hamba sahayanya karena di sanalah (salah satu) dari tempat
kesenangannya.”
Tahap kedua setelah bank sperma berhasil mengumpulkan sperma dari
beberapa pendonor maka bank sperma akan menjualnya kepada pembeli dengan
harga tergantung kualitas spermanya, setelah itu agar pembeli sperma dapat
mempunyai anak maka harus melalui proses yang dinamakan inseminasi buatan
yang telah dijelaskan di atas. Hukum dan pendapat inseminasi buatan menurut
pendapat ulama` apabila sperma dari suami sendiri dan ovum dari istri sendiri
kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, asal keadaan kondisi suami
isteri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami isteri tidak berhasil
memperoleh anak, maka hukumnya boleh. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum
fiqh :
‫ت‬ ُ ْ‫ا َ ْل َحا َجةُ ت َ ْن ِز ُل َم ْن ِزلَةَ الض َُّر ْو َرةِ َوالض َُّر ْو َرةِ تُبِ ْي ُح ْال َمح‬
ِ ‫ظ ْو َرا‬
“Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam
keadaan terpaksa (emergency), dan keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan
melakukkan hal-hal yang terlarang.”
Selain kasus sperma dari suami ditanam pada rahim isteri, demi kehati-hatian
maka ulama mengharamkannya. Contoh sperma dari orang lain ditanam pada
rahim isteri. Diantara yang mengharamkan adalah Lembaga fiqih Islam OKI,
Majelis Ulama DKI Jakarta, Mahmud Syaltut, Yusuf al-Qardhawy, al-Ribashy
dan Zakaria Ahmad al-Barry dengan pertimbangan dikhawatirkan adanya
percampuran nasab dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Hal ini sesuai
dengan keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang masalah bayi tabung atau
inseminasi buatan.
Dengan demikian, hukum pendirian bank sperma bisa mubah jika bertujuan
untuk memfasilitasi suami isteri yang ingin menyimpan sperma suaminya di bank
tersebut, sehingga jika suatu saat nanti terjadi hal yang dapat menghalangi
kesuburan, isteri masih bisa hamil dengan cara inseminasi yang halal. Adapun jika
tujuan pendirian bank sperma adalah untuk mendonorkan sperma kepada wanita
yang bukan isterinya maka pendirian bank sperma adalah haram, karena hal yang
mendukung terhadap terjadinya haram maka hukumnya haram.17

17
http://chandrayuliasman.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai