Anda di halaman 1dari 12

BANK ASI

Kelompok 4
Nama Anggota:

1. Khurotun Akyun (17.0601.0053)


2. Rahayu Dwi Astuti (17.0601.0054)
3. Metias Prabowo (17.0601.0055)
4. Dananto Bakhthiar (17.0601.0056)
5. Siti Zulaikah (17.0601.0057)

AIK 4, 29 April 2019


Radha’ah

 Secara bahasa yaitu Radha'ah, radha', irdha' yang berarti penyusuan/menyusui


(bahasa Arab, ‫ )رضاعة‬adalah sampainya, masuknya air susu manusia (perempuan) selain
ibu kandung ke dalam perut seorang anak yang belum berusia dua tahun, atau 24
bulan.
 Secara etimologis, radha'ah adalah sebuah istilah bagi isapan susu, baik isapan susu
manusia maupun susu binatang.

Penyusuan memiliki konsekuensi hukum mahram antara anak dan perempuan yang
menyusui dan anak-anaknya di mana antara saudara sesusuan tidak boleh menikah
begitu juga dengan ibu susuannya. Seluruh madzhab sepakat tentang sahihnya hadits
yang berbunyi :
‫يحرم من الر ضا ع ما يحرم من النسب‬
Apa yang diharamkan karena susuan sama dengan apa yang diharamkan karena
nasab.
Berdasarkan hadits ini, maka setiap wanita yang haram dikawini karena hubungan
nasab, haram pula dikawini karena hubungan persusuan.
Lanjutan…

Seperti dalam Firman Allah an Nisa’ 23, yang artinya;

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang


perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu
(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya;
(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pengertian Bank ASI

 Bank adalah sebuah institusi yang melakukan kerja berupa penyimpanan dengan
pinjam-meminjam.
 Adapun Air susu ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk
konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat
mencerna makanan padat agar pertumbuhan dan perkembangan bayi bisa
optimal.
 Bank ASI adalah lembaga yang khusus mengumpulkan ASI dari ibu pendonor atau
dari ibu yang memberikan ASI karena ada imbalan khusus. Bank ASI menjual ASI
yang sudah terkumpul untuk para ibu yang ingin memberikan ASI tersebut kepada
anak-anaknya.
Faktor Munculnya Bank Asi

1. Untuk menyelamatkan banyak bayi yang membutuhkan ASI ekslusif dikarenakan


ibu-ibunya tidak mampu untuk menyusui.
2. ASI digunakan sebagai pengganti susu formula dengan tujuan mengambil
manfaat yang maksimal dari kelebihan ASI bagi ibu yang tidak bisa menyusui
anaknya. Ketidakmampuan menyusui ini kembali kepada faktor ibunya,
anaknya, atau ASI itu sendiri.
Hukum Jual Beli ASI

 Pertama, tidak boleh menjualnya. Ini merupakan pendapat ulama


madzhab Hanafi kecuali Abu Yusuf, salah satu pendapat yang lemah
pada madzhab Syafi'i dan merupakan pendapat sebagian ulama
Hanbali.
 Kedua, pendapat yang mengatakan dibolehkan jual beli ASI manusia.
Ini merupakan pendapat Abu Yusuf (pada susu seorang budak), Maliki
dan Syafi'i, Khirqi dari madzhab Hanbali, Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh
Ibnu Qudamah dan juga madzhab Ibnu Hazm
Sebab Timbulnya Ikhtilaf (Perbedaan)

Menurut Ibn Rusyd, sebab timbulnya perselisihan pendapat ulama di dalam hal
tersebut adalah pada boleh tidaknya menjual ASI manusia yang telah diperah.
Karena proses pengambilan ASI tersebut melalui perahan.
1. Imam Malik dan Imam Syafi'i membolehkannya, sedangkan Abu Hanifah
tidak membolehkannya. Alasan mereka yang membolehkannya adalah
karena ASI itu halal untuk diminum maka boleh menjualnya seperti susu sapi
dan sejenisnya.
2. Sedangkan Abu Hanifah memandang bahwa hukum asal dari ASI itu sendiri
adalah haram karena dia disamakan seperti daging manusia. Maka karena
daging manusia tidak boleh memakannya maka tidak boleh menjualnya,
adapun ASI itu dihalalkan karena dharurah bagi bayi, sebagaimana qawaid
fiqih :
ُِ ‫َحظُ ْو َرا‬
‫ت‬ ْ ‫ح ْالم‬ َّ َ‫ا‬
ُُ ‫لض ُر ْو َر ُُة تُ ِب ْي‬
Darurat itu bisa membolehkan yang dilarang.
Hukum Mendirikan Bank ASI

 Bahwa di dalam pembolehan menjual ASI itu ada kemungkaran karena


bisa menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang
sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan
wanita meminum ASI yang dijual bank ASI tersebut.
 Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual ASI tersebut
membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi karena
kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup
baik karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu
tersebut. Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak karena kemudaratan
yang ditimbulkan lebih besar dari manfaatnya yaitu terjadinya
percampuran nasab.

Continue
Padahal Islam menganjurkan kepada manusia untuk selalu menjaga nasabnya.
Lanjutan… Kaidah ushul juga menyebutkan bahwa :[18]
ِ‫ح‬ َ ‫ب ْال‬
ُ ِ‫مصَال‬ ُِ ‫ن ج َْل‬
ُْ ‫ار اَ ْولَى ِم‬ َّ
ُِ ‫الض َر‬ ُُ ‫د َْف‬
‫ع‬
Menolak kemadharatan lebih utama dari pada menarik kemaslahatan.

Ibnu Sayuti di dalam kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan bahwa di dalam


kaidah disebutkan bahwa diantara prinsip dasar Islam adalah :
َّ ِ‫َال ب‬
ُِ ‫الض َر‬
‫ار‬ ُُ ‫ل َ ُيز‬ َّ َ‫ا‬
ُ ‫لض َرا ُُر‬
Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan lagi.

Hal ini jelas, karena akan menambah masalah. Kaitannya dengan pembahasan
kita yaitu, ketiadaan ASI bagi seorang bayi adalah suatu kemudaratan, maka
memberi bayi dengan ASI yang dijual di bank ASI adalah kemudaratan pula.
Maka apa yang tersisa dari bertemunya kemudaratan kecuali kemudaratan.
Sebagian Ulama Kontemporer Membolehkan
Bank ASI.
Sebagian ulama kontemporer membolehkan pendirian bank ASI ini, diantara mereka
adalah Dr. Yusuf al-Qardhawi. Mereka beralasan :
1. Bahwa kata kata radha'(menyusui) di dalam bahasa Arab bermakna menghisap
puting payudara dan meminum ASI-nya. Maka oleh karena itu meminum ASI
bukan melalui menghisap payudara tidak disebut menyusui, maka efek dari
penyusuan model ini tidak membawa pengaruh apa-apa di dalam hukum nasab
nantinya.
2. Yang menimbulkan adanya saudara sesusu adalah sifat "keibuan", yang
ditegaskan Al-Qur'an itu tidak terbentuk semata-mata diambilkan air susunya,
tetapi karena menghisap teteknya dan selalu lekat padanya sehingga melahirkan
kasih sayang si ibu dan ketergantungan si anak. Dari keibuan ini maka muncullah
persaudaraan sepersusuan. Jadi, keibuan ini merupakan asal (pokok), sedangkan
yang lain mengikutinya.
3. Alasan yang dikemukakan oleh beberapa madzhab dimana mereka memberi
ketentuan berapa kali penyusuan terhadap seseorang sehingga antara bayi dan
ibu susu memilki ikatan yang diharamkan nikah, mereka mengatakan bahwa jika si
bayi hanya menyusu kurang dari lima kali susuan maka tidaklah membawa
pengaruh di dalam hubungan darah
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam
Masa Kini, Cet. V, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, h. 120.
Abdul Qadim, Zallum, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan
Islam : Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ
Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003, h. 234
Abdurrahman, Al Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Jakarta: Gema
Insani Press, 1998, h. 75.

Anda mungkin juga menyukai