Anda di halaman 1dari 3

Hikmah dan Makna Sakit dalam Pandangan Islam

Memahami Hikmah dan Makna Sakit dalam


Pandangan Islam
#Sakit Adalah Ujian
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran;

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)

Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di
hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : "Barangsiapa dikehendaki baik
oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya". (HR. Bukhari).

#Sakit adalah Adzab


Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan dirinya
kepada Allah SWT. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan
membinasakan dirinya.

Allah SWT berfirman;


"Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)
dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa
Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih bergantiagar mereka memahami(nya)"" (QS.
Al-An’aam: 65)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata;
“Allah SWT memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta
maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah
perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.”
Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah SWT terhadap seseorang di dunia bisa berbagai
macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam, peperangan, sakit, atau bahkan kematian.
Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diadzab oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan
berbagai macam penyakit yang aneh dan sulit disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka tetap
bertahan di dalam kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya telah ditampakkan
di hadapan mereka.

#Sakit Sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan


Sakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan, sehingga sakit
menjadi sebagai balasan keburukan dari apa yang dilakukan hamba, lalu dihapus dari catatan
amalnya hingga menjadi ringan dari dosa-dosa. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak,
di antaranya hadits Jabir bin Abdullah r.a. sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang
muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan Allah Swt menggugurkan kesalahan-kesalahannya
dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon.” (HR. Ahmad, 3/346).
#Sakit akan Mengangkat Derajat dan Menambah Kebaikan
Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan. Dalil-dalil tentang hal itu
diantaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkatasesungguhnya aku mendengar Rasulullah
Saw bersabda:
"Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis
untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan" (HR. Muslim no. 2572).
Maka jelaslah dari penjelasan nash-nash ini bahwa disamping menghapuskan kesalahan, juga
diperoleh peningkatan derajat dan tambahan kebaikan. Imam an-Nawawi rahimahullah memberikan
komentar atas hadits di atas, bahwa terdapat kabar gembira yang besar bagi kaum muslimin, bahwa
tidak berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya dijelaskan tentang penebus berbagai
kesalahan dengan segala penyakit, segala musibah dunia dan duka citanya, sekalipun kesusahan
itu hanyalah sedikit. Dan di dalamnya dijelaskan pula tentang pengangkatan derajat dengan
perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan (Syarh an-Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).
#Sakit Merupakan Sebab untuk Mencapai Kedudukan yang Tinggi
Hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah Swt, ia tidaklah
memperolehnya dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak
disukainya, hingga ia memperolehnya" (HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya 1/495).
#Sakit Membawa Manusia kepada Muhasabah (Introspeksi Diri)
Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (introspeksi diri) dan tidak sakit membuat orang
terperdaya. Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya apabila
seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada petunjuk-Nya, dan
memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam
ketaatan, dan menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan haram serta penyebab-
penyebab yang mengarah kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:


Musibah yang engkau terima dengannya terhadap Allah SWT lebih baik bagimu daripada nikmat
yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada-Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha`ib).

#Sakit menjadi Penyebab Kembalinya Hamba kepada Rabb-Nya


Bagian ini merupakan pelengkap bagian sebelumnya, cobaan merupakan penyebab kembalinya
hamba kepada Rabb mereka, yaitu pada saat Dia menghendaki kebaikan terhadap mereka. Karena
inilah, Allah Swt berfirman:

‫د‬ َ ‫ك ِ ِّمن ُأمَمْ إِلَى أَر‬


ْ ‫سلنَآ وَلَ َق‬ َْ ِ‫اهم َقبل‬ َ َ‫سآ ِْء َفأ‬
ُ َ‫خذن‬ َ ‫ض َّرآ ِْء بِالبَأ‬َ ‫وَال‬
ْ‫ون لَ َعل َّ ُهم‬
َْ ‫ض َّر ُع‬
َ ‫يَ َت‬
Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum
kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
(QS. Al-An’aam: 42)

Anda mungkin juga menyukai