Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP


PERKEMBANGAN PROSES PENGANGGARAN BISNIS

Disusun Oleh :
Fefa Trisya Audiar
16/396129/SV/10342
AK-31

Pembimbing :
Ibu Siti Muslihah

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


DEPARTEMEN EKONOMIKA DAN BISNIS
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh
Revolusi Industri 4.0 terhadap Perkembangan Proses Penganggaran Bisnis”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Muslihah selaku pengampu mata
kuliah penganggaran bisnis serta pihak yang berkontribusi memberikan bantuan berupa
dukungan ataupun materi sehingga makalah dapat tersusun dengan maksimal dan tepat
waktu.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca agar kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Yogyakarta, 14 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi Industri 4.0 telah
menjadi prospek dalam perombakan industri serta berbagai aspek kehidupan manusia
oleh banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang demi meningkatkan
daya saing di kancah pasar global, sehingga dapat dipastikan bahwa 4IR akan menuju
Indonesia dan membawa pengaruh yang signifikan berupa peluang serta tantangan bagi
aspek perekonomiannya dimasa yang akan datang.

Terciptanya peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur Indonesia menjadi salah


satu cara untuk mempercepat pencapaian visi Indonesia agar menjadi sepuluh ekonomi
terbesar di dunia. Dalam implementasinya, Kementerian Perindustrian juga telah
berupaya menyusun inisiatif “Making Indonesia 4.0” sebagai wujud dukungan terhadap
strategi dan peta jalan 4IR di Indonesia bagi pergerakan industri Indonesia nantinya.

Industri manufaktur menjadi fokus utama pengembangan industri making Indonesia


4.0. Sektor industri manufaktur yang dimaksud adalah sektor makanan dan minuman,
sektor tekstil dan pakaian, sektor otomotif, sektor kimia, dan sektor elektronik. Ke-lima
sektor ini didorong untuk memanfaatkan teknologi seperti AI (Artificial Intelegent) pada
lapisan logika (ide), IoT (Internet of Things) pada lapisan konektivitas, dan wearable,
robotika canggih, dan 3D printing pada lapisan aplikasinya. Pada sektor-sektor tersebut
selalu mengalami tantangan yang hampir serupa, sehingga sebagai solusi untuk
mengatasinya, maka dibentuk sepuluh prioritas nasional untuk memperkuat struktur
perindustrian Indonesia.

Komunitas global telah menyuarakan kekhawatiran terkait keberlanjutan di berbagai


sektor. Indonesia harus dapat memastikan bahwa tantangan keberlanjutan (sustainability)
ini harus diakomodasi dengan baik, mencanangkan pemenuhan persyaratan keberlanjutan
dimasa mendatang, mengidentifikasi aplikasi teknologi dan peluang pertumbuhan ramah
lingkungan, serta mempromosikan lingkungan yang kondusif. Fokus dunia perindustrian
terutama peran perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur terhadap kegiatan
penyelenggaraan penganggaran bisnis menjadi langkah awal komitmen manajemen dalam
mewujudukan target dan dukungannya terhadap sepuluh prioritas nasional untuk
memperkuat struktur perindustrian Indonesia di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
pertimbangan dalam mengambil keputusan secara optimal terhadap perencanaan serta
kegiatan pengendalian kegiatan operasi menjadi hal krusial terhadap kesiapannya
menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia nantinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi
Industri 4.0 ?
2. Apa yang dimaksud dengan proses penganggaran bisnis ?
3. Bagaimana keterkaitan Fourth Industrial Revolution (“4IR”) terhadap perkembangan
serta peran teknologi pada proses penganggaran bisnis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi
Industri 4.0
2. Untuk mengetahui tentang proses penganggaran bisnis
3. Untuk mengetahui keterkaitan Fourth Industrial Revolution (“4IR”) terhadap
perkembangan serta peran teknologi pada proses penganggaran bisnis

1.4 Manfaat
1. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi pembaca dan
penulis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi Industri 4.0


2.1.1 Pengertian Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 adalah salah satu pelaksanaan proyek Strategi Teknologi Modern
Jerman 2020 (Germany’s High-Tech Strategy 2020). Strategi tersebut diimplementasikan
melalui peningkatan teknologi sektor manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan strategis
yang konsisten, serta penetapan prioritas tertentu dalam menghadapi kompetisi global hingga
muncul istilah Industrial Revolution 4.0 yang menunjukkan perubahan cepat dan fundamental
serta bersifat disruptive, yaitu dapat merusak tatanan lama yang sudah ada selama bertahun-
tahun, dalam hal ini segala aspek dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Prof Rhenald Kasali (2017), disruptive tidak hanya bermakna fenomena
perubahan hari ini (today change) tetapi juga mencerminkan makna fenomena perubahan
hari esok (the future change) yang pada hakikatnya tidak hanya berada pada perubahan cara
atau strategi tetapi juga pada pada aspek fundamental bisnis. Domain era disrupsi merambah
dari mulai struktur biaya, budaya hingga pada ideologi industri. Implikasinya, pengelolaan
bisnis tidak lagi berpusat pada kepemilikan individual, tetapi menjadi pembagian peran atau
kolaborasi.
The World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 ditandai
oleh pembauran teknologi yang mampu menghapus batas-batas penggerak aktivitas ekonomi,
baik dari perspektif fisik, digital, maupun biologi atau merupakan bentuk integrasi antara
sumber daya manusia, instrumen produksi, serta metode operasional dalam mencapai tujuan
yang berupa munculnya berbagai teknologi terapan (applied technology), seperti AI
(Artificial Intelegent) pada lapisan logika (ide), IoT (Internet of Things) pada lapisan
konektivitas, dan wearable, robotika canggih, Virtual and Augmented Reality pada lapisan
informasi, Additive Manufacturing, Distributed Manufacturing dan 3D printing pada lapisan
aplikasinya yang secara keseluruhan mampu mengubah pola produksi dan model bisnis di
berbagai sektor industri, sehingga industri tidak hanya berfokus pada pengembangan usaha
dan peningkatan laba, melainkan pada pendayagunaan dan optimalisasi setiap aktivitas di
perusahaan.

2.1.2 Peluang dan Tantangan dari Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau
Revolusi Industri 4.0
a. Peluang
Fenomena revolusi industri 4.0 menjadikan segala aspek kehidupan lebih maju dan
canggih. Bagi Indonesia hal ini dapat merevitalisasi sektor manufaktur, sehingga dapat
meningkatkan produktifitas untuk meningkatkan daya saing di pasar global, mendorong
ekspor netto menjadi 10 persen dari PDB, dan membuka lapangan pekerjaan tambahan.
Lima sektor industri manufaktur yang akan di bangun Indonesia antara lain sektor
makanan dan minuman dengan rencana membangun industri F&B powerhouse di
ASEAN, sektor tekstil dan pakaian dengan rencana menuju produsen functional clothing
terkemuka, sektor otomotif dengan rencana menjadi pemain terkemuka dalam ekspor
ICE dan EV, sektor kimia dengan rencana menjadi pemain terkemuka di industri
biokimia, dan sektor elektronik dengan rencana mengembangkan kemampuan pelaku
industri domestik.

b. Tantangan
Efek disruptive dimana industri lama tergeser dengan e-commerece sehingga terjadinya
migrasi nilai (value migration) dari penmain inkumben ke startup, timpangnya ekonomi
antara pemilik modal baik fisik ataupun intelektual dengan penduduk yang
mengandalkan tenaga kerja murah dan pasar mengarah ke struktur pasar yang bersifat
monopolistik sebagai dampak “platform effect”, pengangguran massal akibat dari
semakin banyaknya pekerjaan manusia yang tergantikan oleh robot (otomasi)
“automation effect”.

2.2 Pengertian Proses Penganggaran Bisnis

Penganggaran bisnis merupakan rangkaian proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan
sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan data dan informasi yang perlu
pembagian tugas perencanaan, implementasi dari rencana tersebut, hingga tahap pengawasan
dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana. Anggaran sendiri merupakan suatu rencana yang
dibuat dan disusun secara rinci dan sistematis yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif serta
dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk periode
tertentu di masa yang akan datang, sehingga dapat diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas
dari kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaaan kegiatan dan pengendalian atas kegiatan
operasi perusahaan agar dapat meminimalisasi risiko yang terjadi di masa yang akan datang,
sebab penganggaran merupakan komitmen resmi manajemen yang terkait dengan harapan
manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi keuangan dalam jangka waktu
tertentu di masa yang akan datang.

Dalam perusahaan manufaktur kegiatan akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat
keuntungan akan lebih besar apabila manajemen memperhatikan rencana untuk aktivitas-
aktivitasnya di masa depan yang dirancang dalam bentuk anggaran yang dipengaruhi oleh
faktor intern berupa data, informasi dan pengalaman yang terdapat dalam perusahaan itu
sendiri dan faktor ekstern berupa data, informasi dan pengalaman yang terdapat diluar
perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap perusahaan. Selain itu, adanya anggaran
sangat membantu manajer dalam mengambil keputusan yang paling menguntungkan bagi
perusahaan, seperti memilih bahan baku, barang atau jasa yang akan digunakan untuk proses
produksi agar laku dijual di pasaran, metode yang digunakan untuk produksi barang, dan
sasaran pasar yang akan dipilih.

Proses penganggaran antara lain :


1. Identifikasi dan evaluasi variabel eksternal (trendwatching), yaitu proses pengamatan
terhadap trend atau gaya suatu perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri
yang bertujuan mengidentifikasi akan peluang yang dapat tercapai serta ancaman
yang harus dihadapi oleh perusahaan dalam setiap lingkungan tersebut.
2. Pengembangan tujuan umum perusahaan, yaitu lambang dasar atau fondasi yang
digunakan dalam mengembangkan dan memperkuat perusahaan berupa visi, misi,
keyakinan dasar atau sebagai pemicu organisasi dalam mencapai tujuan, dan nilai
dasar sebagai pembatas dalam pengambilan keputusan.
3. Pengembangan sasaran khusus bagi perusahaan, yaitu untuk mengarahkan dan
memfokuskan tujuan umum serta menstransformasikan informasi umum agar lebih
spesifik.
4. Persiapan anggaran, berupa penentuan ramalan penjualan oleh bagian pemasaran dan
manajer umum sera manajer keuangan untuk menyusun anggaran penjualan, anggaran
beban penjualan, dan anggaran piutang usaha. Kedua, manajer produksi dengan
manajer keuangan dan umum menyusun anggaran produksi, anggaran biaya pabrik,
anggaran persediaan, dan anggaran piutang usaha. Kemudian, manajer umum dengan
manajer keuangan menyusun anngaran laba rugi, anggaran neraca, dan anggaran kas.
5. Penentuan anggaran, manajer bersama direksi mengadakan perundingan untuk
menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran, koordinasi dan penelaahan
komponen anggaran.
6. Pelaksanaan anggaran, untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat
laporan realisasi anggaran.

Adapun tujuan dari penganggaran bisnis, yaitu


1. Untuk menyatakan harapan atau sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga
bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dipakai
manajemen.
2. Untuk mengomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga
anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi
ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok
dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
4. Untuk mengkoordinasikan cara atau metode yang akan ditempuh dalam rangka
memaksimalkan sumber daya.
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan
kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan
koreksi.

3.1 Keterkaitan Fourth Industrial Revolution (“4IR”) terhadap perkembangan serta


peran teknologi pada proses penganggaran bisnis
Revolusi industri 4.0 berpotensi membawa perubahan yang sangat signifikan pada sektor
industri ke arah yang lebih maju di masa yang akan datang. Peran negara maju dan negara
berkembang dalam mengimplementasikannya merupakan peluang besar yang banyak
difokuskan melalui revitalisasi sektor manufaktur. Sebagai tolok ukur keberhasilannya, tentu
saja diperlukan peran penganggaran bisnis yang optimal. Manajer perlu mempunyai
kompetensi dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi variabel eksternal (trendwatching),
yaitu proses pengamatan terhadap trend atau gaya suatu perubahan lingkungan secara makro
dan lingkungan industri itu sendiri agar dapat meminimalisasi terhadap risiko atau ancaman
pada perusahaan.

Industri manufaktur yang juga menjadi fokus utama pengembangan industri making
Indonesia 4.0, meliputi sektor makanan dan minuman, sektor tekstil dan pakaian, sektor
otomotif, sektor kimia, dan sektor elektronik yang memanfaatkan teknologi seperti AI
(Artificial Intelegent) pada lapisan logika (ide), IoT (Internet of Things) pada lapisan
konektivitas, dan wearable, robotika canggih, dan 3D printing pada lapisan aplikasinya.

Keterkaitan revolusi industri dengan pengaggaran bisnis milik pemerintah adalah sebagai
berikut:

Perkuatan Anggaran di Bidang Infrastruktur


Keberhasilan Indonesia dalam mencapai sustainable development goals (SDGs) sangat
bergantung pada tiga faktor utama yaitu percepatan, pembiayaan, dan inklusi yang harus
dijadikan sebagai program prioritas hingga beberapa tahun mendatang. Salah satu
program yang diyakini bisa menjadi kendaraan untuk mencapai tujuan SDGs ialah
Revolusi Industri 4.0.

Infrastruktur memegang peranan penting dalam memuluskan program Revolusi Industri


4.0, sekaligus mencapai tujuan SDGs. Akan tetapi, untuk melaksanakan pembangunan
infrastruktur secara besar-besaran, dibutuhkan anggaran yang besar pula.
Pemerintah pun berupaya memperluas skema pembiayaan dengan mekanisme kerja sama
pemerintah dan swasta (KPS), dan kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU) melalui
fasilitas-fasilitas seperti penjaminan pemerintah, project development facility, dan
viability gap funding.
Sumber:
https://surabaya.bisnis.com/read/20181211/250/868129/pembangunan-berkelanjutan-
berebut-kue-revolusi-digital

Tuntutan Sumber Daya Manusia untuk memperkuat Riset


Pemerintah Mengembangkan sentra-sentra inovasi serta peningkatan anggaran riset
untuk mendorong inovasi teknologi serta revitalisasi science-technopark untuk keperluan
masyarakat serta pengembangan teknologi yang diperlukan di era revolusi industri 4.0.

Sumber daya manusia Indonesia ditantang untuk mengejar ketertinggalannya dengan


negara-negara Asean, di antaranya Vietnam. Pasalnya, anggaran pendidikan yang
dialokasikan negara ini sudah mencapai 20% atau setara dengan alokasi anggaran negara
tetangga.

Dibandingkan dengan negara Asean seperti Vietnam yang mengalokasikan 20%


anggaran untuk pendidikan, hasil yang dicapai Indonesia masih jauh tertinggal.
Pemerintah kini berupaya keras, berpikir keras, mengapa negara kita dengan alokasi
anggaran yang sama dengan Vietnam tidak mampu menghasilkan sumber daya manusia
yang sebanding seperti di Vietnam.

Pada APBN 2018, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan alokasi anggaran
pendidikan mencapai Rp444,13 triliun atau 20% sesuai amanat konstitusi. Anggaran
20% itu merupakan bukti pemihakan yang nyata bagi pendidikan dan riset di Tanah Air.
Menurut Menteri Keuangan, Anggaran Rp444,13 triliun itu baik untuk alokasi pusat
maupun alokasi daerah. Dana tersebut dialokasikan bagi program-program prioritas
pendidikan dan penelitian, antara lain program Indonesia Pintar, Bidik Misi untuk lebih
400.000 mahasiswa, Bantuan Operasional Sekolah, rehabilitasi sekolah, riset dan
program lainnya.

Menkeu menegaskan bahwa kemajuan suatu negara untuk mengejar ketertinggalan


sanggat tergantung pada tiga faktor, yakni pendidikan, kualitas institusi dan kesediaan
infrastruktur. Dunia pendidikan menjadi garis depan di era digital dan perguruan tinggi
harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Perguruan tinggi, harus
mampu merespon kebutuhan masyarakat yang saat ini sudah banyak melakukan kegiatan
pembelajaran secara online, sehingga perguruan tinggi tidak ditinggalkan atau harus
ditutup.

Sumber:
https://koran.bisnis.com/read/20180118/436/727813/revolusi-industri-4.0-sdm-dituntut-

Peluncuran aplikasi khusus untuk menghadapi Industri 4.0


Era revolusi industri 4.0 menuntut pemerintah untuk melakukan inovasi, termasuk dalam
sistem tata kelolanya. Tentunya demi meningkatkan perfoma atau pelayanan yang prima
kepada para stakeholder. Melalui pemanfaatan teknologi informasi, Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan SIRenang (Sistem
Informasi Perencanaan dan Penganggaran), Rabu (18/4) di Gedung D Kemenristekdikti,
Senayan.

SIRenang merupakan sebuah sistem online terintegrasi untuk perencanaan program dan
anggaran di lingkup Kemenristekdikti. Sistem ini dirancang untuk memperbaiki sistem
akuntabilitas khususnya di bidang perencanaan dan penganggaran.

Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na’im mengatakan sistem yang baru ini
sebagai bentuk self disruption dimana Kemenristekdikti melakukan penggantian sistem
yang lama dengan sistem yang baru dengan memanfaatkan teknologi digital.

“Selama ini dalam pembahasan program kerja dan anggaran kita melakukan banyak
rapat dengan mengundang semua satuan kerja (satker) di Kemenristekdikti. Dengan
adanya sistem ini akan mengurangi banyak kegiatan rapat yang menghabiskan banyak
biaya sehingga lebih efisien,” terang Ainun.

Lebih lanjut, dikatakan Ainun sistem ini juga mengurangi penggunaan kertas atau
paperless sehingga ikut mendukung pelestarian lingkungan. Lainnya, sistem ini juga
dapat meningkatkan tingkat transparansi dan akuntabilitas.

Melalui SIRenang proses perencanaan lebih terintegrasi dan sistem ini akan
menghubungkan satker daerah dengan satker pusat. SIRenang juga memberikan fasilitas
komunikasi yang lebih baik antara satker daerah dengan satker pusat, dimana satker
pusat dengan Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal yang bertugas melakukan penelitian
serta Inspektorat Jenderal bertugas melakukan reviu terhadap program dan anggaran.
Dalam penggunaan sistem ini nantinya masing-masing satker mengunggah rencana kerja
program dan anggarannya. Kemudian Eselon I yang bertanggung jawab melakukan
evaluasi kemudian disampaikan ke Sekretariat Jenderal untuk dilaporkan ke Kementerian
Keuangan.

“Dalam sistem ini kita harapkan komitmen dari kita semua untuk menggunakan sistem
ini. Dikritisi juga apa yang kurang dan apa yang perlu diperbaiki,” ucap Ainun.

Dalam acara peluncuran yang dihadiri seluruh pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) di Indonesia, Ainun juga
menghimbau agar para pimpinan harus melihat dan mengkritisi perencanaan dan
anggaran di satkernya masing-masing.

“Jangan sampai kita tidak mengetahui apa yang ada dalam rencana kerja dan anggaran.
Jika ada hal yang tidak wajar kita bisa ikut terlibat karena kita sudah menandatanganinya
(menyetujuinya-red),” tutur Ainun.

Sumber:
https://www.ristekdikti.go.id/siaran-pers/era-disrupsi-teknologi-kemenristekdikti-
luncurkan-sirenang/

Sedangkan untuk perusahaan swasta, keterkaitan revolusi industri dengan pengaggaran bisnis
perusahaan adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai