Anda di halaman 1dari 5

Dampak Financial Technology terhadap Sektor Ketenagakerjaan di Era Revolusi

Industri 4.0
Oleh: Alvin Surya Prada

A. Pendahuluan
Revolusi industri 1.0 dimulai di Inggris pada tahun 1784, pada saat Edmund
Cartwright menciptakan mesin tenun mekanik yang bertenaga uap. Revolusi industri 2.0
(Revolusi Teknologi) terjadi di Amerika Serikat ditandai dengan penggunaan energi listrik
sebagai energi utama motor penggerak mesin industri. Revolusi industri 3.0 merupakan
era komponen elektronik dan teknologi informatika digunakan oleh industri. Revolusi
industri 4.0 dapat dipastikan dimulai sejak ada istilah Internet of Things (IoT) pada tahun
2002 yang dikenalkan oleh Kevin Ashton.1 McKinsey mendefinisikan Industri 4.0
sebagai proses digitalisasi sektor manufaktur, sedangkan istilah Revolusi Industri lebih
pada penunjukkan sebuah rentang waktu (era), maka istilah Industri 4.0 lebih pada
kejadian di sektor manufaktur seperti hal nya pada penciptaan sebuah produk, prosedur,
dan proses manufaktur yang cerdas.2
Indonesia juga terdampak pada perubahan teknologi yang mendorong revolusi
industri, Kementrian perindustrian menyatakan strategi Indonesia memasuki industri 4.0
dengan melakukan perkuatan pada lima sektor manufaktur yakni: Industri makanan dan
minuman, Industri Otomotif, Industri elektronik, Industri kimia dan Industri tekstil. 3
Dampak revolusi industri juga dirasakan dalam industri finansial yang juga mengalami
perkembangan, Teknologi Keuangan juga disebut Financial Technology (Fintech) yang
merupakan model layanan keuangan baru yang dikembangkan melalui inovasi teknologi
informasi.4 Bill Gates (1994) “..banking is necessary, banks are not..”, melihat apa yang
dikatakan Bill Gates salah satu inovator, pendiri miscrosoft, dan orang terkaya dunia
mengatakan bahwa di masa depan virtual banking akan menjadi hal penting dalam
pelayanan keuangan.5
Perkembangan teknologi dalam sektor keuangan juga memiliki dampak negatif bagi
tenaga kerja, yakni banyak aktivitas perbankan yang tidak lagi harus dilakukan di kantor
1
Ali Sadiyoko, Industri 4.0. Ancaman, Tantangan atau Kesempatan?, Universitas Katolik
Parahyangan, Indonesia, 2017, hlm. 2-6.
2
Ibid., hlm. 9.
3
Almatius Setya Marsudi dan Yunus Widjaja, ‘Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap Financial
Technology Serta Kesiapan Tenaga Kerja di Indonesia’, Ikraith Ekonomika, Vol. 2 No.2, Juli 2019, hlm. 4.
4
Ibid.
5
https://kliklegal.com/financial-technology-di-indonesia-peluang-atau-ancaman-ailrc/ diakses pada 4
Juli 2020 Pukul 08.37 WIB
cabang dan hal ini mengakibatkan penurunan jumlah teller di bank.6 Berdasarkan latar
belakang diatas, maka saya selaku penulis tertarik untuk melakukan penulisan mengenai
Dampak Fintech terhadap Sektor Ketenagakerjaan di Era Revolusi Industri 4.0.
Melihat uraian diatas, penelitian ini fokus pada rumusan masalah “bagaimana dampak
Fintech terhadap sektor ketenagakerjaan di era revolusi industri 4.0?”. Rumusan masalah
tersebut diangkat untuk dapat mencapai tujuan penelitian yaitu mendapatkan gambaran
mengenai dampak Fintech terhadap sektor ketenagakerjaan di era revolusi industri 4.0.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk merumuskan dampak Fintech terhadap sektor
ketenagakerjaan di era revolusi industri 4.0.

B. Pembahasan
Indonesia juga merupakan negara yang terdampak perubahan teknologi, sehingga
industri 4.0 perlu segera untuk diwujudkan untuk menjawab tantangan beberapa sektor
industri. Kementrian perindustrian (Kemenperin) telah menyatakan strategi untuk
memasuki industri 4.0 dengan memperkuat sektor manufaktur seperti; industri makanan
dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia, dan industri tekstil. 7
Tantangan era revolusi industri 4.0 akan menghilangkan sebagian pekerjaan yang masih
dibutuhkan pada masa ini, hal ini terjadi berhubungan adanya perubahan proses bisnis
menjadi jauh lebih efisien.8
Kemajuan teknologi yang secara dramatis dalam dunia bisnis, termasuk industri jasa
keuangan yang dianggap mempermudah dalam berbagai proses bisnis, dari sudut pandang
strategik, namun banyak sekali lembaga keuangan yang menghadapi persoalan.9 Dalam
sistem keuangan, persoalan yang dihadapi dan menjadi krusial adalah berkaitan dengan
ekonomi secara makro, terutama terkait kebijakan yang mengatur penggunaan teknologi
dalam kegiatan bisnis, stabilitas sistem keuangan, dan produktivitas tenaga kerja (upah
dan pekerjaan).10 Kemajuan teknologi dalam kegiatan jasa keuangan, telah membawa
dampak tidak hanya terkait persoalan tenaga kerja namun juga terkait dengan jasa yang
diberikan.

6
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3691025/teknologi-banyak-geser-tenaga-kerja-ini-tanggapan-
ojk diakses pada 4 Juli 2020 Pukul 08.54 WIB
7
Almatius Setya Marsudi dan Yunus Widjaja, ‘Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap…Loc. Cit.
8
Amar Natasuwarna, ‘Tantangan Menghadapi Era Revolusi 4.0 – Big Data dan Data Mining’, Seminar
Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat 2019, STMIK Pontianak, Juli 2019, hlm. 2.
9
Dwi Irawati, ‘Fintech dan Perubahan Struktur Industri Keuangan di Indonesia’, SEGMEN Jurnal
Majanemen dan Bisnis, Vol. 14 No. 2, Juli 2018, hlm. 69.
10
Ibid., hlm. 70.
Pada sektor keuangan, inovasi yang timbul karena kemajuan teknologi adalah dalam
bentuk Fintech. Fintech merupakan sebuah industri yang meliputi inovasi-inovasi digital
dan model bisnis yang berbasis teknologi di sektor keuangan.11 Fintech mendorong
perbankan melakukan digitalisasi dan otomisasi sehingga dapat memangkas biasa operasi
bank sekaligus mendorong pendapatan sektor perbankan bertambah karena kehadiran
produk dan model bisnis yang inovatif.12 Dengan berinovasi dan mendorong produk baru
yang relevan ke pasar, dapat menambah pengalaman baru untuk nasabah dan bank akan
menjadi disruptor baru.
Banyak nya sisi positif terkait adanya Fintech tidak lepas dari sisi negatif dari dampak
teknologi itu sendiri, Fintech juga merupakan ancaman bagi sektor perbankan seperti
halnya dapat memangkas margin dan bertambahnya risiko operasional dan jumlah
pegawai di front office terutama teller akan berkurang dan dari jumlah kantor bank
digantikan oleh outlet digital.13 Pembukaan deposito secara daring yang sering kali
menjadi sasaran marketing dengan menawarkan “suku bunga yang lebih tinggi”, tidak
lagi memerlukan perugas layanan pelanggan (customer service). Perusahaan atau lembaga
Fintech yang menawarkan fasilitas kredit tidak lagi melalui jalur konvensional melalui
relationship manager dan analis kredit, karena teknologi tersebut akan mengolah data-
data calon debitur dalam melakukan aktivitas daring dan dapat menghasilkan sebuah
kesimpulan apakah calon debitur tersebut layak mendapat pinjaman kredit atau tidak.14
Berkurangnya pegawai bank merupakan ancaman yang serius bagi setiap bank di
Indonesia hal ini disebabkan oleh digitalisasi perbankan, hal ini telah terjadi pada
beberapa bank di Indonesia. Badan Pusat Statistik juga menyatakan hal serupa, namun
pegawai bank yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan manufaktur maka hal tersebut
dianggap tidak terlalu berdampak. Pada periode 2017, pegawai yang berkurang pada bank
umum nasional berkisar 500 sampai dengan 1.000 orang, sementara kategori bank lainnya
menawarkan pensiun dini atau mengalih-tugaskan karyawan dari posisi teller atau
customer service ke bagaian pemasaran. Biro riset Bank Indonesia juga mencatat adanya
pengurangan pada kantor cabang bank pada periode Desember 2015 sampai Agustus
2017 yang berkurang 314 unit dari 32.949 unit menjadi 32.635 unit.15

11
Ibid.
12
Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan, ‘Menyiapkan Kompetensi Bankir di Era Disrupsi Teknologi
Finansial’, Seminar Nasional Vokasi Perbankan 2018, Yogyakarta, Oktober 2018, hlm. 15.
13
Ibid.
14
https://www.reqnews.com/opini/jenthu-apolunanto/9/menakar-nasib-bankir-di-era-digitalisasi-
perbankan diakses pada 15 Juli 2020 Pukul 08.01 WIB.
15
Ibid.
Dalam seminar nasional vokasi perbankan pada tahun 2018 dengan judul Menyiapkan
Kompetensi Bankir di Era Disrupsi Teknologi Finansial, memaparkan tentang strategi di
era disrupsi inovasi teknologi finansial seperti;16
1. Otoritas Keuangan yakni Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan bersama
Pemerintah menjadi katalisator17 pengembangan ekonomi digital.
2. Pengaturan bidang Sistem Pembayaran dan Informasi Teknologi yang transparan,
efisien dan mengedepankan mitigasi risiko dan perlindungan konsumen.
3. Harmonisasi kebijakan di level nasional, regional/counterparty dan standar
internasional.
4. Kolaborasi mendorong efisiensi, peningkatan nilai tambah bagi konsumen, & prinsip
‘grow together’.
5. Mendorong ekosistem di dalam negeri & sektor pendukung.
6. Mendorong industri membangun standar, interoperabilitas dan perlindungan
konsumen.
7. Mendorong pelaku membangun kecakapan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang
ekonomi digital, memperkuat modal, mengubah mindset & kultur organisasi.
8. Meningkatkan kemapuan manejemen risiko terutama dalam cyber security.

C. Kesimpulan
Era revolusi industri yang sudah mencapai revolusi industri 4.0 yang menuntut setiap
manusia, lembaga dan pemerintahan untuk dapat memanfaatkan teknologi digital dan
informasi yang semakin modern. Kemajuan teknologi tentunya melahirkan inovasi-
inovasi dalam bidang Fintech yang sejalan dengan tuntutan nasabah bank untuk
mendapatkan pelayanan yang cepat, murah, smart and safe sehingga hal ini menjadi
sebuah tantangan bagi industri perbankan di Indonesia yang dituntut untuk mengubah
sistem dan business model. Dampak dengan adanya Fintech terbagi menjadi 2 (dua) yakni
dampak positif dan negatif, dampak positif adanya Fintech yang disebabkan oleh revolusi
industri 4.0 salah satunya terbuka lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Indonesia,
namun dampak negatif yakni dapat memangkas margin dan bertambahnya risiko
operasional dan jumlah pegawai di front office terutama teller akan berkurang dan dari
jumlah kantor bank digantikan oleh outlet digital, pembukaan deposito secara daring dan
sebagainya.
16
Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan, ‘Meny …Op. Cit., hlm. 21.
17
Katalisator adalah seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan
menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa.
D. Daftar Pustaka
Almatius Setya Marsudi dan Yunus Widjaja, ‘Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap
Financial Technology Serta Kesiapan Tenaga Kerja di Indonesia’, Ikraith
Ekonomika, Vol. 2 No.2, Juli 2019.
Amar Natasuwarna, ‘Tantangan Menghadapi Era Revolusi 4.0 – Big Data dan Data
Mining’, Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat 2019, STMIK
Pontianak, Juli 2019.
Dwi Irawati, ‘Fintech dan Perubahan Struktur Industri Keuangan di Indonesia’, SEGMEN
Jurnal Majanemen dan Bisnis, Vol. 14 No. 2, Juli 2018.
Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan, ‘Menyiapkan Kompetensi Bankir di Era Disrupsi
Teknologi Finansial’, Seminar Nasional Vokasi Perbankan 2018, Yogyakarta,
Oktober 2018
Sadiyoko, Ali, 2017, Industri 4.0. Ancaman, Tantangan atau Kesempatan?, Universitas
Katolik Parahyangan, Indonesia
https://kliklegal.com/financial-technology-di-indonesia-peluang-atau-ancaman-ailrc/
diakses pada 4 Juli 2020 Pukul 08.37 WIB
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3691025/teknologi-banyak-geser-tenaga-kerja-ini-
tanggapan-ojk diakses pada 4 Juli 2020 Pukul 08.54 WIB
https://www.reqnews.com/opini/jenthu-apolunanto/9/menakar-nasib-bankir-di-era-
digitalisasi-perbankan diakses pada 15 Juli 2020 Pukul 08.01 WIB

Anda mungkin juga menyukai