Anda di halaman 1dari 11

Tantangan Penyebaran FinTech Pada UMKM Negeri di era Revolusi Industri 4.

Faqih Trisnaufal

Mahasiswa S1 Management, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang

Faqih4268@gmail.com

Abstrak

FinTech merupakan salah satu bentuk dari Revolusi Industri 4.0 yang berfokus pada inovasi digital dalam
dunia keuangan, kemunculan FinTech telah mengubah paradigma dan meningkatkan efisiensi global. FinTech
menghilangkan ketergantungan pada uang tunai, memberikan kemudahan, dan menjaga privasi penggunanya.
Proses transaksi bisnis menjadi lebih efisien, meminimalkan risiko, dan mengoptimalkan pengalaman pengguna.
Dalam evolusi FinTech, keuangan digital menjadi fondasi utama aktivitas ekonomi global. Tingginya minat
pelaku bisnis dan pengguna terlihat dari akumulasi nilai transaksi dan perkembangan pembayaran digital.
Kemajuan digitalisasi mendorong penyesuaian pelaku usaha dan kebutuhan akan pemahaman mendalam,
terutama dalam implementasi FinTech di bisnis. UMKM di Indonesia menghadapi tantangan adaptasi FinTech.
Ketidaksetaraan akses teknologi dan berbagai tantangan lainnya mengakibatkan UMKM tertinggal dan stagnasi.
Dalam persaingan bisnis yang sengit, UMKM berisiko terperangkap dan tersingkir. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam mengenai tantangan FinTech menjadi krusial agar dapat melihat celah peluang untuk
mempertahankan daya saing UMKM.

KeyWords : Tantangan FinTech, UMKM, Revolusi Industri 4.0

Latar Belakang

FinTech, singkatan dari Financial Technology, muncul sebagai manifestasi nyata dari
perubahan paradigma dalam dunia keuangan yang diinduksi oleh Revolusi Industri 4.0.
Fenomena ini menandai pergeseran monumental dari proses bisnis keuangan konvensional
menuju inovasi digitalisasi yang membentuk sebuah sistem keuangan yang terintegrasi secara
canggih. Sudah terbukti bahwa FinTech tidak hanya mengubah, tetapi juga meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sistem keuangan di seluruh dunia. Dengan kemunculan
FinTech, konsep membawa uang dalam bentuk fisik saat hendak melakukan transaksi menjadi
usang. Kelebihan utama FinTech adalah mengeliminasi ketergantungan pada uang tunai,
khususnya dalam transaksi dengan nominal yang signifikan. Hal ini tidak hanya memberikan
kemudahan, tetapi juga menjaga tingkat privasi dan keamanan pelaku bisnis, baik itu dalam
skala individu maupun perusahaan. Proses transaksi yang menjadi inti dari kegiatan bisnis
menjadi lebih efisien dan tepat waktu, meminimalkan risiko serta mengoptimalkan
pengalaman pengguna dalam dunia finansial yang terus berkembang pesat. (Hiyanti et al.,
2020) Akumulasi nilai transaksi dan perkembangan pembayaran digital yang cukup fantastis,
mengisyaratkan adanya beberapa faktor penentu yang menjadikan FinTech sangat diminati
oleh para pelaku bisnis, maupun penggunanya (Romadhon Fitri dkk.,2020).

Dampak yang timbul dari kemajuan digitalisasi dalam sistem keuangan tidak hanya sekadar
mendorong pelaku usaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, melainkan juga
menginduksi kebutuhan akan pemahaman yang mendalam terkait pemanfaatan teknologi,
khususnya dalam implementasi FinTech di ranah bisnis. Tantangan ini menjadi semacam
polemik tersendiri, terutama bagi usaha kecil, mikro, dan menengah yang belum mampu
sepenuhnya beradaptasi dengan gejolak teknologi yang terus berkembang. Problem ini
mencuat dengan signifikan di Indonesia, di mana keterbatasan sumber daya manusia,
keragaman sudut pandang pelanggan, disparitas pembangunan yang tidak merata, dan
geografi yang luas menjadi hambatan dalam usaha meratakan sistem FinTech di seluruh
nusantara.

Kenyataannya, permasalahan ini menjadi sebuah kompleksitas, seiring UMKM di Indonesia


menghadapi ketidaksetaraan dalam akses teknologi. Semakin banyak UMKM yang tertinggal
karena minimnya pengetahuan teknologi, hal ini menjadi salah satu bentuk stagnasi dalam
pemberdayaan ekonomi lokal. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, terutama dengan
kehadiran bisnis startup yang mampu memanfaatkan teknologi secara optimal, UMKM riskan
terperangkap dalam kemungkinan redup dan tersingkir dari panggung bisnis, menjadi korban
ketidakmampuan mengejar ketinggalan dalam aspek teknologi. Maka dari itu, penyelarasan
pemahaman dan pemberdayaan UMKM dalam menghadapi era FinTech dan transformasi
digital menjadi sangat mendesak agar potensi ekonomi di tingkat lokal tetap relevan dan
berdaya saing di kancah global. (Romadhon & Fitri, 2020). Dengan peran pemerintah dan
tingginya minat masyarakat untuk mengembangakn UMKM dengan kemajuan teknologi dan
kebutuhan masyarakat dapat menjadi salah satu pemacu kreativitas dan produkstivitas para
pelaku bisnis UMKM (Mumtaha Atun Hani dkk.,2019). Faktor-faktor tersebut menjadi
rasional utama yang menuntut adanya pemahaman mendalam mengenai peluang-peluang di
ranah Fintech, dengan tujuan agar pelaku UMKM dapat mempertahankan daya saing mereka
terhadap dominasi bisnis startup.

Sejauh pengamatan peneliti topik yang relevan dengan penelitian mengenai FinTech dalam
lini umkm antara lain Pengembangan Model Kesiapan UMKM di Era Revolusi Industri 4.0
(Sari Puspa Rianita dkk., 2020), Analisis Dampak Perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan
Society 5.0 Pada Perilaku Masyarakat Ekonomi (E-Commerce) (Mumtaha Atun Hani., 2019),
Peluang dan Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah di Indonesia (Hiyanti Hida.,
2019). Namun sayangnya, sampai saat ini, peneliti belum menemukan penelitian sebelumnya
yang benar benar mengulik tentang pernasalaan pemeraataan FinTech pada UMKM negeri.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, penelitian ini penting untuk dilakukan dalam upaya
mengisi kesenjangan penelitian.

Tujuan penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan untuk melengkapi
kekurangan dari penelitian sebelumnya, yakni untuk merinci secara mendalam tantangan yang
dihadapi dalam penyebaran FinTech di sektor UMKM di negeri ini. Diharapkan, hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi signifikan untuk pengembangan pemerataan
FinTech di tanah air, serta diinginkan dapat memberikan manfaat yang substansial bagi
masyarakat secara luas, dengan meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya peran
FinTech dalam konteks perkembangan ekonomi dan keuangan.

Landasan teori

Berdasarkan data dan informasi yang disajikan, landasan teori dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Fintech merupakan hasil dari Revolusi Industri 4.0 . Fintech sendiri merupakan sebuah
sistem keuangan digital yang merupakan bentun inovasi dari sisitim keuangan itu sendiri,
dengan perubahan mata uang dari uang fisik menjadi uang digital, pendekatan jni dinilai
evektif dan efisien dalam sistim keuangan di seluruh dunia. Bank Indonesia menjelaskan

Financial technology (FinTech) merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan
teknologi sehingga mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat.

2.Efisiensi dan Keamanan Transaksi: Fintech memudahkan terjadinya proses transaksi


dikarenakan penggunaan mata uang digital yang dinilai lebih efisien serta keamanan dan
peivasi lebih dijamin .hal ini tentunya akan membawa dampak positiv bagi semua orang
karena ke evisienanya. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/12/PBI/2017 menerangkan
FinTech adalah penggunaan teknologi sistem keuangan yang menghasilkan produk, ayanan,
teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas
sistem keuangan, efesiensi, kelancaran, kemananan dan keandalan sistem pembayaran.

3.Transformasi Mata Uang menjadi Digital: Fintech mengubah sistematika penggunaan mata
uang daribentuk fisik menjadi bentuk digital untuk meningkatkan efisiensiya. Data
menunjukkan akumulasi nilai transaksi dan pertumbuhan pembayaran digital mengalami
perkembangan yang signifikan tahun ke tahun. (B. Rahardjo, Budi, Khairul, Ikhwan, 2019).

4. Faktor Penentu Popularitas Fintech: adanya tren teknologi yang membuat Fintech makin
diminati oleh pelaku bisnis dan pengguna, hal ini diisyaratkan dehan perkembangan fantastis
peggunaan macam fintech dalam nilai transaksi dan pembayaran digital(B. Rahardjo, Budi,
Khairul, Ikhwan, 2019). Tantangan untuk Pelaku Usaha: Perkembangan digitalisasi sistem
keuangan mendorong pelaku usaha untuk beradaptasi, tetapi tantangan muncul terutama bagi
usaha kecil menengah yang belum mampu menyesuaikan diri dengan teknologi. Mellihat
struktur penduduk dan literasi menjadikan FinTech memiliki tantangan diantaranya adalah
masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap FinTech. faktor internal juga turut
menyumbang kurang optimalnya pemanfaatan FinTech, yaitu kurangnya pengetahuan
mengenai cara mengimplementasikan FinTech pada bisnisnya, terutama bagi pemilik UMKM
yang berusia lanjut, dan tidak mudah beradaptasi dengan perubahan teknologi (Romadhon
Fitri., 2020).

6. Peran Pemerintah dalam Pengembangan UMKM: tingginya minat masyarakat untuk


kencapai kesuksesan dapat memacu kreativitas dan produktivitas pelaku bisnis UMKM
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi , sehingga UMKM mampu tetap bersaing dengan
bisnis startup. Tentunya hal ini juga tidak luput dari peran pemerintah selaku pembuat
kebijakan dan pengayom masyarakat. sudut pandang dalam implementasi fintech lebih
ditekankan pada pelaku UMKM, dan tidak semua pihak memahami secara lebih jelas
mengenai Fintech khususnya pada aspek pembayaran digital (Romadhon Fitri., 2020).

7. Pentingnya Pemahaman Terkait Fintech untuk UMKM: perlunya pemahaman yang baik
tentang peluang fintech penting untuk dilakukan, agar para UMKM dapat mengetahui terkait
peluang peluang keuntungan dari pemggunaan fintech, tentunya hal ini akan membuat
UMKM dapat lebih bersaing dengan bisnis startup yang lebih mampu memanfaatkan
teknologi. Peran fintech yang sangat mendominasi di era industri 4.0, pada dasarnya dapat
diselaraskan dengan keberadaan UMKM yang mampu berkontribusi bagi penguatan
perekonomiansuatu negara. digital (Romadhon Fitri., 2020).

8. Kesenjangan Penelitian: Terdapat kesenjangan penelitian dalam pemahaman tentang


penyebaran fintech pada UMKM negeri, menjadikan penelitian ini penting untuk mengisi
celah pengetahuan pada penelitian terdahulu.

9. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tantangan penyebaran


fintech di UMKM negeri, dengan harapan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
pemerataan fintech dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya fintech.

Dengan poin poin dari landasan teori ini, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
wawasan lebih lanjut mengenai pentingnya peran fintech dalam pengembangan UMKM dan
mengidentifikasi solusi untuk mengatasi tantangan tantangan yang dihadapi di negeri ini.

Pembahasan Tantangan

Saat ini dunia sedang gencar gencarnya revitalisasi bisnis melalui media FinTech.
FinTech muncul sebagai hasil revolusi industri 4.0, mengubah paradigma bisnis konvensional
menjadi moderat. Integrasi FinTech di sektor UMKM menandakan perubahan signifikan
dalam mengelola keuangan dan transaksi. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/12/PBI/2017 menerangkan FinTech adalah penggunaan teknologi sistem keuangan yang
menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak
pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, efesiensi, kelancaran, kemananan dan
keandalan sistem pembayaran. Tentunya dengan adanya inovasi ini akan memudahkan
pebisnis dalam menjalankan lini bisnisnya akan tetapi sebagaimana dengan inovasi lainya,
maka berbagai tantangan akan muncul seiring upaya revitalisasi bisnis ini.

• Tantangan Kepercayaan Masyarakat Terhadap FinTech

Walaupun Financial Technology (FinTech) memberikan tawaran efisiensi dan keamanan


transaksi yang signifikan, terdapat tantangan yang cukup kompleks terkait kepercayaan
masyarakat terhadap penerapan teknologi keuangan ini. Tidak semua aktor di dalam lingkup
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau konsumen merasa sepenuhnya nyaman
dengan adopsi FinTech, yang pada gilirannya berdampak pada penetrasi yang lebih luas dari
teknologi ini. Tantangan ini muncul karena sejumlah faktor, namun yang paling mendasar
adalah kurangnya pemahaman terkait manfaat dan keunggulan yang ditawarkan oleh FinTech.

Perlu ditekankan bahwa UMKM, sebagai entitas ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
seringkali tidak dilengkapi dengan struktur hierarki formal, seperti jajaran direksi yang dapat
memberikan informasi terkini mengenai perkembangan teknologi keuangan dan
keuntungannya. Oleh karena itu, ketika pemilik UMKM menghadapi kurangnya pemahaman
dan keterbatasan dalam melek informasi terkait FinTech, hal ini dapat mempengaruhi persepsi
dan sudut pandang mereka terhadap kegunaan dan relevansi teknologi tersebut.

Selain itu, kurangnya pemahaman ini juga dapat menciptakan ketidakpastian di kalangan
pelaku UMKM, karena mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami cara FinTech dapat
mengoptimalkan proses bisnis mereka. Pemahaman yang terbatas terhadap konsep dan
aplikasi FinTech dapat menjadi penghambat dalam meningkatkan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap penggunaan teknologi keuangan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah,
lembaga keuangan, dan lembaga edukasi untuk meningkatkan pemahaman pemilik UMKM
mengenai manfaat FinTech. Penyediaan informasi yang jelas, edukasi yang terarah, dan
komunikasi yang efektif akan membantu membuka wawasan mereka terhadap potensi positif
FinTech dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing bisnis mereka. Menurut Oktaviani &
Rustandi(2018), dalam penelitian menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi oleh pelaku
UMKM yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, hambatan baik internal maupun
eksternal salah satunya adalah perkembangan teknologi melalui digital yang sulit untuk di
implementasikan karena kurangnya sumber daya manusia.

• Kurangnya Pengetahuan dan Literasi FinTech

Tantangan yang timbul bersumber dari rendahnya tingkat pengetahuan dan literasi terkait
Financial Technology (FinTech) di kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) dapat dijelaskan sebagai suatu kompleksitas yang memerlukan pemahaman
mendalam. Sebagian besar UMKM cenderung belum sepenuhnya memahami potensi serta
manfaat yang dapat dihasilkan oleh FinTech, dan hal ini menciptakan suasana ketidakpastian
dalam upaya mengimplementasikannya dalam aktivitas bisnis mereka. Ketidakpahaman yang
umum terkait FinTech di kalangan UMKM menjadi akar permasalahan yang menghasilkan
keraguan para pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi ini.

Dalam konteks ini, rendahnya pemahaman UMKM terkait FinTech menciptakan keawaman di
kalangan mereka, menyebabkan ragu dan ketidakpastian dalam menggunakan FinTech untuk
meningkatkan efisiensi bisnis mereka. Pemahaman yang terbatas tentang fungsi dan cara
mengaplikasikan FinTech pada bisnis mendorong ketakutan terhadap risiko yang mungkin
terlibat, yang kemudian terpatri dalam pikiran para pelaku UMKM. Tidak hanya itu, adanya
stigma terkait risiko tersebut dapat secara signifikan memengaruhi sudut pandang mereka
terhadap FinTech sebagai alat yang mungkin memberikan nilai tambah pada operasional dan
perkembangan bisnis mereka.

Ketidakpastian dan ketakutan yang muncul akibat rendahnya tingkat literasi FinTech di
kalangan UMKM dapat menciptakan hambatan dalam adopsi teknologi ini. Oleh karena itu,
mendukung peningkatan literasi dan pengetahuan mengenai FinTech di kalangan UMKM
menjadi esensial. Langkah-langkah edukatif yang bersifat terarah, memberikan pemahaman
yang mendalam tentang potensi dan manfaat FinTech, akan memberikan landasan yang kuat
untuk memecahkan tantangan ini, membuka peluang lebih luas bagi UMKM dalam
memanfaatkan teknologi keuangan untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi bisnis
mereka. Menurut penelitiaan yang dilakukan Romadhon Fitri (2020), sudut pandang dalam
implementasi fintech lebih ditekankan pada pelaku UMKM, dan tidak semua pihak
memahami secara lebih jelas mengenai Fintech khususnya pada aspek pembayaran digital.

• Adaptasi Teknologi yang Terbatas

Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan Financial Technology (FinTech) pada


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama pada kelompok usahawan yang telah
lanjut usia, menunjukkan tantangan besar dalam beradaptasi dengan dinamika perubahan
teknologi. Para pelaku usaha yang berusia lanjut sering kali mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, yang pada gilirannya menghasilkan
kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan FinTech secara optimal. Kurangnya adaptasi ini
menjadi hambatan signifikan dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin didominasi
oleh platform digital.

Kondisi ini diperparah oleh rendahnya tingkat pemahaman para pelaku UMKM, khususnya
mereka yang berusia lanjut, terhadap perangkat dan konsep FinTech. Tantangan ini tidak
hanya mencakup aspek adaptasi teknologi, tetapi juga mencakup kurangnya pemahaman
terkait potensi dan manfaat FinTech sebagai alat strategis untuk memperluas dan
meningkatkan keberlanjutan usaha. Oleh karena itu, rendahnya tingkat pemahaman dan
keterbatasan dalam mengakses edukasi terkait FinTech menjadi kendala utama dalam
menghadapi perubahan menuju ekosistem bisnis yang semakin terdigitalisasi.

Tak hanya itu, kesulitan dalam penyebaran FinTech di kalangan UMKM juga tercermin dari
sulitnya proses edukasi yang dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang memadai
terkait manfaat dan cara penggunaan teknologi ini. Terlebih lagi, para pelaku usaha lanjut usia
cenderung memiliki kurangnya ketersediaan sumber daya dan dukungan yang diperlukan
untuk memahami dan mengadopsi FinTech secara efektif.

Dalam konteks ini, dibutuhkan upaya bersama antara pemerintah, sektor industri, dan
lembaga edukasi untuk memberikan pendekatan holistik dalam meningkatkan pemahaman
dan adaptasi FinTech di kalangan UMKM. Pengembangan program edukasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman masyarakat usaha, khususnya yang berusia lanjut,
menjadi esensial untuk mengatasi kendala-kendala ini dan mendukung peralihan yang lebih
lancar menuju ekosistem bisnis yang lebih terintegrasi dengan teknologi. Menurut Romadhon
Fitri (2020), Faktor internal juga turut menyumbang kurang optimalnya pemanfaatan fintech,
yaitu kurangnya pengetahuan mengenai cara mengimplementasikan fintech pada bisnisnya,
terutama bagi pemilik UMKM yang berusia lanjut, dan tidak mudah beradaptasi dengan
perubahan teknologi.

• Kurangnya peran pemerintah dan kurang jelasnya regulasi

Tantangan yang dihadapi dalam menggalang penetrasi FinTech di kalangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak hanya berasal dari kompleksitas regulasi, tetapi juga
dari ketidakjelasan peran pemerintah dalam mendukung perkembangan sektor ini.
Permasalahan muncul akibat kebijakan yang kurang tegas, yang dapat menciptakan suasana
ketidakpastian dan hambatan administratif yang menghambat adopsi teknologi keuangan.
Dalam konteks ini, kurangnya kejelasan terkait regulasi FinTech menjadi sumber utama
kendala, di mana UMKM seringkali menghadapi kesulitan dalam memahami dan mematuhi
peraturan yang berlaku.

Selain itu, peran pemerintah tidak hanya terbatas pada aspek regulasi, tetapi juga melibatkan
edukasi dan penyediaan sarana penunjang teknologi. Kelemahan dalam hal ini dapat
memperdalam kesenjangan teknologi di sektor ekonomi tanah air. Edukasi yang minim terkait
potensi dan manfaat FinTech dapat menghambat penerimaan teknologi ini oleh pelaku
UMKM. Seiring dengan itu, kurangnya fasilitas penunjang teknologi, seperti infrastruktur
digital yang merata, dapat menjadi penghambat utama dalam memperluas akses dan
penggunaan FinTech di seluruh sektor UMKM.

Dalam konteks regulasi, kejelasan hukum yang masih ambigu serta kurangnya pengawasan
dapat memperumit langkah-langkah implementasi FinTech. Oleh karena itu, dibutuhkan
keterlibatan lebih aktif dari pemerintah untuk memberikan panduan yang jelas dan
mendukung pengembangan FinTech secara berkelanjutan. Pemerintah dianggap sebagai pintu
masuk utama dalam mendorong perubahan positif di sektor keuangan melalui regulasi yang
progresif dan kebijakan yang mendukung inovasi.

Dengan memahami kompleksitas tantangan ini, peran pemerintah yang konsisten dan proaktif
dalam mengatasi ketidakjelasan regulasi serta memberikan dukungan edukatif dan
infrastruktur akan menjadi kunci untuk meningkatkan penetrasi FinTech di kalangan UMKM.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Nirwana Sukma Qudus Nihlatul, dkk (2021),
Pelaku UMKM di kabupaten Sidoarjo masih kesulitan dalam mendapatkan permodalan dan
pelatihan dikarenakan pembagian belum dilakukan secara merata hal ini di sebabkan karena
syarat pengajuan modal usaha sangat sulit sehingga untuk UMKM masih belum mampu untuk
mengimplementasikan dan juga karena keterbatasan yang di miliki serta pelaksanaan starategi
pengembangan belum terlaksana hal ini disebabkan banyak sekali UMKM yang masih
memiliki sumber daya manusia sedikit di era industi 4.0 ini.

• Kesenjangan Finansial dan Aksesibilitas

Pada dasarnya beberapa pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
kemungkinan menghadapi hambatan finansial yang signifikan dalam mengadopsi teknologi
FinTech. Kendala ini tidak hanya mencakup keterbatasan dana, melainkan juga kurangnya
keterjangkauan terhadap layanan finansial digital. Tantangan yang dihadapi UMKM tidak
hanya sebatas masalah finansial semata, tetapi juga melibatkan kompleksitas aksesibilitas
terhadap inovasi-inovasi FinTech yang dapat memberikan kontribusi besar pada
perkembangan dan daya saing bisnis mereka. Kendala ini merupakan salah satu efek dari
tidak meratanya Pembangunan di negeri ini, sehingga di beberapa daerah mulai dari sinyal
ataupun akses pendistribuasian teknologi masih sangat sulit sehingga akan sangat
mempengaruhi harga.

Selain itu di daerah yang kurang berkembang maka fasilitas teknologi serta nilai pendapatan
masyarakat akan sangat tidak berimbang. Bisa jadi pendapatan masyarakat yang masih kurang
untuk membeli suatu perkembangan teknologi ataupun memang kurang dari kedua aspek
tersebut. (B. Rahardjo, Budi, Khairul, Ikhwan, 2019). Mellihat struktur penduduk dan literasi
menjadikan Fintech memiliki tantangan diantaranya adalah masih rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap Fintech, rendahnya SDM dan rendahnya kapasitas jaringan internet yang
memamedai di Magelang atau dengan kata lain belum meratanya jaringan internet.

• Kurangnya Dukungan Pendidikan dan Pelatihan

Penyebaran teknologi keuangan (FinTech) di kalangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) menghadapi tantangan yang tidak hanya terbatas pada aspek teknologis, tetapi juga
kurangnya dukungan pendidikan dan pelatihan. Pelaku UMKM memerlukan bimbingan yang
mendalam agar mereka dapat memahami secara menyeluruh serta mengimplementasikan
solusi FinTech secara optimal dalam operasional bisnis mereka. Peran edukasi dan pelatihan
menjadi sentral dalam mengatasi hambatan ini, seiring denga Pemerintah serta Lembaga yang
terkait kurang maksimal dalam melakukan penyuluhan tentang Fintech, pemerintah memiliki
peran penting dalam mengedukasi para pelaku UMKM karena pada dasarnya UMIKM
merupakan salah satu penyekong perekonomian negara. kompleksitas dan dinamika
perkembangan FinTech yang terus berkembang. Pendidikan dan pelatihan memiliki peran
sangat penting dalam proses penyebaran FinTech di seluruh negeri, Pendidikan akan
mempengaruhi pemahaman, pemahaman akan mempengaruhi sisi pandang, sisi pandang akan
mempengaruhi kepercayaan, sedangkan jkepercayaan akan mempengeruhi tingkat
penggunaan FinTech. Hal ini diperkuat oleh pernyataan ketua AFSI (Asosiasi Fintech Syariah
Indonesia) yang mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya
edukasi kepada masyarakat, masih banyak masyarakat yang belum memahami industri
fintech.

• Pentingnya Kesadaran akan Keuntungan FinTech

Peningkatan kesadaran terhadap potensi keuntungan melalui adopsi Financial Technology


(FinTech) menjadi hal yang krusial di lingkungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Untuk mencapai hal ini, diperlukan upaya yang lebih besar dalam mengedukasi
pelaku UMKM tentang manfaat konkret yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan teknologi
FinTech. Pemahaman yang mendalam tentang sejauh mana FinTech dapat meningkatkan
efisiensi operasional dan akses ke layanan keuangan dapat memberikan dorongan signifikan
pada minat pelaku UMKM untuk mengadopsi teknologi ini. Oleh karena itu, upaya
peningkatan pemahaman tentang berbagai fitur, potensi, dan risiko FinTech menjadi kunci
dalam mengatasi ketidakpastian yang mungkin muncul seiring dengan adopsi teknologi ini di
kalangan pelaku UMKM. Melalui pendekatan edukatif yang holistik, diharapkan bahwa para
pelaku UMKM dapat melihat FinTech bukan hanya sebagai suatu alat teknologi semata, tetapi
juga sebagai peluang strategis untuk meningkatkan daya saing, efisiensi, dan kesejahteraan
bisnis mereka.

Melalui pemahaman mendalam terhadap tantangan-tantangan tersebut, penelitian ini


bertujuan untuk mengidentifikasi solusi yang dapat memfasilitasi penyebaran FinTech di
kalangan UMKM di Indonesia, dengan harapan untuk mendukung pertumbuhan sektor ini dan
kontribusi positifnya terhadap perekonomian nasional. Menurut Rahardjo Budi (2019),
Fintench memiliki peran penting dalam kinerja UMKM yaitu berupa peningkatan efisiensi
baik dari operasional ataupun efisiensi yang dinikmati oleh anggotanya.

Pembahasan Solusi

Pada dasarnya akar permasalahan yang hadir pada penyebaran FinTech di negeri ini
adalah kurang meratanya pembanguanan serta peran pemerintah yang ada didalamnya.
Berikut setrategi yang dapat saya papakarkan terkait Solusi untuk tantangan penyebaran
FinTech di negeri ini berdasarkan analisis permasalahan yang telah saya lakukan.

Solusi yang dapat dilakukan sebenarnya tidak jauh dari peran pemerintah, dimulai dengan
merevitalisasi regulasi yang sudah ada agar menjadi lebih efektif, hal ini dilakukan agar tidak
ada hukum yang mengambang dan berakhir menjadi hukum yang mengaret, sehingga yang
pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab
sebagai celah hukum. Kejelasan hukum akan menjadi kunci utama dalam penyebaran fintech,
karena hukum akan berhubungan dengan kepercyaan pengguna.

Selanjutnya setelah Langkah pertama telah dilakukan maka Langkah kedua adalah dengan
memaksimalkan pemerataan pembangunan yang ada di dalam negeri, setidaknya pemarataan
teknologi berupa penyempurnaan jaringan harus dilakukan oleh pemerintah. Karena akan
sangat berkaitan dengan kemudahan dalam pengoprasian Fintech, tentunya kumudahan akses
atau penggunaan akan sangat penting dalam tingkat kepuasaan para pengguna Fintech.
Karena pada dasarnya dalam setrategi pemasaran tingkat kepuasaan pelanggan akan sangat
menentukan branding suatu prodak di mata masyarakat.

Selain kedua langakah tersebut salah satu poin utama adalah peningkatan mutu sumber daya
manusia (SDM) yang ada di Indonesia, setidaknya pada lini UMKM pemerintah harus lebih
memaksimalkan penyuluhan serta pelatihan bersama lembaga terkait seperti (Balai Latihan
Kerja) BLK ataupun program program lainya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
terkait kegunaan dan keunggulan teknologi fintech terutama ke daerah - dareah yang masih
kurang pemahamanya. Tentunya pemerintah harus lebih memaksimalkan kolaborasi dengan
lemba Lembaga terkait agar mendapatkan jangkauan penyuluhan secara lebih maksimal dan
sesuai dengan target yang diharapkan, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan akan
mempengaruhi pemahaman, dan pemahaman akan mempengaruhi kepercayaan, sedangkan
kepercayaan akan memperngaruhi banyaknya penggunaan.

Kesimpulan

Revitalisasi bisnis melalui FinTech menjadi salah satu strategi penting dalam menghadapi
perubahan paradigma bisnis konvensional menjadi moderat di era Revolusi Industri 4.0.
Penetrasi FinTech di sektor UMKM mencerminkan transformasi signifikan dalam
pengelolaan keuangan dan transaksi. Meskipun FinTech menawarkan efisiensi dan keamanan
transaksi, tantangan kompleks, seperti kekurangan pemahaman masyarakat dan kebijakan
yang kurang jelas, muncul sebagai penghambat penyebaran teknologi ini.

Keberhasilan penyebaran FinTech memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak, yaitu
pemerintah, lembaga keuangan, dan lembaga edukasi. Upaya-upaya tersebut dapat difokuskan
pada peningkatan literasi keuangan, pemerataan pembangunan teknologi, dan penyediaan
regulasi yang jelas.

Dukungan pendidikan dan pelatihan, pemerataan finansial, serta peningkatan kesadaran akan
keuntungan FinTech menjadi kunci dalam mempercepat adopsi teknologi ini di kalangan
UMKM. Selain itu, peningkatan mutu sumber daya manusia dan keterlibatan aktif pemerintah
dalam menyediakan panduan dan infrastruktur akan menjadi langkah krusial dalam mengatasi
kompleksitas tantangan yang dihadapi UMKM dalam mengadopsi FinTech.

Daftar Pustaka

Shobikin, S. (2023). Penerapan Marketing Mix Syariah pada UMKM di Era Revolusi Industri
4.0 dalam Perspektif Ekonomi Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(1), 1183-1188.

Romadhon, F., & Fitri, A. (2020). Analisis Peluang dan Tantangan Penggunaan Financial
Technology Sebagai Upaya optimalisasi Potensi UMKM (Studi Kasus UMKM di Gresik).
TECHNOBIZ: International Journal of Business, 3(1), 30-44.

Rahardjo, B., Ikhwan, K., & Siharis, A. K. (2019). Pengaruh financial technology (fintech)
terhadap perkembangan UMKM di Kota Magelang. In Prosiding Seminar Nasional Fakultas
Ekonomi Untidar 2019.

Hiyanti, H., Nugroho, L., Sukmadilaga, C., & Fitrijanti, T. (2020). Peluang dan tantangan
fintech (financial technology) syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(3), 326-
333.

Nirwana, N. Q. S., & Biduri, S. (2021). Implementasi digital marketing pada umkm di era
revolusi industri 4.0 (Study pada UMKM di Kabupaten Sidoarjo). BALANCE: Economic,
Business, Management and Accounting Journal, 18(1), 29-35.

Sari, R. P., & Santoso, D. T. (2019). Pengembangan model kesiapan umkm di era revolusi
industri 4.0. Jurnal Media Teknik dan Sistem Industri, 3(1), 37-42.

Fauziyah, F. (2020). Tantangan UMKM dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Ditinjau
dari Aspek Marketing dan Accounting. JMK (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan), 5(2),
155-172.

Mumtaha, H. A., & Khoiri, H. A. (2019). Analisis dampak perkembangan revolusi industri 4.0
dan society 5.0 pada perilaku masyarakat ekonomi (e-commerce). JURNAL PILAR
TEKNOLOGI Jurnal Ilmiah Ilmu Ilmu Teknik, 4(2).

Siregar, D. M. (2021). Penerapan SAK EMKM para pelaku usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) menuju pengembangan revolusi industri 4.0 (studi pada UMKM di Kabupaten
Sidoarjo). Jurnal Paradigma Ekonomika, 16(4), 669-678.

Sawitri, D. (2019). Revolusi Industri 4.0: Big Data Menjawab Tantangan Revolusi Industri
4.0. Jurnal Ilmiah Maksitek, 4(3).

Anda mungkin juga menyukai