Anda di halaman 1dari 5

Saat ini kita telah memasuki era digitalisasi, sebuah era dimana masyarakat semakin

menggantungkan aktifitasnya pada penggunaan teknologi internet dan platform informasi digital
termasuk pada sektor keuangan. Digitalisasi aktivitas keuangan dapat dilihat dari menguatnya
perilaku non-tunai atau cashless dari sebagian besar lapisan masyarakat. Pada masa seperti ini
pemahaman terhadap literasi keuangan sangat penting agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam melakukan perencanaan keuangan dengan baik serta dapat terhindar dari aktivitas investasi
pada instrument keuangan yang tidak jelas. Keberadaan fintech dapat dijadikan sebagai sarana
memperdalam pasar keuangan di Indonesia, khususnya kelompok masyarakat yang selama ini belum
terlayani oleh Lembaga keuangan formal.

Fintech dapat diartikan sebagai bentuk usaha yang bertujuan menyediakan layanan finansial dengan
menggunakan perangkat lunak dan teknologi modern melalui inovasi teknologi yang dapat
menghasilkan model bisnis baru, aplikasi, proses atau produk yang berkaitan dengan penyediaan
jasa keuangan. Aktivitas fintech diatur ke dalam lima kategori jasa keuangan, yakni pembayaran,
kliring dan settlement; deposito, pinjaman dan kenaikan modal; asuransi; manajemen investasi; dan
dukungan pasar. Fintech sebagai bagian dari digitalisasi aktivitas telah memiliki peran yang penting
dalam melayani kebutuhan masyarakat. Perkembangan Fintech semakin pesat seiring dengan
pandemi covid-19 yang mengharuskan untuk meminimalisasi sentuhan.

Keberadaan fintech memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Namun perlu diingat, selain
berbagai manfaat yang diperoleh, terdapat pula sisi negatif yang mengiringi melalui celah yang
digunakan oleh pelaku kejahatan untuk meraih keuntungan sepihak. Keberadaan fintech illegal yang
memanfaatkan ketidakpahaman masyarakat sehingga mudah tertipu dengan iming-iming
keuntungan yang tinggi. Manfaat maupun resiko yang dihasilkan oleh fintech tergantung pada
pengelolaan dan pemanfaatannya. Oleh sebab itu perubahan harus dibarengin dengan pemahaman
dan pengetahuan yang memadai.

Seiring dengan menyatunya teknologi dengan kehidupan masyarakat semakin cepat pula perubahan
terjadi. Kecepatan perubahan semakin terlihat Ketika era digitalisasi telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan aktifitas kehidupan masyarakat. Kecepatan pertumbuhan teknologi harus
dibarengan dengan peningkatan tingkat penerimaan oleh masyarakat sebagai pengguna. Sebab,
kecanggihan teknologi akan memberi manfaat Ketika inovasi yang muncul dapat diterima dan
digunakan secara luas dalam waktu yang lama.

Munculnya teknologi digital dalam sisi financial telan memberikan perubahan yang sangat besar.
Teknologi finansial merepresentasikan perusahaan yang menggabungkan layanan keuangan dengan
teknologi yang modern dan inovatif. Era digital telah membawa berbagai perubahan yang luar biasa
pada segala bidang, di Indonesia sendiri teknologi digital telah melahirkan sejumlah perubahan besar
yang terjaadi dalam hal konektivitas, divergensi, identitas, pengetahuan, dan bisnis atau
perdagangan. Transformasi digital melahirkan perubahan menyeluruh atas setiap proses,
kompetensi, dan model bisnis dengan implementasi teknologi digital yang menjalar ke seluruh lini
kehidupan. Fintech sebagai salah satu wujud inovasi teknologi digital informasi telah memberi
harapan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Akan tetapi
kecanggihan teknologi dari fintech tidak hanya mendatangkan manfaat namun juga menghasilkan
resiko kejahatan. Oleh karenanya edukasi dan peningkatan literasi digital menjadi sangat penting
untuk mengantisipasi resiko yang ada.

Paylater merupakan salah satu hasil inovasi fintech yang digemari saat ini. Paylater sudah menjadi
tren baru aplikasi digital untuk melengkapi lifestyle anak muda untuk memudahkan para pengguna
yang sudah terbiasa bertransaksi digital tapi tak langsung membayar pada saat bertransaksi. Fintech
sangat mendukung adanya digital lifestyle di kalangan milenial. Namun perlu diingat perubahan gaya
hidup tentunya memiliki resiko tersendiri.

Penggunaan teknologi pada semua sektor industri termasuk industri keuangan menjadi suatu
kewajiban agar tidak kalah bersaing dengan perkembangan yang terjadi. Dalam menghadapi pasar
sangat diperlukan teknologi untuk mengubah bentuk dan kualitas layanan keuangan. Perubahan itu
dapat dilakukan pada dua sisi yaitu sisi demand dan supply. Ketika berbicara mengenai fintech, maka
tidak lepas dari perubahan. Perubahan bukan sesuatu yang harus ditakuti melainkan hal positif yang
harus bisa disambut dengan baik melalui perubahan dapat terjadi transisi untuk menuju masa depan
yang lebih baik lagi. Seperti halnya perubahan digital lifestyle yang mengubah segala sendi perilaku
dan aktivitas kehidupan manusia saat ini. Digital lifestyle yang menjadi bagian dari fintech telah
memberikan banyak kemudahan dan membantu kehidupan manusia.

Pada dasarnya perubahan dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi digital akan melalui beberapa
tahapan. Proses transisi memiliki peran sangat penting karena akan menentukan masa depan.
Apabila bisa diatasi dengan baik maka akan mendatangkan hasil yang baik, begitu pula sebaliknya.
Pada pola ekonomi lama, informasi hanya berbentuk fisik, sedangkan pada era ekonomi digital,
informasi sudah berbentuk digital. Keberhasilan dunia digital maka akan diiringi dengan keberhasilan
dunia nyata pula.kegiatan di dunia digital itu tetap memerlukan ekonomi yang bergerak secara
digital juga. Bagi Indonesia sendiri ekonomi digital memberikan harapan baru akan transformasi
ekonomi yang diprediksi akan dapat menjadi prime mover ekonomi Indonesia. Penggunaan
teknologi tentunya menambah efisiensi operasional yang akan meningkatkan daya saing Indonesia.

Di masa yang akan datang apabila skala digital economy sudah lebih besar, tentunya daya ungkit di
dalam perekonomian juga akan menjadi lebih besar. Tidak ada kegiatan ekonomi yang tidak memiliki
kaitan dengan sektor keuangan termasuk digital economy. Digital economy memerlukan pendukung
berupa teknologi keuangan atau fintech. Semakin berkembang digital economy, maka bisnis fintech
juga akan semakin berkembang.

Secara garis besar fintech dikategorikan ke dalam empat jenis. Pertama, peer-to-peer lending dan
crowdfunding. Kedua, manajemen risiko investasi, yang mencakup e-trading dan e-insurance. Ketiga,
payment, clearing, dan settlement yang menjadi portal pembayaran daring. Terakhir, market
aggregator atau provisioning yang menyajikan data kepada konsumen untuk membantu mengambil
keputusan dalam memilih produk keuangan.

Penggunaan fintech dalam melakukan transaksi keuangan tentunya meningkatkan pula kadar
resikonya. Untuk menghindari resiko tersebut maka perlu dilengkapi dengan keamanan yag baik
melalui verifikasi dan otentikasi.

Potensi pasar fintech lending di Indonesia tampak paling mencolok dibandingkan berbagai macam
jenis fintech lain yang tengah berkembang. Perkembangan fintech lending tentunya harus diiringi
dengan edukasi kepada masyarakat dan seluruh stakeholder agar perkembangan tersebut tidak
menjadi bumerang dengan timbulnya fintech illegal. Selain itu ada beberapa tantangan yang
dihadapi fintech ke depan, diantaranya masih rendahnya literasi terkait digital financial dan
rendahnya sumber daya terhadap fintech maupun startup. Untuk itu menjadi penting bagaimana
merespons semua tantangan tersebut. Agar dapat melewati tantangan tersebut ada tiga Langkah
yang dapat dilakukan. Pertama, menerbitkan regulasi yang sesuai dengan kebutuhan. Kedua,
mengembangkan kapasitas finansial. Ketiga, mengembangkan industry finansial.

Keberadaan fintech tentunya harus diatur dengan regulasi yang jelas agar bisa meminimalisir
terjadinya penyalahgunaan. Terdapat dua istilah terkait regulasi fintech di Indonesia yaitu light touch
dan safe harbour. Regulasi light touch adalah regulasi dimana peraturan dibuat agar tidak terlalu
mengekang pertumbuhan inovasi. Sedangkan safe harbour adalah pendekatan yang memberi
perlingdungan kepada konsumen dari jeratan inovasi yang tidak bertanggung jawab. Hal ini
diperlukan agar pertumbuhan fintech yang begitu pesat tetap terjaga harmonisasinya dengan
Lembaga keuangan tradisional. Jangan sampai keberadaan fintech menggeser keberadaan Lembaga
keuangan tradisional yang masih dibutuhkan saat ini. Disamping itu konsumen sebagai aspek
terpenting harus diberikan perlindungan maksimal, dengan melindungi data pribadi dan kepentingan
bisini konsumen. Pembatasan dalam mengakses isi handphone dari borrower menjadi salah satu
bentuk pengaturan yang dilakukan demi menghindari penyalahgunaan.

Lembaga pengawasan sangat penting baik di bank sentral, pemerintahan maupun Lembaga
independent. Terkait dengan tumbuhnya industry fintech, eksistensi OJK menjadi sangat diperlukan
untuk mengkaji dan mempelajari perkembangan fintech di Indonesia, serta menyiapkan peraturan
dan strategi pengembangannya. Fintech sebagai sebuah layanan yang melibatkan banyak aspek,
tentunya memiliki banyak kaitan dengan otorias selain OJK.

Regulatory sandbox adalah sebuah regulator yang mengadopsi ilustrasi kotak pasir. Dalam hal ini,
OJK menginginkan agar setiap fintech baru memberikan terlebih dahulu bentuk prototipe.
Regulatory sandbox menjadi cara OJK untuk melindungi konsumen atas munculnya inovasi pada
fintech baru yang akan diizinkan beroperasi di ruang public. Dalam pemanfaatan jasa keuangan
pusat pengaduan layanan konsumen lembaga keuanga yang memiliki izin dari OJK yang disediakan
oleh OJK dapat membantu untuk melakukan proses mediasi agar permasalahan konsumen atau
nasabah bisa diselesaikan dengan baik. Selain OJK untuk mengatasi permasalahan pada sektor yang
tidak menjadi obyek pengawasan OJK dilakukan dengan membentuk Satgas Waspada Investasi
(SWI).

Bank Indonesia (BI) yang memiliki fokus untuk mengatur semua transaksi pembayaran, termasuk
sistem pembayaran fintech. Regulasi PBI tentang fintech mencakup pengakuan inovasi di sektor
keuangan yang membawa manfaat bagi masyarakat dan seluruh perekonomian. Terkait dengan
perannya dalam menjaga ketertiban lalu lintas pembayaran fintech, maka kehadiran BI menjadi
penting untuk memastikan perlindungan terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan
kerahasiaan data dan informasi konsumen lewat jaringan keamanan siber. Dalam hal menindak
praktek kejahatan yang telah merugikan masyarakat, kepolisian memiliki satuan khusus untuk
menindak tindak pidana siber sebagai bentuk respons atas menjamurnya praktek fintech illegal yang
merugikan masyarakat. Selain itu ada pula BSSN yang memiliki tugas utama melaksanakan
keamanan siber secara efektif dan efisien. Dalam mengatasi maraknya fintech illegal yang beredar di
masyarakat, Kominfo menjadi bagian dari Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (SWI-
OJK). Namun secara kelembagaan, kominfo memiliki otorisasi untuk memblokir aktifitas fintech yang
diduga illegal dan merugikan masyarakat.

Asset kripto adalah salah satu bentuk produk fintech yang merupakan asset tidak berwujud
berbentuk asset digital. Di Indonesia, kehadiran mata uang kripto tidak diakui sebagai alat
pembayaran yang sah oleh BI. Begitu pula dengan OJK yang menganggap keamanan kripto masih
dipertanyakan dan belum layak diandalkan sebagai sebuah investasi. Sebaliknya Bappebti
merespons kehadiran asset kripto sebagai sebuah komoditas, Bappebti berupaya untuk
menumbuhkan kepercayaan dan keamananya bagi masyarakat yang ingin berinvestasi dan
bertransaksi asset kripto. Urusan Bappebti tidak hanya sebatas pada aset kripto namun juga
mencakup tugas lainnya missal jual beli emas dalam betuk digital.
Kunci utama pengelolaan fintech adalah kolaborasi dan sinergi sejumlah Lembaga untuk saling
mendorong tumbuh kembangnya fintech. Kolaborasi pengelolaan fintech meliputi tiga dimensi, yaitu
kolaborasi antara Lembaga keuangan dan fintech, kolaborasi antara fintech dengan otoritas, serta
kolaborasi antarotoritas. Sokongan besar kepada para pelaku fintech sangat diperlukan demi
terlahirnya beragam inovasi yang menjadi motor penggerak industry ini.

Seperti sebuah ekosistem semua aktivitas yang terlibat di dalamnya harus bisa saling berkolaborasi
dan menyokong secara cepat, tanpa sekat inilah yang dibutuhkan untuk kemajuan fintech di
Indonesia. Fintech dapat tumbuh karena keberadannya tak semata-mata hanya menjadi alat untuk
bekerja, tetapi untuk merespons berbagai kebutuhan hidup manusia. Fintech harus menjadi friendly
dengan berbagai inovasinya. Selain itu, fintech harus mampu juga merespons berbagai kebutuhan
manusia yang makin kompleks namun bisa disederhanakan melalui platform teknologi informasi
digital. Fintech dapat dikatakan sebagai spesies baru dari sebuah ekosistem sektor keuangan.
Fintech perlu dinaungi keberadaanya dan diberikan kesempatan untuk berkembang dengan
sokongan regulasi light touch dan safe harbour agar keberlanjutan keseimbangan konsumen tetap
terjaga. Peran regulator menjadi sangat penting dalam menguatkan ekosistem fintech.

Perkembangan teknologi yang terus bergerak cepat membawa perubahan besar juga kepada
industry keuangan. Fintech tidak lagi hanya sebuah layanan yang bersifat khusus tapi sudah mulai
beroperasi dalam skala lebih besar dengan menyediakan layanan untuk segala kebutuhan hidup
manusia di seluruh dunia yang semakin kompleks. Kesenjangan terkait akses pada layanan keuangan
menjadi peluang besar bagi perusahaan fintech untuk memberikan manfaat bagi populasi yang
belum terlayani dan belum mengenal perbankan dalam rangka membantu inklusi keuangan. Adanya
Kerjasama ekosistem fintech dengan memanfaatkan adopsi teknologi yang dinamis bagi penduduk,
fintech dapat berkontribusi pada pertumbuhan lokal dan regional. . Fintech pada akhirnya berperan
sebagai perekat dan katalis bagi para pemain di Indonesia dan Asia Tenggara lainnya agar selaras
dan mengadopsi pendekatan kolaboratif untuk mengembangkan dunia keuangan di kawasan.
Melalui kolaborasi, ekosistem ini mampu memperbaiki inefisiensi untuk memfasilitasi pengiriman
lintas batas seperti remitansi untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi bagi penduduk di Asia
Tenggara.

Fintech selanjutnya memberikan peran dan kontribusinya terhadap pertumbuhan industri keuangan
digital di Indonesia. Terdapat lima elemen dasar dari ekosistem fintech. Pertama, startup fintech
yang menyediakan berbagai macam layanan. Kedua, pengembang teknologi untuk memberikan dan
menyediakan layanan di bidang analisis bigdata serta kecerdasan buatan. Ketiga, organisasi
pemerintah sebagai regulator keuangan serta badan legislative. Keempat, klien baik individu
maupun badan hukum. Kelima, Lembaga keuangan tradisional.

Kehadiran fintech tentunya menjadi penting bagi sektor jasa keuangan untuk bersiap dengan
melakukan pengembangan strategi organisasi yang lebih efektif. Dalam upaya menekan factor risiko
kegagalan yang tinggi serta mendorong tumbuhnya ekosistem fintech maka perusahaan fintech
tidak hanya focus pada pengembangan inovasi produk saja tapi bagaimana membangun ekosistem
bisnis fintech dengan kolaborasi lintas bisnis lainnya. Kolaborasi lintas industry ini memungkinkan
sejumlah perusahaan akan bisa tumbuh lebih cepat denga biaya rendah. Kolaborasi dan inovasi
fintech akan sangat ditentukan oleh peran pemerintah. Kolaborasi yang dibangun harus masuk ke
dalam dua wilayah penting, yakni para pelaku industry fintech maupun regulator. Selain dengan
pihak regulator, kolaborasi Lembaga fintech menjadi sangat penting dengan pihak asosiasi. Sinergi
dan kolaborasi para pelaku fintech dengan semua asosiasi tentunya mengarah bagaimana menjaga
konsumen tetap terjaga aman Ketika harus berinteraksi dalam ekosistem keuangan digital. Tanpa
adanya sokongan dari asosiasi, maka fintech sulit tumbuh dan berkembang dalam pemenuhan
kebutuhan konsumen yang sudah terdigitalisasi.

Tren fintech tidak hanya mengubah pergerakan uang dari satu individu ke pihak lain, tapi juga
memberikan solusi yang pada akhirnya bisa menciptakan suatu sarana (tools) sehingga setiap
transaksi finansial bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Keberadaan fintech mendorong
perbankan untuk terus melakukan pemutakhiran teknologi agar bisa bersinergi dan berkolaborasi
dengan meningkatnya startup di bidang fintech. Kolaborasi bank dengan fintech menjadi penting
karena fintech tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan perbankan. Focus yang lebih luas dari
ekosistem fintech mencakup adanya pengaturan fasilitasi peraturan seperti hub inovasi dan
sandboxes. Peran dari regulator sangat penting dalam upaya mendukung menumbuhkan ekosistem
fintech yang lebih luas.

Ada empat model dalam fintech yaitu : pendatang baru (new entrants), perusahaan rintisan (start-
up), penyerang (attackers) dan fintech yang diatur oleh perusahaan teknologi besar yang
menawarkan layanan keuangan seperti platform e-commerce. Semuanya membentuk tatanan
sektor keuangan yang baru, sekaligus menjadi pengganggu industry keuangan yang sudah mapan di
saat bersamaan. Bank ritel telah mulai peningkatan pengalaman digital pelanggan agar dapat
bersaing dengan fintech dalam produk perbankan inti mereka. Selanjutnya lebih banyak lagi fintech
bermitra dengan bank di sektor jasa keuangan.

Infrastruktur jaringan teknologi memainkan peran penting dalam penguatan sekaligus


pengembangan ekosistem fintech. Ekosistem fintech di Indonesia semakin diperkuat melalui utilisasi
infrastruktur pembayaran digital sebagai basis kekuatan industry fintech di Indonesia. Jika
infrastruktur digitalnya sudah baik, adopsinya pun akan tinggi.

keberadaan talenta yang muncul dari berbagai komunitas pada akhirnya memperkuat ekosistem
fintech. Belakangan terdapat tren perusahaan digital untuk mencari talenta dari komunitas daripada
lulusan perguruan tinggi. Hal ini menjadi tanggung jawab bagi perguruan tinngi maupun vokasi untuk
saling mendukung. Kolaborasi inilah yang akan menghidupkan ekosistem fintech menjadi semakin
besar.

Anda mungkin juga menyukai