Anda di halaman 1dari 189

FINANCIAL

TECHNOLOGY

It Is An Emerging Industry That Uses Technology To


Improve Activities In Finance

Copy Right by Dedi Rianto Rahadi

Penyunting : M. Mift Farid

Terbit : Februari 2020

ISBN : 978-623-92175-2-5

Penerbit : PT. Filda Fikrindo


SEKAPUR SIRIH

F
intech (Financial Technology) merupakan inovasi di
bidang jasa keuangan yang lagi tren di Indonesia.
Fintech dapat memberikan pengaruh kepada
masyarakat secara luas
melalui akses terhadap
produk keuangan
sehingga transaksi
menjadi lebih praktis,
mudah dan efektif.

Kreativitas dan inovasi


di bidang teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) pada akhirnya akan merambah
ke berbagai aktivitas kehidupan manusia. Dari sisi bisnis
inovasi TIK masuk ke berbagai bidang industri untuk efisiensi
dan mengambil ceruk pasar. Joseph Schumpeter (1934)
berpendapat dengan teorinya creative destruction bahwa nilai-
nilai kewirausahaan akan memunculkan pasar baru melalui
metode baru yang inovatif.

Perkembangan bisnis startup terus meningkat setiap tahunnya


akan membuat startup berlomba-lomba untuk mengenalkan
produk ke masyarakat. Produk yang meningkat pesat tersebut
adalah Fintech (Financial Technology). Fintech bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi
keuangan secara online, meningkatkan literasi keuangan, dan

7|Halaman
mewujudkan inklusi keuangan di Indonesia. Financial
Technology (FinTech) merupakan bentuk penerapan teknologi
informasi di bidang keuangan saat ini. Berbagai model
keuangan, dimulai pertama kali pada tahun 2004 oleh Zopa,
yaitu institusi keuangan di Inggris yang menjalankan jasa
peminjaman uang. Kemudian model keuangan baru melalui
perangkat lunak Bitcoin yang digagas oleh Satoshi Nakamoto
pada tahun 2008. Dalam perspektif sejarah, konsep inti dari
pengembangan FinTech sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari
aplikasi konsep peer-to-peer (P2P) yang digunakan oleh
Napster pada tahun 1999 untuk music sharing.

Inovasi yang berkembang mengadaptasi prinsip jaringan


komputer yang diterapkan pada bidang keuangan. Meski pada
mulanya konsep finansial P2P ini diperuntukkan bagi para
start-up (wirausaha baru) dalam mencari investor untuk
membiayai bisnisnya. Tetapi dalam perkembangannya finansial
P2P ini memiliki partisipan yang lebih luas tidak hanya para
pemodal untuk menginvestasikan uangnya kepada start-up
baru. Dengan banyaknya partisipan yang berkontribusi
memasukkan uang maka kemudian menjadi crowdfunding,
sehingga pemanfaatan finansial P2P tidak terbatas bagi para
start-up saja seperti yang dilakukan oleh perusahaan Zopa di
Inggris.

Financial Technology mengandung dua unsur kata yaitu


Financial dan Technology sehingga dapat disimpulkan menjadi
inovasi dalam bidang finansial yang mengadopsi sentuhan
teknologi modern. FinTech merupakan fenomena perpaduan
antara teknologi dengan fitur keuangan yang mengubah model
bisnis dan melemahnya barrier to entry.

8|Halaman
Fintech (Financial Technology) menurut Bank Indonesia
merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan
teknologi, yang pada akhirnya dapat mengubah model bisnis
dari konvensional menjadi moderat. Menurut National Digital
Research Centre (NDRC), fintech merujuk pada inovasi dalam
bidang jasa finansial atau inovasi finansial yang diberi sentuhan
teknologi modern atau dikenal dengan “innovation in financial
services” atau “inovasi dalam layanan keuangan”.Transaksi
yang sebelumnya dilakukan face to face dan membawa
sejumlah uang, kini kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui
jarak jauh serta pembayaran pun hanya dalam hitungan detik.
Wilson (2017) mengemukan bahwa teknologi keuangan adalah
perusahaan yang menggunakan teknologi untuk menghasilkan
pendapatan melalui layanan keuangan bagipelanggan.Kawai
(2016), sebagai anggota Financial Stability Board (FSB) Dewan
Stabilitas Keuangan menyatakan fintech sebagai teknologi
yang memungkinkan inovasi dalam jasa keuangan. Hal itu
menjadi dasar untuk membentuk model bisnis, aplikasi,
proses, dan produk baru dalam jasa keuangan yang dapat
berdampak material pada pasar keuangan dan institusi serta
penyediaan layanan keuangan.McKinsey (2016)
mengemukakan bahwa fintech atau keuangan digital sebagai
jasa keuangan yang didukung oleh infrastruktur digital,
termasuk telepon seluler dan internet. Telepon seluler,
komputer, atau kartu yang digunakan lewat point of sale (POS)
devices menghubungkan individu dan bisnis ke infrastruktur
pembayaran nasional digital sehingga memungkinkan transaksi
tak terbatas antara semua pihak.Mackenzie (2015)
menjelaskan bahwa frasa teknologi finansial
merepresentasikan perusahaan yang menggabungkan layanan
keuangan dengan teknologi yang modern dan inovatif. Sebagai

9|Halaman
contohnya adalah pendatang baru di pasar keuangan
menawarkan produk-produk berbasis internet dan aplikasi.

Definisi tersebut secara luas mencakup:

a) semua tipe jasa keuangan, termasuk pembayaran,


tabungan, kredit, asuransi, dan semua produk
keuangan;
b) semua tipe pengguna, termasuk individu pada semua
level pendapatan, pelaku usaha pada semua skala
usaha, dan pemerintah; serta
c) semua tipe penyedia jasa keuangan, termasuk bank,
penyedia jasapembayaran, institusi keuangan lainnya,
perusahaan telekomunikasi, fintechstart-ups, retailer,
dan usaha lainnya.

Fintech pada umumnya bertujuan untuk menarik konsumen


dengan memberikan produk serta layananyang lebih user
friendly, efisien, transparan, dan otomatis jika dibandingkan
dengan produk atau layanan yang tersedia saat ini.

FinTech menggambarkan sebuah industri bagi perusahaan-


perusahaan yang menggunakan teknologi untuk membuat
sistem keuangan menjadi lebih efisien. FinTech adalah sebuah
segmen dari dunia startup yang memiliki fokus untuk
memaksimalkan penggunaan teknologi guna mengubah,
mempercepat atau mempertajam berbagai aspek dari layanan
keuangan yang tersedia saat ini. Mulai dari metode
pembayaran, transfer dana, pinjaman, pengumpulandana,
hingga pengelolaan aset.

10 | H a l a m a n
Gambar 1. Implikasi Fintech

FinTech menggambarkan sebuah industri bagi perusahaan-


perusahaan yang menggunakan teknologi untuk membuat
sistem keuangan menjadi lebih efisien. Pada gambar 1.
Memperlihatkan fintech memiliki implikasiproses bisnis, dimana
perubahan tersebut secara signifikan akan berdampak kepada
semua pihak yang terlibat. Hambatan proses bisnis akan
semakin berkurang secara signifikan. FinTech menjadi bagian
segmen dari dunia startup yang memiliki fokus untuk
memaksimalkan penggunaan teknologi guna mengubah,
mempercepat atau mempertajam berbagai aspek dari layanan
keuangan yang tersedia saat ini. Mulai dari metode
pembayaran, transfer dana, pinjaman, pengumpulandana,
hingga pengelolaan aset.

Fintech di Indonesia kini berkembang sangat pesat sekali,


fintech sendiri dapat mempengaruhi kebiasaan transaksi
masyarakat menjadi lebih praktis dan efektif. Fintech juga

11 | H a l a m a n
membantu masyarakat untuk bisa lebih mendapatkan akses
terhadap produk keuangan dan meningkatkan literasi
keuangan. Perkembangan fintech di Indonesia ini juga yang
mula hanya berkisar 7% kini hampir 80% penggunanya di
seluruh Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang memiliki potensi besar di Indonesia
pengembangan teknologi keuangan.

Pertumbuhan teknologi keuangan di Indonesia sangat dibantu


oleh dukungan dari bank dan pemerintah. Bagi pelanggan yang
konvensional, bisnis teknologi keuangan dapat dianggap
sebagai kunci kebangkrutan. Namun, di sisi lain, keterlibatan
teknologi finansial sebenarnya mampu berkolaborasi dengan
baik dengan bank. Ini akan memperluas jaringan layanan
keuangan untuk penduduk Indonesia, dengan demikian
meningkatkan jumlah pelanggan dan inklusi keuangan
Indonesia akan tumbuh.

Seiring meningkatnya
pertumbuhan pengguna
fintech di Indonesia ini,
banyak yang
beranggapan bahwa
fintech akan menjadi
saingan bank-bank
konvensional. Justru,
dengan hadirnya fintech

12 | H a l a m a n
ini bisa lebih meningkatkan atau membantu kinerja perbankan
dan institusi keuangan lainnya.

Perusahaan Fintech di Indonesia yang sekarang didominasi


oleh startup dengan potensi yang besar. Karena itu, Fintech
berkembang cepat ke berbagai sektor seperti ke startup
pembayaran (payment gateway), manajemen keuangan
(wealth management), pembiayaan (crowdfunding),
peminjaman (lending) dan lainnya.

13 | H a l a m a n
BAB. 1
TEKNOLOGI KEUANGAN (FINTECH)

T
eknologi Finansial adalah penggunaan teknologi dalam
sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan,
teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat
berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,
dan/atau efisiensi,
kelancaran, keamanan,
dan keandalan sistem
pembayaran.
Perkembangan teknologi
finansial di satu sisi
terbukti membawa
manfaat bagi konsumen,
pelaku usaha, maupun perekonomian nasional, namun di sisi
lain memiliki potensi risiko yang apabila tidak dimitigasi secara
baik dapat mengganggu sistem keuangan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, serta untuk


mendorong inovasi di bidang keuangan dengan menerapkan
prinsip perlindungan konsumen serta manajemen risiko dan
kehati-hatian guna tetap menjaga stabilitas moneter, stabilitas
sistem keuangan, dan sistem pembayaran yang efisien, lancar,
aman, dan andal, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem
pembayaran telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) mengenai
Teknologi Finansial dan Regulatory Sandbox.

14 | H a l a m a n
Melalui PBI No.19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial, Bank Indonesia mengatur mengenai
kewajiban pendaftaran di Bank Indonesia bagi Penyelenggara
Teknologi Finansial yang melakukan kegiatan sistem
pembayaran. Kewajiban pendaftaran tersebut dikecualikan bagi
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang telah
memperoleh izin dari Bank Indonesia dan bagi Penyelenggara
Teknologi Finansial yang berada dibawah kewenangan otoritas
lain.

Layanan keuangan digital (digital financial service) disingkat


LKD adalah kegiatan layanan jasa pembayaran dan keuangan
yang menggunakan sarana teknologi digital seperti seluler atau
web melalui pihak ketiga. Pihak ketiga ini dapat berupa individu
atau masyarakat umum, bukan karyawan lembaga bank, dan
telah mendapat izin resmi atau lisensi untuk membuka cabang
LKD. Jadi, setiap individu dari berbagai profesi dapat menjadi
agen penyalur keuangan atau pihak ketiga.Instrumen yang
digunakan untuk melakukan pembayaran adalah uang
elektronik (e-cash atau e-money).

Tujuan dibentuknya LKD adalah mengembangkan keuangan


inklusif masyarakat di Indonesia serta mendukung penyaluran
dana bantuan pemerintah (G2P) dengan efektif.Selain itu, LKD
bermanfaat membantu masyarakat yang belum pernah
berhubungan dengan bank (unbanked segment). Para agen
LKD juga bisa melayani operasi dasar perbankan seperti
pembukaan rekening uang elektronik, setor tunai, dan tarik
tunai.

15 | H a l a m a n
1. EVOLUSI TEKNOLOGI KEUANGAN

volusi terbaru FinTechyang pada awalnya dimulai oleh start-


Eupsmemberikan tantangan bagi regulator dan pelaku pasar,
terutama dalam menyeimbangkan manfaat potensial dari
inovasi tersebut dengan kemungkinan risiko melalui
pendekatan baru. D. W. Arner, J. Barberis, and R. P. Buckley
(2016)

Professor Douglas W. Arner dari University of Hongkong


membagi perkembangan FinTech kedalam empat era (Gambar
2). Perkembangan FinTech 1.0 berlangsung antara tahun 1866
– 1967, era pengembangan infrastuktur dan komputerisasi
sehingga terbentu jaringan keuangan global. FinTech 2.0
berlangsung antara tahun 1967 – 2008, era penggunaan
internet dan digitalisasi di sektor keuangan. Fintech 3.0 dan
FinTech 3.5 berlangsung dari tahun 2008 sampai sekarang.
Fontech 3.0 merupakan era penggunaan telepon maupun
smartphone di sektor keuangan. FinTech 3.5 merupakan era
kemunculan entitas bisnis teknologi keuangan sebagai

16 | H a l a m a n
pendatang baru memanfaatkan peluang dari inovasi teknologi
proses, produk dan model bisnis serta perubahan prilaku
masyarakat.

Gambar 2. Perkembangan Fintech

Perkembangan sejarah revolusi industridimulai dari industri 1.0,


2,0,. 3.0 sampai dengan revolusi industri 4.0. Perubahan
tersebut merupakan perubahan lingkungan yang dihadapi
industri sesungguhnya. Perkembangan pertama pada revolusi
industri 1.0 di tandai dengan revolusi industri yang membuat
proses produksi secara mekanis agar dapat menciptakan
efisiensi dan efektifitas aktivitas manusia.Perkembangan
berikutnya revolusi industri 1.0 yang mendorong produksi
masal dan standarisasi mutu, revolusi berikutnya industri 3.0 di
tandai dengan penyesuaian masal dan fleksibilitas produksi
yang berbasiskan otomatisasi dan robot. Dan sekarang yang
dihadapi dunia industri adalah revolusi industri 4.0 yang
berangkatdari proyek pemerintah jerman untuk
mempromosikan komputerisasi pabrikasi dengan

17 | H a l a m a n
memanfaatkan cyber, fisik dan kolaborasi pabrikasi (Irianto,
2017; Herman et al, 2015).

1.1. Teknologi Keuangan 1.0 (1866-1987): Dari Analog


ke Digital

Sejarah FinTech di dunia digital diawali dengan kemajuan


teknologi di bidang keuangan. Perkembangan komputer serta
jaringan internet di tahun 1966 ke atas membuka peluang
besar bagi para pengusaha finansial untuk mengembangkan
bisnis mereka secara global.

Pada akhir abad ke-19, keuangan dan teknologi telah menjadi


periode pertama globalisasi keuangan yang berlangsung
hingga awal Perang Dunia pertama (Hong Kong). Di era saat
ini, teknologi memiliki peran penting dalam menyampaikan
informasi lintas batas, termasuk informasi keuangan, seperti
transaksi dan pembayaran di seluruh dunia. J.M.Keynes dikutip
melalui (HongKong) menggambarkan hubungan antara
keuangan dan teknologi sebagai berikut:

“The inhabitant of London could order by telephone, sipping his


morning tea in bed, the various products of the whole earth, in
such quality as he might see fit, and reasonably expect their
early delivery upon his door-step; he could at the same moment
and by the same means adventure his wealth in the natural
resources and new enterprises of any quarter of the world, and
share, without exertion or even trouble”.

Intinya penduduk London dapat memesan melalui telepon


sambil minum teh di tempat tidur. Dapat memesan berbagai
produk dari seluruh bumi, dengan kualitas yang sesuai

18 | H a l a m a n
keinginannya dan pengirimannya dilakukan secara cepat.
Pada saat yang sama dan dengan cara yang sama
memperoleh kekayaan dari sumber daya alam dan dari
perusahaan diberbagai bagian dunia, dan berbagi, tanpa usaha
atau bahkan menimbulkan masalah

Selanjutnya, teknologi berkembang pesat selama Perang


Dunia I, terutama di bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Ini dibuktikan dengan munculnya beberapa
perusahaan berbasis teknologi seperti International Business
Machine (IBM) pada tahun 1967. Pada tahun 1967, komunitas
tersebut diperkenalkan oleh mesin ATM yang menjadi transisi
dari analog ke industri digital. Perusahaan yang bergerak
dalam industri keuangan mulai menggunakan teknologi dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, seperti BACS (Bankers’
Automated Clearing Services); US CHIPS (Clearing House
Interbank Payments System), SWIFT (Society of Worldwide
Interbank Financial Telecommunications) sebagai alat dalam
sistem pembayaran domestik interkoneksi lintas batas.
Meningkatnya penggunaan teknologi dalam kegiatan
operasional, menggantikan mekanisme berbasis kertas,
menjadi terkomputerisasi yang secara otomatis meningkatkan
kemungkinan terjadinya risiko, baik secara internal maupun
eksternal.

1.2. Teknologi Keuangan 2.0 (1987-2008):


Pengembangan Layanan Keuangan Digital
Tradisional.

Di era saat ini, lembaga keuangan memaksimalkan


penggunaan TI untuk kegiatan internal perusahaan, secara
bertahap menggantikan sebagian besar bentuk mekanisme
berbasis kertas. Pada tahun 1970, teknologi tumbuh dengan

19 | H a l a m a n
munculnya sistem yang memungkinkan investor untuk saham
secara elektronik. Pada 1980-an, Bank mulai memperbarui
perangkat lunak, sehingga data dapat disimpan dengan aman.

Di era 1980an, bank mulai menggunakan sistem pencatatan


data yang mudah diakses melalui komputer. Dari sini, benih-
benih FinTech mulai muncul di back office bank serta fasilitas
permodalan lainnya. Di tahun 1982, E-Trade membawa
FinTech menuju arah yang lebih terang dengan
memperbolehkan sistem perbankan secara elektronik untuk
investor. Berkat pertumbuhan internet di tahun 1990an, model
finansial E-Trade semakin ramai digunakan. Pada 1990-an,
penggunaan internet mendorong penciptaan model bisnis baru
di sektor Teknologi Keuangan. Salah satunya adalah situs
brokerage saham online yang memudahkan investor untuk
menanamkan modal mereka. Hasil dari,
situs web yang muncul ditujukan untuk investor ritel,
menggantikan model perantara penjualan eceran yang
digerakkan oleh telepon.
Tahun 1998 adalah saat di mana bank mulai mengenalkan
online banking untuk para nasabahnya. FinTech pun menjadi
semakin mudah digunakan masyarakat luas, juga makin
dikenal. Pembayaran yang praktis dan jauh berbeda dengan
metode pembayaran konvensional membuat perkembangan
FinTech semakin gencar.
Layanan finansial yang lebih
efisien dengan menggunakan
teknologi dan software dapat
dengan mudah diraih dengan
FinTech.
Di era ini, ATM adalah salah

20 | H a l a m a n
satu inovasi terbesar di bidang keuangan, meskipun inovasi
teknologi yang terjadi di sektor industri keuangan masih
terfokus pada sisi bank, tanpa mempertimbangkan pelanggan
kebutuhan'. Ini terbukti dengan penggunaan Core Banking
System sebagai salah satu sistem yang digunakan oleh
mayoritas Bank.Kehadiran Internet pada awal 1995 menggeser
Bank untuk berinovasi yang memungkinkan pelanggan untuk
tetap berhubungan secara virtual. Dengan demikian, pada
tahun 2001, setidaknya 8 bank di AS telah menggunakan
sistem e-banking dengan jumlah pelanggan online 1 juta
pelanggan (Hong Kong). Jadi pada tahun 2001, pengeluaran
perusahaan untuk teknologi meningkat secara dramatis. Ini
karena Bank mulai menggeser sistem proses internal dan
interaksi dengan pelanggan mereka menjadi sepenuhnya
digital.

Berdasarkan hal ini, beberapa peraturan diperlukan untuk


melindungi hak-hak bank dan konsumen bank itu sendiri. Di
Hong Kong, Kepala Eksekutif Otoritas Moneter Hong Kong
meratifikasi peraturan tersebut pada tahun 1999. Namun, di
Indonesia, Bank Indonesia mengedarkan Surat Edaran 6/18 /
DPNP tentang penerapan manajemen risiko untuk kegiatan
layanan bank melalui internet (internet banking) pada tahun
2014. Surat (Surat Edaran) mewajibkan Bank menerapkan
manajemen risiko sebagaimana diatur dalam kebijakan tertulis,
prosedur dan pedoman yang meliputi pengawasan aktif Dewan
Komisaris dan Direksi; Kontrol keamanan; Dan manajemen
risiko khususnya risiko hukum dan risiko reputasi.

21 | H a l a m a n
1.3. Teknologi Keuangan 3.0 (2009-sekarang):
Demokratisasi Layanan Keuangan Digital.

Krisis Keuangan Global yang terjadi pada tahun 2008


berdampak pada sektor perbankan dan keuangan. Sementara
itu, menurut (Hong Kong), Krisis Keuangan Global telah
memiliki dua dampak besar dalam hal persepsi publik dan
sumber daya manusia.
Pertama ketika asal mula krisis keuangan menjadi lebih
dipahami secara luas, persepsi publik terhadap bank
memburuk. Kedua, jenderal mengembangkan
ketidakpercayaan terhadap sistem perbankan tradisional. Di
sisi lain, banyak profesional keuangan yang kehilangan
pekerjaan atau kurang mendapat kompensasi. Dan juga
generasi baru dari keuangan yang berpendidikan tinggi. Selain
itu, semakin banyak regulasi pemain incumbent dan perubahan
sosial dan perilaku pelanggan. Masyarakat mencari alternatif
pendanaan yang lebih demokratis dan transparan dan mampu
memberikan lebih banyak nilai dalam setiap transaksi yang
dilakukan. Selain itu, meningkatnya kebutuhan konsumen
untuk mengakses akun keuangan mereka dalam mengelola
investasi mereka juga menyederhanakan transaksi ponsel
mereka, telah mengarah
pada aplikasi baru dan juga
peningkatan kebutuhan
keamanan untuk transaksi
online mereka (Bukares).
Menurut (Cui dan Wu,
2016), perubahan perilaku
dari pelanggan akan

22 | H a l a m a n
mendorong pengembangan produk baru.

Pelanggan yang lebih tua cenderung berperilaku pasif dalam


pengambilan keputusan. Namun, mengubah paradigma
berpikir akan mengubah perilaku pelanggan baru, berharap
untuk menerima solusi, yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan investasi mereka (Nicoletti, 2017).
Perubahan ini mengharuskan perusahaan untuk mengubah
model bisnis menjadi berorientasi pelanggan, di mana produk
dan layanan sesuai dengan harapan pengguna, dan jika
memungkinkan melalui platform digital. Dari sisi eksternal,
banyak start-up Teknologi Finansial yang menargetkan
generasi muda menjadi target pasar yang menghabiskan lebih
banyak waktu menggunakan internet. Namun, di sisi lain,
generasi yang lebih muda hanya memiliki aset yang relatif lebih
sedikit daripada pelanggan yang lebih tua. Kesenjangannya
sangat luas terutama dengan generasi yang lebih tua yang
cenderung memiliki kekayaan dan kemampuan finansial yang
substansial. Untuk dapat menjawab dilema, perusahaan harus
dapat berinovasi dengan berbagai cara untuk mengubah
hubungan pelanggan mereka dan menawarkan pendekatan
baru dalam layanan keuangan.

23 | H a l a m a n
2. TRANSFORMASI DIGITAL

T
ransformasi digital serta kemajuan teknologi telah
membawa perubahan pada perilaku pasar. Saat ini
sebagian besar konsumen lebih cenderung untuk
melakukan transaksi secara online. Hanya dengan perangkat
smartphone yang terhubung dengan koneksi internet,
konsumen dapat membeli berbagai kebutuhan mereka tanpa
harus datang ke outlet. Jika perusahaan tetap ingin dapat
bersaing di era digital, maka kemudahan ini juga harus
disediakan di dalam bisnis.

Ketika mengaplikasikan teknologi digital untuk bisnis, akan


memperoleh banyak keuntungan dari sisi efisiensi waktu dan
penghematan biaya pengeluaran. Sebagai contoh, jika bisnis
memiliki cabang di beberapa kota maka pengiriman dokumen
antar cabang bukan lagi masalah. Data atau dokumen dapat
dengan mudah dibagi melalui Google Drive atau pun Dropbox.

Mengaplikasikan teknologi digital juga memungkinkan bisnis


kecil menjangkau target pasar yang luas. Jika sebelumnya
pemasaran dilakukan dengan membayar iklan di televisi, radio,

24 | H a l a m a n
atau media cetak, kini pemasaran dapat dilakukan secara
online. Dengan membangun sebuah website, bisnis kecil pun
juga memiliki kesempatan untuk memasarkan layanannya ke
seluruh wilayah Indonesia.

2.1. Transformasi Digital Perbankan

Digital memberikan
dampak besar pada
industri keuangan &
perbankan. Digitalisasi
atau transformasi
digital tidak lain
adalah restyling dari
jasa keuangan.
Industri keuangan dimodifikasi dari operasi yang rumit dan
memakan waktu ke struktur yang lebih disederhanakan dan
tepat di pucuk pimpinan, memimpin transformasi ini terletak
Perusahaan Teknologi Keuangan Revolusioner (atau FinTech).

Transformasi digital memanfaatkan teknologi sedemikian rupa


sehingga diciptakan kembali menjadi operasi & proses yang
efisien. Digitalisasi bukan pengganti sistem tradisional tetapi
pemanfaatan teknologi untuk membuat sistem atau layanan
yang ada secara signifikan lebih baik

Implementasi sebuah transformasi digital perlu mendapat


dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan perubahan
berjalan dengan baik dan benar. Dukungan dari pemerintah
secara menyeluruh baik dari sisi regulasi akan membantu
membentuk ekosistem yang nyaman bagi pelaku usaha
melakukan sebuah transformasi digital.

25 | H a l a m a n
Digitalisasipun menghadirkan era ekonomi digital yang serba
instan, cepat, dan transparan menggantikan era ekonomi
konvensional. Layanan transportasi umum dan kurir pengiriman
berbasis online bisa dikatakan, hanya sebagian kecil dari arak-
arakan ekosistem ekonomi digital.

Era transformasi digital menjadi sebuah kenyataan yang tidak


bisa terelakan lagi. Transformasi oleh Rosabeth Moss Kanter,
Professor Manajemen Harvard Business School diartikan
sebagai sebuah perubahan dari yang sebelumnya menjadi
baru sama sekali. Sedangkan, Digital berasal dari kata Digitius
yang dalam bahasaYunani berarti jemari, menggambarkan
bilangan yang menjadi basis data system computer.

Saat ini adalah era digital, tidak ada pekerjaan atau aktivitas
yang tidak bersentuhan dengan peralatan digital, mulai dari
kehidupan rumah tangga hingga aktivitas perkantoran dan
pemerintahan. Bahkan ada prediksi Lembaga Riset
International Data Corporation Indonesia (IDC) bahwa 33%
perusahaan global akan gulung tikar jika tak segera
mengadopsi teknologi cloud dan melakukan transformasi
digital. Akses rumah tangga di Indonesia pun tidak sedikit yang
sudah menggunakan jaringan internet, terutama di Pulau Jawa
dan Sumatera. Demikian juga lembaga keuangan, seperti
perbankan yang tujuan utamanya untuk pelayanan terbaik bagi
nasabah.

Dalam dunia bisnis, transformasi digital sangat dibutuhkan oleh


seluruh perusahaan agar tidak tertinggal dengan perusahaan
yang telah mengadopsi digitalisasi teknologi. Apalagi, pada era
digitalisasi seperti ini hampir seluruh perusahaan start-up
sudah mulai menerapkan digitalisasi teknologi dan menyiapkan

26 | H a l a m a n
diri untuk bertarung dengan perusahaan mapan yang belum
melakukan transformasi digital.

Sejumlah perusahaan kini juga telah mulai menerapkan


transformasi digital di Indonesia. Sebagai ilustrasi perusahaan
transportasi seperti taksi yaitu Blue Bird dan Express kini mulai
menerapkan teknologi berbasis aplikasi untuk melakukan
pemesanan transportasi secara online. Serupa dengan layanan
transportasi berbasis aplikasi seperti Uber, Grabcar dan Go
Car.

Selain cloud dan data center, Internet of Things (IoT) masih


menjadi topik hangat yang dibicarakan para perusahaan untuk
mendukung bisnis secara digital. Bisnis digital kini juga dikenal
sebagai satu istilah eksplisit yang digunakan untuk
menggambarkan satu ekosistem bisnis yang mendominasi cara
berbisnis.

Ledakan penggunaan smartphone, tablet, Internet, aplikasi


yang saling terhubung memungkinkan relasi business-to-
business (B2B) dan bisnis ke konsumen (B2C) berjalan dengan
baik. Ini membuat perusahaan mampu berinteraksi secara
personal, langsung dan real time dengan konsumen dan
partner bisnis tanpa batasan.

Sektor keuangan pun tak luput dari pemanfaatan digitalisasi


dengan orientasi pelayanan sepenuhnya kepada nasabah. Di
lingkup perbankan juga dikenal dengan digital banking yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan nasabah dengan
memanfaatkan teknologi digital, baik aplikasi, perangkat
sebagai delivery channel yang dapat diakses kapan saja dan
dimana saja.

27 | H a l a m a n
Digital banking di Indonesia dimulai dengan fase digital branch
yaitu adanya sarana yang secara khusus memproses registrasi
nasabah dan pembukaan rekening secara mandiri. Digital
banking, masih dalam tahap pengenalan di industri perbankan
Indonesia, karena itu penting bagi semua untuk meyakini
keandalan keamanan transaksi digital banking-nya dengan
memastikan keabsahan data nasabah melalui pemanfaatan
KTP elektronik sehingga ada kepercayaan dari semua pihak.

“Semua ini menuju dua fase yaitu kantor yang menyediakan


sarana elektronik atau office digital branch dan fase banking
anywhere atau bank yang menyediakan layanan digital banking
sehingga nasabah dapat menggunakan media digitalnya kapan
pun dan di mana pun mereka berada,”.

Pentingnya transformasi digital di sektor keuangan:

1) Standardisasi Tinggi: Fungsi keuangan selalu dianggap


berkinerja tinggi. Ketika ini terintegrasi dengan sistem
teknologi dengan proses dan data terstandarisasi;
mengarah ke standardisasi yang tinggi.
2) Fungsi Sangat Otomatis: Penerapan alat teknologi baru
mengarah pada otomatisasi proses yang lebih tinggi
untuk layanan seperti pengiriman uang, pesanan
pengadaan, pembuatan faktur, dan verifikasi KYC.
3) Kinerja Lebih Cepat: Dengan mengadopsi big-data dan
alat pembelajaran mesin lainnya di bidang keuangan,
lebih mudah untuk memprediksi dan memperkirakan
anggaran yang memungkinkan tim untuk menyelesaikan
siklus akhir bulan sebelum waktu.
4) Fungsi yang didorong oleh wawasan: Digitalisasi telah
memodifikasi model keuangan sedemikian rupa

28 | H a l a m a n
sehingga sumber daya lebih berkonsentrasi pada
memperoleh wawasan daripada hanya berfokus pada
transaksi.
5) Peningkatan pengalaman pelanggan dan karyawan:
Tingkat informasi yang sama tersedia dengan pelanggan
dan karyawan dan dengan demikian lebih sedikit
kekacauan dalam transaksi.
6) Pengiriman Layanan yang Lebih Baik: Sistem warisan
yang terintegrasi dengan teknologi baru telah mengubah
model operasi keuangan. Proses terstruktur telah
meningkatkan penyediaan layanan.

Seiring dengan pentingnya, prioritas utama & tantangan


untuk layanan keuangan dan perusahaan perbankan di
dunia yang akan berdampak pada bisnis mereka termasuk
strategi yang tercantum di bawah ini:

1) Bertindak sesuai dengan persyaratan peraturan


2) Mengurangi biaya atau meningkatkan margin untuk
operasi bisnis ritel
3) Segmentasi pelanggan yang ditingkatkan
4) Peningkatan layanan, desain produk, dan saluran
promosi
5) Migrasi dari saluran fisik atau lawas ke platform digital
6) Mengintegrasikan sistem warisan dengan teknologi baru
mengikuti semua kepatuhan dan pedoman

Organisasi keuangan sekarang menerapkan strategi ini dan


mereka dapat secara digital mengubah dan mengotomatiskan
proses mereka. Dampaknya sedemikian sehingga ada
peningkatan drastis dalam melakukan operasi pelanggan
dalam kerangka waktu yang lebih rendah. Otomatisasi telah

29 | H a l a m a n
menyebabkan perusahaan keuangan untuk memenuhi tenggat
waktu peraturan, mencapai risiko operasional dan
transaksional dan tetap kompetitif dengan berinvestasi dalam
teknologi.Transformasi digital telah membantu dalam
mengotomatiskan tugas-tugas monoton, manajemen
kepatuhan dan fungsi akuntansi & operasi yang mencakup
akun, laporan & analisis. Digitalisasi juga mengurangi
kemungkinan risiko siber dan meminimalkan kesalahan yang
terjadi karena eksekusi strategi yang kuat.

Pada gambar 3 dibawah ini memperlihatkan tranformasi


teknologi keuangan yang mendukung pelayanan keuangan
nasabah sebagai berikut :

Gambar 3. Tranformasi Teknologi Keuangan

30 | H a l a m a n
Diawali teknologi yang berkembang dimana ada 4 pondasi
yang berkembang, yaitu

Artificial Intelligence (AI) big data. Big Data and Artificial


Intelligence membawa generasi data platform sentris yang
mengubah industri jasa keuangan. Platform ini melayani
banyak institusi keuangan di Indonesia. Teknologi tersebut
dapat membantu sistem manajemen yang kuat di industri
finansial dan dapat mengidentifikasi kelompok berisiko,
misalnya mengajukan pinjaman di berbagai platform.Inovasi
yang dapat dikembangkan berupa teknologi machine learning,
predictive analytic. Layanan keuangan yang dapat
dikembangkan sebagai alat pembayaran, pinjaman, simpanan,
manajemen resiko, keuntungan lainnya.

Distributed Computing Sebuah sistem terdistribusi terdiri dari


beberapa komputer otonom yang berkomunikasi melalui
jaringan komputer.Potensi yang ada untukmengubah
pembayaran dan penyelesaian sekuritas serta fungsi Back-
Office secara substansial memotong biaya, memungkinkan
transaksi langsung ke bisnis (B2B) melewati perantara dan
menawarkan pengganti mata uang. Inovasi yang dapat
dikembangkan berupa teknologi Distributed ledger
(blockchain). Layanan keuangan yang dapat dikembangkan
sebagai alat pembayaran, pinjaman, simpanan, manajemen
resiko, keuntungan lainnya.

Criptography, Kriptologi adalah gabungan dari ilmu kriptografi


dan analisis sandi. Kriptografi merupakan teknik untuk
mengamankan data dari sisi kerahasiaan (confidentiality),
keabsahan pengirim/penerima (authentication), keaslian data
(integrity) dan pertanggungjawaban telah mengirim/menerima

31 | H a l a m a n
(nonrepudiation). Inovasi yang dapat dikembangkan berupa
teknologi smart contracts, biometrict. Layanan keuangan yang
dapat dikembangkan sebagai alat pembayaran, pinjaman,
simpanan, manajemen resiko, keuntungan lainnya.

Mobile Access adalah layanan akses internet dari Indonet


untuk para pengguna bergerak (mobile user) yang
membutuhkan akses internet dimana saja tanpa dibatasi oleh
kendala batasan ruang dan kendala tidak adanya ketersediaan
kabel di lokasi pengguna (user). Desentralisasi besar-besaran
inimembuka pintu untuk mengarahkan transaksi person to
person (P2P), dan untuk pendanaan langsung Perusahaan
(Crowd-pendanaan). Ini memiliki implikasi mendalam juga
untuk Inklusi keuangan dengan mengizinkan "unbanked"
konsumen di negara berpenghasilan rendah untuk mengakses
layanan keuangan untuk pertama kalinya. Inovasi yang dapat
dikembangkan berupa teknologi digital wallet. Layanan
keuangan yang dapat dikembangkan sebagai alat pembayaran,
pinjaman, simpanan, manajemen resiko, keuntungan lainnya.

Kesimpulan

Fintech merupakan inovasi dalam sistem layanan keuangan


yang memberikan berbagai keuntungan, ada beberapa alasan
dalam mendukung keberadaan Fin-Tech sebagai berikut :

1) Unbundling: Secara historis, lembaga keuangan


berfungsi sebagai toko serba ada menyediakan
kebutuhan keuangan nasabah. Semakin banyak
kebutuhan nasabah yang dapat dilayani oleh
perbangkan, akan membuat nasabah menjadi nyaman.

32 | H a l a m a n
2) Menciptakan produk dan layanan yang lebih baik dan
lebih inovatif: Startup fintech memiliki peluang untuk
menciptakan produk dan layanan yang lebih baik dari
yang sudah ada sebelumnya.
3) Merubah pengalaman pelanggan menjadi lebih baik :
Lembaga keuangan tradisional perlu melakukan
perubahan untuk mempertahankan nasabah untuk
menjadi loyal. Salah satunya dengan menggunakan
FinTech sebagai terobosan baru dalam memberikan
pelayanan. Belajar dari pengalaman nasabah terdahulu
akan memberikan inovasi dalam penciptaan FinTech.
4) Menawarkan harga yang lebih baik: Perusahaan Fintech
memberikan harga yang lebih baik dibandingkan
perbankan konvensional dan memberikan harga yang
lebih menarik.
5) Menargetkan pasar yang tidak terlayani: Banyak startup
fintech berharap tidak hanya untuk membangun bisnis
yang melayani pasar yang kurang terlayani tetapi juga
untuk memanfaatkannya sebagai pijakan untuk ekspansi
selanjutnya ke pasar lain atau menarikke pasar awal
mereka.
6) Menggunakan solusi inovatif: Berkat penggunaan
teknologi canggih dan proses pembelajaran, perusahaan
fintech dapat memberikan layanan menarik ke berbagai
segmen pasar.

33 | H a l a m a n
3. DISKUSI

3.1. Studi kasus

Deretan Teknologi yang Mengubah Cara Perbankan


Bekerja

Kapan terakhir kamu mendatangi bank untuk menyetor uang


atau sekadar mengecek saldo terakhir kamu? Seminggu
terakhir? Jika tidak, berarti kamu mungkin adalah generasi Y
dan millennial yang sudah terbiasa menggunakan teknologi
perbankan. Teknologi telah mengambil peranan besar di
segala aspek kehidupan manusia. Dari cara kita bekerja,
hingga cara kita menghabiskan waktu untuk bersenang
senang, teknologi telah mengubah segalanya, termasuk cara
manusia untuk melakukan aktivitas perbankan mereka.

Dengan bantuan teknologi perbankan, kini nasabah bank tidak


perlu lagi bertatap muka dengan teller untuk menyetorkan
uang, mengecek saldo, atau melakukan transfer antar bank.
Hampir semua aktivitas perbankan dapat mereka lakukan di
telapak tangan mereka dengan smartphone. Bahkan, semakin
hari, jenis aktivitas perbankan menjadi semakin kompleks, yang
menuntut dunia perbankan untuk terus berkembang. Bukan
tidak mungkin di masa depan jumlah bank fisik akan berkurang
atau hilang sama sekali, karena seluruh transaksi dapat
dilakukan via internet atau elektronik.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang beberapa


teknologi perbankan yang berperan serta untuk mengamankan
serta mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi
mereka

34 | H a l a m a n
Pertanyaan

1) Coba jelaskan teknologi perbankan yang pernah


saudara gunakan ?
2) Apakah ada kelemahan serta solusinya dalam
penggunaan teknologi perbankan ?

3.2. Question and Answers

1) Apa faktor-faktor kunci yang mempengaruhi industri


FinTech saat ini?
2) Hal-hal penting apa saja yang harus diperhatikan untuk
industri FinTech?
3) Apa yang harus dipertimbangkan FinTechs dalam
mengembangkan produk-produk keuangan ?
4) Peluang apa yang ditawarkan fintech dalam hal
mengembangkan pasar layanan keuangan digital yang
kompetitif ?
5) Bagaimana Eropa bisa mendapat manfaat dari teknologi
keuangan dibandingkan dengan pasar lain seperti
Amerika atau Asia?

35 | H a l a m a n
Bab. 2
Inovasi Fintech

T
ransformasi digital sedang berlangsung di industri jasa
keuangan, dengan sejumlah inovator non bank yang
menawarkan produk dan layanan teknologi keuangan
yang dihadapi pelanggan dan lembaga keuangan.
Transformasi digital mencakup ekonomi pasar berkembang di
banyak tempat menawarkan alternatif digital yang layak bagi
Bank tradisional.

Salah bentuk tranformasi digital adalah Financial technology


(Fintech). Financial technology merupakan teknologi inovatif
yang bertujuan untuk mengoperasikan layanan keuangan
tradisional menggunakan program komputer dan teknologi
informasi (TI)(Oxford Dictionary).

Inovasi Fintech adalah perusahaan induk untuk ekosistem


perusahaan Fintech yang didedikasikan untuk memberikan

36 | H a l a m a n
manfaat penuh dari teknologi keuangan yang berkembang,
seperti perbankan terbuka, penyelesaian pembayaran global,
dan manajemen keuangan pribadi.

Pelayanan yang diberikan mulai dari membuka rekening hingga


underwriting asuransi dan pembuatan profil kredit, FinTech
startups memberi dukungan berbagai layanan Bank tradisional
dan membalik model bisnis konvensional menjadi di industri
keuangan berbasis digital.

Menurut laporan (Global FinTech Survey 2017) industri fintech


terdiri dari pembayaran (84 persen), transfer dana (68 persen),
keuangan pribadi (60 persen), pinjaman pribadi (56 persen),
deposito tradisional/rekening tabungan (49 persen), asuransi
(38 persen) dan jasa manajemen kekayaan (38 persen).

1. TAHAPAN INOVASI PELAYANAN KEUANGAN

I
novasi fintech akan memberikan penawaran yang dapat
lebih dan kompetitif di setiap lini bisnis layanan keuangan.
Solusi baru di pasar termasuk peer-to-peer lending;
pengecer dan UKM yang dapat menawarkan hipotek dan kredit

mobil; Robo-Layanan penasehat; kerumunan-pendanaan;


asuransi peer-to-peer secara online.Pengoptimalan

37 | H a l a m a n
pembayaran (dengan rel pembayaran baru yang
memanfaatkan teknologi seperti blockchain); dan banyak lagi.

Dalam banyak kasus, Semua inovasi mengarah pada efisiensi


pengelolaan perbankan.Perubahan layanan perbankan
tradisional yang tinggi yang telah lama menguntungkan pada
akhirnya akan digantikan oleh Penawaran fintech yang
berbiaya rendah, sangat efisien, dan berorientasi pelanggan.
Bukan hanya perusahaan fintech yang menjaga layanan
keuangan profesional di setiap waktu dan tempat.

Jelas, saatnya bagi lembaga keuangan untuk melangkah


mundur dari pola pikir risiko-penghindaran yang menghambat
inovasi. Perbankan tradisional yang tidak memiliki gagasan dan
inovasitif peneyelenggarakan operasional pelayanan keuangan
sedikit emi sedikit mulai akan terpinggirkan. Mulai saatnya
lembaga keuangan melakukan inovasi dan terobosan baru.

Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan lembaga


layanan keuangan untuk menghadirkan inovasi yang kompetitif
dan mutakhir ke pasar, yaitu :

a. Mendorong Partisipasi Jaringan(Encourage Network


Participation)

Untuk mendorong semua karyawan dan mitra untuk


membantu mendorong inovasi, perusahaan perlu
menerapkan teknologi yang secara efektif berbagi informasi
yang sesuai, mengkomunikasikan bagaimana semua orang
dapat berkontribusi, dan memungkinkan partisipasi yang
mudah.Pelanggan dan influencer eksternal berpotensi
penomoran dalam jutaan harus diundang untuk berbagi ide
mereka juga. Misalnya, dengan alat manajemen inovasi

38 | H a l a m a n
yang canggih, Dengan teknologi yang tepat di tempat,
lembaga keuangan dapat membuat sebuah forum inovasi
yang menghasilkan ribuan ide dari kontributor internal dan
eksternal.Tidak ada lagi perusahaan mampu untuk
berinovasi secara ketat, untuk melakukan inovasi yang
efektif, terlibat dengan pelanggan dan penyedia eksternal
sangat penting.

b. Dengarkan Percakapan Digital Yang Lebih Baik


(Listen Better To Digital Conversations )

Organisasi perlu mengumpulkan lebih banyak informasi dari


jumlah yang berkembang pesat sumber daya yang tersedia
saat ini.Selain penyedia informasi tradisional, lembaga
keuangan harus meningkatkan keterampilan mendengarkan
sosial mereka untuk menemukan peluang yang tercermin
dalam jutaan percakapan digital.

Alat yang ada di sana. Sistem manajemen inovasi yang


paling modern memiliki kemampuan yang menangkap
sentimen pelanggan, mengidentifikasi reaksi sosial
terhadap produk dan layanan, dan memantau tren rekan.

Dilengkapi dengan analitik sosial bawaan yang melacak


penawaran produk khusus perusahaan, Dapat memperoleh
wawasan yang lebih mendalam tentang umpan balik
pelanggan untuk tujuan menciptakan Penawaran inovatif
yang selaras dengan preferensi pasar.

39 | H a l a m a n
c. Perhatikan dan Pahami semua Ide serta Korelasinya
(Thoroughly Document Ideas And Understand
Correlations Between Them)

Untuk mempercepat proses inovasi, lembaga keuangan


harus mencatat dan menyimpan semua dokumen yang
terjadi. Perusahaan jasa keuangan juga memahami
keterkaitan ide dengan persyaratan regulasi juga penting,
karena upaya kepatuhan terhadap peraturan umumnya
mengambil sebagian besar investasi keuangan untuk
perusahaan. Oleh karena itu, untuk memahami investasi
regulasi-dan memanfaatkan mereka di mana mungkin untuk
menciptakan pendapatan dan menghasilkan ide merupakan
sebuah konsep yang harus dieksplorasi untuk menghindari
siloed pengeluaran peraturan.

d. Mensintesis Konsep serta dukungan Proposal


(Synthesize Concepts And Create Instant
Proposals )

Perusahaan yang mengoptimalkan kolaborasi sosial antar


pemangku kepentingan memiliki kemampuan untuk lebih
cepat mengidentifikasi, menyempurnakan, dan memajukan
inovasi yang akan memberikan nilai bisnis tertinggi.

Untuk ide yang memiliki potensi, kasus bisnis dan proposal


harus dibuat untuk membuat keputusan investasi, karena
pendanaan biasanya hanya tersedia untuk beberapa
investasi atau evaluasi.Untuk perusahaan yang inovatif,
harus ada ratusan ide yang berpotensi tinggi yang harus
dievaluasi terhadap berbagai kriteria, seperti ROI,
profitabilitas, pangsa pasar, atau keselarasan dengan
tujuan organisasi kunci.Dengan kata lain, "Uberization" dari

40 | H a l a m a n
proses penciptaan proposal secara substansial membantu
mempercepat inovasi di perusahaan.

Dengan teknologi manajemen inovasi yang hebat,


perusahaan dapat mengevaluasi konsep terhadap metrik
yang bisa dikonfigurasi untuk menentukan apakah suatu ide
atau versi mana dari sebuah ide dapat mencapai
ekspektasi. Kemampuan analisis prediktif memungkinkan
tim inovasi untuk menjalankan proposal melalui skenario
"Bagaimana jika" yang rumit untuk secara andal
memperkirakan seberapa baik ide akan bekerja, atau untuk
mengidentifikasi hambatan yang tidak terdeteksi terhadap
kesuksesan.

e. Memantau Dan Melaporkan Status Dan Hasil


(Monitor And Report On Status And Results)

Membina inovasi yang berkesinambungan membutuhkan


organisasi untuk melacak hasil proyek individual, dan dari
keseluruhan program inovasi. Mengelola Pipeline inovasi
membutuhkan pemantauan KPI seperti jumlah ide yang
diajukan, kualitas ide, tingkat konversi ide di pipa,
pencapaian ROI, dll. Metrik ini harus berasal dari proses
inovasi yang mendasari untuk memastikan bahwa tindakan
perbaikan cepat dapat dilakukan jika tujuan inovasi tidak
terwujud.

Berbagi informasi yang sesuai dengan anggota tim proyek


tahap awal-serta manajemen senior, pemangku
kepentingan utama, dan semua karyawan dan mitra
lainnya-akan mengkomunikasikan nilai inovasi.

41 | H a l a m a n
f. Memberikan Reward Kepada Inovator (Reward The
Innovators)

Mengenali orang secara aktif berpartisipasi dalam program


inovasi sangat penting untuk keberhasilan yang
berkelanjutan.Sebagian besar ide tidak akan melewati
tahap peninjauan awal, penting bahwa pengakuan diberikan
kepada orang yang terus berpartisipasi. Praktik terbaik
manajer inovasi memastikan bahwa kontribusi masing-
masing karyawan dapat dirujuk dalam tinjauan kinerja
mereka secara keseluruhan.Hal ini membantu mereka
untuk diakui dan dihargai karena ide mereka dan membantu
perusahaan mengidentifikasi inovator yang paling handal
dan produktif.

Sebagai perusahaan jasa keuangan yang terlihat untuk


menjadi lebih inovatif, ada beberapa pertanyaan yang
diajukan berikut:

a) Apakah organisasi memiliki strategi inovasi selaras


dengan strategi perusahaan?
b) Apakah organisasi berfokus pada inovasi
inkremental, atau pada ide terobosan di mana
penawaran layanan baru dibuat oleh perubahan
teknologi dan model bisnis secara bersamaan?
c) Apakah organisasi memiliki perpaduan yang tepat
dari jenis inovasi inkremental dan terobosan dalam
portofolio ?
d) Apakah organisasi terlibat dengan pelanggan,
menggunakan umpan balik mereka untuk
mempengaruhi portofolio masa depan?
e) Bagaimana bermitra dengan ekosistem pelanggan,
mitra, pemasok, dan perusahaan fintech lainnya?

42 | H a l a m a n
f) Apakah organisasi memiliki pendekatan "cepat
gagal" untuk cepat menguji dan menolak ide bernilai
rendah dan mendorong orang yang bernilai tinggi ke
tahap berikutnya?
g) Apakah inovasi desentralisasi untuk menghasilkan
ide melalui saran terbuka?
h) Apakah memiliki seperangkat Key Performance
Indicator (KPI) dan metrik untuk mengukur proses
inovasi di organisasi ? Dapatkah laporan tentang Key
Performance Indicator (KPI) tersebut diproduksi
secara otomatis?
i) Apakah organisasi memiliki mekanisme untuk terlibat
dengan karyawan, memahami dan menghargai
kontributor atas inovasi, dan menumbuhkan budaya
inovasi dalam organisasi?
j) Apakah organisasi memiliki mekanisme yang bernilai
tinggi ide dapat dikonversi ke proposal standar oleh
siapa pun dalam organisasi? Dapatkah inovasi
manajer dengan cepat membuat keputusan investasi
persetujuan di sebuah gagasan besar yang
potensial.

43 | H a l a m a n
2. MODEL BISNIS FINTECH

I
stilah FinTech adalah kombinasi dari dua kata; keuangan
dan teknologi. FinTech mengacu pada penerapan teknologi
di dunia keuangan.Sejak munculnya FinTech, industri
keuangan telah mengalami perubahan radikal.FinTech telah
mempengaruhi hampir semua aspek industri keuangan
termasuk perbankan ritel, perbankan investasi, hedge fund dll.

Penerapan teknologi tidak lebih terbatas pada operasi


harian industri keuangan.Sebaliknya, teknologi telah mudah
digunakan oleh industri keuangan untuk menjangkau
pelanggan mereka lebih efektif.Ini telah memungkinkan
mereka untuk beroperasi sepanjang waktu. FinTech adalah
model yang sangat luas dan memiliki potensi inovasi yang
tak terbatas.Hal ini disebabkan oleh kedatangan FinTech
bahwa Mobile Banking memegang di dunia
kontemporer.Nasabah dapat dengan mudah melakukan
transaksi keuangan mereka melalui ponsel mereka.Akses

44 | H a l a m a n
yang dilakukan oleh orang biasa pada industri keuangan
telah sangat difasilitasi oleh FinTech.

Industri FinTech memiliki potensi yang sangat besar untuk


inovasi. Ada cara tak terbatas melalui mana teknologi dapat
berbaur dengan keuangan dalam rangka untuk
menawarkan layanan yang sama sekali baru. Meskipun ada
banyak model bisnis FinTech, beberapa yang paling inovatif
dibahas secara rinci di bawah ini.

a. Bitcoin

Berbagai upaya telah dilakukan untuk membuat mata


uang virtual, tetapi sering menghadapi hambatan dan
akibatnya harus ditinggalkan.Bitcoin ternyata menjadi
salah satu mata uang kripto yang paling inovatif dan
aman atau mata uang
virtual.Karena jaringan
yang sangat aman,
bitcoins diterima secara
luas sebagai mata uang
virtual dan bahkan dapat
dibeli dengan imbalan
mata uang riil.

Bitcoin adalah perangkat lunak yang memungkinkan


sistem pembayaran online.Bitcoins berfungsi sebagai
mata uang dalam transaksi online.Pemilik bitcoins
memiliki kunci pribadi, yang menunjukkan kepemilikan
bitcoins.Selain itu, Bitcoin tidak memiliki otoritas pusat
yang memiliki atau mengatur semua mata uang, dan
itulah yang membuatnya unik dan aman.Transaksi
dilakukan melalui teknologi peer-to-peer.Siapapun dapat

45 | H a l a m a n
bergabung dengan Bitcoin dan dapat menikmati
transaksi online.Selain itu, pembayaran biaya bersifat
sukarela; itu dibayar ketika pemrosesan transaksi harus
dipercepat. "

Meskipun Bitcoin mendapat pengakuan besar-besaran,


pemerintah dari berbagai negara skeptis dalam
menyatakannya sebagai pengganti lengkap untuk mata
uang riil mereka. Cina, misalnya, tidak secara terbuka
mendorong pertukaran Bitcoin untuk Yuan dan memiliki
proses yang sangat diatur. Amerika Serikat, di sisi lain,
jauh lebih bersahabat terhadap Bitcoin.Meskipun semua
masalah yang terkait dengan Bitcoin, ini memiliki potensi
besar untuk menjadi bagian utama dari sistem
pembayaran online.Banyak perusahaan terkenal seperti
Microsoft merenungkan kemungkinan investasi dalam
mata uang virtual. Apple sudah datang dengan
beberapa aplikasi dalam hal ini, seperti, Apple Pay.
Google Wallet adalah ciri lain dalam bidang ini

b. Tag tunai

Tag Cash memiliki model bisnis FinTech yang sangat


inovatif. Tag Cash
telah sangat
mengurangi kerepotan
membayar dan
menerima uang
secara online. Dalam
rangka untuk
mentransfer uang
melalui saluran perbankan yang khas, Kode SWIFT dan
IBAN digunakan untuk memproses transaksi.Kode

46 | H a l a m a n
SWIFT dan IBAN adalah identitas perbankan
individu.Tanpa nomor ini, transfer uang antar rekening
bank tidak dapat dilakukan.

Tag Cash mengembangkan model bisnis yang unik di


mana transaksi keuangan dapat dilakukan melalui email,
Facebook atau telepon dalam lingkaran sosial
seseorang. Dengan menggunakan kontak telepon,
kontak Facebook, atau alamat email, tag Cash
menghubungkan akun bank pengirim dan Penerima dan
memproses transaksi yang sesuai. Seseorang dapat
dengan mudah mentransfer uang ke teman dengan tag
Cash tanpa bertukar rincian numerik lengkap tentang
rekening bank. Dalam istilah sederhana, transfer
berlangsung dengan nama tidak dengan angka. Karena
sifat sensitif dari bisnis Tag Cash, itu memberikan
keamanan tingkat bank untuk transaksi online dan
semua informasi keuangan dijaga ketat.

c. Oradian

Oradian adalah penyedia perangkat lunak yang


melayani kebutuhan
lembaga keuangan
mikro.Lembaga
keuangan mikro
memberikan layanan
keuangan kepada
individu atau bisnis lokal
yang menemukan
kesulitan dalam mencari jasa keuangan melalui saluran
perbankan tradisional. Klien dari lembaga keuangan

47 | H a l a m a n
mikro milik kelompok berpenghasilan rendah dan karena
itu, lembaga keuangan mikro menyediakan layanan
khusus.Oradian mengembangkan sistem inti yang
berkaitan dengan keuangan mikro.Sistem mereka
membantu lembaga keuangan mikro untuk mengelola
klien mereka lebih efisien.Selain itu, Oradian
menyediakan software yang memudahkan operasi
sehari-hari dari lembaga keuangan mikro. Daerah di
mana sistem Oradian dapat membantu lembaga
keuangan mikro adalah:
✓ Deposit pelacakan
✓ Keamanan
✓ Manajemen portofolio pinjaman
✓ Administrasi
✓ Akuntansi

Model bisnis FinTech yang Oradian terutama


mengandalkan menciptakan ceruk dalam industri
microfinance. Sebagai ketidaksetaraan pendapatan di
dunia meningkat ke tingkat yang luar biasa, dunia perlu
mendorong usaha kecil.Pengembangan lembaga
keuangan mikro memainkan peran penting dalam hal
ini.Negara berkembang sangat mendorong lembaga
keuangan mikro.Dengan mendisperkan kredit untuk
usaha kecil, perekonomian menghidupkan luar
biasa.Dengan model bisnis FinTech yang unik ini,
Oradian menargetkan pasar yang memiliki potensi
pertumbuhan yang sangat besar. Oradian membuat
lembaga keuangan mikro berteknologi tinggi, yang akan
sangat meningkatkan produktivitas mereka.

48 | H a l a m a n
d. Satago

Satago mengotomatiskan akun piutang dari suatu


organisasi.Dengan menjadi terdaftar, Satago
menghubungkan ke sistem akuntansi bisnis dan
mengelola rekening piutang yang sesuai.Satago
mencatat piutang dan
memungkinkan untuk
menempatkan pengingat
pada debitur dari siapa
pembayaran jatuh
tempo.Selain itu, juga
dapat melacak
persediaan.Satago mampu mengatasi setiap aspek
piutang dan itulah yang menjadikannya pilihan cerdas.

Dengan menghubungkan ke perangkat lunak akuntansi,


Satago mendapatkan akses ke buku penjualan. Dari
sana ia dapat melacak pembayaran, tempat pengingat
dan bahkan posting surat permintaan pembayaran
kepada klien dari siapa pembayaran jatuh tempo.
Satago pergi mil ekstra dengan menganalisis frekuensi
pembayaran klien.Kemudian mengklasifikasikan klien
sesuai dalam rangka untuk memperbarui pemilik bisnis
tentang kebiasaan pembayaran pelanggan
mereka.Karena Satago, bisnis tidak perlu
menginvestasikan sumber daya yang kuat dalam
mengelola rekening mereka piutang; Satago melakukan
seluruh pekerjaan luar biasa.

49 | H a l a m a n
e. Pajak Sederhana (Simple Tax)

Pajak sederhana adalah perangkat lunak yang membuat


proses pengajuan pajak lebih mudah. Perangkat lunak
ini saat ini melayani
pasar Kanada. Secara
otomatis update ke
peraturan terbaru dalam
sistem pajak.
Selanjutnya, dukungan
online untuk aturan baru
dan peraturan mengenai perpajakan juga tersedia.
Selain itu, antarmuka pajak sederhana sangat user
friendly, yang membuat proses pengajuan pajak efisien.

Orang selalu menemukan sistem pengajuan pajak rumit.


Mereka sering tidak memiliki akses ke yang paling up to
date informasi mengenai pengajuan pajak dan juga takut
bahwa mereka akan berakhir dalam pengajuan catatan
pajak yang salah. Pajak sederhana adalah produk
inovatif.Dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi
orang dalam pengajuan pajak, perangkat lunak ini
membahas masalah ini dan itulah yang membuatnya
sangat praktis.

f. Transferwise

Transferwise adalah model bisnis FinTech yang sangat


inovatif namun sangat sederhana.Transferwise
memungkinkan orang untuk mentransfer uang secara
internasional pada biaya yang jauh lebih rendah.Melalui
kartu kredit normal, orang mentransfer uang mereka ke
Transferwise dalam mata uang lokal masing-

50 | H a l a m a n
masing.Transferwise
mengubahnya menjadi
mata uang asing di
mana uang itu harus
ditransfer. Ini transfer
uang dan
menginformasikan orang melalui email. Bagian yang
paling inovatif dari model bisnis Transferwise adalah
bahwa hal itu tidak sebenarnya mentransfer uang
melalui perbatasan internasional. Sebaliknya, ia memiliki
klien di seluruh dunia, dan cocok dengan transfer
mereka dengan orang lain mentransfer uang ke arah
yang berlawanan. Dengan mencocokkan transfer yang
berlawanan ini, Trasferwise melakukan transfer uang
internasional hanya melalui transfer lokal. Oleh karena
itu, biayanya sekitar 90% kurang dari saluran perbankan
local

g. Holvi

Holvi adalah model bisnis FinTech inovatif


lainnya.Perusahaan ini adalah milik Finlandia; Namun
dilisensikan untuk bekerja di semua negara Eropa.Holvi
menyediakan semua
layanan keuangan
penting terkait dengan
bisnis di satu atap.Hal
ini memungkinkan
orang untuk menjual
produk mereka
juga.Orang dapat
melakukan seluruh transaksi pembelian dan penjualan

51 | H a l a m a n
produk di Holvi, tanpa perlu perantara.Ini lebih
memudahkan penggunanya untuk mengelola semua
keuangan mereka.Ini memiliki keamanan yang
tinggi.Holvi adalah tempat yang tepat untuk pemilik
usaha kecil seperti blogger, pelatih pribadi, paruh waktu
tukang kebun, konsultan dll Bagi pengusaha di Eropa,
Holvi adalah one-stop shop di mana mereka dapat
menjual produk mereka serta mengelola keuangan
mereka.

h. TRDATA

Akses ke informasi keuangan sangat penting bagi


investor.TRDATA menyediakan data yang tepat waktu
terkait dengan pasar.Hal ini memungkinkan investor
untuk melaksanakan
investasi
online.TRDATA
memiliki alat yang
membantu untuk
memfasilitasi negosiasi
dan untuk menyerang kesepakatan di antara
investor.Selain itu, sangat aman.TRDATA menghasilkan
pendapatan terutama melalui penyediaan akses ke
paling up to date informasi keuangan.Ini memerlukan
informasi yang berkaitan dengan obligasi, nilai tukar
mata uang asing, komoditas dll.Ini sangat ideal untuk
digunakan oleh para manajer yang berkaitan dengan
portofolio, risiko, pedagang dan manajemen strategis.

52 | H a l a m a n
3. KATEGORI FINTECH

Bank Indonesia mengklasifikasi Fintech menjadi 4 kategori,


sebagai berikut:

a. Crowdfunding dan Peer to Peer Lending

Fintech di kategori ini berfungsi untuk mempertemukan para


investor dengan pencari modal. Crowdfunding dapat
digunakan untuk menggalang dana untuk tujuan sosial,
seperti korban bencana alam, pendanaan karya dan
sebagainya secara online.
Sementara itu, P2P Lending adalah layanan untuk
membantu permodalan pelaku UMKM agar mereka dapat
meminjam dana walaupun belum memiliki rekening bank.

b. Market Aggregator

Di kategori ini, Fintech berperan sebagai pembanding


berbagai produk keuangan, dimana Fintech akan
mengumpulkan data finansial sebagai referensi oleh
pengguna.Misalnya, jika seorang konsumen ingin mencari

53 | H a l a m a n
produk asuransi, konsumen tersebut dapat memberikan
data finansial pribadi ke platform Fintech dan platform
tersebut akan mencocokkan data konsumen dengan produk
asuransi yang sesuai dengan kebutuhannya.

c. Risk and Investment Management

Fintech yang bergerak di bidang ini berfungsi untuk


membantu konsumen melakukan perencanaan keuangan
digital. Selain manajemen risiko dan investasi, terdapat juga
manajemen aset yang mengurus operasional suatu usaha
agar lebih praktis.

d. Payment, Settlement dan Clearing

Jenis Fintech yang tergolong di di kategori ini adalah


pembayaran (payments) seperti payment gateway dan e-
wallet. Payment Gateway merupakan penghubung antara
pelanggan dan e-commerce yang difokuskan pada sistem
pembayaran. Kemudian ada uang elektronik yang
merupakan instrumen pembayaran belanja, tagihan dan
lainnya dalam bentuk aplikasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pada gambar 4


dibawah ini

54 | H a l a m a n
Gambar 4. Jenis-jenis Fintech

Dorfleitner et al. (2017) mengklasifikasikan industri fintech


menjadi empatsegmen utama sesuai dengan model bisnis
mereka. Fintech dapat dibedakan atas dasar keterlibatan
dalam pembiayaan, pengelolaan aset, pembayaran, serta
fungsi fintech lainnya. Gambar 5 memberikan ilustrasi kategori
ini dan memberikan gambaran terperinci mengenai subsegmen
industri yang ada.

55 | H a l a m a n
Gambar 5. Klasifikasi Industri Fintech

a. Sektor pembiayaan (financing) mencakup segmen


fintech yang menyediakan pembiayaan bagi individu dan
bisnis. Segmen ini dapat dibagi lagi menjadi fintech yang
penawarannya didasarkan pada partisipasi sejumlah
besar contributor (subsektor crowdfunding) dan mereka
yang menawarkan layanan anjak piutang atau kredit
tanpa partisipasi orang banyak (subsektor kredit dan
anjak piutang).

56 | H a l a m a n
b. Segmen manajemen aset (asset management)
mencakup fintech yang menawarkan saran, pengelolaan
aset, dan indikator agregat dari personal wealth.
Segmen ini juga dibagi menjadi subsegmen lebih lanjut.
Perdagangan sosial adalah bentuk investasi yang
investornya dapat mengamati, mendiskusikan, dan
menyalin strategi investasi atau portofolio dari anggota
jaringan sosial lainnya (Liu et al., 2014; Pentland, 2013).
Subsegmen robo-advice mengacu pada sistem
manajemen portofolio yang memberikan saran investasi
berbasis algoritma dan sebagian besar otomatis,
terkadang juga membuat keputusan investasi.
Subsegmen pengelolaan keuangan pribadi mencakup
perusahaan fintech yang menawarkan
perencanaankeuangan pribadi, khususnya administrasi
dan penyajian data keuangan yang menggunakan
perangkat lunak atau menggunakan layanan berbasis
aplikasi.

c. Segmen pembayaran (payments) adalah istilah umum


yang berlaku untuk fintech yang aplikasi dan layanannya
menyangkut transaksi pembayaran nasionaldan
internasional. Di bawah payung ini termasuk di
dalamnya adalah subsegmen blockchain dan
cryptocurrency yang mencakup fintechs yang
menawarkan mata uang virtual (cryptocurrency) sebagai
alternatif dari uang fiat biasa, seperti cara pembayaran
legal yang dimungkinkan untuk menyimpan,
menggunakan, dan menukar kripto (BaFin, 2016). Bank
tidak perlu berfungsi sebagai perantara. Salah satu
kripto yang paling terkenal adalah bitcoin. Bitcoin, yang

57 | H a l a m a n
telah mengalami fluktuasi nilai yang besar pada masa
lalu, belum mampu membangun dirinya sebagai pesaing
serius dengan mata uang resmi yang dikeluarkan oleh
bank sentral. Ada lebih dari 700 mata uang virtual lain
yang belum mencapai tingkat kapitalisasi pasar Bitcoin
(CoinMarketCap 2016). Seperti kebanyakan sistem
pembayaran digital lainnya, blockchain digunakan untuk
mengamankan transaksi bitcoin. Dengan teknologi ini,
semua transaksi didaftarkan dan disimpan di berbagai
server. Hal itu membuat sangat sulit untuk memalsukan
informasi (Grinberg, 2011; Bohme et al., 2015), bahkan
perusahaan yang tidak menawarkan cryptocurrencies
pun menggunakan teknologi blockchain untuk layanan
keuangan, termasuk dalam subsistem blockchain dan
cryptocurrency.

d. Segmen fintech lainnya menggambarkan bisnis fintech


yang tidak dapat diklasifikasikan oleh tiga fungsi bank
tradisional lainnya, yaitu transaksi pembiayaan,
pengelolaan aset, dan pembayaran. Fintech
menawarkan asuransi atau memfasilitasi akuisisi,
termasuk dalam subsegmen asuransi. Fintech ini sering
juga disebut insur techs karena menawarkan asuransi
peer-to-peer, yaitu sekelompok pemegang polis
berkumpul dan menganggap tanggung jawab kolektif
dalam kasus kerusakan. Jika tidak ada kerugian terjadi
di dalam kelompok, ada penggantian sebagian atas
premi asuransi (Wolff-Marting 2014). Selanjutnya,
fintech dari mesin pencari dan situs perbandingan
subsegmen yang memungkinkan pencarian berbasis
internet dan perbandingan produk keuangan atau

58 | H a l a m a n
layanan keuangan termasuk di dalam fintech lainnya.
Fintech yang menyediakan solusi teknis untuk penyedia
jasa keuangan termasuk dalam subsektor teknologi, IT
dan infrastruktur.

Dari jenis-jenis Fintech diatas dapat diuraikan peruntukkan


dapat dijabarkan sebagai berikut :

• Payment Gateway

Sebelum berkembangnya industri Fintech, dunia digital


sudah mengenal industri e-commerce yang sudah
berkembang terlebih dahulu. Kemunculan e-commerce
ini menjadi pemicu awal munculnya industri Fintech,
lebih tepatnya karena adanya Payment Gateway yang
digunakan untuk memperlancar transaksi di e-
commerce.

Jenis Fintech Payment Gateway ini sangat berguna


dalam dunia e-commerce, karena pada e-commerce
dibutuhkan suatu proses transaksi antara penjual dan
pembeli yang cepat dan aman. Munculnya layanan
payment gateway akan sangat membantu dalam
memudahkan proses transaksi yang kamu lakukan
karena memungkinan kamu untuk memilih berbagai
metode pembayaran yang ada karena payment gateway
menghubungkan e-commerce dengan berbagai bank. Di
Indonesia, beberapa Fintech Payment Gateway yang
dikenal adalah Di Indonesia perusahaan startup FinTech
yang paling banyak didominasi oleh

59 | H a l a m a n
✓ Perusahaan pembayaran, seperti: Veritrans, DoKu,
Kartuku, iPay88, Easypay, MCpayment, Padipay,
Kinerjapay.com, Truemoney, Faspay, Fasapay,
Xendit, Espay, Wallezz, Cashlez, Mimopay,
Indopay, Firstpay, IPaymu.com, Ovo, Nicepay,
Hellopay, Kesles,
✓ Mobile payments company seperti Sakuku BCA,
Dompetku Indosat Ooredoo, Uangku SmartFren,
Dimo, Mynt, Matchmove
✓ Gift Card : GCI Indonesia
✓ BitCoin : BitX.co
✓ Electronic Money : Sepulsa.com, Davestpay.com,
GoPay, Indomog, Kudo, Ayopop,
✓ Bebas Transfer : Kliring.co.id, SudahTransfer, Flip,
✓ Bayar Tagihan : Paybill.id, SatuLoket.com
✓ Lainnya : Ainosi

Dalam praktiknya di Indonesia, biasanya perusahaan Fintech


digital payment bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk
perusahaan telekomunikasi (Telco), convenience store,
merchant atau toko, maupun bank-bank konvensional untuk
dapat memberikan pelayanan transaksi online dengan lebih
bervariasi. Pada gambar 6, memperlihatkan proses bisnis
digital payment, dapat dijelaskan sebagai berikut :

60 | H a l a m a n
Gambar 6. Proses Bisnis Digital Payment

Keterangan:

✓ Konsumen yang hendak melakukan transaksi


melakukan proses registrasi transaksi melalui platform
digital payment
✓ Konsumen memilih cara pembayaran (dapat melalui
transfer, pembayaran kartu kredit, mendatangi kios
terdekat, dan sebagainya)
✓ Perusahaan Fintech akan mengirimkan permintaan
konsumen untuk diteruskan kepada bank agar dapat
memproses transaksi
✓ Bank akan mengirimkan pemberitahuan dan melakukan
konfirmasi pembayaran kepada konsumen melalui
platform Fintech

61 | H a l a m a n
✓ Konsumen melakukan konfirmasi transaksi dan platform
Fintech akan menginformasikan transaksi tersebut

Potensi Kerawanan dalam Proses Bisnis Digital Payment


✓ Adapun potensi Kerawanan dalam Proses Bisnis Digital
Payment, diantaranya :
✓ Terjadi kegagalan transaksi namun dana telah ter-debet
✓ Pencurian data saat konsumen melakukan transaksi
melalui jaringan telekomunikasi. Kejahatan sering
ditemukan ketika konsumen menggunakan fasilitas wi-fi
di tempat umum dan hal ini sering dimanfaatkan oleh
cyber criminal.
✓ Kemungkinan penyalahgunaan data oleh pihak yang
memiliki data keuangan konsumen. Sebagai contoh,
biasanya online shop akan menawarkan untuk
menyimpan data kartu kredit untuk memudahkan
transaksi selanjutnya dan data tersebut dapat
disalahgunakan oleh pihak lain untuk melakukan
transaksi tanpa seizin konsumen.
✓ Kode otentikasi dikirimkan ke nomor atau pengguna
yang salah. Belakangan ini banyak terjadi sim swap
(tindak kejahatan dengan modus menukar kartu sim
pada ponsel) untuk mendapatkan kode otentikasi saat
melakukan pembayaran secara online.

• Dompet Digital (Digital Wallet)

Untuk kategori pembayaran, selain Payment Gateway,


layanan Fintech yang sekarang sedang tumbuh pesat
adalah dompet digital atau digital wallet. Fintech dompet

62 | H a l a m a n
digital memungkinkan pengguna untuk menyimpan uang
di aplikasi dan dapat digunakan untuk transaksi
pembayaran di merchant offline maupun online.

Kelebihan dari dompet digital terletak pada kenyamanan


dan kepraktisannya. Pengguna tidak perlu membawa
uang secara fisik, tidak perlu menyimpan uang receh
hasil kembalian dari transaksi, dan pembayaran bisa
dilakukan dengan beberapa langkah saja termasuk scan
QR code sehingga mempercepat waktu transaksi.

Di Indonesia, beberapa fintech dompet digital yang


populer adalah Go-Pay, OVO, T-Cash, dan Dana.

• Manajemen Kekayaan (Wealth Management)

Manajemen kekayaan (Wealth Management)


merupakan suatu jasa pengelolaan keuangan dan
kekayaan. Wealth Management ini dapat bertindak
sebagai manajer keuangan pribadimu. Dengan
manajemen kekayaan yang kamu miliki, informasi
seperti harta yang dimiliki, penghasilan, pengeluaran,
jumlah hutang, asuransi dan lainnya bisa kamu
kemukakan semuanya. Layaknya seorang dokter,
apabila seorang pasiennya berbohong saat check up,
maka akan sulit bagi dokter menduga penyakit yang
diderita. Begitu pula seorang manajemen keuangan.

Karenanya, saat menggunakan manajemen keuangan


untuk mengatur keuangan dan kekayaan milikmu
diperlukan informasi yang jelas dari kamu yang

63 | H a l a m a n
membutuhkan jasa ini. Salah satu fintech yang bergerak
di bidang Wealth Management adalah Finansialku.

• Pembiayaan Sosial (Social Crowdfunding)

Social Crowdfunding merupakan salah satu metode


pendanaan bisnis sosial yang sedang populer. Metode
yang memungkinkan orang-orang dapat ‘patungan’
untuk mewujudkan kepentingan sosial. Biasanya pada
Crowdfunding melibatkan beberapa pihak dalam
melakukan pembiayaannya seperti seorang yang
membutuhkan dana, supporter (publik yang memberikan
dana) dan penyedia platform Crowdfunding. Dari ketiga
pihak ini mereka saling terhubung dan memiliki peran
masing-masing untuk dapat saling menunjang
kebutuhan pihak lainnya.

Adanya platform Crowdfunding tentunya akan


membantu Fintech di Indonesia agar semakin
berkembang, karena dengan adanya pembiayaan
(Crowdfunding), mereka yang membutuhkan dana untuk
kebutuhan sosial akan sangat terbantu dengan dana
yang sudah digalang bersama. Di Indonesia, salah satu
fintech yang bergerak di bidang social croxwdfunding
adalah KitaBisa.

• Peer to peer Lending

Pada dasarnya fintech jenis ini konsepnya adalah


urunan dana. Mempertumakan orang pemilik dana
dengan yang membutuhkan dana. Ada yang bersifat

64 | H a l a m a n
donasi seperti kitabisa.com atau kickstarter, dan juga
pinjaman.Dalam peer to peer lending pinjaman sendiri
sebenarnya masih terbagi menjadi 2 lagi pinjaman
usaha dan pinjaman konsumtif atau yang biasa disebut
juga pay day loan. Berbanding terbalik dengan pinjaman
konsumtif yang buntut-buntutnya malah banyak menuai
kecaman, Peer to peer lending berbasis pinjaman usaha
seperti investree, koin works, maupun Akseleran malah
menuai hasil positif.Seperti misalnya Akseleran yang
telah menyalurkan lebih dari 150 Milyar dari semenjak
didirikan oktober 2017 lalu. Dengan tingkat gagal bayar
pelaku usaha hanya 0,29%

Urusan permodalan merupakan salah satu bagian yang


paling penting dalam membangun usaha. dengan
tersedianya modal, rencana yang kita bangun akan
berjalan lebih mudah. Di dalam peminjaman (Lending)
terdapat beberapa segmentasi dari sisi tujuan
penggunaan pinjaman: pinjaman personal (konsumtif)
dan pinjaman usaha (produktif). Nominal pinjaman untuk
pinjaman konsumtif biasanya berkisar di angka Rp 1-3
juta dengan tenor minimum kurang dari 1 minggu dan
pinjaman modal UMKM yang nominalnya dapat
mencapai Rp 2 miliar dengan tenor 1-24 bulan.

Segmen pinjaman konsumtif biasa dikenal juga dengan


istilah Payday Loan, sementara untuk pinjaman modal
UMKM hingga Rp 2 miliar dengan istilah Peer-to-Peer
(P2P) Lending. Fintech dalam bidang P2P lending di
Indonesia juga mengakomodasi masyarakat yang ingin
menjadi investor atau menjadi pemberi dana dengan
tujuan untuk mendapatkan return di kemudian hari.

65 | H a l a m a n
Fasilitas ini banyak digunakan oleh pengguna karena
memberikan kemudahan untuk berinvestasi. Pada
umumnya, perusahaan akan memberikan informasi
secara jelas dan transaparan akan pergerakan uang
pinjaman yang diberikan oleh pemberi dana. Hal ini
membuat para pemberi dana atau investor merasa lebih
aman dan nyaman untuk berinvestasi. Dalam
perkembangannya, perusahaan Fintech Financing dan
Investment di Indonesia juga ada yang memiliki
kombinasi bisnis antara Crowdfunding dan P2P lending.
Pada gambar 7 memperlihatkan Proses Bisnis Antara
Crowdfunding Dan P2P Lending sebagai berikut :

Gambar 7. Proses Bisnis Antara Crowdfunding Dan


P2P Lending.

66 | H a l a m a n
Keterangan:

✓ Konsumen menggunakan platform dan


mendaftarkan diri sebagai pemberi pinjaman atau
pencari pinjaman
✓ Pemberi dan pencari pinjaman mengisi formulir
registrasi dan pengumpulan dokumen yang
diperlukan
✓ Pemberi pinjaman akan diberikan akun dan dapat
mencari pencari pinjaman yang ingin didanai melalui
platform
✓ Perusahan akan menilai pengajuan kredit dan
mempertemukan pemberi dana dengan pencari
pinjaman melalui platform-nya melalui proses
crowdfunding
✓ Apabila dana terkumpul, pencairan dana dilakukan
dan peminjam mulai memiliki kewajiban pembayaran
cicilan
✓ Apabila pembayaran dilakukan secara lancar, return
akan didapatkan oleh pemberi dana. Apabila
peminjam terlambat membayar, akan dilakukan
prosedur internal credit collection dengan bantuan
perusahaan penyedia layanan. Apabila terjadi
default, perusahaan akan membantu proses
pengembalian pinjaman. Namun apabila masih
gagal maka jalur hukum adalah opsi terakhir dan
risiko kerugian ditanggung oleh pemberi dana.

67 | H a l a m a n
• Perbedaan P2P Lending dan Payday Loan

Ada beberapa aspek dari perbedaan kedua lending ini.


Pertama adalah besarnya bunga pinjaman yang
dikenakan. P2P Lending memberikan bunga yang lebih
rendah yaitu dimulai dari 5% per tahun sampai dengan
kira-kira 30% per tahun.Di sisi lain, Payday Loan
menawarkan bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga harian
mulai dari 1%. Apabila kita hitung bunga ini dalam satu
tahun maka dapat mencapai 300% per tahun. Selain itu,
P2P Lending tidak mengambil keuntungan dari biaya
bunga, yang seluruhnya milik pemberi pinjaman.
Perolehan keuntungan pun, P2P Lending memotong
biaya administrasi dari peminjam, bukan dari biaya
bunga seperti Payday Loan. Karena itu, dari segi
segmentasi P2P Lending bisa dikatakan lebih mudah
dan aman.

Perbedaan signifikan lainnya adalah dari sisi sumber


dana pinjaman. Banyak payday loan yang memberikan
pinjaman yang berasal dari dana mereka sendiri,
sedangkan sumber pinjaman dari P2P Lending adalah
crowd lenders / crowd investors atau masyarakat umum.
Karena itu P2P Lending juga cocok dijadikan alternatif
investasi baru

• E-aggregator
Fintech ini menggumpulkan dan mengolah data yang
bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu
pengambilan keputusan. Startup ini memberikan
perbandingan produk mulai dari harga, fitur hingga

68 | H a l a m a n
manfaat. Contohnya, Cekaja, Cermati, KreditGogo dan
Tunaiku.
• Payment, clearing dan settlement
Ini adalah fintech yang memberikan layanan sistem
pembayaran baik yang diselenggarakan oleh industri
perbankan maupun yang dilakukan Bank Indonesia
seperti Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-
RTGS), Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI) hingga BI
scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
Contohnya, Kartuku, Doku,iPaymu, Finnet dan Xendit.
• Advisory
Fintech ini memberikan layanan seperti robo advisor
(perangkat lunak yang memberikan layanan
perencanaan keuangan dan platform e-trading dan e-
insurance. Contohnya, Bareksa, Cekpremi dan
Rajapremi

Financial Stability Board membagi FinTech kedalam 4 katagori


berdasarkan jenis inovasinya yaitu

1. Deposit, Lending, Capital raising yang terdiri dari


crowdfunding dan Peer to peerlending
2. MarketProvisioning misalnya e-Aggregators
3. Investment and Risk Management misalnya robo advice,
e-trading, dan insurance
4. Payment, clearing and settlement misalnya mobile
payment contohnya P2P transfer, apple/ samsung
payment, Web-based payment misalnya (invoice
payment, paypal), termasuk digital currency.

69 | H a l a m a n
Pengkategorian ini bersifat non exaustive yaitu sebuah model
bisnis FinTech dapat mempunyai lebih dari satu kategori
dandapat masukdalam lebihdari satu kategori Technology
return membagi FinTech berdasarkan, data, equity / debt,asset
management dan service. Pada gambar 8 memperlihatkan
Technology return sebagai berikut

Gambar 8. Technology return

5. MANFAAT FINTECH BAGI MASYARAKAT

Ada beberapa alasan yang menyebabkan fintech ini kemudian


mempengaruhi gaya hidup masyarakat sebagai berikut :

a. Fintech Membantu Perkembangan Perusahaan Start Up


Baru
Saat ini, sudah bermunculan banyak perusahaan startup
baru yang menciptakan produk inovasi di bidang fintech.

70 | H a l a m a n
Contoh ada Moneythor. Perusahaan startup Moneythor
membuat produk baru yang memberikan pengalaman di
bidang digital banking dimana analisisnya lebih detail dan
rinci. Perusahaan seperti ini biasanya mulai tumbuh di
Singapura dimana kemudian targetnya adalah Asia.

b. Fintech Dapat Meningkatkan Taraf Hidup


Bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan atau
pendapatan yang besar bagi perusahaan startup namun,
keberadaan fintech juga ternya bisa meningkatkan taraf
hidup serta daya beli masyarakat banyak.
Sebagai contoh, ada perusahaan startup yang kemudian
membuat inovasi untuk menghadirkan merchant dimana
merchant tersebut menerima sistem pembayaran dengan
kartu debit dan kredit dengan biaya rendah.
Ada juga perusahaan startup yang kemudian membuat
inovasi fintech yang dapat membangun infrastruktur dunia
perbankan untuk meningkatkan daya beli konsumen atau
masyarakat.
Lebih dari itu, adanya fintech di Asia Tenggara bahkan
memiliki peranan penting dalam upaya pengentasan
kemiskinan hingga 600 juta jiwa. lebih. Perusahaan
startup juga terus meyakinkan investor akan hal ini.

c. Fintech Dapat Merangsang Angka Perkembangan Bitcoin


Dampak positif dari berkembangnya Fintech adalah
aplikasi bitcoin di dunia finansial yang juga ikut
berkembang.
Dikatakan bahwa 2.5 milyar lebih pengguna bitcoin yang
tidak mempunyai akun bank akhirnya tetap bisa
melakukan berbagai transaksi seperti pengiriman uang,
pembayaran serta transaksi lain dengan tanpa masalah.

71 | H a l a m a n
d. Fintech Dapat Mengurangi Jumlah Pinjaman Yang Berbunga
Tinggi
Masyarakat tentu merasa cukup tersiksa dengan
kehadiran mereka yang mengaku penolong namun
memberikan beban bunga dari setiap pinjaman. Adanya
fintech kemudian menjawab permintaan sistem
peminjaman uang yang lebih transparan serta dapat
dinikmati semua masyarakat. Bagi mereka yang sudah
menggunakan fintech, tentu merasakan sekali
manfaatnya juga perbedaannya ketika belum dan sudah
menggunakan fintech.
Masyarakat dapat mempelajari lebih detail tentang
fintech ini bahkan bisa saja membuat perusahaan start
up yang kemudian membuat inovasi fintech dengan
menghadirkan layanan yang dapat dirasakan manfaatnya
oleh banyak orang. Tidak menutup kemungkinan jika ada
inovasi fintech yang tidak hanya di bidang kartu kredit dan
debit juga dengan bunga depsito atau bentuk lainnya
yang akan memudahkan masyarakat pada umumnya.
Di Indonesia sendiri, jumlah investasi di bidang fintech
semakin lama semakin tinggi layaknya jumlah investasi
fintech di dunia yang semakin besar. Oleh sebab itu, bisa
saja perusahaan start up baru yang bergerak di bidang ini
akan mendapatkan dana investasi secara mudah dari
para investor karena tingkat keuntungan yang tinggi pula.

e. Kemudahan layanan finansial


Salah satu manfaat yang ditawarkan oleh fintech adalah
kemudahan layanan finansial,mungkin manfaat satu inilah
yang paling terasa. Bandingkan dengan sepuluh tahun
lalu, dimana hendak mentransfer uang, mungkin harus

72 | H a l a m a n
mendatangi mesin ATM atau teller di bank. Aktifitas ini
tentu merepotkan karena membutuhkan waktu yang tidak
sebentar. Belum lagi kalau kamu harus antre, tentu
semakin banyak waktu yang terbuang.
Namun, hal seperti itu bisa disederhanakan berkat
kehadiran fintech. Kini, dapat melakukan transfer uang
hanya melalui smartphone. Beberapa layanan fintech
memungkinkan untuk membayar berbagai tagihan
bulanan, contohnya listrik, telepon, dan BPJS. Konsumen
bisa menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu
keluar rumah untuk melakukan transaksi tersebut.

f. Membantu UMKM Mendapatkan Modal Usaha Berbunga


Lebih Rendah
Sebelum kemunculan fintech, mayoritas pelaku UMKM di
Indonesia mengandalkan pinjaman bank untuk
mendapatkan modal usaha. Tentu tidak ada yang salah
dengan hal ini.
Namun, perlu diingat lagi kalau pinjaman bank biasanya
memiliki bunga yang cukup tinggi. Belum lagi prosedur
dan persyaratan yang umumnya cukup sulit.
Fintech adalah solusi terbaik untuk membantu
memajukan UMKM. Saat ini, sudah ada cukup banyak
penyedia layanan fintech di Indonesia yang menawarkan
pinjaman modal usaha dengan bunga relatif lebih rendah
apabila dibandingkan dengan bunga bank. Sistem ini
disebut juga dengan peer-to-peer (P2P) lending, yaitu
sebuah praktik berbasis online platform yang
mempertemukan pelaku UMKM yang membutuhkan dana
dengan orang-orang yang bersedia berinvestasi
meminjamkan uang mereka.

73 | H a l a m a n
g. Mendukung Inklusi Keuangan
Inklusi keuangan merujuk pada akses terhadap lembaga
keuangan masyarakat. Pada 2019 ini, Dewan Nasional
Keuangan Inklusif (DKNI) menargetkan 75% inklusi
keuangan.
Namun, sampai sekarang target tersebut baru tercapai
49%. Itulah kenapa pemerintah Indonesia menyusun
kebijakan inklusi keuangan demi menarget masyarakat
yang berada di piramida ekonomi paling bawah.
Umumnya, masyarakat ini tinggal di desa-desa terpencil.
Fintech adalah alternatif solusi untuk membantu
mencapai target inklusi keuangan tersebut. Umumnya,
layanan fintech berbasis online sehingga bisa lebih
mudah diakses selama siapa pun memiliki jaringan
internet.

h. Peran FinTech Dalam Meningkatkan Bisnis


Wirausahawan Muda
Kalangan ekonomi masyarakat muda dipelopori oleh
wirausahawan muda (youth entrepreneur), dimana dalam
perekonomian memiliki peran luas dan vital, yaitu sebagai
penggerak ekonomi baik kini maupun di masa yang akan
datang. Wirausahawan muda disini diartikan sebagai
sorang wirausaha yang umurnya dibawah 40 tahun.
Karakteristik wirausawawan muda diantaranya:

✓ Bergerak di usaha mikro, kecil dan menengah


(UMKM)
✓ Open minded & technology friendly
✓ Proaktif, produktif dan dinamis

74 | H a l a m a n
✓ Tidak memiliki guarantee yang cukup tetapi
memiliki usaha yang potensial
✓ Belum menanggung beban keuangan yang
banyak.

Atas karakteristik tersebut, FinTech memiliki peran besar


dan sesuai untuk mendorong wirausahawan muda,
meningkatkan usahanya melalui fasilitas atau layanan
keuangan yang mudah diakses baik dari sisi jangkuan
maupun dari sisi persyaratan.

6. DISKUSI

6.1. Question and Anwers

1. Apa yang dimaksud Fintech menurut para ahli ?


2. Bagaimana histori munculnya Fintech ?
3. Apa kekuatan pendorong terwujudnya Fintech?
4. Seperti apa ekosistem Fintech?
5. Apakah bisnis Fintech biasanya merupakan
perusahaan baru?
6. Apa ada permasalahan bisnis yang muncul pada
saat Fintech diimplemtasikan ?
7. Apakah semua orang dapat membangun masa
depan Fintech?
8. Apa yang harus saya pertimbangkan sebelum
memulai usaha Fintech?
9. Bagaimana cara meluncurkan usaha Fintech ?
10. Apa Fintech Unicorn dan bagaimna masa depannya
?

75 | H a l a m a n
11. Apa ketakutan yang muncul pada saat memulai
usaha Fintech atau jasa keuangan?
12. Apa hambatan masuk untuk memulai usaha jasa
keuangan?
13. Bagaimana dapat meningkatkan penilaian bisnis ?
14. Mengapa kekayaan intelektual sangat penting untuk
pertumbuhan usaha fintech

76 | H a l a m a n
BAB. 3
REGULASI FINTECH DI INDONESIA

P
erkembangan teknologi digital yang tidak bisa
dibendung akan memunculkan kemudahan bagi
masyarakat dan menjamurnya perusahaan yang
bergerak di bidang financial technology. Sebagai lembaga yang

memiliki wewenang untuk mengawasi lembaga keuangan di


Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya mulai
memberlakukan peraturan mengenai keberadaan financial
technology.
Perkembangan teknologi informasi telahmemasuki hampir
disegala sektor kehidupan, adalah keniscayaan untuk
menghindari kemajuan teknologi dan penerapannya dalam
aktifitas sehari-hari. Jasa keuangan, seiring dengan
perkembangan tekonlogi informasi juga turut serta
memanfaatkannya untuk kemudahan dan kenyamanan bagi
nasabah dan pengguna jasa keuangan dalam transaksi
bisnisnya. Belajar dari perkembangan teknologi informasi dan
penerapannya dalam sektor keuangan dari negara lain akan
menjadi pilihan utama bagi pelaku usaha keuangan di

77 | H a l a m a n
Indonesia. Dengan bercermin dari negara lain terkait hukum
dan regulasi akan semakin memperkecil hambatan-hambatan
yang mungkin akanmuncul dan disamping menggali lebih luas
lagi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

1. PERATURAN FINTECH

Adanya payung hukum pengawasan lembaga keuangan


tersebut seolah memberikan kepastian kepada masyarakat,
mengingat ada juga fintech yang melakukan penipuan terhadap
nasabahnya. Hasilnya, fintech OJK yang sudah terdaftar pun
terkena imbasnya.
Maka dari itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan
Peraturan OJK No.13/POJK.02/2018 tentang Inovasi
Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Keberadaan
Peraturan OJK No.13/POJK.02/2018 tersebut seolah
melengkapi Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Melalui peraturan ini industri keuangan digital bisa dikelola
dengan baik dan memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat luas. Tidak hanya itu saja, melalui
peraturan ini setidaknya keuangan digital memiliki kontrol
dalam mengedepankan perlindungan konsumen. Dibuatnya
peraturan ini juga kedepannya diharapkan jasa keuangan
memiliki nilai-nilai inovatif, cepat, murah, mudah dan mampu
meningkatkan inklusi keuangan secara signifikan
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sangat
mendukung pelaku financial technology (fintech) berkembang
di Indonesia. namun, bagaimanapun ada rasa khawatir terkait

78 | H a l a m a n
risiko sistemik hadirnya pemain baru di tengah industri jasa
keuangan konvensional tersebut

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) serta


pihak yang terkait sesuai kewenangannya yang mengatur dan
mengawasi industri jasa keuangan telah mengeluarkan
beberapa regulasi untuk mengatur fintech. Berikut adalah
beberapa regulasi tersebut:

a. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor


77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI)
POJK ini mengatur berbagai hal yang harus ditaati oleh
penyelenggara bisnis pinjaman dari pengguna ke pengguna,
atau yang biasa disebut dengan fintech peer to peer lending
(P2P lending). Pada intinya, POJK Nomor 77/POJK.01/2016
bertujuan untuk melindungi konsumen terkait keamanan dana
dan data, pencegahan pencucian uang dan pendanaan
terorisme, stabilitas sistem keuangan, hingga para pengelola
perusahaan fintech. Ketentuan ini mengatur mengenai batasan
kepemilikan saham, modal minimal, batas maksimal pinjaman
dan bunga, keharusan pembuatan escrow account, serta
beberapa prinsip yang wajib diterapkan penyelenggara fintech.
POJK 77/2016 merupa

79 | H a l a m a n
Gambar 9. Alur Proses Pendaftaran dan Perizinan Pinjam
Meminjam Berbasis IT
kan kerangka hukum bagi fintech jenis P2P lending yang
merupakan model fintech yang lebih spesifik. Gambar 9,
memperlihatkan Alur Proses Pendaftaran dan Perizinan
Pinjam Meminjam Berbasis IT.

80 | H a l a m a n
b. Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang
Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi
Pembayaran
PBI Nomor 18/40/PBI/2016 ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, termasuk di bidang jasa sistem
pembayaran, baik dari sisi instrumen, penyelenggara,
mekanisme maupun infrastruktur penyelenggaraan
pemrosesan transaksi pembayaran. Cakupan dalam PBI
Nomor 18/40/PBI/2016 ini meliputi penyelenggara dalam
pemrosesan transaksi pembayaran, perizinan dan
persetujuan dalam penyelenggaraan pemrosesan
transaksi pembayaran, kewajiban dalam
penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran,
laporan, peralihan izin penyelenggara jasa sistem
pembayaran dan pengawasan, larangan, serta sanksi.

c. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 19/12/PBI/2017


Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial
PBI Nomor 19/12/PBI/2017 ini bertujuan untuk
mendukung terciptanya stabilitas moneter, stabilitas
sistem keuangan, serta sistem pembayaran yang efisien,
lancar, aman, dan andal untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkelanjutan dan inklusif dengan
menerapkan prinsip perlindungan konsumen serta
manajemen risiko dan kehati-hatian. Perkembangan
fintech di Indonesia tumbuh begitu cepat sehingga
dikhawatirkan akan berdampak buruk pada
penyelenggaraannya. Untuk itu, BI menerbitkan PBI
Nomor 19/12/PBI/2017 sebagai payung hukum demi
menjaga kestabilan sistem keuangan di Indonesia
tersebut.

81 | H a l a m a n
Layanan fintech P2P lending yang beroperasi tanpa patuh
pada POJK No. 77/2016, maka hal itu dapat disebut
sebagai pelanggaran undang-undang. Dengan demikian,
perjanjian yang dibuat antara P2P lending dengan
nasabah batal secara hukum. OJK hanya berhak
melakukan pengawasan pada fintech P2P lending yang
telah terdaftar. OJK hanya mengawasi yang sudah diberi
izin sehingga OJK tidak bertanggung jawab terhadap para
pelaku fintech illegal.

d. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) NOMOR 13


/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di
Sektor Jasa Keuangan
Menurut POJK ini, penyelenggara bisnis Fintech wajib
menjaga keraha-siaan, keutuhan, dan ketersediaan data
pribadi, data transaksi dan data keuangan yang
dikelolanya sejak data diperoleh hingga data tersebut
dimusnahkan.
Dikarenakan POJK 77/2016 telah keluar lebih dahulu
sebelum POJK 13/2018, maka pelaku P2P lending tidak
mendapatkan kesempatan untuk mengikuti regulatory
sandbox dan langsung wajib tunduk dengan POJK
77/2016. Regulatory sandbox adalah mekanisme
pengujian yang dilakukan oleh OJK untuk menilai
keandalan proses bisnis, model bisnis, instrumen
keuangan, dan tata kelola penyelenggara.11 Melalui
regulatory sandbox, OJK akan mengawasi pelaku fintech
model baru yang belum diakomodasi oleh kerangka
hukum manapun, contohnya adalah insurtech atau smart
contract. Jika telah ada peraturan spesifik yang mengatur,
maka pelaku fintech tersebut akan keluar dari regulatory

82 | H a l a m a n
sandbox dan harus tunduk pada kerangka hukum yang
lebih spesifik.
Syarat pemanfaatan data dan informasi pengguna antara
lain:
▪ memperoleh persetujuan dari pengguna;
▪ menyampaikan batasan peman-faatan data dan
informasi kepada pengguna;
▪ menyampaikan setiap perubahan tujuan
pemanfaatan data dan informasi kepada
pengguna dalam hal terdapat perubahan tujuan
pemanfaatan data dan informasi; dan
▪ media dan metode yang digunakan dalam
memperoleh data dan informasi terjamin
kerahasiaan, keamanan serta keutuhannya.

e. Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang


Uang Elektronik
Tujuan perubahan aturan ini untuk memperluas
penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital (LKD).
Dengan adanya peraturan ini pihak yang dapat
menyelenggarakan LKD dalam mendorong peningkatan
transaksi non tunai melalui penggunaan uang elektronik
dapat meningkat.

f. POJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan


Konsumen Sektor Jasa Keuangan
Pasal 2 mengatur mengenai prinsip dari perlindungan
konsumen yang harus disediakan bagi konsumen,
termasuk didalamnya konsumen Fintech sebagai
pengguna jasa keuangan. Prinsip tersebut adalah
transparansi, perlakuan yang adil, keandalan,

83 | H a l a m a n
kerahasiaan dan keamanan data/ informasi konsumen,
penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa
konsumen secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau.
Selanjutnya Pasal 31 mengatur mengenai larangan yang
berkaitan dengan data konsumen bagi Pelaku Usaha
Jasa Keuangan (selanjutnya disebut PUJK). Larangan
tersebut adalah tidak memberikan data dan/atau informasi
mengenai konsumennya kepada pihak ketiga dengan
cara apapun kecuali dengan ijin tertulis dari konsumen
dan atau karena diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan. Selain larang-an, Pasal 49 juga mewajibkan
PUJK memiliki dan menerapkan kebijakan dan prosedur
tertulis perlindungan konsumen. Kebijakan tersebut wajib
dituangkan dalam standar prosedur operasional yang
kemudian dijadikan panduan dalam seluruh kegiatan
operasional PUJK.
Pelanggaran terhadap POJK ini akan dikenakan sanksi
administratif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
53. Sanksi administratif tersebut berupa: peringatan
tertulis, denda untuk membayar sejumlah uang tertentu,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha
dan pencabutan izin kegiatan usaha.
Selain POJK ini, pengaturan secara khusus mengenai
Fintech oleh OJK bisa ditemukan dalam Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan No. 14/ SEOJK.07/2014 tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi
Pribadi Konsumen dan Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 18 /SEOJK. 02/2017 tentang Tata
Kelola dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi Pada
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi.

84 | H a l a m a n
g. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik
Data pribadi adalah data per-seorangan tertentu yang
disimpan, dirawat dan dijaga kebenaran serta dilindungi
kerahasiaannya. Menetapkan batasan istilah yang
digunakan dalam pengaturannya. Materi pokoknya
memuat kategorisasi : Sistem Elektronik, Standar Sistem
Manajemen Pengamanan Informasi, Penyelenggaraan
Sistem Elektronik, Sertifikat Sistem Manajemen
Pengamanan Informasi, Lembaga Sertifikasi, Penerbitan
Sertifikat, Pelaporan Hasil Sertifikasi, dan Pencabutan
Sertifikat, Penilaian Mandiri, Pembinaan, Pengawasan,
dan Ketentuan Sanksi.
Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang perlindungan
data pribadi dalam sistem elektronik dengan menetapkan
batasan istilah yang digunakan dalam pengaturannya.
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik
mencakup perlindungan terhadap perolehan,
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan,
penyimpanan, penampilan, pengumuman, pengiriman,
penyebarluasan, dan pemusnahan data pribadi.
Perolehan dan Pengumpulan Data Pribadi, Pengolahan
dan Penganalisisan Data Pribadi, Penyimpanan Data
Pribadi, Penampilan, Pengumuman, Pengiriman,
Penyebarluasan, dan/atau Pembukaan Akses Data
Pribadi, Pemusnahan Data Pribadi, diatur pada Bab II
Peraturan Menteri ini terkait Perlindungan.

85 | H a l a m a n
Selain itu Peraturan Menteri ini juga mengatur terkait Hak
Pemilik Data Pribadi; Kewajiban Pengguna; Kewajiban
Penyelenggara Sistem Elektronik; Penyelesaian
Sengketa; Peran Pemerintah dan Masyarakat;
Pengawasan; dan Sanksi Administratif.
Pengguna sistem elektronik memiliki kewajiban untuk
menjaga kerahasiaan data pribadi yang diperoleh,
dikumpulkan, diolah, dan dianalisisnya; menggunakan
data pribadi sesuai dengan kebutuhan pengguna saja;
melindungi data pribadi beserta dokumen yang memuat
data pribadi tersebut dari tindakan penyalahgunaan; dan
berta-nggung jawab atas data pribadi yang terdapat
dalam penguasaannya, baik penguasaan secara
organisasi yang menjadi kewenangannya maupun
perorangan, jika terjadi tindakan penyalahgunaan.

Dengan adanya dasar hukum yang berlaku, baik penyedia


maupun pengguna fintech bisa melakukan berbagai aktivitas
finansial secara lebih aman dan nyaman.
Masyarakat tidak perlu khawatir memanfaatkan fintech karena
Bank Indonesia memastikan keamanan konsumen, terutama
untuk kerahasiaan data dan informasi nasabah.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga memastikan bahwa setiap
penyedia produk atau layanan fintech telah mematuhi
peraturan yang telah ditetapkan.

2. PERATURAN PEMERINTAH

Terdapat tiga peraturan baru yang perlu jadi perhatian para


pelaku industri fintech. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
lembaga pengawas telah mengeluarkan sebanyak 38

86 | H a l a m a n
peraturan sepanjang 2018. Aturan-aturan baru tersebut
mencangkup berbagai sektor jasa keuangan mulai bank,
asuransi, pasar modal hingga dana pensiun. Namun, di antara
semua aturan tersebut terdapat satu sektor yang tidak kalah
penting untuk dicermati yaitu financial technology (fintech).

Terus meningkatnya pertumbuhan industri fintech saat ini


menjadi latar belakang otoritas perlu menetapkan aturan main
sektor tersebut. Tidak hanya jenis fintech pinjam-meminjam
online atau peer to peer lending (P2P), terdapat jenis lain yang
saat ini semakin ramai digunakan publik seperti insurance
technology (insuretech), urun dana (equity crowdfunding)
hingga pembayaran digital (e-payment). Khusus e-payment
pengaturannya berada di bawah Bank Indonesia (BI).

Setidaknya terdapat tiga peraturan yang berkaitan dengan


fintech. Regulasi terbaru yaitu Peraturan OJK Nomor
37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui
Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity
Crowdfunding) yang berlaku sejak 31 Desember 2018. Dua
peraturan lain yaitu POJK Nomor 13/POJK.02/2018 tentang
Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan dan POJK
Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Pembiayaan.

a. POJK Equity Crowdfunding

Equity crowdfunding adalah penyelenggaraan layanan


penawaran saham yang dilakukan oleh penerbit untuk
menjual saham secara langsung kepada pemodal
melalui jaringan sistem elektronik yang bersifat terbuka.
Singkatnya, praktik bisnis ini sama dengan saat

87 | H a l a m a n
perusahaan sedang mencari pendanaan publik melalui
penawaran umum saham perdana atau initial public
offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).Hanya saja,
kegiatan equity crowdfunding ini tidak perlu meminta
persetujuan OJK terlebih dahulu dalam setiap
penawaran sahamnya kepada publik. Sehingga, equity
crowdfunding dianggap jauh lebih efesien dan fleksibel
bagi badan usaha yang membutuhkan penambahan
modal melalui penawaran saham.

Pokok-pokok aturan equity crowdfunding:

• Jangka waktu penawaran saham yang dilakukan


penerbit paling lama 12 bulan. Kemudian, total dana
yang dihimpun melalui penawaran saham paling banyak
Rp 10 miliar.
• Beleid ini juga membagi pelaku yang terlibat dalam
kegiatan bisnis equity crowdfunding menjadi tiga pihak
yaitu penyelenggara, penerbit saham dan pemodal.
Terdapat ketentuan khusus yang harus dipenuhi para
pihak tersebut dapat terlibat dalam kegiatan layanan
urun dana ini.
• Penyelenggara atau perusahaan fintech equity
crowdfunding harus memiliki izin dari OJK.
Penyelenggara harus berbadan hukum perseroan
terbatas atau koperasi. Penyelenggara juga harus
memiliki modal disetor paling sedikit Rp2,5 miliar saat
mengajukan permohonan perizinan.
• Penerbit wajib berbentuk perseroan terbatas (PT).
Penerbit bukan perusahaan yang dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung oleh suatu kelompok

88 | H a l a m a n
usaha atau konglomerasi.
• Penerbit juga bukan perusahaan terbuka atau anak
perusahaan terbuka dengan kekayaan lebih dari Rp10
miliar tidak termasuk tanah dan bangunan. Penerbit
wajib mencatatkan kepemilikan saham pemodal dalam
daftar pemegang saham.
• Pemodal dalam aturan ini mewajibkan berpenghasilan
sampai dengan Rp 500 juta per tahun dan dapat
membeli saham sebesar 5% dari penghasilan per tahun.
Sedangkan, setiap pemodal dengan penghasilan lebih
dari Rp 500 juta per tahun dapat membeli saham paling
banyak sebesar 10% dari penghasilan per tahun.
• Pemodal juga wajib memiliki badan hukum dan
mempunyai pengalaman berinvestasi di pasar modal
yang dibuktikan dengan kepemilikan rekening efek
paling sedikit 2 tahun sebelum penawaran saham.

Sehubungan aturan tersebut, aturan ini memberi kejelasan


hukum bagi pelaku usaha pemula yang ingin berkontribusi
menyediakan alternatif sumber pendanaan dari masyarakat
pemodal berbasis ekuitas (saham) dengan memanfaatkan
teknologi informasi. Intinya, equity crowdfunding merupakan
sistem platform yang dibuat dan dikelola oleh penyelenggara.
Platform tersebut dapat digunakan oleh perusahaan penerbit
untuk menawarkan efek berupa saham kepada pembeli atau
investor,”.

b. POJK Inovasi Keuangan Digital

Dinamisnya inovasi pada industri fintech menyebabkan OJK


merasa perlu menyusun aturan secara umum sektor tersebut.

89 | H a l a m a n
Kondisi ini yang menjadi latar belakang OJK menerbitkan
aturan tentang inovasi keuangan digital (IKD).“Peraturan ini
dikeluarkan OJK mengingat cepatnya kemajuan teknologi di
industri keuangan digital yang tidak dapat diabaikan dan perlu
dikelola agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya
untuk kepentingan masyarakat,.

Aturan ini diarahkan agar industri fintech menerapkan prinsip-


prinsip yang bertanggung jawab, aman, mengedepankan
perlindungan konsumen dan memiliki risiko yang terkelola
dengan baik. Peraturan ini juga dikeluarkan sebagai upaya
mendukung pelayanan jasa keuangan yang inovatif, cepat,
murah, mudah, dan luas serta untuk meningkatkan inklusi
keuangan, investasi, pembiayaan serta layanan jasa keuangan
lainnya.

Pokok-pokok pengaturan Inovasi Keuangan Digital (IKD)


antara lain:

• Mekanisme Pencatatan dan Pendaftaran Fintech


Setiap penyelenggara IKD baik perusahaan Startup
maupun Lembaga Jasa Keuangan (LJK) akan melalui 3
tahap proses sebelum mengajukan permohonan
perizinan:
a. Pencatatan kepada OJK untuk perusahaan
Startup/non-LJK. Permohonan pencatatan secara
otomatis termasuk permohonan pengujian
Regulatory Sandbox. Sedangkan untuk LJK,
permohonan Sandbox diajukan kepada
pengawas masing-masing bidang (Perbankan,
Pasar Modal, IKNB).

90 | H a l a m a n
b. Proses Regulatory Sandbox berjangka waktu
paling lama satu tahun dan dapat diperpanjang
selama 6 bulan bila diperlukan.
c. Pendaftaran/perizinan kepada OJK.

• Mekanisme Pemantauan dan Pengawasan Fintech


OJK akan menetapkan Penyelenggara IKD yang wajib
mengikuti proses Regulatory Sandbox. Hasil uji coba
Regulatory Sandbox ditetapkan dengan status:
a. Direkomendasikan.
b. Perbaikan.
c. Tidak direkomendasikan.
Penyelenggara IKD yang sudah menjalani Regulatory
Sandbox dan berstatus direkomendasikan dapat
mengajukan permohonan pendaftaran kepada OJK.
Untuk pelaksanaan pemantauan dan pengawasan,
penyelenggara IKD diwajibkan untuk melakukan
pengawasan secara mandiri dengan menyusun laporan
self assessment yang sedikitnya memuat aspek tata
kelola dan mitigasi risiko. Penyelenggara IKD dilarang
mencantumkan nama dan/atau logo OJK namun dapat
mencantumkan nomor tanda tercatat/terdaftar. Dalam
jangka menengah, OJK dapat menunjuk pihak lain
(Asosiasi Penyelenggara IKD yang diakui oleh OJK)
yang bertugas dalam pengawasan IKD.

• Pembentukan Ekosistem Fintech


Untuk memelihara ekosistem keuangan, Lembaga Jasa
Keuangan yang telah memperoleh izin atau terdaftar di
OJK dilarang bekerja sama dengan Penyelenggara IKD
yang belum tercatat di OJK atau terdaftar di otoritas lain

91 | H a l a m a n
yang berwenang guna memelihara ekosistem keuangan.

• Membangun Budaya Inovasi


OJK menginisiasi pembentukan Pusat Inovasi Keuangan
Digital (Fintech Center) dan ekosistem IKD yang
bertujuan sebagai sarana komunikasi, koordinasi, dan
kolaborasi antara otoritas terkait dan pelaku IKD serta
wadah Inovasi dan Pengembangan IKD.

• Inklusi dan Literasi


Penyelenggara IKD wajib melaksanakan kegiatan untuk
meningkatkan literasi dan inklusi keuangan kepada
masyarakat.

• Bisnis dan Perlindungan Data Penyelenggara


IKD wajib menyediakan pusat pelayanan konsumen
berbasis teknologi sebagai bentuk penerapan edukasi
dan perlindungan konsumen beserta usahanya.

• Manajemen Risiko yang Efektif


Penyelenggara IKD wajib menerapkan prinsip
pemantauan secara mandiri, menginventarisasi risiko
utama, menyusun laporan risk self assessment secara
bulanan, dan memiliki perangkat yang dapat
meningkatkan efisiensi dan kepatuhan atas proses
pemantauan yang dilakukan oleh OJK.

• Kolaborasi
Dengan dibentuknya Fintech Center maka dapat
membantu berjalannya proses Regulatory Sandbox
sebagai langkah inkubasi model bisnis yang inklusif dan

92 | H a l a m a n
memenuhi prinsip kehati-hatian serta meningkatkan
sinergi antar industri, pemerintah, akademisi dan
innovation hub lain.

• Perlindungan Konsumen
Penyelenggara wajib menerapkan prinsip dasar
perlindungan konsumen yaitu transparansi, perlakuan
yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan
data/informasi konsumen, dan penanganan pengaduan
serta penyelesaian sengketa konsumen secara
sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.

c. POJK Penyelenggaraan Usaha Perusahaan


Pembiayaan

Secara umum aturan ini sebenarnya tidak mengatur langsung


tentang fintech. Namun, salah satu isi aturan ini terdapat
ketentuan yang perlu mendapat perhatian industri fintech.
Sebab, POJK ini memberi legalitas perusahaan pembiayaan
dapat bekerja sama dengan fintech yang sebelumnya tidak
diatur mengenai hal ini. Skema kerja sama tersebut penerusan
(channeling) dan pembiayaan bersama (joint financing).Dalam
skema chanelling, perusahaan fintech bertindak sebagai agen
atau perantara dalam memasarkan produk-produk
pembiayaan. Sedangkan skema joint financing, perusahaan
fintech bertindak sebagai penjual produk-produk pembiayaan
kepada nasabah.

Kerja sama antara fintech dengan perusahaan pembiayaan


semakin populer sehingga perlu ada aturan main mengenai
kolaborasi ini. Bahkan, saat ini telah ada perusahaan fintech

93 | H a l a m a n
yang telah memasarkan produk-produk perusahaan
pembiayaan.Dalam aturan tersebut, hanya perusahaan fintech
dengan status berizin dan terdaftar OJK saja yang dapat
bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan.

Di era digital ini, persaingan akan berada pada kemampuan


untuk lakukan inovasi secara terus-menerus. Peraturan
FinTech OJK tersebut telah mempertimbangkan konsep
DevOps / containerization, orkestrasi dan otomatisasi pada
bisnis FinTech.

3. RISIKO INDUSTRI FINTECH

Sebagai langkah untuk memastikan optimalisasi Fintech


bagi pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan di
Indonesia serta pencegahan adanya potensi gangguan
stabilitas sistem keuangan, diperlukan pembahasan
mengenai bagaimana mencapai keseimbangan antara
kemudahan dan fleksibilitas teknologi yang ditawarkan oleh
Fintech dengan aspek regulasi dan perlindungan
konsumennya. Regulator dapat mengawasi Fintech dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti keamanan,
perlindungan konsumen, pelayanan, inklusivitas, dan
mitigasi risiko (terutama risiko teknologi informasi dan
cyber crime). OJK sebagai regulator yang sekaligus
menjalankan fungsi perlindungan konsumen di sektor jasa
keuangan perlu melihat dan mempelajari praktik
pengawasan Fintech di berbagai negara lain untuk
menyusun serta mengimplementasikan regulasi terkait
Fintech, baik Fintech yang dilakukan oleh lembaga jasa
keuangan yang telah diawasi oleh regulator (regulated)

94 | H a l a m a n
maupun Fintech yang belum mendapatkan izin
(unregulated, start-up).
Masing-masing jenis Fintech memiliki potensi risiko sesuai
dengan proses bisnisnya. Secara umum, risiko yang
mungkin muncul dari perusahaan Fintech di Indonesia
adalah:
• Risiko penipuan (fraud),
• Risiko keamanan data (cybersecurity),
• Risiko ketidakpastian pasar (Market Risk).

3.1. Potensi Resiko


Adapun potensi resiko yang dapat muncul dari fintech,
diantaranya

✓ Keamanan data konsumen. Dengan adanya informasi


konsumen dalam database perusahaan Fintech, maka
terdapat potensi risiko terkait privasi data konsumen
maupun data transaksi yang dapat disalahgunakan oleh
pihak yang tidak bertanggungjawab.
✓ Kesalahan transaksi. Fintech digital payment
memerlukan manajemen sistem infrastruktur teknologi
informasi yang sangat kuat sehingga dapat menunjang
keseluruhan proses transaksi dengan baik. Sistem
infrastruktur ini meliputi software management, network
& connectivity management, dan security management.
Apabila hal ini tidak berjalan dengan baik, maka akan
menimbulkan permasalahan seperti kesalahan transaksi
dan kesalahan nominal.

95 | H a l a m a n
Di Indonesia, risiko industri fintech yang dapat muncul di
Indonesia dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Perlindungan Konsumen : Ada risiko dana konsumen


hilang akibat penipuan dan penyalahgunaan Fintech dan
juga risiko data pengguna yang bocor yang menjadikan
data tersebut rawan untuk disalahgunakan.
2. Kepentingan Nasional : Kemudahan dan kecepatan
yang ditawarkan oleh Fintech menimbulkan potensi
penyalahgunaan untuk kegiatan pencucian uang
maupun pendanaan terorisme sehingga perlu
manajemen risiko yang memadai agar tidak berdampak
negatif pada stabilitas keuangan negara dan juga
pertahanan dan keamanan negara.

Tantangan bagi pemerintah untuk mendukung perkembangan


ekonomi melalui Fintech, sehingga Fintech dapat berfungsi
sebagai mestinya tanpa menimbulkan risiko / potensi risiko
yang membahayakan negara, beberapa langkah yang harus
dilakukan pemerintah antara lain :

1. Ratifikasi Peraturan dalam Mendukung Pengembangan


Fintech dengan melakukan adopsi peraturan terkait
tanda tangan (digital signature), E-Know Your Customer
(E-KYC), E-rating dan penggunaan dokumen secara
digital sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh industri FinTech.
2. Koordinasi antar Lembaga dan Kementerian terkait
dengan cara mengoptimalkan potensi FinTech dengan
lingkungan bisnis (business environment) yang
kompleks, maka perlu juga dukungan dari berbagai
kementerian dan lembaga terkait. Dalam hal ini, OJK

96 | H a l a m a n
berinsiatif untuk membentuk FinTech Advisory
Committee.

4. DISKUSI

4.1. Question and Answers

1) Bagaimana Aturan hukum fintech, saat ini perlu


dihadirkan untuk kepentingan upaya perlindungan
terutama terkait data nasabah atau pelanggannya.

2) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga


pengawas telah mengeluarkan sebanyak 38 peraturan
sepanjang 2018. Aturan-aturan baru tersebut
mencangkup berbagai sektor jasa keuangan mulai
bank, asuransi, pasar modal hingga dana pensiun.
Namun, di antara semua aturan tersebut terdapat satu
sektor yang tidak kalah penting untuk dicermati yaitu
financial technology (fintech).
Menurut saudara regulasi financial technology (fintech)
yang dibutuhkan seperti apa ?

3) Terus meningkatnya pertumbuhan industri fintech saat


ini menjadi latar belakang otoritas perlu menetapkan
aturan main sektor tersebut. Tidak hanya jenis fintech
pinjam-meminjam online atau peer to peer lending
(P2P), terdapat jenis lain yang saat ini semakin ramai
digunakan publik seperti insurance technology
(insuretech), urun dana (equity crowdfunding) hingga

97 | H a l a m a n
pembayaran digital (e-payment). Khusus e-payment
pengaturannya berada di bawah Bank Indonesia (BI).
Menurut saudara dimana letak peran masing-masing
lembaga dalam mendukung regulasi fintech.

4.2. Studi Kasus

Kurangnya Analisa dan Manajemen Risiko Pada

Perusahaan Ant Financial Services Group

Ant Financial Services Group merupakan perusahaan Fintech


yang menyediakan berbagai layanan jasa keuangan digital,
diantaranya jual beli produk investasi secara (berupa surat
utang komersial) dan layanan pembayaran digital (Alipay).
Pada Desember 2016, Ant Financial terseret kasus gagal bayar
Surat Utang Cosun Group senilai US$ 45 juta atau sekitar Rp
605 miliar.
Cosun, perusahaan yang memproduksi ponsel, didirikan oleh
miliarder telekomunikasi Cina bernama Wu Ruilin. Bulan ini,
mereka mengumumkan pernyataan kegagalan pembayaran
surat utang dengan imbal hasil tinggi yang diperdagangkan
secara online sejak dua tahun lalu. Kegagalan pembayaran
surat utang Cosun hampir bersamaan dengan terpuruknya
pasar surat utang Cina. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh
kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau
Federal Reserve (The Fed) pada 14 Desember lalu. Hingga

98 | H a l a m a n
pertengahan Desember ini, tercatat 55 korporasi di Cina gagal
membayar utangnya.
Akibat dari kasus tersebut, reputasi Ant dipertanyakan di
hadapan banyak investor. Meski Ant Financial hanya
menyediakan wadah (platform), namun kasus gagal bayar
surat utang Cosun tersebut telah menyebabkan banyaknya
pertanyaan terhadap kualitas produk investasi yang
diperjualbelikan oleh Ant Financial. Tercatat sebanyak 13 ribu
investor membeli surat utang Cosun melalui layanan Fintech
Ant. Dengan kata lain Ant Financial diragukan atas cara
menganalisa risiko perusahaan-perusahaan yang produk
investasinya diperjualbelikan melalui Ant Financial.
Setelah kasus gagal bayar surat utang Cosun, Ant meminta
semua pihak untuk membayar para investor dan berjanji
menangani tuntutannya. Meski begitu, Ant mengatakan tidak
bertanggung jawab untuk melakukan pembayaran langsung,
karena produk-produk yang ditawarkannya dikembangkan oleh
pihak ketiga.

Pertanyaan :
Menurut saudara bagaimana solusi yang bisa diambil ?

Sumber:
https://www.wsj.com/articles/alibaba-Fintech-affiliate-tripped-
up-by-china-bond-default-1482409642

99 | H a l a m a n
BAB. 4
PERLINDUNGAN KONSUMEN FINTECH
DI INDONESIA

toritas Jasa Keuangan (OJK) semakin fokus dalam aspek


perlindungan nasabah sektor jasa keuangan, khususnya
O industri financial technology (fintech). Hal tersebut tercermin
pada upaya yang dilakukan dalam mendorong terbentuknya
Undang-undang (UU) perlindungan data pribadi nasabah
fintech.OJK memastikan produk dan layanan keuangan
berbasis teknologi yang ditawarkan tidak melanggar peraturan
dan selalu mengedepankan perlindungan konsumen.
Abubakar &Handayani, , 2018, mengemukakan risiko
keamanan data konsumen dalam bisnis Fintech di Indonesia.
Perlindungan terhadap data pribadi konsumen Fintech mutlak
diperlukan, harus ada aturan yang menjamin kerahasiaan data
pribadi konsumen dalam bisnis Fintech (required regulatory

100 | H a l a m a n
reform regarding the information technology, particularly on the
protection of misuse of personal data)
Sehingga bisnis Fintech terikat pada peraturan perundang-
undangan tentang sistem elektronik dan peraturan tentang LJK.
Oleh karena itu, bisnis Fintech diatur dan diawasi oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
(Kemkominfo RI) sebagai regulator sistem elektronik dan Bank
Indonesia serta OJK sebagai regulator sistem LJK.

1. FINTECH ILLEGAL

Seiring perkembangan fintech, OJK telah menyediakan


kerangka pengaturan dan pengawasan yang memberikan
fleksibilitas ruang
inovasi namun tanpa
mengorbankan
prinsip-prinsip
transparan,
akuntabilitas,
responsibilitas,
independensi dan
fairness (TARIF),
melalui penyediaan
payung hukum inovasi keuangan digital dan pengaturan per
produk seperti layanan inovasi keuangan keuangan digital,
layanan digital banking, peer to peer lending dan equity
crowdfunding.OJK mengarahkannya agar fintechbermanfaat
untuk perekonomian nasional dan kepentingan masyarakat
luas serta mengutamakan perlindungan terhadap masyarakat.
Di tengah perkembangan fintech, sayangnya masyarakat tidak
menyadari apakah penyelenggara fintech yang meminjamkan

101 | H a l a m a n
dana merupakan perusahaan yang legal atau ilegal. Terkait hal
hal ini OJK memastikan bahwa penyelenggara Fintech Peer To
Peer Lending yang tidak terdaftar atau tidak berizin dari OJK
dikategorikan sebagai P2P ilegal. OJK mengingatkan
keberadaan P2P ilegal tidak dalam pengawasan pihak
manapun, sehingga transaksi dengan pihak P2P ilegal sangat
berisiko tinggi bagi para penggunanya.
Belakangan perkembangan fintech ‘ternoda’ dengan maraknya
usaha-usaha fintech ilegal. Kondisinya bisa dibilang cukup
memprihatinkan. Jenis-jenis pelanggaran hukum yang
dilakukan fintech ilegal beragam, bisa berupa penagihan yang
kasar hingga pelecehan seksual. Selain itu, tingginya bunga
pinjaman hingga pencurian data pribadi melalui telepon seluler
konsumen yang dilakukan perusahaan fintech menimbulkan
dampak buruk terhadap konsumen. Pada gambar 10
mempelihatkan peningkatan investasi illegal. Kenaikan yang
cukup signifikan dari tahun 2017 s/d 2019.

102 | H a l a m a n
Gambar. 10 Pertumbuhan Investasi Illegal

Investasi illegal seolah-olah memberikan keuntungan, ternyata


kegiatan fintech ilegal justru menjebak dan merugikan
masyarakat. Korban dikenakan bunga dan denda yang tinggi,
jangka waktu yang singkat, menyalin daftar kontak yang
kemudian dipergunakan untuk mengintimidasi atau meneror
korbannya kalau tidak mau melunasi pinjaman. Berdasarkan
informasi dari OJK, merujuk dari deteksi servernya,
kebanyakan server fintech-fintech ilegal berasal dari Indonesia,
kemudian dari Amerika Serikat, Singapura, Cina dan Malaysia.
Sedangkan modus penyelenggara fintech ilegal adalah

103 | H a l a m a n
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari masyarakat
tanpa mempedulikan aturan perundang-undangan yang
berlaku. Jadi mereka membuat aplikasi di situs, appstore gawai
tanpa memiliki izin atau terdaftar di OJK

Setiap fintech lending yang telah terdaftar/berizin dari OJK


telah dilarang untuk mengakses daftar kontak, berkas gambar
dan informasi pribadi dari smartphone pengguna fintech
lending yang tidak berhubungan langsung dengan pengguna.
Kemudian, setiap bentuk kerja sama Penyelenggara dengan
pihak ketiga, antara lain kerja sama penagihan, wajib
disampaikan kepada OJK untuk dilakukan penilaian apakah
kerja sama dapat dilanjutkan atau tidak.

2. WASPADAI FINTECH ILLEGAL

B
erdasarkan informasi dari OJK, sampai Februari 2019
sudah ada 99 perusahaan fintech peer to
peer lending yang terdaftar dan berizin OJK. Hingga
pertengahan Maret 2019, Satgas Waspada Investasi telah
menghentikan 168 entitas fintech ilegal. Satgas juga
mengklaim telah mendeteksi 803 entitas fintech ilegal. Satgas
juga sudah meminta
Kemkominfo untuk
menutup fintech ilegal
tersebut. Masyarakat
berhati-hati untuk tidak
melakukan pinjaman
terhadap Fintech Peer-
To-Peer Lending tanpa terdaftar atau izin OJK tersebut, agar
tidak dirugikan ulah Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal
tersebut. Permasalahan ini menjadi perhatian Yayasan

104 | H a l a m a n
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). YLKI meminta OJK
untuk bertindak tegas terhadap perusahaan fintech ilegal dan
konsumen diminta membaca dengan cermat persyaratan-
persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan fintech sebelum
bersepakat. Karena teror yang dialami konsumen bisa jadi
bermula dari ketidaktahuan konsumen memahami persyaratan
teknis yang ditentukan oleh perusahaan fintech
tersebut.Konsumen tidak memahami bagaimana besaran
bunga yang ditentukan dan mekanisme cara penagihan oleh
perusahaan online kepada konsumennya. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menyebutkan ada lima ciri yang membuat
perusahaan financial technology dinyatakan ilegal, yaitu :

a) Pertama, pengelola direksi sengaja menyamarkan


identitas diri dan alamatnya.
b) Kedua,fintech ilegal sangat mudah memberikan
pinjaman. Tanpa banyak persyaratan, setelah calon
nasabah mengisi formulir pengajuan pinjaman, uang
akan langsung dicairkan.
c) Ketiga, ia menuturkan, fintech ilegal membebankan
bunga hitungannya per hari dan diakumulasi tanpa
batas. Sedangkan, kalau legal ada batasnya 90 hari
serta 100 persen.
d) Keempat, Hendrikus menjelaskan, fintech ilegal
mengakses data phonebook juga data-data pribadi,
sehingga saat gagal bayar, itu digunakan untuk
meneror.
e) Kelima. fintech ilegal menggunakan data di phonebook
untuk meneror.

Gambar 11 memperlihatkan ciri-ciri fintech legal dan illegal,


yaitu :

105 | H a l a m a n
Gambar 11. Ciri-Ciri Fintech Legal Dan Illegal

106 | H a l a m a n
3. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEAMANAN
DATA KONSUMEN DALAM BISNIS FINTECH

S
alah satu sifat sekaligus tujuan hukum itu adalah
memberikan perlindungan (pengayoman) kepada
masyarakat (bambang, 2012). Hukum merupakan
sarana mutakhir dalam mengendalikan berbagai perubahan di
masyarakat sehingga perubahan yang ada mampu juga
mewujudkan pemba-ngunan
bangsa dan negara ke arah yang
lebih positif, Esmi (2018). Hukum
mampu memberikan solusi atas
kemungkinan penggunaan dan
pemanfaatan iptek untuk sebesar-
besarnya kemanfaatan dan
kelangsungan hidup manusia,Sri, (1995). dalam konteks
Fintech, salah satu tujuan hukum adalah untuk melin-dungi
konsumen. Perlindungan hukum adalah memberikan penga-
yoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain
dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar
mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum, Sarjito, (2006) Apabila konsumen itu adalah
masyarakat, artinya melindungi konsumen berarti juga
melindungi masyarakat. Janus (2010). Salah satu bentuk
perlindungan hukum terhadap konsumen Fintech adalah
perlindungan terhadap keamanan data pribadinya.
Berdasarkan konsep privasi yang dikemukakan oleh Thomas J.
Imedinghaff, salah satu konsep privasi yaitu privasi dari data
tentang seseorang (privacy of data about person), yang artinya
hak privasi dapat juga mengikat pada informasi menge-nai
seseorang yang dikumpulkan dan digunakan oleh orang lain,

107 | H a l a m a n
Makarin (2005). Berangkat dari konsep “privacy of data about
person” maka kita ketahui bahwa perlindungan terhadap
keamanan data pribadi merupakan perwujudan dari privasi
seseorang sehingga sangat penting untuk diwujudkan.
Perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen Fintech
diatur oleh Kemkominfo RI melalui Peraturan Menkominfo No.
20 Tahun 2016, oleh OJK melalui POJK No. 77 Tahun 2016,
POJK No. 13 Tahun 2018 serta peraturan pelaksananya, yaitu
Surat Edaran OJK. Data yang harus dilindungi:
1) Data pribadi perseorangan.
2) Data pribadi korporasi.
3) Data dan informasi non-publik yang bersifat material.
4) Data dan informasi terkait transaksi keuangan.
5) Data dan informasi terkait kontrak/perjanjian.

Ada potensi masalah yang dapat muncul terkait dengan


kehadiran fintech, yaitu :

3.1. Potensi Masalah Secara Umum

 Anggur lama dalam botol baru;


masalah lama yang sama dalam bentuk baru. Banyak
produk fintech hanya variasi pada produk dan layanan
keuangan lama. Pinjaman masih pinjaman. Akun deposit
adalah akun deposit. Pembayaran elektronik adalah
pembayaran. Belum lama berselang bahwa hanya memiliki
situs web dan menawarkan produk di internet atau dengan
mengirim email dianggap inovatif.

108 | H a l a m a n
 Kurangnya transparansi tentang biaya dan model
bisnis.
Produk Fintech sering kali tampak gratis atau berbiaya
sangat rendah tetapi mungkin tidak. Itu harus selalu
menjadi bendera merah jika tidak jelas berapa biaya
produk atau layanan, atau bagaimana itu dibayar untuk dan
oleh siapa. Terkadang biaya disembunyikan atau tidak
diungkapkan sampai setelah konsumen memulai proses
pendaftaran, dan kadang-kadang biayanya bukan dalam
dolar tetapi dalam penggunaan, berbagi, atau penjualan
informasi pribadi konsumen.

 Dampak yang berbeda dan bahaya data besar, privasi,


dan keamanan.
Fintech sangat bergantung pada data konsumen.
Bagaimana data itu digunakan, apakah itu menghasilkan
perlakuan yang tidak sama terhadap kelompok yang
berbeda, kepada siapa data tersebut diungkapkan dan
dijual, dan apakah informasi sensitif disimpan dengan cara
yang aman merupakan tantangan bagi perusahaan mana
pun, dan terutama bagi perusahaan baru yang tidak
memiliki rezim kepatuhan yang kuat atau pengalaman yang
mendalam. Kebijakan privasi sangat buram sehingga tidak
berguna dan konsumen tidak dapat mengetahui apakah
perusahaan memiliki keamanan data yang kuat. Banyak
produk fintech mengandalkan akses ke rekening bank
konsumen atau rekening transaksi lainnya, yang
meningkatkan kekhawatiran ini.

109 | H a l a m a n
 Menghindari hukum perlindungan konsumen.
Beberapa produk fintech dirancang untuk menghindari
undang-undang perlindungan konsumen sementara yang
lain mengklaim bahwa aturan yang ada tidak berlaku untuk
mereka. Pemberi pinjaman non-bank sering bermitra
dengan bank untuk menghindari batas suku bunga yang
ditetapkan pemerintah. Produk yang mengklaim tidak
menjadi pinjaman dapat dirancang untuk menghindari
undang-undang kredit. Perusahaan yang mengumpulkan
dan mendistribusikan informasi tentang konsumen tidak
boleh mengikuti Undang-Undang Pelaporan Kredit yang
Adil. Beberapa regulator bergegas membebaskan produk-
produk baru dari undang-undang perlindungan konsumen
melalui “kotak pasir” regulasi.

 Pelayanan Cepat dan mudah dapat menyebabkan


masalah.
Kredit cepat dan mudah bisa utang cepat dan mudah.
Aplikasi akun yang lebih cepat atau pembayaran yang lebih
cepat dapat berarti penipuan yang lebih cepat atau
pencurian identitas. Aplikasi seluler yang apik dapat
mengabaikan cara kerja suatu produk.

 Tidak ada manusia, tidak ada catatan, dan kurangnya


layanan pelanggan ketika ada masalah.
Produk Fintech selalu bergantung pada antarmuka seluler
dan internet serta komunikasi elektronik. Tetapi jika terjadi
kesalahan atau Anda membutuhkan seseorang untuk
menjelaskan sesuatu, layanan pelanggan mungkin sulit
atau tidak mungkin dijangkau. Interaksi yang terjadi

110 | H a l a m a n
sepenuhnya pada perangkat seluler tidak memiliki catatan
kertas perjanjian atau pernyataan kertas untuk menarik
perhatian pada biaya dan biaya. Ini dapat meninggalkan
konsumen dengan sedikit informasi tentang apa yang telah
mereka setujui atau apa yang akhirnya mereka bayar.

 Arbitrase paksa melemahkan akuntabilitas bagi pelaku


kejahatan.
Klausul arbitrase paksa, terkubur dalam bentuk cetak
kontrak, menghilangkan hari konsumen di pengadilan dan
kemampuan mereka untuk bersatu dengan konsumen yang
terluka lainnya ketika perusahaan melanggar hukum.
Klausul arbitrase paksa adalah masalah pada produk lama
dan baru, tetapi mereka terutama tersebar luas dalam
produk fintech.
Menyoroti masalah ini dan yang lainnya tidak dimaksudkan
untuk mengambil dari janji nyata dari banyak produk
fintech. Tetapi penting bagi para pembuat kebijakan,
pembuat peraturan, dan konsumen untuk tetap membuka
mata mereka dan mengeluarkan upaya untuk menggali
lebih dalam untuk memahami produk dan layanan fintech.
Keinginan untuk mempromosikan inovasi tidak boleh
membutakan kita terhadap risiko potensial dan kebutuhan
akan peraturan perlindungan konsumen dan pengawasan
yang terutama diperlukan untuk produk dan layanan baru
yang belum diuji.

111 | H a l a m a n
3.2. Permasalahan Fintech Dan Dampaknya Terhadap
Produk Serta Layanan Ganda

a. Data dan Model Alternatif: Big Data, Algoritma Baru,


Mesin Pintar
Apa yang terjadi ? Produk dan layanan keuangan bagi
konsumen dipengaruhi oleh penggunaan lebih banyak
dan sumber data baru tentang konsumen, peningkatan
besar dalam daya komputasi, dan metode baru untuk
menganalisis data dalam jumlah besar, seperti mesin
pintar dan algoritma baru. Penggunaan data berdampak
pada pemasaran, penetapan harga, pengiriman, dan
implementasi hampir setiap produk.

b. Perlindungan yang dijanjikan :

 Aplikasi yang efisien dan penjaminan emisi yang


ditingkatkan.
Penggunaan data baru dapat menghilangkan kebutuhan
untuk aplikasi pinjaman berbasis kertas dan catatan yang
rumit, meningkatkan evaluasi kemampuan peminjam untuk
membayar pinjaman, dan meningkatkan akses bagi
konsumen yang kurang terlayani.

Deteksi penipuan dan verifikasi identitas yang lebih baik.


Penggunaan data yang lebih baik dapat membantu
mencegah penipuan dari sistem keuangan dan membatasi
pencurian identitas dalam layanan online.

112 | H a l a m a n
 Layanan yang lebih cepat, lebih personal.
Perusahaan menggunakan data untuk menargetkan dan
mempersonalisasikan komunikasi, produk, dan layanan.

c. Kekhawatiran yang dapat muncul :

 Dampak berbeda pada komunitas yang kurang


beruntung.
Banyak elemen data, sendirian atau dalam kombinasi satu
sama lain, berkorelasi dengan ras, etnis, dan karakteristik
kelas yang dilindungi lainnya, yang berpotensi mengarah
pada diskriminasi dan dampak yang berbeda.Penggunaan
data tersebut dalam keputusan pemberian pinjaman akan
melibatkan Equal Credit Opportunity Act (ECOA) .

 Masalah yang sama dalam paket baru.


Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hipotek
digital menghasilkan harga yang lebih tinggi bagi peminjam
warna yang memiliki kualifikasi yang sama dengan cara
yang sama seperti penjaminan manusia.

 Orang miskin membayar lebih.


Data dapat digunakan untuk menganalisis sensitivitas dan
kecenderungan harga untuk dibandingkan dengan toko
lainnya, yang mengarah pada harga yang lebih tinggi untuk
konsumen yang kurang beruntung, mereka yang memiliki
akses internet lebih terbatas, dan mereka yang memiliki
pilihan lebih sedikit.

113 | H a l a m a n
 Kurangnya transparansi.
Tidak mungkin bagi konsumen - dan semakin, bahkan para
perancang kecerdasan buatan atau sistem pembelajaran
mesin - untuk mengetahui apa yang ada dalam "kotak hitam"
data dan algoritma komputer yangbentuk bagaimana
keputusan tentang orang-orang tentang masalah mulai dari
aplikasi kredit hingga penetapan harga sedang dibuat

 Kesalahan, ketidakakuratan, dan ketidakmampuan untuk


memperbaikinya.
Data dapat dikaitkan dengan konsumen yang salah atau
dinyatakan salah. Kesimpulan dari algoritma komputer bisa
jadi tidak berdasar. Penelitian National Consumer Law
Center (NCLC) menemukan bahwa penilaian seperti prediksi
tingkat pendapatan dan pendidikan dari beberapa
perusahaan big data seringkali sangat tidak akurat.

 Fair Credit Reporting Act (FCRA) dan hukum konsumen


lainnya.
FCRA membatasi penggunaan yang dapat digunakan
untuk memberikan informasi kepada konsumen; memberi
konsumen hak-hak penting untuk mengetahui informasi
apa yang sedang digunakan dan kapan itu berdampak
negatif bagi mereka; dan memberikan hak, tugas, dan
prosedur untuk memperbaiki kesalahan. Dalam beberapa
keadaan, perlindungan FCRA berlaku untuk penggunaan
data besar, tetapi banyak perusahaan data besar
tampaknya tidak mematuhinya. Definisi dalam FCRA
sangat luas, dan mencakup banyak jenis data jika
digunakan untuk keputusan tentang kredit, pekerjaan,

114 | H a l a m a n
asuransi, dan banyak kegunaan lain. Apakah FCRA itu
sendiri berlaku atau tidak, hak dan tugas yang diberikannya
penting untuk banyak penggunaan data.

 Privasi.
Konsumen sering tidak memiliki kendali atas penggunaan
data mereka, terutama jika perusahaan basis data percaya
itu tidak tunduk pada hukum yang ada seperti FCRA atau
Gramm-Leach Bliley Act. Bahkan ketika konsumen perlu
memberikan izin, data dapat dikumpulkan untuk satu tujuan
tetapi kemudian digunakan atau dijual untuk tujuan lain
atau dengan cara yang tidak pernah dipahami atau akan
disetujui oleh konsumen.

 Data alternatif dengan konsekuensi yang merugikan.


Penggunaan data alternatif dapat membahayakan
konsumen dan merusak program yang dimaksudkan untuk
membantu mereka. Sebagai contoh, beberapa mendesak
utilitas gas dan listrik untuk menyerahkan laporan "file
lengkap" ke biro kredit setiap bulan, bukan hanya akun
berandalan serius. Tetapi jutaan konsumen, termasuk
manula yang rapuh, tertinggal sebentar ketika dihadapkan
dengan tagihan musim dingin atau musim panas yang
besar. Pelaporan file lengkap dapat mengganggu kebijakan
negara terhadap pemutusan musim dingin dan dapat
merusak nilai kredit jutaan

3.3. Agregator Data


gregator, pengumpul, atau pembaca berita (news
reader), adalah suatu klien (perangkat lunak) atau
layanan web yang mengumpulkan isi web tersindikasi

115 | H a l a m a n
seperti tajuk berita, blog, podcast, dan vlog pada suatu
lokasi agar mudah untuk dibaca. Apa yang terjadi?
Banyak layanan yang dijelaskan dalam laporan ini,
termasuk pelaporan kredit, penjaminan arus kas, alat
simpanan, aplikasi manajemen keuangan pribadi, dan
layanan P2P dimungkinkan melalui penggunaan
pengumpul data untuk mengakses informasi transaksi
dari, atau untuk memverifikasi, informasi pelanggan.
rekening bank dan terkadang rekening keuangan
lainnya.
Perusahaan seperti Finicity, Plaid dan Yodlee tidak
menghadap ke konsumen tetapi digunakan oleh
perusahaan fintech untuk menyalurkan informasi dari
akun keuangan konsumen ke fintechs.

a. Perlindungan yang dijanjikan :

 Hak untuk mengakses data Anda sendiri.


Pengumpul data memberi konsumen cara untuk melakukan
konsolidasi dan memanfaatkan lebih baik bank mereka
sendiri, kartu kredit, investasi, dan informasi rekening
transaksi lainnya.

 Banyaknya penggunaan data baru untuk meningkatkan


layanan.
Layanan yang diuraikan dalam laporan ini hanyalah
gambaran kecil dari pertumbuhan cepat penggunaan
informasi transaksi keuangan konsumen untuk menawarkan
produk dan layanan baru, yang ditingkatkan, dan

116 | H a l a m a n
dibayangkan kembali yang menjanjikan banyak manfaat
bagi konsumen.

 Verifikasi akun lebih cepat.


Agregator data dapat memverifikasi akun yang ditautkan
untuk tujuan pembayaran atau tabungan lebih cepat
daripada menggunakan setoran mikro dan menunggu sehari
atau lebih.

 Persaingan bagi bank.


Konsumen dapat menjadi pendengar yang baik bagi bank,
yang memiliki keunggulan atas pesaing karena informasi
yang mereka miliki tentang konsumen. Pengumpul data
memungkinkan fintech untuk menjangkau konsumen dan
bersaing, dan juga mendorong bank untuk meningkatkan
layanan mereka sendiri.

b. Kekhawatiran yang dapat muncul :

 "Diijinkan konsumen" hari ini akan diperlukan besok.


Walaupun konsumen harus menyetujui untuk
memungkinkan agregator data mengakses akun mereka,
persetujuan diperlukan untuk banyak produk dan layanan
fintech. Saat ini, orang dapat dengan mudah memilih untuk
menghindari fintech itu, tetapi ketika penggunaan agregator
menyebar, menolak untuk mengklik "Saya setuju" akan
menjadi jauh lebih sulit. Plus, jika data ini dimasukkan ke
dalam laporan kredit atau dijual dan dijual kembali,
konsumen bahkan mungkin tidak memiliki kontrol minimal
dalam memberikan persetujuan untuk penggunaan baru

117 | H a l a m a n
 Keamanan data tidak pasti.
Pengumpul data mengakses sejumlah informasi pribadi
dan keuangan yang sensitif dan memberikan sebagian
besar informasi tersebut kepada pihak ketiga. Tidak ada
cara bagi konsumen untuk mengetahui apakah agregator
data atau pengguna akhir fintech memiliki kontrol
keamanan yang kuat. Pelanggaran data sering terjadi
bahkan di perusahaan terbesar dengan program kepatuhan
yang luas. Startup fintech kecil mungkin sangat rentan.

 Hidup mengutuk pengikisan layar secara luas.


Agregator data dan fintech kadang-kadang mengharuskan
konsumen untuk menyerahkan rekening bank dan
kredensial masuk mereka sehingga mereka dapat terlibat
dalam "skrining layar" dari catatan akun. Praktik ini
meningkatkan risiko keamanan. Meskipun agregator data
telah mencapai kesepakatan dengan banyak bank untuk
menggunakan application programming interfaces(API)
yang lebih aman, skrap layar masih digunakan untuk
mengakses akun di institusi yang lebih kecil.

 Dampak privasi dari koleksi dan penggunaan yang jauh


melampaui pemahaman konsumen.
Konsumen dapat mendaftar untuk aplikasi pintar, tidak
menyadari bahwa aplikasi tersebut menggunakan data
akun untuk tujuan yang jauh lebih luas daripada yang
diperlukan untuk penggunaan langsung. Atau mereka
dapat mengajukan pinjaman, berpikir bahwa akses akun
hanya untuk tujuan langsung pemberian pinjaman tanpa
menyadari bahwa perusahaan memiliki akses
berkelanjutan ke akun mereka.

118 | H a l a m a n
 Penjualan dan berbagi data? Kebijakan privasi sangat
jelek.
Konsumen mungkin tidak menyadari bahwa data mereka
telah dibagikan atau dijual, berpotensi kepada pihak ketiga
yang tidak terkait. Agregator data dapat dicakup dalam
Gramm Leach Bliley, tetapi tidak jelas apakah mereka
mematuhi pemberitahuan privasi dan ketentuan
persetujuan undang-undang tersebut.

 Tidak ada jalan keluar, selamanya?


Beberapa perusahaan dapat menggunakan agregator
untuk terus mengumpulkan data bahkan jika akun ditutup.
Bahkan jika ada opsi untuk mengakhiri akses, itu mungkin
tidak terjadi secara otomatis pada penutupan akun dan
konsumen tidak mungkin menyadari bahwa mereka perlu
mengambil langkah lain. Konsumen dapat memberikan izin
aplikasi, menggunakannya sekali, dan kemudian
melupakannya, tidak menyadarinya dan tidak mengetahui
bahwa ia terus mengakses akun mereka.

 Penagih Utang (Debt collectors) ?


Setelah konsumen memberikan akses akun ke kreditor
atau biro kredit, izin itu mungkin cukup luas untuk
diterapkan pada aktivitas pengumpulan juga bahkan jika
konsumen tidak menginginkan hasil itu. Apakah penagih
utang dapat memuncak ke rekening bank untuk mengatur
waktu pemberian pesanan, untuk mengidentifikasi pemberi
kerja, atau menguntit konsumen di kedai kopi biasa
mereka?

119 | H a l a m a n
 Kepatuhan Fair Credit Reporting Act (FCRA).
Pengumpul data mengumpulkan, menggunakan atau
berharap untuk menggunakan banyak data yang mereka
kumpulkan untuk kredit, asuransi, dan tujuan lain yang
dicakup oleh FCRA. Beberapa agregator data, seperti
Finicity, menerima bahwa mereka adalah agen pelaporan
konsumen yang dicakup oleh FCRA. Tetapi yang lain tidak,
mengklaim bahwa mereka hanya menyalurkan data "pipa
bodoh" kepada pengguna akhir. Bahkan jika agregator
menerima tanggung jawab FCRA, konsumen tidak terbiasa
dengan entitas ini dan tidak tahu bagaimana menggunakan
hak mereka.

4. DISKUSI

4.1. Studi Kasus


Kasus Keamanan Data Priasi Konsumen Perusahaan
Fintech Dwolla

Dwolla merupakan sebuah perusahaan Fintech yang berfokus


dalam bidang pembayaran digital. Perusahaan yang berbasis
di Des Moines, Iowa, Amerika Serikat dan berdiri sejak tahun
2009 ini telah berkembang hingga melayani 650.000 konsumen
dan memiliki nilai transaksi rata-rata sebesar 5 juta dollar
Amerika per hari pada tahun 2015. Potensi yang dimiliki
perusahaan ini sangat besar untuk dapat berkembang sebagai
salah satu perusahaan pembayaran digital raksasa di dunia.
Pada tahun 2016, Biro Perlindungan Konsumen Keuangan
Amerika Serikat (CFPB) menjatuhkan sanksi kepada Dwolla

120 | H a l a m a n
dikarenakan sistem keamanan data privasi konsumen
perusahaan Dwolla tidak beroperasi dan terjamin dengan baik.
CFPB menemukan bahwa sistem keamanan data konsumen
Dwolla tidak memenuhi standar manajemen keamanan data
yang baik. Terlebih lagi, hasil temuan menyatakan bahwa
sistem keamanan data konsumen Dwolla sudah kadaluarsa
dan tidak dapat menyimpan data konsumen dengan baik. Hal
ini akan memposisikan data pribadi konsumen berada pada
risiko yang sangat berbahaya.
Dari setiap akun konsumennya, Dwolla memiliki data informasi
pribadi konsumen, antara lain nama konsumen, alamat, tanggal
lahir, nomer telepon, social security number, rekening bank,
password, dan 4 nomer PIN. Dwolla mengklaim bahwa
perusahaanya memberikan jaminan keamanan transaksi dan
data konsumen dengan memberikan informasi bahwa sistem
keamanan data Dwolla melebihi standar keamanan serta selalu
melakukan enkripsi informasi sensitif dan pribadi konsumen
melalui platform-nya.
Tetapi, investigasi CFPB menyatakan bahwa sistem keamanan
data Dwolla gagal memenuhi standar penilaian keamanan data
dan Dwolla tidak melakukan enkripsi setiap informasi pribadi
konsumen. Pada akhirnya, CFPB menindaklanjuti kasus ini
dengan menyatakan bahwa Dwolla memiliki praktik yang dapat
merugikan dan melanggar hukum konsumen keuangan. Dwolla
dijatuhkan sanksi, yaitu diharuskan membayar 100,000 dollar
Amerika kepada CFPB, melakukan program penilaian risiko
dan audit, dan mengadakan pelatihan pada para karyawannya
terkait kebijakan dan prosudur keamanan data.

121 | H a l a m a n
Pertanyaan

Bagaimana solusi terhadap kasus diatas ?


Bagaimana dampaknya terhadap konsumen ?

Sumber:
CFPB Newsroom, March 2016,
(https://www.consumerfinance.gov/about-us/newsroom/ cfpb-
takes-action-against-dwolla-for-misrepresenting-data-security-
practices/)

122 | H a l a m a n
BAB. 5
PERKEMBANGAN FINTECH DI DUNIA
dan INDONESIA

K
emajuan teknologi Informasi meningkatkan jumlah
pengguna perangkat digital dan perubahan gaya hidup
yang mengarah pada peningkatan potensi pasar untuk
perbankan digital dan juga migrasi pengguna perbankan
konvensional ke perbankan digital di Indonesia (Price
Waterhouse and Coopers, 2018). Produk dan layanan
Perbankan Digital adalah salah satu strategi bank untuk
meningkatkan dan mempertahankan pangsa pasarnya di era
persaingan digital saat ini. Berdasarkan survei perbankan
digital yang dilakukan oleh PWC pada tahun 2018, 66 persen
responden menyatakan bahwa strategi perbankan digital
adalah bagian dari strategi perusahaan. Hasil survey
menunjukkan perkembangan perbangkan digital tidak lagi
mengenal batas wilayah, tempat maupun nasabah. Hal ini
menjadikan perbankan di dunia dapat berinvestasi dimanapun.

1. PERKEMBANGAN FINTECH DI DUNIA

Price waterhouse Coopers (PwC) dalam laporan "Financial


Service Technology 2020 on Beyond: Embracing Disruption",
menempatkan fintech sebagai tema kunci teratas. PwC
mengungkapkan bahwa fintech akan mengarahkan industri
jasa keuangan pada model bisnis baru.

123 | H a l a m a n
Gelombang fintech tak terbendung. Fintech mewujud sebagai
tren lahirnya perusahaan-perusahaan yang menyediakan
teknologi untuk memfasilitasi layanan keuangan (startup)
secara independen di luar lembaga keuangan konvensional.
Siapa saja yang mampu berinovasi dengan menciptakan
aplikasi baru layanan keuangan berbasis teknologi, maka serta
merta menjadi pemain fintech. Pergeseran pun terjadi dari bank
driven menjadi consumer driven, yang membuka ruang bagi
sedemikian banyak pemain baru di sektor jasa keuangan.Kini
fintech menjadi isu dunia yang menyerap perhatian para pelaku
ekonomi, khususnya di industri jasa keuangan. Pada gambar
12 dapat diperlihatkan jumlah startup di dunia.

Gambar 12. Jumlah Startup Dunia

Sumber : CB Insight, 19 November 2019

124 | H a l a m a n
CB Insights menyebutkan ada 58 startup di bidang teknologi
finansial (fintech) dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar di
dunia per kuartal III-2019. Benua Amerika jadi yang paling
banyak menyumbang dalam daftar tersebut, dengan 36 startup.
Kemudian, diikuti Eropa (10), Asia (10), dan Australia (2).
Meski begitu, startup fintech dengan valuasi terbesar berasal
dari Tiongkok, yaitu Lu.com. Startup yang memiliki layanan
marketplace untuk perdagangan aset keuangan ini bernilai US$
39,4 miliar. Posisi berikutnya ditempati oleh startup layanan
pembayaran Stripe asal Amerika Serikat, yang valuasinya
sebesar US$ 35,3 miliar. Pendanaan untuk startup fintech
global sepanjang Januari-September 2019 senilai US$ 24,6
miliar. Namun, jumlah itu baru mencapai setengah dari total
pendanaan pada 2018, yakni US$ 40,6 miliar.

Dalam lingkup Asia Tenggara jumlah total pendanaan startup


fintech terus menunjukkan kenaikan. Berbagai startup di bidang
teknologi finansial (fintech) di Asia Tenggara terus
mendapatkan suntikan dana dari para investor, salah satunya
perusahaan modal ventura (venture capital). CB Insights
mencatat jumlahnya mencapai US$ 701,4 juta per September
2019, yang dihasilkan melalui 87 kesepakatan.

Jumlah itu telah melampaui total pendanaan pada 2018,


sebesar US$ 578,5 juta melalui 81 kesepakatan. Kenaikan ini
juga menjadi tren meningkatnya pendanaan startup fintech di
Asia Tenggara dalam lima tahun terakhir, meski sempat turun
pada 2016.

Peningkatan yang terjadi di Asia Tenggara tak sejalan dengan


pencapaian total di seluruh Asia. Hingga kuartal III-2019,
jumlah pendanaan startup fintech di Asia baru mencapai US$
4,1 miliar, jauh tertinggal dari total pada tahun sebelumnya US$

125 | H a l a m a n
22,9 miliar. Hal ini dikarenakan adanya penurunan pendanaan
di Tiongkok dan India. Secara lebih lengkap dapat ditunjukkan
pada gambar 13 sebagai berikut :

Gambar 13. Total Pendanaan Startup Fintech


di Asia Tenggara

Sumber : CB Insight, 19 November 2019

1.1. Perusahaan financial technology

Berikut ini merupakan 10 perusahaan financial technology


terbesar di dunia versi Forbes tahun 2018, sebagai berikut :

126 | H a l a m a n
a. GreenSky
Peringkat pertama untuk kategori fintech terbesar di dunia
adalah GreenSky. Perusahaan yang berbasis di Atlanta,
Georgia Amerika Serikat itu memilki total pendanaan 560
juta dolar AS atau sekitar Rp6 triliun.
Perseroan merupakan perusahaan fintech yang berbasis
pada pembayaran atau payment. Saat ini GreenSky tercatat
di bursa saham NASDAQ dengan total revenue pada 2017
mencapai 325,9 juta dolar AS

b. Kabbage
Bisnis perseroan selama ini didorong oleh penyaluran
pinjaman dan juga data analisis. Perusahaan fintech
peringkat ke-2 di dunia ini memiliki total pendanaan senilai
500 juta dolar AS.
Kabbage mulai didirikan pada tahun 2008 lalu oleh Rob
Frohwein selaku Chief Executive Officer (CEO). Perseroan
mengklaim, dapat mencairkan dana pinjaman si pemohon
hanya dalam waktu 5 menit begitu aplikasinya disetujui.

c. Stripe
Perusahaan yang memilki total pendanaan sekitar 450 juta
dolar AS itu berada di peringkat ke versi Forbes Fintech 50
2018. Perseroan merupakan perusahaan fintech yang
mengandalkan bisnis pembayaran online.
Didirikan pada tahun 2010 lalu oleh dua persaudara, Patrick
dan John Collison. Saat ini Stripe sudah bisa melayani
pembayaran dengan segala jenis mata uang.

127 | H a l a m a n
d. Affirm
Perusahaan fintech yang juga berbasis pembayaran online
ini berada di posisi ke-4 Forbes Fintech 50 2018 dengan
total pendanaan mencapai 450 juta dolar AS. Model bisnis
perusahaan mirip dengan cara kerja kartu kredit, dimana
Anda dapat membeli produk dengan menggunakan akun
Affirm untuk kemudian membayarnya di bulan berikutnya.
Affirm didirikan oleh Max Levchin yang berbasis di San
Fransisco, California Amerika Serikat. Affirm membantu
masyarakat yang tidak memiliki akses ke kartu kredit untuk
membangun riwayat kredit mereka.

e. TransferWise
Perusahaan fintech yang berbasis di London itu memiliki
total pendanaan 397 juta dolar AS versi Forbes Fintech 50
2018. Bisnis perusahaan bergerak di bidang pembayaran
internasional.

f. Credit Karma
Perusahaan yang di nakhodai oleh Kenneth Lin ini memiliki
total pendanaan senilai 369 juta dolar AS. Credit Karma
berbasis di California, Amerika Serikat dengan menjalankan
bisnis model penyaluran pinjaman, data analisis.
Perseroan pada tahun 2017 lalu juga memberikan credit
scores dan credit monitoring secara gratis kepada
nasabahnya.

g. Betterment
Perseroan merupakan perusahaan fintech yang mengelola
portfolio reksadana (ETF) dengan risk tolerance hingga
0,25%. Total pendanaan Betterment saat ini mencapai 275

128 | H a l a m a n
juta dolar AS.Perusahaan dimiliki oleh Jon Stein dengan
basis perusahaan berada di New York, Amerika Serikat.

h. Adyen
Perusahaan asal Amsterdam, Belanda ini bergerak di
bidang pembayaran online. Saat ini perseroan memilki total
pendanaan senilai 266 juta dolar AS. Perseroan didirikan
oleh Pieter Van Der Does pada tahun 2006 lalu.

i. Symphony
Perusahaan finansial teknologi satu ini bergerak di bidang
investasi dan data analisis. Perseroan memiliki total
pendanaan senilai 234 juta dolar AS.
Symphony dikepalai oleh David Gurle dengan kantor pusat
berada di Palo Alto, California Amerika Serikat.

j. Coinbase
Perusahaan pengelola blokchain dan mata uang digital ini
memiliki total pendanaan senilai 217 juta dolar AS.
Perseroan dipimpin oleh Brian Armstrong dengan kantor
pusat di San Fransisco, Amerika Serikat.
Melihat data diatas, memang model bisnis yang saat ini
banyak digeluti oleh perusahaan fintech adalah
pembayaran atau payment. Hal itu dapat dipahami lantaran
masih
Perseroan merupakan perusahaan fintech yang mengelola
portfolio reksadana (ETF) dengan risk tolerance hingga
0,25%. Total pendanaan Betterment saat ini mencapai 275
juta dolar AS. Perusahaan dimiliki oleh Jon Stein dengan
basis perusahaan berada di New York, Amerika Serikat.

129 | H a l a m a n
Berikut ini merupakan 10 perusahaan financial technology
terbesar di dunia versi investopedia tahun 2019, sebagai
berikut :

a. Ant Financial
Ant Financial yang berbasis di China adalah hasil dari
Alibaba Group (BABA). Didirikan secara resmi pada
tahun 2014, ia berasal dari Alipay, platform pembayaran
pihak ketiga terkemuka di dunia yang didirikan pada
tahun 2004. Saat ini, Ant Financial menjalankan Alipay,
Ant Fortune, Ant Financial Cloud, dan layanan keuangan
lainnya. Bersama-sama, Ant Financial dan afiliasinya
mencakup manajemen kekayaan, pelaporan kredit, bank
swasta, pembayaran, dan komputasi awan. Nilai
bisnisnya diperkirakan mencapai $ 75 miliar pada 2016.
Ant Financial menduduki peringkat teratas dalam daftar
IPO yang paling dinanti.

b. Adyen
Didirikan pada tahun 2006, Adyen menyediakan bisnis
dengan platform tunggal untuk menerima pembayaran
melalui saluran penjualan mana saja di dunia. Adyen
yang berbasis di Belanda melayani lebih dari 4.500
bisnis untuk memproses pembayaran melalui ponsel,
mode online, atau di dalam toko. Adyen terus tumbuh
dengan kecepatan tinggi dan memiliki daftar pelanggan
yang mengesankan, termasuk Facebook, Uber, Netflix,
Spotify, L'Oréal, Burberry, Symantec, dan Microsoft.
Pendapatan 2016-nya melampaui $ 700 juta, naik dari $
365 juta pada 2015. Selama 2016, $ 90 miliar transaksi
diproses oleh Adyen, meningkat 80% year-on-year.

130 | H a l a m a n
c. Qudian
Didirikan pada tahun 2014, Qudian adalah perusahaan
FinTech yang berbasis di China yang termasuk dalam
kategori pinjaman. Qudian secara luas beroperasi
sebagai situs pinjaman mikro siswa, pembayaran cicilan,
dan platform manajemen investasi. Sementara di
negara-negara Barat, banyak pembelian dilakukan
melalui kartu kredit yang memungkinkan pengembalian
dalam angsuran, konsumen di pasar Cina saat ini tidak
menggunakan banyak mekanisme itu dan ini
menciptakan ruang lingkup untuk platform seperti
Qudian. Perusahaan telah membentuk kemitraan
dengan beberapa e-commerce, layanan digital, dan
layanan keuangan dalam upaya untuk menarik
konsumen. Qudian yang kemungkinan akan segera go
public dan mengharapkan untuk meningkatkan $ 800
juta menjadi $ 1 miliar. Sekitar 33 miliar yuan dalam
bentuk pinjaman difasilitasi, angka ini diproyeksikan
menjadi lebih dari dua kali lipat menjadi 80 miliar yuan
pada tahun 2017.

d. Xero
Xero, salah satu perusahaan "perangkat lunak sebagai
layanan" yang tumbuh paling cepat, didirikan pada 2006
di Selandia Baru. Perusahaan mengembangkan
perangkat lunak akuntansi online yang mudah
digunakan untuk usaha kecil dan memiliki lebih dari 1
juta pelanggan. Jajaran produknya meliputi sistem
akuntansi akrual penuh dengan buku kas, umpan bank
harian otomatis, faktur, debitor, kreditor, pajak penjualan,
dan pelaporan. Xero mencatat lebih dari NZ $ 1,4 triliun

131 | H a l a m a n
transaksi tahun lalu. Itu diakui sebagai perusahaan
Pertumbuhan Paling Inovatif di Dunia pada 2014 dan
2015 oleh Forbes.

e. SoFi
SoFi menyebut dirinya "jenis baru perusahaan
keuangan" yang mengambil pendekatan non-tradisional
untuk pinjaman dan sekarang manajemen kekayaan.
Perusahaan ini berbasis di San Francisco dan didirikan
pada 2011 oleh empat siswa yang bertemu di Stanford
Graduate School of Business. Perusahaan sekarang
menawarkan refinancing pinjaman mahasiswa, pinjaman
hipotek, pinjaman pribadi, manajemen kekayaan, dan
asuransi jiwa. SoFi telah berkembang menjadi
perusahaan multi-miliar dolar dengan pinjaman lebih dari
$ 19 miliar yang didanai hingga saat ini dan lebih dari
300.000 anggota.

f. Lufax
Didirikan pada 2011 dan berkantor pusat di Shanghai,
Lufax sebagian besar adalah perusahaan pemberi
pinjaman peer-to-peer dan perusahaan pembiayaan,
yang dimiliki oleh Ping An Group dengan kehadiran kuat
di Cina. Laporan tahunan Ping An Group 2016
menyebutkan bahwa “penyebaran strategis bisnis
internet terus meningkat, dan nilainya secara bertahap
menjadi lebih nyata. Lufax Holding menyelesaikan
pembiayaan putaran-B sebesar $ 1.200 juta, yang
menjadikan valuasinya menjadi $ 18.500 juta. ”

132 | H a l a m a n
g. Avant
Didirikan pada 2012, Avant adalah platform pinjaman
online berbasis AS yang menurunkan biaya dan
hambatan pinjaman untuk konsumen. Avant adalah
perusahaan teknologi yang didedikasikan untuk
menciptakan produk keuangan yang inovatif dan praktis
untuk semua konsumen. Perusahaan telah
memberdayakan lebih dari 500.000 pelanggan dan
memiliki portofolio pinjaman senilai $ 3,5 miliar.

h. ZhongAn
ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. adalah
perusahaan yang berkantor pusat di Shanghai yang
menawarkan e-commerce, pembayaran mobile, dan
jaminan pembiayaan untuk bisnis dan pengguna
internet. Perusahaan ini didirikan pada 2013 oleh Ketua
Eksekutif Alibaba Jack Ma, Ketua Tencent Pony Ma, dan
Ping An Insurance Group Co dari China Ltd Chairman
Ma Mingzhe. Perusahaan yang berkantor pusat di
Shanghai ini bertujuan untuk mengumpulkan setidaknya
$ 1 miliar IPO Hong Kong.

i. Klarna
Klarna adalah perusahaan Swedia yang memulai
perjalanannya pada tahun 2005. Dengan fokusnya untuk
membuat belanja online menjadi mudah dan tidak
merepotkan dan dengan demikian memfasilitasi
pembelian dan penjualan. Klarna bekerja dengan basis
pedagang lebih dari 65.000 dengan beberapa nama
terkenal seperti Spotify, Disney, Samsung, Wish, dan
ASOS sebagai kliennya. Ini melayani lebih dari 45 juta

133 | H a l a m a n
pelanggan akhir dengan basis karyawan 1.500 karyawan
di 18 pasar. Ini memiliki nilai estimasi 42,25 miliar.

j. Oscar
Oscar adalah startup InsurTech terkemuka yang
didirikan pada 2013 di Amerika Serikat. Dengan
menyatukan asuransi dan teknologi, Oscar telah
berupaya untuk meningkatkan sistem perawatan
kesehatan dan pengalaman pelanggan. Ini dilakukan
dengan menyediakan proses klaim medis yang
transparan dan lebih cepat, semuanya dengan biaya
minimal. Oscar membuat sistem perawatan kesehatan
sederhana, efisien, dan hemat biaya bagi pelanggan.
Nama-nama terkenal seperti Fidelity, Google Capital,
dan Khosla Ventures, antara lain ada dalam daftar
investor. Khosla Ventures mendefinisikan OSCAR
sebagai "jenis baru perusahaan asuransi kesehatan
yang menggunakan teknologi untuk membuat asuransi
sederhana, intuitif dan manusia."

1.2. Pengguna Fintech di Dunia

Berdasarkan laporan Global FinTech Adoption Index 2019,


memperlihatkan Tren adopsi FinTech konsumen dapat
dijelaskan pada gambar.14 sebagai berikut :

134 | H a l a m a n
Gambar 14. Survey Konsumen Dunia Dalam
Menggunakan Fintech

Adopsi layanan FinTech telah bergerak naik dengan stabil, dari


16% pada tahun 2015, tahun ketika FinTech Adoption Index
pertama kami diterbitkan, menjadi 33% pada 2017, menjadi
64% pada 2019. Penggunaan FinTech di dunia sudah sangat
tinggi, misalnya, 96% konsumen mengetahui setidaknya
banyak alternatif layanan FinTech yang tersedia untuk
mendukung kegiatan sehari-hari, misalnya mentransfer uang
dan atau melakukan pembayaran.
Hasil survey juga memperlihatkan tiga dari empat konsumen
global menggunakan layanan FinTech, misalnya untuk
melakukan transfer uang dan pembayaranLayanan.
Hasil survey juga memperlihatkan satu dari dua konsumen
global menggunakan layanan asuransi FinTech.
Adapun alasan utama konsumen menggunakan FinTech
adalah memberikan layanan yang menarik, tarif dan biaya
yang murah.

135 | H a l a m a n
Hasil survey juga memperlihatkan 33% pengguna mengadopsi
konsumen untuk beralih dari bank konvesional menuju
penggunaan fintech.
Hasil survey juga memperlihatkan 68% konsumen akan
mempertimbangkan layanan non-keuangan perusahaan untuk
jasa keuangan.
Hasil survey juga memperlihatkan 46% konsumen mengadopsi
untuk bersedia membagikan data bank mereka dengan
organisasi lain.
Selanjutnya, survey ditujukan untuk mengetahui kegunaan
fintech oleh konsumen seperti pada gambar 15, sebagai berikut
:

Gambar 15 Survey Katagori Konsumen Menggunakan


Fintech

Hasil survey juga memperlihatkan hanya 4% konsumen global


yang tidak mengetahui FinTech dapat digunakan untuk transfer
uang dan alat pembayaran selebihnya 98% mengetahui
menfaat dari fintech..

136 | H a l a m a n
Hasil survey juga memperlihatkan hanya 29% konsumen global
yang tidak mengetahui FinTech dapat digunakan untuk
anggaran dan perencanaan keuangan, selebihnya 71%
mengetahui menfaat dari fintech..
Hasil survey juga memperlihatkan hanya 22% konsumen global
yang tidak mengetahui FinTech dapat digunakan untuk
penyimpanan uang dan investasi, selebihnya 68% mengetahui
menfaat dari fintech..
Hasil survey juga memperlihatkan hanya 24% konsumen global
yang tidak mengetahui FinTech dapat digunakan untuk
meminjam uang, selebihnya 76% mengetahui menfaat dari
fintech..
Hasil survey juga memperlihatkan hanya 14% konsumen global
yang tidak mengetahui FinTech dapat digunakan untuk
asuransi, selebihnya 86% mengetahui menfaat dari fintech.

Berdasarkan laporan Global FinTech Adoption Index 2019,


memperlihatkan Tren adopsi FinTech usaha kecil dan
menengah (UKM)dapat dijelaskan pada gambar. 16 sebagai
berikut :

137 | H a l a m a n
Gambar 16 Survey UKM Dunia Dalam Menggunakan
Fintech

Hasil survey memperlihatkan 25% UKM mengadopsi fintech


global
Hasil survey juga memperlihatkan 56% UKM menggunakan
layanan FinTech perbankan dan pembayaran
Hasil survey juga memperlihatkan 46% UKM menggunakan
layanan pembiayaan FinTech
Hasil survey juga memperlihatkan 93% pengguna UKM lebih
suka mencari solusi teknologi dalam mendukung kegiatan
operasional perusahaan.
Hasil survey juga memperlihatkan 89% pengguna UKM
bersedia berbagi data dengan perusahaan FinTech
Alasan utama bagi pengguna UKM untuk menggunakan fintech
adalah fungsi dan fitur FinTech yang banyak.

138 | H a l a m a n
2. PERKEMBANGAN FINTECH DI INDONESIA

Perusahaan start up
Fintech di Indonesia
berkembang dengan
melihat peluang yang
dilatarbelakangi oleh
beberapa hal, seperti
perubahan perilaku,
perekonomian
Indonesia, kondisi
geografis, latar belakang budaya, faktor demografis, serta
tingkat literasi dan edukasi masyarakat tentang produk dan
jasa keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK0 menyebutkan terdapat 39


financial technology (fintech) asing yang terdaftar di Indonesia
per September 2019.

"Rata-rata fintech asing memiliki vehicle (platform fintech) baru


atau membentuk joint venture bekerjasama dengan mitra local
dan sebagian besar fintech asing yang masuk ke Indonesia
berasal dari China, mengingat ekonomi fintech di negara
tersebut jauh lebih maju dari Indonesia Faktor yang membuat
fintech asing tersebut masuk ke Indonesia yakni Indonesia
merupakan pasar yang besar, potensinya luar biasa, memiliki
pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, dan PDB-nya bagus.
Selain itu, pelaku UMKM di Indonesia sangat banyak.

"Untuk wilayah Asia Tenggara bahwa Indonesia negara paling


seksi untuk melakukan investasi di bidang digital, salah
satunya fintech. Selain tetap melakukan penegakan aturan

139 | H a l a m a n
terhadap fintech ilegal melalui penutupan bekerja sama dengan
berbagai pihak terkait, OJK juga tetap melakukan sosialisasi
kepada fintech-fintech asing tersebut untuk melegalkan
usahanya di Indonesia.

Pada gambar 17 memperlihatkan profil dan perkembangan


fintech lending, sebagai berikut :

Gambar 17 memperlihatkan profil dan perkembangan


fintech lending

Sumber OJK Data per 27 November 2019

Menurut data yang dilansir OJK, hingga 27 November 2019


terdapat 144 fintech dengan 100 fintech berstatus lokal dan 44
fintech berstatus penanaman modal asing atau asing.

140 | H a l a m a n
Sedangkan untuk status terdaftar atau berizin, sebanyak 131
fintech berstatus terdaftar dan 13 fintech sudah mengantongi
izin dari OJK. Untuk konvensional sebanyak 132 terdaftar dan
dalam bentuk syariah sebanyak 12 lembaga keuangan.
Terdapat penambahan 17 fintech yang terdaftar yaitu, DUMI,
Dynamic Credit Asia, Pundiku, TEMAN PRIMA, OK!P2P,
DOEKU, Finsy, Mopinjam, BANTUSAKU, KlikCair, AdaModal,
KONTANKU, IKI Modal, ETHIS, Kapital Boost, PAPITUPI
SYARIAH, dan Berkah Fintek Syariah.

Untuk domisili, mayoritas fintech berdomisili di wilayah


Jabodetabek dan sisanya tersebar di Bandung, Surabaya,
Makasar, Bali dan Lampung.

Akumulasi realisasi pinjaman yang telah disalurkan oleh fintech


lending sebesar Rp 68,0 triliun per Oktober 2019. Sedangkan
outstanding pinjaman fintech lending per Oktober 2019 sebesar
Rp 11,19 triliun. Nilai ini tumbuh 121,76% ytd. Pinjaman ini
dihimpun dari dana pemberi pinjaman atau lender yang terus
bertumbuh. Hingga Oktober 2019, jumlah rekening lender
sebanyak 578,158 rekening. Jumlah ini naik tumbuh 178,62%
ytd. Bila dirinci lebih jauh, pinjaman yang disalurkan kepada
peminjam yang berasal dari pulau jawa tumbuh 66,2% ytd
menjadi Rp 58,299.15 triliun pada paruh pertama 2019. Begitu
pun dengan penerima pinjaman (borrower) semakin meluas
dan tersebar. Pada bulan Oktober 2019 pinjaman disalurkan
kepada 15.986.723 juta rekening borrower, tumbuh 266,71%
ytd.

OJK menyediakan kerangka pengaturan dan pengawasan


yang memberikan fleksibilitas ruang inovasi tanpa

141 | H a l a m a n
mengorbankan prinsip-prinsip transparan, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi dan fairness (TARIF).

Khusus untuk layanan peer to peer lending (P2P, pinjam


meminjam online), OJK juga menunjuk Asosiasi Fintech
Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) untuk menetapkan
standard (code of conduct) dan menyediakan Pedoman
Perilaku Pemberian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi secara Bertanggung Jawab.

Pada gambar. 18 memperlihatkan karakteristik pengguna


fintech leading sebagai berikut :

Gambar. 18 Karakteristik Pengguna Fintech Leading

Sumber OJK Data per 27 November 2019

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat mayoritas pemberi


pinjaman atau lender di industri perusahaan finansial teknologi
berbasis pinjaman atau fintech peer to peer (P2P)
lending terbanyak dari kalangan milenial (usia 19-34 tahun),
yakni sebanyak 69,66% dan didominasi oleh laki-laki sebesar

142 | H a l a m a n
61,47%. Adapun sisanya lender di industri ini berasal dari
kalangan usia 35-54 tahun (26,79%), dan golongan usia
lainnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat mayoritas


peminjam atau borrower di industri perusahaan finansial
teknologi berbasis pinjaman atau fintech peer to peer (P2P)
lending terbanyak dari kalangan milenial (usia 19-34 tahun),
yakni sebanyak 70,60% dan didominasi oleh laki-laki sebesar
51,70%. Adapun sisanya lender di industri ini berasal dari
kalangan usia 35-54 tahun (27,41%), dan golongan usia
lainnya. Data itu makin menguatkan investasi di perusahaan
finansial teknologi berbasis pinjaman semakin menarik,
khususnya bagi para milenial yang merupakan investor pemula
karena investasinya cukup terjangkau. Data tersebut
mendukung product fintech yang paling banyak diminati.

Pada gambar 19 memperlihatkan produk fintech yang paling


banyak diminati masyarakat adalah :

143 | H a l a m a n
Gambar 19. Produk Fintech Yang Paling Diminati
Sumber : DailySocial.id, 2019

Berdasarkan data tersebut, P2P Lending mencatatkan


perkembangan paling pesat di antara financial technology
(fintech) lainnya. Perkembangan penyaluran pinjaman P2P
kepada invididu/bisnis sebesar 40%. Adapun perkembangan
terbesar selanjutnya terdapat di jenis fintech pembayaran
(payments) sebesar 34%. Perkembangan selanjutnya terdapat
di jenis fintech analisis data pasar (market provisioning)
sebesar 9%, urun dana (crowdfunding equity), data
analitik, Artificial Intelligence (AI), dan pengelola kekayaan
(wealth management) sebesar 4%. Adapun fintech di bidang
asuransi berkembang sebesar 3%.

144 | H a l a m a n
Gambar 20 memperlihatkan Top 10 Dompet Digital yang
Paling Sering Digunakan 2019 sebagai berikut :

Gambar 20. Produk Dompet Fintech Yang Paling Diminati


Sumber : DailySocial.id, 2019

Gopay menjadi dompet digital yang paling banyak digunakan


tahun ini. Riset DailySocial yang bertajuk Fintech Report 2019
menunjukkan dari total 651 responden yang disurvei, 83,3% di
antaranya menggunakan Gopay.

145 | H a l a m a n
Hasil yang didapat Gopay melampaui kompetitornya, OVO,
yang menduduki peringkat kedua dengan persentase 81,4%.
Dana, LinkAja, dan DOKU menyusul dengan persentase
masing-masing 68,2%, 53%, dan 19,7%. Alasan terbanyak
responden memilih menggunakan dompet digital karena
responden percaya dengan produknya yaitu sebesar 81,6%.
Alasan tertinggi selanjutnya karena butuh (72,2%) dan
bermanfaat (72,9%). Selain itu, responden juga menilai dompet
digital mudah untuk digunakan dan menghemat waktu dengan
persentase masing-masing sebesar 66,2% dan 32,8%.

3. DISKUSI

3.1. Question and answers

1. Bagaimana cara memperbanyak pilihan untuk


konsumen?
2. Bagaimana cara fintech bisa menyederhanakan rantai
transaksi?
3. Bagaimana peran fintech bagi pedagang produk
maupun jasa?
4. Apakah fintech mampu digunakan untuk membekukan
alur informasi?
5. Bagi negara, apakah fintech mampu memberikan
manfaat dalam mendorong transmisi pada kebijakan
ekonomi?
6. Apakah fintech dapat mendorong strategi nasional
Keuangan Inklusif/SKNI khususnya di negara
Indonesia?
7. Apakah fintech dapat meningkatkan kecepatan
perputaran dan meningkatkan perekonomian
masyarakat?

146 | H a l a m a n
BAB. 6
MASA DEPAN FINANSIAL TEKNOLOGI

S
ulit untuk memprediksi masa depan, tetapi fintech
menjadi sangat penting untuk menjadi strategis dan
mempersiapkan diri untuk menjadi sukses untuk
menghadapi persaingan global.

Laju perubahan
dunia bisnis lebih
cepat dari hari ini
berkat globalisasi
dan teknologi digital.
Pelanggan memiliki
harapan untuk
mendapatkan
pelayanan yang
lebih baik khususnya di industri keuangan. Saudara dapat
melihat bagaimana mewujudkan financial teknologi
kedepannya : https://youtu.be/CaK7zwTJDpA

1. LAYANAN KEUANGAN DIMASA AKAN DATANG (THE


FUTURE OF FINANCIAL SERVICES)

Industri jasa keuangan telah mengalami metamorfosa serta


perubahan dari konvensional dan beralih berbasis teknologi
informasi (TI). Industri keuangan telah berinovasi untuk
memanfaatkan TI untuk meningkatkan pelayanan kepada
nasabah maupun operasional perusahaan. Pelayanan
semakin cepat dan efektif yang akan memberikan dampak

147 | H a l a m a n
menurunkan biaya operasional. Untuk mendukung peralihan
tersebut, dibutuhkan strategi yang jelas serta keterlibatan
semua pihak untuk menfasilitasi terwujudnya financial
teknologi.

Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum


mewujudkan maupun untuk mengembangkan financial
teknologi :

a. Dapatkan Data Dengan Benar

Dalam membuat keputusan bisnis yang cerdas dibutuhkan


analisis yang tajam dan tentunya data yang valid dan realibel.
Disektor bisnis keuangan, layanan serta operasional yang
efektif, efisien dan berorientasi kepada pelanggan menjadi
tumpuan utama terwujudnya financial teknologi.

Bisnis digital membutuhkan data yang besar dan tepat sesuai


dengan kebutuhan untuk diproses guna menghasilkan output
yang dibutuhkan. Dibutuhkan pemodelan dan peramalan yang
tepat untuk memungkinkan perusahaan Fintech dapat
menggunakan data dimiliki. Aktivitas ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mengantisipasi guna memberikan rasa
aman kepada nasabah.

b. Menjaga Pelanggan Sebagai Prioritas Utama (Keep Your


Customers As Your Main Priority)

Keberhasil fintech tidak lepas dari keberadaan pelanggan yang


akan menggunakan fintech sebagai interaksi keduanya.
Teknologi digital tidak akan memiliki arti bilamana teknologi
tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Pelanggan sebagai end uer computing satisfaction akan
memberikan dampak kepada fintech itu sendiri.

148 | H a l a m a n
Fintech harus memberikan layanan personal kepada
pelanggan dengan menggunakan kecerdasan buatan. User
friendly, ease of use, user interface, timely, content serta format
dari fintech menjadi focus bagi pelanggan.

c. Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin


(Embrace AI And Machine Learning Disruption)

AI dan pembelajaran mesin dapat membantu pelanggan untuk


mengelola keuangan mereka sendiri dengan lebih baik, dan
aplikasi tersebut dapat memberikan jawaban yang tepat
tentang keuangannya sendiri. Mesin ini juga dapat membantu
memberikan data historis keuangan pelanggan maupun
membantu memberikan rencana anggaran keuangan
kedepannya.

Selain itu, mesin juga dapat membantu untuk memilah-milah


peluang investasi untuk mencocokkannya dengan profil
pelanggan, termasuk risiko dan tujuan jangka panjang.
Kemampuan mesin untuk memberikan prediksi keuangan
berarti dapat juga membuat prediksi yang akurat tentang
pasar.

d. Buat Departemen (Make IT the Department )

Departemen TI akan menjadi pihak yang bertanggung jawab


dalam mengelola keberadaan fintech. Keberadaan departemen
TI akan memberikan kemudahan bagi eksekutif untuk lebih
focus dalam mengelola fintech. Kebutuhan perangkat keras,
perangkat lunak, integrasi data serta teknologi penyimpanan
data lebih focus dikelola depertemen TI.

149 | H a l a m a n
e. Awan Public (the Public Cloud)

Adopsi awan publik secara konsisten tumbuh dalam semua


industri di seluruh dunia. Teknologi cloud banyak memberikan
manfaat dan sangat menarik khususnya bagi industri
keuangan. Banyak manfaat yang diperoleh diantaranya
skalabilitas, kelincahan, waktu untuk pasar dan on-demand
provisioning.

Keuangan adalah bisnis dengan risiko tingkat tinggi khususnya


terkait dengan data keuangan pelanggan. Keberadaan public
cloud banyak memberikan manfaat khususnya dari sisi
keamanan data perusahaan, biaya yang lebih murah serta
upgrade fitur-fitur baru yang semakin familiar bagi perusahaan.

Solusi teknologi Cloud dapat menjadi pertimbangan bagi


industry fintech.

2. TREND TECHNOLOGY

Teknologi telah merubah Industri jasa keuangan menjadi


permanen. Pelanggan tidak harus lagi mengunjungi bank
untuk membuka rekening , menyimpan data maupun proses
transaksi secara konvensional, semuanya sudah bisa dilakukan
melalui teknologi.

Fintech telah membuat pengelolaan keuangan menjadi


sederhana, dengan akses ke semua jenis akun hanya dengan
sekali klik. Tetapi aplikasi baru bukan satu-satunya teknologi
yang membentuk jasa keuangan. Bank dan perusahaan lain
dapat menggunakan teknologi baru dalam banyak cara untuk

150 | H a l a m a n
meningkatkan pengalaman pelanggan, merampingkan proses
mereka sendiri dan memperluas layanan.

Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), analisis data,


dan teknologi blockchain, industri ini akan menjadi prima untuk
transformasi keera digital. Tren teknologi untuk menonton di
2020.

1. Peranan Kecerdasan Buatan (AI) Dalam Keuangan Akan


Meluas

Penggunaan kecerdasan buatan telah menyentuh hampir


semua sector industri tidak terkecuali sektor keuangan.
Penggunaan AI dapat melakukan analisis prediktif tentang
profil nasabah maupun dapat menentukan siapa yang harus
mampu membayar kembali pinjaman. AI dapat membantu
perbankan memberikan nasihat keuangan yang informatif,
membantu dalam deteksi penipuan dan bahkan dapat
menolong memandu investasi pelanggan. Sebuah studi dari

2. Perusahaan Jasa Keuangan Akan Menumbuhkan


Penggunaan Data Analytics

Industri jasa keuangan telah menjadi leader dalam mengadopsi


analisis data canggih, untuk membantu membuat keputusan
profil nasabah pada saat ingin melakukan transaksi. Informasi
yang tersedia dapat membantu perusahaan jasa keuangan
untuk melacak aktivitas bisnis maupun profil nasabah, yang
memungkinkan mendeteksi penyimpangan atau penipuan dan
dan memperkecil terjadinya resiko.

Ketika AI dapat mengetahui perilaku pelanggan, bank dapat


menggunakannya untuk meningkatkan kehati-hatian dan akan
menemukan lebih banyak cara untuk menggunakan informasi

151 | H a l a m a n
ini untuk menyesuaikan produk dan layanan kepada
pelanggan.

3. Blockchain Akan Menjadi Solusi Keamanan Kunci

Blockchain merupakan sebuah buku besar terdistribusi


(distributed ledger) terbuka yang dapat mencatat transaksi
antara dua pihak secara efisien dan dengan cara yang dapat
diverifikasi dan permanen. Cryptocurrency (mata uang crypto)
adalah sebuah mata uang digital atau virtual yang dirancang
sebagai alat tukar. Cryptocurrency menggunakan sistem
kriptografi untuk mengamankan dan memverifikasi setiap
transaksi, serta untuk mengontrol pembuatan unit-unit (token)
baru dari suatu cryptocurrency tertentu.

Cara kerja Cryptocurrency ini ? Sistem uang terdesentralisasi


adalah sebuah jaringan yang mampu menghubungkan
konsumennya tanpa melalui perantara atau pihak ketiga seperti
perbankan atau pemerintah. Melalui smartphone dan laptop
yang tersambung ke internet, konsumen dapat mengirimkan
atau menerima uang kapanpun dan dimanapun di seluruh
dunia dalam hitungan menit.
Sedangkan sistem terpusat memerlukan biaya lebih pada
operasionalnya, selain itu memiliki aturan-aturan yang cukup
ketat, menjadikannya kurang efisien dan efektif. Masalah-
masalah tersebut coba dipecahkan melalui sistem blockchain,
yaitu sebuah platform dimana mata uang digital dijalankan.
Cryptocurrency bergantung erat pada sistem blockchain ini,
karena proses transaksinya semua tercatat menggunakan
sistem blockchain. Fungsi blockchain ini ialah untuk mengatur
dan menjaga setiap penambahan data yang tersimpan pada
tiap blok. Blok-blok yang menyimpan data tersebut akan
berhubungan satu sama lain dan membentuk jaringan

152 | H a l a m a n
terdesentralisasi atau jaringan peer to peer (P2P). Dalam
blockchain, data yang disimpan atau dicatat tidak dapat
dipalsukan atau disunting. Jaringan P2P ialah jaringan
kesepakatan, dimana sistem ini mampu menghadirkan sistem
pembayaran atau transaksi yang baru.

4. Perbankan Menjalani Transformasi Digital

Di era technology disruption kini, setiap industri harus siap


bergerak menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis.
Industri keuangan dan perbankan pun mau tidak mau harus
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada.
Berdasarkan riset Salesforce pada Digital Banking Report, 62%
konsumen di zaman sekarang berharap perusahaan
beradaptasi dengan persona mereka (tingkah laku, pola
komunikasi, dan kebiasaan). Oleh karena itu seiring
bergantinya pola gaya hidup, mobilitas, dan kebutuhan
nasabah, bank harus siap melakukan transformasi digital.
Transformasi digital lebih dari sekedar menyediakan layanan
online dan mobile banking. Industri finansial perbankan perlu
berinovasi dalam menggabungkan teknologi digital dengan
interaksi nasabah, dalam hal ini temuan-temuan teknologi baru
tersebut haruslah mempermudah dan memberikan
kenyamanan bagi pengguna dalam mengakses layanan
perbankan. Salah satunya adalah perbankan digital yang
menggambarkan proses virtual penunjang seluruh layanannya.
Kini, banyak bank yang sudah mulai mengembangkan fitur-fitur
perbankan digital mereka. Tak hanya penyediaan aplikasi dan
website untuk bertransaksi saja, digitalisasi juga dilakukan
pada kantor cabang. Misalnya, kini beberapa bank sudah
memiliki aplikasi untuk reservasi nomor antrean, lalu untuk
cetak dan ganti buku tabungan sudah bisa dilakukan lewat
mesin. Bahkan untuk membuka rekening pun kini sudah dapat
dilakukan secara self service oleh nasabah, tanpa harus

153 | H a l a m a n
datang ke kantor cabang. Begitu juga dengan kinerja teller,
yang dulu menghitung uang secara manual, kini sudah
menggunakan mesin khusus.

5. Otomatisasi Layanan Keuangan

Transformasi digital akan jadi senjata bagi perbankan untuk


bisa menjaga perolehan laba di tengah tren margin bunga
bersih (Net Interest Margin/NIM) yang mengarah pada
penurunan. Digitalisasi itu bakal mendorong efisiensi berbagai
biaya Peralihan dunia perbankan konvensional menjadi digital
dapat meningkatkan efisiensi proses kerja dan meningkatkan
kualitas layanan nasabah. Apalagi, pola transaksi nasabah di
zaman kini mengharuskan adanya kemudahan dalam setiap
layanan perbankan. Terciptanya pasar baru dari generasi
nasabah yang lebih muda juga menjadi salah satu faktor
mengapa perbankan harus siap berubah.
Dengan melakukan digitalisasi, bank sudah melakukan
“investasi” jangka panjang untuk masa depan. Dikatakan
demikian karena channel-channel digital mampu menghemat
biaya cost per transaction. Bank yang sudah digital,
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabahnya,
juga akan menggaet banyak nasabah-nasabah baru yang
notabene kini berada di usia produktif dan relatif muda.
.

154 | H a l a m a n
1: FinTech akan mendorong model bisnis baru
Untuk waktu yang lama, pendatang pasar baru merasa sulit
untuk masuk ke industri jasa keuangan.
Yah, tidak lagi. Gangguan FinTech telah menemukan cara.
Pengganggu adalah perusahaan yang bergerak cepat, sering
start-up, difokuskan pada teknologi inovatif tertentu atau
proses dalam segala hal dari pembayaran mobile untuk
asuransi. Dan, mereka telah menyerang beberapa unsur yang
paling menguntungkan dari rantai nilai jasa keuangan. Hal ini
telah sangat merusak untuk mapan yang secara historis
bersubsidi penting tetapi kurang menguntungkan
persembahan layanan. Dalam PwC global FinTech Survey
kami yang terbaru, responden industri memberi tahu kami
bahwa seperempat dari bisnis mereka, atau lebih, dapat
berisiko hilang dari perusahaan FinTech yang berdiri sendiri
dalam waktu 5 tahun.
Investasi global di FinTech lebih dari tiga kali lipat pada 2014,
mencapai lebih dari $12.000.000.000. Sebagai perbandingan,
Bank menghabiskan sekitar $215.000.000.000 di TI di seluruh
dunia di 2014, termasuk perangkat keras, perangkat lunak,
dan layanan internal dan eksternal. Ini adalah nomor
material, dan karena begitu sangat bertarget, pengeluaran
FinTech akan benar-benar membuat dampak.
2: ekonomi berbagi akan tertanam di setiap bagian dari
sistem keuangan
Dengan 2020, konsumen akan membutuhkan layanan
perbankan, tetapi mereka mungkin tidak berpaling ke bank
untuk mendapatkannya. Atau, setidaknya, mungkin tidak apa
yang kita anggap sebagai Bank hari ini. Yang disebut ekonomi
berbagi mungkin telah dimulai dengan mobil, taksi, dan

155 | H a l a m a n
kamar hotel, tetapi layanan keuangan akan mengikuti cukup
cepat. Dalam hal ini, ekonomi berbagi mengacu pada
kepemilikan aset terdesentralisasi dan menggunakan
teknologi informasi untuk menemukan kecocokan yang
efisien antara penyedia dan pengguna modal, daripada
secara otomatis beralih ke bank sebagai perantara
3: Blockchain akan mengguncang semuanya
Beberapa kelompok industri telah datang bersama-sama
untuk mengkomersialisasikan teknologi dan menerapkannya
pada skenario layanan keuangan riil. Kami berharap lonjakan
pendanaan dan inovasi ini terus berlanjut karena blockchain
dan FinTech bergerak dari fokus ritel yang sebagian besar
mencakup penggunaan yang lebih institusional. Dan
sementara banyak dari perusahaan ini mungkin tidak
bertahan tiga sampai lima tahun ke depan, kami percaya
penggunaan blockchain "buku besar publik" akan terus
menjadi bagian integral dari lembaga keuangan ' teknologi
dan infrastruktur operasional.
4: Digital menjadi mainstream
Dua dekade yang lalu, banyak lembaga keuangan besar
dibangun "e-bisnis" unit untuk naik gelombang kepentingan
e-commerce. Akhirnya, awal "e" pergi, dan ini menjadi
normal baru. Pengembangan Internet, dan investasi teknologi
besar, mendorong kemajuan yang belum pernah terjadi
sebelumnya dalam efisiensi. Hari ini "digital" gelombang
memiliki penanda yang sama: tim terpisah, anggaran, dan
sumber daya untuk memajukan agenda digital. Agenda ini
meluas dari pengalaman pelanggan dan efisiensi operasional
hingga data besar dan analitik. Dalam layanan keuangan,
kami telah melihat pendekatan ini diterapkan pada

156 | H a l a m a n
pembayaran, perbankan ritel, asuransi, dan manajemen
kekayaan, dan bermigrasi ke daerah kelembagaan seperti
pasar modal dan perbankan komersial.

5: "kecerdasan pelanggan" akan menjadi prediktor terpenting


dalam pertumbuhan dan profitabilitas pendapatan
Apakah Anda tahu apa nilai pelanggan Anda? Kamu yakin?
Sekali, kecerdasan pelanggan didasarkan pada beberapa
heuristik relatif sederhana, dibangun dari kelompok fokus dan
survei. Ini adalah proksi untuk nyata, data individual tentang
perilaku konsumen, dan hasilnya cukup kabur. Sekarang,
kemajuan teknologi telah memberikan akses bisnis untuk
secara eksponensial lebih banyak data tentang apa yang
pengguna lakukan dan inginkan. Ini adalah kesempatan yang
luar biasa bagi siapapun dapat menggunakan analisis untuk
membuka informasi di dalam, untuk memberikan pelanggan
apa yang mereka inginkan.
6: kemajuan dalam Robotika dan AI akan memulai gelombang
' an-shoring ' dan lokalisasi
Kita sudah melihat aliansi antara terkemuka layanan
keuangan incumbent dan perusahaan teknologi,
menggunakan Robotika dan AI untuk mengatasi tekanan
kunci poin, mengurangi biaya, dan mengurangi risiko. Mereka
menargetkan kombinasi spesifik dari kemampuan seperti
kecerdasan sosial dan emosional, pemrosesan bahasa alami,
penalaran logis, identifikasi pola dan pembelajaran yang
diawasi sendiri, sensor fisik, mobilitas, navigasi, dan banyak
lagi. Dan mereka mencari jauh melampaui menggantikan
teller bank.

157 | H a l a m a n
Sudah, beberapa robot dapat merasakan rincian lingkungan
mereka, mengenali objek, dan merespon informasi dan objek
dengan perilaku yang aman dan berguna. Skeptis? Anda tidak
boleh. Mobil mengemudi sendiri telah dilakukan dengan
sangat baik dalam tes dunia nyata.) Seiring waktu, mereka
akan mampu melakukan tugas tidak hanya lebih, tetapi tugas
yang lebih kompleks. Robot Layanan berada pada tahap awal
siklus pengembangan yang panjang, dan mereka masih
menghadapi beberapa rintangan teknologi besar. Dalam tiga
sampai lima tahun ke depan, kami berharap sederhana,
keuntungan evolusi. Setelah itu, meskipun, kami
mengantisipasi keuntungan yang cepat, sebagai model baru
menggabungkan platform modular yang semakin kuat dan
standar dengan kemampuan untuk belajar.
7: awan publik akan menjadi model infrastruktur yang
dominan
Sama pentingnya dengan pergeseran ke arah komputasi
berbasis cloud, itu baru saja dimulai. Saat ini, banyak lembaga
keuangan menggunakan aplikasi Software-as-a-Service (SaaS)
berbasis Cloud untuk proses bisnis yang mungkin dianggap
non-Core, seperti CRM, HR, dan akuntansi keuangan. Mereka
juga beralih ke SaaS untuk ' titik solusi ' pada pinggiran
operasi mereka, termasuk analisis keamanan dan verifikasi
KYC. Tapi sebagai Penawaran aplikasi meningkatkan dan
sebagai COOs dan CIOs merasa nyaman dengan pengaturan,
teknologi dengan cepat menjadi cara bahwa aktivitas inti
diproses. Dengan 2020, infrastruktur layanan inti di berbagai
bidang seperti pembayaran konsumen, penilaian kredit, dan
pernyataan dan tagihan untuk fungsi akun saat ini dasar

158 | H a l a m a n
manajer aset akan baik dalam perjalanan untuk menjadi
utilitas
8: Cyber-keamanan akan menjadi salah satu risiko atas
menghadapi lembaga keuangan
Eksekutif jasa keuangan sudah sangat terbiasa dengan
dampak yang dimiliki oleh ancaman cyber terhadap industri
mereka. Dalam kami 2016 survei CEO global, 69% dari
layanan keuangan ' CEO melaporkan bahwa mereka baik agak
atau sangat prihatin tentang ancaman cyber, dibandingkan
dengan 61% dari CEO di semua sektor. Sayangnya, tidak
mungkin untuk berubah menjadi lebih baik dalam beberapa
tahun mendatang, karena kekuatan berikut:
Penggunaan vendor pihak ketiga
Teknologi yang berkembang pesat, canggih, dan rumit
Pertukaran data lintas batas
Peningkatan penggunaan teknologi mobile oleh pelanggan,
termasuk pertumbuhan pesat Internet of Things
Ancaman keamanan informasi lintas batas yang tinggi
: Asia akan muncul sebagai pusat kunci inovasi berbasis
teknologi
Di seluruh dunia, kelas menengah diproyeksikan akan tumbuh
sebesar 180% antara 2010 dan 2040; Kelas menengah Asia
sudah lebih besar dari Eropa. Pada 2020, pangsa mayoritas
penduduk dianggap "kelas menengah" diperkirakan akan
bergeser dari Amerika Utara dan Eropa ke Asia-Pasifik. Dan
dalam 30 tahun ke depan, sekitar 1.800.000.000 orang akan
pindah ke kota, sebagian besar di Afrika dan Asia,
menciptakan salah satu peluang baru yang paling penting
bagi lembaga keuangan.

159 | H a l a m a n
Tren ini secara langsung terkait dengan inovasi yang didorong
oleh teknologi. Pada awalnya, seiring perkembangan
teknologi pertanian yang meningkatkan produktivitas tenaga
kerja, pekerja pedesaan mulai bermigrasi ke kota untuk
mencari peluang yang lebih baik. Pada awalnya, mereka
menemukan pekerjaan di industri intensif modal seperti
manufaktur untuk pasar lokal-dan kemudian, sebagai
teknologi mendorong peningkatan kualitas, untuk pasar
global. Sementara itu, kemajuan dalam komputasi dan
telekomunikasi memungkinkan perusahaan Barat untuk
fungsi dukungan tertentu di lepas pantai untuk tempat
seperti Filipina dan India, menciptakan pekerjaan yang relatif
baik membayar. Seiring berjalannya waktu, tren telah
menjadi memperkuat diri: lebih banyak pekerjaan di kota
telah menyebabkan infrastruktur teknologi yang lebih baik di
kota, yang telah menarik majikan yang sekarang dapat
melayani pasar global. Hasilnya: urbanisasi yang lebih banyak,
dan pertumbuhan kelas menengah di pasar negara
berkembang.
10: regulator akan beralih ke teknologi, juga
Penggunaan teknologi dan implikasinya tidak terbatas pada
lembaga keuangan. Regulator dengan cepat mengadopsi
berbagai pengumpulan data dan alat analisis juga. Mereka
mencoba untuk mempelajari lebih lanjut tentang kegiatan
lembaga individu dan aktivitas sistemik secara keseluruhan.
Mereka juga berharap untuk memonitor industri lebih efektif
dan untuk memprediksi potensi masalah daripada mengatur
setelah fakta. Contoh ini termasuk prosedur pengawasan dan
permintaan data yang terkait dengan ' tes stres ', ulasan
kualitas aset, dan persyaratan pelaporan yang disempurnakan

160 | H a l a m a n
yang keluar dari Washington, London, dan Basel.
Menggunakan alat analisis canggih pada volume data yang
besar, regulator dapat membandingkan skenario dan
mengatasi potensi masalah sebelum mereka menjadi masalah
pasar berskala penuh

Enam prioritas untuk 2020


1. Perbarui model operasi TI Anda untuk bersiap-siap untuk '
normal baru '
Dengan 2020, model operasi Anda mungkin akan terlihat
cukup basi, bahkan jika itu adalah melayani Anda dengan baik
hari ini. Itu karena apa yang lembaga keuangan Anda
menawarkan kepada pelanggan Anda hampir pasti untuk
berubah, dengan cara-cara baik besar dan kecil. Ini akan
memerlukan perubahan penting di seluruh, dan sekitar,
seluruh IT stack.
Prinsip override adalah bahwa lembaga keuangan dan
organisasi TI mereka harus dipersiapkan untuk dunia di mana
perubahan adalah konstan-dan di mana digital datang
pertama. Untuk ini terjadi, sudah waktunya untuk benar-
benar menempatkan asumsi warisan di atas meja. Ini
mungkin tampak logis untuk terus mendukung sistem
mainframe inti, mengingat potensi gangguan dan dirasakan
biaya transisi ke sesuatu yang berbeda. Tetapi jika platform
yang ada dapat direplikasi setengah biaya, Apakah logika
masih berlaku? Atau pada sepersepuluh biaya?
2. slash biaya dengan menyederhanakan sistem warisan,
mengambil SaaS luar awan, dan mengadopsi Robotika/AI
Salah satu perbedaan paling mencolok antara lembaga
layanan keuangan lama dan FinTech Upstart datang ke aset

161 | H a l a m a n
tetap. Incumbents membawa beban besar biaya operasi TI,
berasal dari lapisan atas lapisan sistem dan kode. Mereka
telah melarangkan berbagai perbaikan regulasi satu kali,
pencegahan penipuan, dan upaya keamanan Cyber juga.
Basis biaya yang senantiasa menyebar menyisakan anggaran
yang tersedia untuk investasi modal ke dalam teknologi baru,
mengendarai lingkaran setan dengan biaya operasi yang
meningkat. Hal ini sangat kontras dengan yang akan menjadi
pengganggu, yang biasanya memiliki biaya operasi jauh lebih
rendah, hanya membeli apa yang mereka butuhkan ketika
mereka membutuhkannya.
Itu tidak harus seperti itu. Bahkan, dari pengalaman kami
bekerja dengan berbagai klien di perbankan dan pasar modal,
asuransi, dan manajemen aset, kami pikir banyak lembaga
keuangan menghabiskan hingga dua kali lebih banyak karena
mereka perlu di TI.
3. membangun kemampuan teknologi untuk mendapatkan
lebih cerdas tentang kebutuhan pelanggan Anda
Kecerdasan pelanggan — dan kemampuan untuk bertindak
secara real-time pada kecerdasan tersebut — adalah salah
satu tren utama yang memengaruhi industri jasa keuangan,
dan ini akan mendorong pendapatan dan profitabilitas secara
lebih langsung di masa mendatang. Seperti ini terjadi, banyak
atribut yang mendorong merek hari ini, dari desain untuk
pengiriman, bisa menjadi kurang penting. Dengan 2020, kami
berharap bahwa ' baru normal ' model operasi akan
pelanggan-dan konteks-cantered. Artinya, perusahaan akan
mengubah cara mereka berinteraksi dengan pelanggan
mereka berdasarkan konteks pertukaran. Mereka akan

162 | H a l a m a n
menawarkan pengalaman omnichannel mulus, melalui
keseimbangan cerdas manusia dan mesin
4. Siapkan arsitektur Anda untuk terhubung ke apa pun, di
mana saja
Berikut adalah beberapa titik akhir yang perlu hidup
berdampingan dan bekerja sama:
Database perusahaan, gudang data, aplikasi, dan sistem
Legacy
Layanan Cloud
Koneksi Business-to-Business (B2B), menghubungkan ke
sistem yang sebanding pada mitra dan pemasok
Koneksi Business-to-Consumer (B2C), menautkan ke aplikasi,
wearables, dan perangkat seluler pada tingkat pengguna
individu
Membawa-koneksi perangkat Anda sendiri (BYOD),
menggunakan strategi mobilitas perusahaan untuk ditautkan
ke karyawan dan kontraktor
Sumber ' data besar ' pihak ketiga
Sensor IoT
Sistem yang beragam, dan mereka semakin kompleks oleh
minggu. Sekarang, lembaga keuangan akan perlu lapisan pada
pandangan yang lebih canggih manajemen identitas federasi,
karena perusahaan akan berurusan dengan kelas baru
pengguna. Arsitektur sistem dapat menjadi kunci untuk
menyeimbangkan kontrol dan aksesibilitas. Artinya, cara
Anda merakit blok bangunan teknis dapat melindungi
lembaga Anda terhadap ancaman cyber tanpa menambahkan
hambatan tak perlu untuk mencegah interaksi.
5. Anda tidak dapat membayar perhatian yang cukup untuk
keamanan Cyber-

163 | H a l a m a n
Lembaga keuangan telah menangani keamanan informasi dan
risiko teknologi selama beberapa dekade. Tetapi semakin
banyak "peristiwa" CyberSecurity dalam beberapa tahun
terakhir telah menunjukkan bahwa pendekatan tradisional
tidak lagi cukup baik. Bahkan, dalam PwC global negara
informasi keamanan Survey 2016, kami menemukan bahwa
ada 38% lebih insiden keamanan terdeteksi di 2015 dari
tahun sebelumnya. Banyak lembaga keuangan masih
bergantung pada model keamanan informasi yang sama
bahwa mereka telah digunakan selama bertahun-tahun: satu
yang kontrol-dan kepatuhan berbasis, perimeter berorientasi,
dan bertujuan untuk mengamankan data dan kantor
belakang. Tapi risiko keamanan informasi telah berevolusi
secara dramatis selama beberapa dekade terakhir, dan
pendekatan yang digunakan lembaga keuangan untuk
mengelola mereka tidak terus kecepatan.
6. Pastikan Anda memiliki akses ke bakat yang diperlukan dan
keterampilan untuk mengeksekusi dan menang
Sebagai lembaga keuangan melihat ke masa depan, salah
satu rintangan terbesar tidak akan ada sama sekali
hubungannya dengan teknologi. Selama bertahun-tahun,
lembaga keuangan tradisional telah merancang persembahan
mereka dari dalam ke luar: "ini adalah apa yang akan kami
tawarkan," daripada "apa yang pelanggan kami inginkan?"
Tapi model ini tidak lagi bekerja. Dan keterampilan dan minat
anggota tim TI saat ini dan bakat pihak ketiga mungkin tidak
sampai dengan tantangan lingkungan teknis masa depan, di
mana bermitra dengan pelanggan akan sangat penting

164 | H a l a m a n
How Financial
Services Firms Can
Improve
Cybersecurity
Bagaimana perusahaan jasa keuangan dapat meningkatkan
CyberSecurity

Organisasi dapat mengatasi ancaman umum, mendapatkan buy-in


dari kepemimpinan dan membangun program keamanan Cyber yang
canggih.

Industri jasa keuangan mengalami 35 persen dari semua pelanggaran


data, menurut Forbes, produktif itu perbedaan yang meragukan
"sektor yang paling-dilanggar" dari semua.

Sayangnya, ini masuk akal. Industri ini memiliki data dan aset
bernilai tinggi yang menarik bagi penyerang untuk alasan yang jelas,
dan berbagai sistem keuangan yang beragam — yang memproses
jutaan transaksi — membuat mereka sangat rentan terhadap
serangan. Ancaman ini membawa risiko tidak hanya dari
pelanggaran data, tetapi juga risiko hukum seperti denda regulasi
litigasi dan curam. Kecenderungan yang paling berpotensi untuk
risiko hukum, menurut sebuah survei Forbes, termasuk berurusan
dengan data (69 persen), CyberSecurity (47 persen), perubahan
lingkungan peraturan (46 persen), perlindungan penipuan (39
persen) dan digital transformasi (39 persen).

165 | H a l a m a n
Lembaga keuangan hadapi berbagai tantangan keamanan
(FinancialInstitutions Face a Range of Security
Challenges)
Lembaga keuangan menghadapi berbagai macam ancaman, termasuk
serangan phishing, serangan penolakan Layanan terdistribusi,
ancaman Insider, dan serangan berbasis browser. Tapi mungkin
sama pentingnya adalah tantangan kelembagaan, seperti anggaran
terbatas dan kurangnya buy-in dari kepemimpinan. Majalah
keamanan mencatat bahwa Keamanan Cyber sering mengambil kursi
belakang untuk faktor-faktor seperti kepuasan pelanggan dan
kepatuhan peraturan dalam pikiran para eksekutif, terutama pada
lembaga yang lebih kecil.

"[L] eaders di perusahaan yang lebih kecil sering yakin bahwa


perusahaan mereka tidak sepadan dengan waktu atau usaha
penyerang," catatan publikasi. "Ini mengarah pada sikap yang
berbahaya dari kepuasan keamanan, sikap yang tidak ada lagi
diperlukan untuk melindungi perusahaan, berdasarkan penilaian
keliru mereka sendiri risiko yang terbatas."

Bagaimana ahli menilai lembaga keuangan CyberSecurity

How Experts Rate Financial Institutions


Cybersecurity
Mengambil gambar dari Institut Nasional standar dan teknologi AS,
Deloitte membagi lembaga keuangan menjadi empat tingkat
kematangan Keamanan Cyber. Organisasi dengan "parsial"
peringkat kedewasaan di bagian bawah, sementara "adaptif"
lembaga peringkat di atas.

166 | H a l a m a n
Partial: pada organisasi ini, praktik manajemen risiko keamanan
Cyber tidak diformalisasikan, dan risiko dikelola secara ad hoc (dan
terkadang reaktif).

Informasi: tingkat kedewasaan ini dicirikan oleh institusi di mana


manajemen telah menyetujui praktik manajemen risiko, namun
praktik ini mungkin tidak ditetapkan sebagai kebijakan di seluruh
organisasi.

Dapat diulang: di sini, praktik manajemen risiko organisasi secara


resmi disetujui dan dinyatakan sebagai kebijakan.

Adaptif: pada tingkat kedewasaan tertinggi ini, organisasi


mengadaptasi praktik CyberSecurity "berdasarkan pelajaran yang
dipelajari dan indikator prediktif yang berasal dari aktivitas
CyberSecurity sebelumnya dan saat ini."

SELEBIHNYA dari BIZTECH: Baca tentang tren teknologi layanan


keuangan yang kami tonton di 2020.

Langkah perusahaan keuangan dapat mengambil untuk meningkatkan


praktek keamanan

Steps Financial Firms Can Take to Improve


Security Practices
Forbes menyarankan lembaga keuangan untuk mempertimbangkan
tiga langkah yang berbeda untuk memastikan keamanan data yang
lebih besar dan meminimalkan paparan hukum. Pertama-tama,
mereka harus draft kebijakan internal, prosedur dan ketentuan
kontraktual yang berkaitan dengan penemuan, investigasi, remediasi
dan pelaporan pelanggaran.

Ini akan mencegah masalah yang berkaitan dengan kedewasaan


"parsial", di mana praktik terbaik tidak diikuti di seluruh organisasi,

167 | H a l a m a n
dan juga harus memastikan bahwa kepemimpinan mengakui
pentingnya CyberSecurity untuk bisnis. Ini juga akan membantu
organisasi mengolah apa tiga karakteristik "adaptif" perusahaan:
kepemimpinan dan Dewan keterlibatan, pengakuan tentang
pentingnya CyberSecurity di luar TI, dan keselarasan dari strategi
CyberSecurity dengan strategi bisnis.

Selanjutnya, lembaga harus mendapatkan perlindungan asuransi


yang tepat untuk berbagai jenis risiko Cyber dan mempertimbangkan
kecukupan program asuransi yang ada. Hal ini tidak hanya akan
membantu untuk mengurangi risiko jika sebuah institusi berhasil
diserang, tetapi organisasi mungkin berakhir secara proaktif
meningkatkan lingkungan CyberSecurity mereka sebagai cara untuk
mendapatkan cakupan atau menurunkan premi mereka.

Akhirnya, institusi keuangan harus mencari mitra Keamanan Cyber


pihak ketiga yang dapat membantu mereka mengelola lingkungan
keamanan mereka dan mencegah pelanggaran data

Fintech Trends to
Dominate in 2020
Laju perubahan bidang perbankan dan layanan keuangan (FS) tidak
pernah lebih cepat, dan fintech berada di pusat Reinvention ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah menyaksikan munculnya
modifikasi baru produk dan layanan fintech yang secara eksklusif
dikembangkan untuk fungsi tertentu dalam ekosistem keuangan,
seperti InsurTech, Robo-Advising, dan RegTech untuk beberapa
nama. Ini tidak lagi tampaknya pertanyaan jika inovasi fintech akan

168 | H a l a m a n
mengubah FS, tapi yang startups dan perusahaan akan memberikan
tembakan terbaik mereka dan mengambil memimpin.

Ke depan, campuran teknologi keuangan masa depan, modal


investor, Peraturan ketat, kemajuan teknologi, dan globalisasi
layanan keuangan akan mendorong perkembangan trendsetting
bahkan lebih dalam tahun mendatang. Banyak pemain non-sektor
mengajukan lisensi FS, sementara perusahaan fintech memperluas
cakupan layanannya dan menyebut diri mereka sebagai perusahaan
teknologi. Garis antara industri dan lokasi diburamkan. Baru-baru
ini, Bank penantang Eropa utama-N26, Revolut, dan Monzo-telah
mengumumkan ekspansi mereka ke pasar Amerika. Pada saat uber
memperkenalkan anak perusahaan fintech yang disebut uber Money.

Pada Dashdevs, kami selalu pergi kekuatan penuh saat bekerja


dengan klien dan memberikan kontribusi untuk proyek mereka. Itu
berarti tim kami tetap berada di atas tren fintech dan pasar TI secara
keseluruhan, tidak peduli apakah itu pengenalan standar keamanan
baru dan peraturan hukum, pelaksanaan strategi monetisasi baru,
integrasi Artificial Intelligence dan Machine Learning, atau
pendekatan inovatif dalam InsurTech. Laporan ini membahas dua
belas gerakan paling berpengaruh yang akan menentukan
kemungkinan pemenang dan pecundang di jalan dan wawasan yang
layak bahwa perusahaan pengembangan produk fintech dapat
menerapkan untuk menjadi yang terdepan dalam permainan ini.

#1 fokus Focus on the


pada & terlayani

unserved & underserved7


Bank Dunia menyatakan bahwa lebih dari 1.700.000.000 orang
secara global tidak merupakan bagian dari sistem keuangan formal
dan tetap tidak terlihat untuk itu. Menurut laporan, mereka tidak
memiliki rekening perbankan karena mereka tidak punya cukup uang
(lebih dari 60 persen), tidak membutuhkannya (30 persen), dan

169 | H a l a m a n
rekening terlalu mahal (26 persen). Biaya adalah penghalang utama
untuk Brasil, Peru, dan Kolombia-lebih dari 60 persen. Kertas lain
mencatat bahwa hanya dua persen dari populasi di India memiliki
setidaknya beberapa jenis asuransi, dan di situlah fintech
mendapatkan timbal.

Kuartal kedua dan ketiga dari 2019 berubah menjadi titik tip dan
salah satu tren terbesar dalam fintech. India mengamati 23
kesepakatan untuk perusahaan keuangan dan insurtech yang
didukung oleh usaha, sementara Cina mencapai $375.000.000 dalam
pendanaan. Amerika Latin telah berubah menjadi salah satu yang
paling cepat daerah untuk pendanaan fintech dengan $400.000.000
putaran NuBank, sebuah Brasil berbasis Digital-satunya bank. Jadi,
daripada memasuki pasar yang dihangatkan, Startups mengambil
tantangan, menemukan niche mereka, dan memenangkan dukungan
keuangan dari investor.

Menjangkau ke unbanked bukan satu-satunya strategi yang


menentukan masa depan fintech 2020 dan seterusnya. Perekonomian
pertunjukan berkembang, terutama dengan munculnya uber, Lyft,
atau Airbnb. Hari ini lebih dari 40 persen orang Amerika membuat
sekitar 40 persen dari pendapatan mereka melalui pekerjaan
freelance paruh waktu, dan kontraktor tersebut memiliki kebutuhan
keuangan individu karena distribusi pendapatan yang tidak konsisten,
kebutuhan kredit, pajak, dan lain-lain. Dan karena itu, uber mulai
menggali lebih dalam dan menemukan bahwa sekitar 60 persen
pengemudi meletakkan striktur pada rekening perbankan mereka
enam kali per bulan. Selain itu, mereka mengirim sekitar 25 persen
dari pendapatan ke negara asal mereka membayar biaya tinggi,
sehingga di mana perusahaan telah menemukan ceruk baru. Uber
fintech Division — yaitu uber Money — akan menawarkan berbagai
pilihan layanan kepada audiens yang ditargetkan, seperti driver dan
freelancer lainnya, membantu mereka mendapatkan, menyimpan,
mentransfer, dan membelanjakan lebih efisien dan bijak.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

170 | H a l a m a n
Memasuki pasar baru atau meluncurkan produk baru selalu berisiko
untuk bisnis apapun, jadi mulai dari yang kecil. Startups Keuangan
harus mencari cara inovatif untuk berinteraksi dengan lokasi baru
dan calon pelanggan, memanfaatkan tantangan dan peluang industri
fintech. Membantu pengelolaan dana dan keuangan mereka dengan
lebih baik dan membiayai tujuannya akan menghasilkan hasil yang
nyata dalam bentuk loyalitas klien dan meningkatkan profit.

#2 peraturan fintech dan perusahaan RegTech Fintech


regulations and RegTech
companies
2018 dan 2019 bisa masuk akal disebut tahun Open Banking dan
PSD2 Directive. Namun, dengan diperkenalkannya persyaratan baru
untuk otentikasi Pelanggan yang kuat (SCA), tenggat waktu didorong
hingga 31 Desember 2020, sehingga mereka tetap tinggi pada daftar
tren industri fintech.

Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah, prakarsa ini akan


strain setelah perbankan digital fintech yang lebih transparan dan
adil, yang memerlukan lembaga keuangan (FI) untuk
mengembangkan dan membuka api serta berbagi data dengan
penyedia pihak ketiga yang memenuhi syarat (dengan izin klien). Ini
adalah salah satu cara bagaimana fintech dapat membantu mapan
menurunkan biaya yang mematuhi dan merampingkan operasi.

Perusahaan teknologi, pelaku keuangan terkenal, dan legislator


bekerja sama untuk memperkenalkan inovasi peraturan baru, tetapi
sering, perkembangan baru membutuhkan waktu untuk matang dan
menentukan penerapan akhir mereka. Misalnya, aplikasi pemindaian
sidik jari atau autentikasi biometrik untuk transaksi keuangan yang
digunakan untuk membuat banyak buzz karena pencurian data di
2015. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ukuran pasar

171 | H a l a m a n
berkembang, dan akan ada lebih dari 2.600.000.000 biometrik
pengguna di pasar pembayaran dengan 2023.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Pelanggan keprihatinan atas berbagi data dengan perusahaan pihak


ketiga yang tidak diketahui adalah hambatan utama untuk tren
teknologi layanan keuangan di 2020 dan seterusnya, meskipun cukup
dimengerti. Pesan inti dari regulator fintech ini adalah untuk
meningkatkan inovasi dan persaingan, menyediakan individu dengan
pilihan yang lebih luas dari produk keuangan, dan meningkatkan
keamanan. Terserah perbankan dan lembaga keuangan untuk
mengkomunikasikan keuntungan secara efektif untuk mendorong tren
RegTech dan adopsi ekstensif di antara perusahaan fintech di Inggris
dan global.

#3 keamanan dan Fintech


stabilitas fintech Cyber

cyber security and stability


Digitalisasi industri ini adalah tren perbankan fintech jangka
panjang, dan melibatkan kerentanan khusus terhadap penipuan,
pencurian identitas, Spionase, dan pencucian uang. Sayangnya, IT
crash, dan data pelanggaran telah menjadi terlalu umum di antara
bank dalam memori baru-baru ini. TSB April kecelakaan di 2018
menyebabkan £107.000.000 rugi. Dalam 2019 Bank penantang
Monzo meminta 480.000 pelanggan untuk mengubah nomor PIN
mereka karena bug dalam sistem keamanan. Pada umumnya, ketika
sebuah lembaga keuangan mengalami serangan Cyber yang secara
khusus ditargetkan pada layanan perbankan online-nya, biayanya
diperkirakan $1.800.000. Tapi yang paling penting, kerugian terbesar
yang terdaftar telah didistribusikan di antara perusahaan yang lebih
kecil, diduga karena investasi yang lebih rendah dalam keamanan TI.

172 | H a l a m a n
Meskipun masalah keamanan fintech yang sekitar 71 persen dari
pengadopsi miliki, mereka masih memberikan preferensi terhadap
produk keuangan digital. Akibatnya, fakta ini menempatkan tanggung
jawab tambahan pada perusahaan fintech dan Departemen teknologi
mereka.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Lembaga keuangan harus berinvestasi lebih banyak dalam strategi


dan metode CyberSecurity mereka. Serupa dengan ancaman
mendesak lainnya yang memengaruhi seluruh industri, ada beberapa
rekomendasi yang dapat diterapkan perusahaan untuk mengimbangi
tren saat ini di fintech.

Pertama-tama, bersiaplah untuk serangan Cyber. Buat rencana


respons insiden untuk memastikan kemampuan Anda untuk pulih dari
serangan hacking dengan cepat.

Berbicara tentang Keamanan Cyber di fintech, perusahaan


seharusnya tidak hanya mencoba untuk membatasi risiko
pelanggaran, tetapi juga mengurangi implikasi jika mereka menjadi
mangsa satu. Salah satu pendekatan adalah untuk mengintegrasikan
layanan perlindungan identitas, berkomunikasi bagaimana
perusahaan melindungi data sensitif, dan sehingga mendorong
kepercayaan pelanggan dan loyalitas.

Teknologi keamanan berkembang dengan meningkatnya kecepatan


untuk mencegah serangan Cyber yang menyebabkan kurangnya
kepercayaan pelanggan. Perusahaan jasa keuangan harus cepat dan
gesit dalam memperbarui sistem yang ada dan kerangka kerja, sambil
mempertimbangkan solusi baru seperti kecerdasan buatan dan
pembelajaran mesin, biometrik, multi-faktor otentikasi, dan lain-lain.
Salah satu cara bagaimana bisnis dapat mencegah kejahatan cyber
adalah dengan mempekerjakan layanan konsultasi fintech yang dapat
menemukan strategi terbaik dan mengembalikan kepercayaan atau
meningkatkan keyakinan pelanggan.

173 | H a l a m a n
#4 Bank khusus digital Digital-only banks
Saat ini, mengunjungi cabang Bank berubah menjadi gema samar
dari masa lalu, dan aplikasi mobile dapat dengan mudah disebut
masa depan fintech dan perbankan. CACI menyatakan bahwa
popularitas solusi digital akan terus pertumbuhannya, dan proporsi
pengguna online akan mencapai 71 persen oleh 2024.

Faktor utama yang mendorong pertumbuhan tren ini adalah


implementasi skala besar teknologi mobile di layanan keuangan,
kenyamanan dan ketersediaan umum, serta biaya yang lebih rendah
untuk pengguna. Pada 2020 dan seterusnya, kita akan melihat
meningkatnya jumlah Bank digital karena dukungan publik mereka
dari generasi muda yang selalu di perjalanan dan lebih memilih
untuk memiliki semua layanan penting pada perangkat mobile dan di
ujung jari mereka.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Dompet Mobile fintech, transfer global online, dan asisten keuangan


AI berada di garis depan gelombang perbankan digital. Untuk
mencegah churn dan tetap bermain, lembaga keuangan tidak
memiliki pilihan lain selain untuk memanfaatkan inovasi fintech
terbaru. Selain itu, menargetkan generasi yang lebih muda,
memahami kebutuhan mereka, dan membantu mereka mencapai
tujuan mereka dapat memberdayakan perusahaan untuk menonjol.
Lebih startups menawarkan pinjaman untuk usaha kecil, meskipun
pada tingkat bunga selangit. Dengan pengusaha goodly membantu
karyawan dengan pinjaman siswa mereka, sehingga menarik dan
mempertahankan bakat atas. Divvy ternyata kepemilikan rumah
mimpi menjadi kenyataan, memungkinkan sewa-untuk-strategi
sendiri.

#5 fintech dan Big data Fintech and Big Data

174 | H a l a m a n
Data besar mencakup semua informasi terstruktur dan tidak
terstruktur yang kemudian diproses dengan teknik analisis tertentu
dan algoritma. Ini adalah salah satu alat yang paling efektif yang
digunakan fintech untuk mengakali mapan dan mengganggu industri.
Jika berbicara tentang cara yang tepat bagaimana data besar
membantu fintech, maka mereka adalah:

Segmentasi pelanggan. Menjadi lebih berpusat pada pengguna, FS


startups membagi basis pelanggan mereka berdasarkan jenis
kelamin, usia, lokasi, kesehatan ekonomi, dan pola perilaku online
untuk menentukan kebiasaan belanja mereka dan menciptakan
penawaran yang sangat-personal dan produk keuangan.

Deteksi penipuan. Seperti yang telah kami sebutkan, keamanan akan


menjadi salah satu tren perbankan fintech terbesar dalam beberapa
tahun mendatang. Menggunakan mesin data besar, lembaga
keuangan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dari
kebiasaan membeli dan pola online dari setiap pengguna untuk
mendeteksi dan mencegah aktivitas yang mencurigakan lebih akurat
dan lebih cepat.

Manajemen risiko. Analisis prediktif adalah alat yang ampuh yang


memfasilitasi manajemen risiko dan membantu perusahaan
menghindari beban utang yang buruk atau membuat keputusan kredit
yang lebih baik. Data tambang fintechs untuk membuat profil risiko
Pelanggan yang mengajukan permohonan pembiayaan untuk
mengidentifikasi pembayar yang buruk atau investasi yang buruk.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Big data dan analisis prediktif mendorong batas untuk perusahaan


fintech, yang memungkinkan mereka untuk menawarkan produk yang
lebih dipersonalisasi dan aman untuk klien B2C dan B2B. Namun
demikian, terserah kepada para pemangku kepentingan untuk
mempromosikan pola pikir yang digerakkan oleh data, membangun
budaya yang relevan, dan menentukan kerangka kerja untuk

175 | H a l a m a n
mempertahankan ROI dari proyek investasi dan data.
Mengembangkan ilmuwan data Anda sendiri atau bermitra dengan
mitra teknologi yang handal adalah cara yang efisien untuk
mengurangi kekurangan bakat sejak IBM menyatakan bahwa dengan
2020, jumlah bukaan untuk data bakat akan melebihi 2.700.000 di
Amerika Serikat saja.

#6 keuangan terdesentralisasi Decentralized


finance
Mari kita mulai dari awal: apa yang desentralisasi keuangan? -DeFi
atau keuangan desentralisasi berarti eliminasi atau pengurangan
dalam peran satu atau beberapa agen atau proses terpusat yang telah
biasanya terlibat dalam pelaksanaan jasa keuangan. Ini adalah salah
satu tren yang muncul di fintech, tetapi dengan cepat memperoleh
traksi. Untuk menyediakan interaksi moneter dengan cara yang lebih
terdesentralisasi, perusahaan menerapkan teknologi berikut ini:
teknologi Ledger terdistribusi (desentralisasi pencatatan), platform
P2P online (pengambilan risiko dan desentralisasi pengambilan
keputusan), dan bahkan internet of Things (IoT), data besar,
kecerdasan buatan, atau komputasi tepi.

Tren fintech yang baru muncul ini sudah mengubah pembayaran dan
pemukiman, sebagai platform pertukaran mata uang asing peer-to-
peer mulai mencuri adegan dari sistem pembayaran antar bank yang
sudah lama terbentuk. Selain itu, teknologi keuangan desentralisasi
cenderung mempengaruhi pasar modal, pembiayaan perdagangan,
dan pinjaman, didorong oleh kebutuhan untuk mempercepat layanan,
biaya yang lebih rendah, dan menghilangkan teknologi warisan Bank.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Inovasi konstan dalam pembayaran fintech dan digitalisasi dari


layanan terkait industri lainnya adalah kekuatan pendorong DeFi

176 | H a l a m a n
adopsi. Perusahaan terus berusaha untuk menurunkan biaya,
meningkatkan kecepatan, dan menjamin transparansi operasi
keuangan yang lebih baik, sambil memastikan aksesibilitas layanan
untuk semua kelompok sosial. Masih banyak lagi aplikasi yang
mungkin dari teknologi desentralisasi, yang menjadikannya salah
satu tren masa depan fintech utama yang pasti akan membayangkan
kembali perbankan digital di masa depan.

#7 blockchain Fintech
fintech dan cryptocurrency

blockchain and cryptocurrency


Yang disebut uang digital telah menunjukkan kepada kita beberapa
metode di mana kita dapat menerapkan fungsi blockchain
fundamental untuk meningkatkan sistem yang ada dan proses. Selain
itu, itu sudah bisa membanggakan tentara besar pengantara. Revolusi
kripto tetap relevan selama lebih dari satu dekade, jadi apa yang
dapat kita harapkan dari gerakan cryptocurrency fintech di 2020 dan
seterusnya?

Pembayaran Libra, sebuah proyek kripto Facebook ambisius,


diharapkan untuk memulai di tahun mendatang. Tidak seperti sistem
lain seperti Venmo atau Apple Pay, itu akan menjadi platform P2P
yang memungkinkan transfer Mobile cepat Libra koin tetapi dengan
biaya rendah atau tidak ada, dan tidak akan memerlukan rekening
perbankan atau kartu kredit. Facebook berencana untuk meluncurkan
dompet digital khusus, Calibra, yang akan dapat diakses melalui
WhatsApp atau Messenger.

Venus, sebuah proyek blockchain terbuka dari Binance, pertukaran


cryptocurrency terbesar secara global, juga diharapkan untuk
memasuki pasar di masa mendatang. Mitra perusahaan dengan
pemerintah untuk mencegah masalah regulasi dan berfokus pada
lokasi yang lebih kecil dengan ekonomi unbanked.

177 | H a l a m a n
Apa artinya bagi bisnis Anda?

Popularitas blockchain di pasar fintech akan melanjutkan


pertumbuhannya, dan bahkan saat ini, ekspansi terlalu besar untuk
diabaikan. Di masa depan, kita dapat mengharapkan munculnya
mata uang digital baru dari mana-mana, sambil menyaksikan
terjemahan dari Fiat ke kripto. Pembayaran dengan uang digital
yang terjadi di seluruh dunia, Apakah regulator suka atau tidak,
sehingga bisnis Anda harus siap untuk menjaga arah.

#8 gangguan gaji tradisional Traditional


paycheck disruption
Hari ini sekitar 59 persen orang berjuang dari gaji ke gaji di AS saja.
Situasi seperti memarkan kekhawatiran uang serius bagi banyak
orang yang dipaksa untuk mengandalkan pinjaman hari gajian atau
pemberi pinjaman predator pengisian hingga 400 persentase tarif
untuk kredit dua minggu. Fakta ini adalah salah satu pendorong
utama penggajian gangguan, salah satu tren pembayaran fintech
utama dari 2020 dan seterusnya.

Ada semakin banyak firma fintech yang memimpin penggajian


tradisional ke abad ke-21. Semangat, bernilai $3.8 B, dilengkapi
dengan fitur pembayaran fleksibel yang memungkinkan karyawan
untuk memilih kapan mereka ingin dibayar untuk pekerjaan yang
dilakukan. The Earnin App, senilai hampir $800M, juga
memungkinkan pengguna untuk memasuki pendapatan mereka
sebelum hari gajian dimaksudkan mereka. Layanan serupa juga
ditawarkan oleh even dan DailyPay, dan perusahaan ini sudah
bermitra dengan Walmart, Burger King, Westgate Resorts, dan lain-
lain.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

178 | H a l a m a n
Memberikan akses yang lebih fleksibel kepada masyarakat dan
memberikan kontribusi bagi pemberi kerja keamanan finansial
mereka juga meningkatkan peluang untuk mempertahankan talenta
yang berharga. Perusahaan pengembangan aplikasi fintech mencoba
membawa lebih banyak kekuatan ke tangan karyawan,
menyelamatkan mereka dari waktu berbatu secara finansial. Tetapi
yang lebih penting, lebih majikan memilih untuk jenis layanan ini,
jadi bersiaplah untuk melihat lebih banyak inovasi pembayaran
dalam beberapa tahun ke depan.

#9: fintech AI Assistant Fintech AI assistants


Chatbots adalah yang paling berbicara-tentang tren teknologi fintech
beberapa tahun terakhir, dan pada 2019 kita akhirnya menyaksikan
beberapa perkembangan yang menjanjikan. Konversasi perbankan
diadopsi oleh Bank of America, Morgan Stanley, HSBC, JPMorgan,
dan banyak lainnya. Bisnis memanfaatkan teknologi AI untuk
meningkatkan pengalaman pelanggan, mencegah penipuan,
mengoptimalkan operasi Back-Office, dan mempromosikan
keaksaraan keuangan di antara pelanggan. Smart Virtual Asisten
pasar diantisipasi untuk mencapai hingga $19B secara global dengan
2025.

Berbicara tentang tren fintech di 2020, percakapan perbankan akan


matang dan melanjutkan integrasi meresap dalam industri. Padahal,
kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin diharapkan dapat
menurunkan biaya operasional di sektor perbankan sebesar 20
persen. Dinamika ini bahkan berakibat pada munculnya istilah baru,
seperti Machine Intelligence dan Augmented Finance.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

AI membuat dampak yang signifikan pada industri perbankan dan


jasa keuangan, sementara masa depan tampaknya bahkan lebih untuk
menawarkan. Mengingat fakta bahwa teknologi cerdas tidak mudah

179 | H a l a m a n
diterapkan, dan pendekatan ' satu-ukuran-cocok-semua ' tidak
bekerja di sini, perusahaan konsultan fintech dengan keahlian AI
akan segera memenuhi pasar yang siap.

Dalam beberapa tahun mendatang, perusahaan akan harus


mengajari karyawan mereka untuk berkolaborasi dengan asisten AI
dan mengendalikan kekuatan mereka. Dalam skenario ini, bisnis
harus berinvestasi dalam pengembangan ahli AI In-House karena
lebih dari 133.000.000 peran yang akan dibuat oleh 2022, yang
dipimpin oleh pembagian tenaga kerja antara mesin, algoritma, dan
orang. Dan yang paling menonjol, bahkan saat ini, lebih dari 51
persen dari perusahaan Amerika Serikat dan Inggris mengalami
kurangnya spesialis untuk menempatkan strategi AI baru ke dalam
praktek.

# 10: RPA di Fintech RPA in Fintech


Otomatisasi proses robotik (RPA) adalah salah satu perubahan
mengemudi di sektor perbankan dan salah satu tren fintech terbaru
yang secara aktif mendapatkan daya tarik. Belum membuat percikan
belum, tapi Juniper Research memprediksi bahwa RPA pendapatan di
perbankan dan industri jasa keuangan akan total $1,2 B oleh 2023,
menunjukkan pertumbuhan 400 persen dari 2018.

Otomatisasi fintech secara tradisional diterapkan pada proses yang


ada, yang mengarah pada reorganisasi sistem Legacy dan
pengurangan biaya yang signifikan bagi para pemangku kepentingan.
Salah satu keuntungan utama dari RPA adalah bahwa hal itu bukan
solusi titik, karena itu berlaku untuk setiap tugas yang berbasis
aturan, langsung, dan terstruktur. Kecuali untuk optimasi biaya,
perusahaan juga dapat memperoleh manfaat dari tingkat kesalahan
manusia yang lebih rendah, pengalaman pelanggan yang lebih baik,
dan lebih banyak waktu luang dan kemampuan untuk fokus pada
tugas bernilai tinggi.

180 | H a l a m a n
Apa artinya bagi bisnis Anda?

Lembaga keuangan pada tahap awal pelaksanaan RPA, tetapi tidak


ada keraguan bahwa itu salah satu dari atas fintech tren masa depan
2020 dan seterusnya. Teknologi RPA dapat merampingkan proses
dan meningkatkan produktivitas bagi perusahaan kecil dengan
sumber daya yang terbatas. Selain itu, dapat membantu mereka
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan ketat internasional dan
Eropa. Pemilik bisnis harus mempertimbangkan otomatisasi sebagai
tindakan strategis dalam perjalanan ke kemajuan teknologi dan
pertumbuhan yang kuat.

#11: adopsi awan Cloud adoption


Jumlah fintech memilih penyedia layanan awan tumbuh dengan
kecepatan yang mantap. Terlepas dari kenyataan bahwa saat ini
hanya 22 persen dari semua aplikasi berjalan di atas awan, 2020
dapat menjadi titik tip untuk sektor jasa keuangan. Berdasarkan
pengalaman kami, mayoritas fintechs, mulai hari ini, adalah awan-
asli. Dengan cara ini, tim mencapai kelincahan dan skalabilitas yang
lebih baik, karena mereka tidak perlu menghabiskan waktu mengelola
infrastruktur dan pusat data.

Sementara itu, IBM mengumumkan kolaborasinya dengan Bank of


America untuk menciptakan awan publik fintech dengan penyisihan
keamanan, kepatuhan terhadap peraturan, dan ketahanan.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Kemampuan perusahaan fintech untuk dengan cepat berinovasi dan


menawarkan layanan yang berpusat pada pelanggan adalah inti dari
revolusi keuangan, sementara itu hampir tidak mungkin tanpa
teknologi komputasi awan. Migrasi ke awan tidak dapat dihindari,
dan pemilik bisnis harus siap untuk itu. Ketersediaan insinyur fintech
devops secara lokal atau jarak jauh akan membantu Anda

181 | H a l a m a n
membangun, menguji, dan memberikan produk dan layanan baru
dengan lebih cepat dan lebih aman.

#12: konsultasi fintech Fintech consulting


Dalam perekonomian saat ini yang sangat kompetitif, memasuki
pasar baru, atau merilis produk baru adalah risiko besar. Seringkali
eksekutif fintech mengambil kompetisi begitu saja, dan tak lama
setelah peluncuran, mereka tercekik oleh lawan yang tangguh. Ini
adalah salah satu kekuatan yang mendorong popularitas layanan
penasihat fintech dan mengubahnya menjadi tren fintech B2B utama
dari tahun mendatang.

Apa artinya bagi bisnis Anda?

Lembaga keuangan bergantung pada perusahaan konsultan untuk


mengimbangi inovasi teknologi dan mendapatkan saran profesional
tentang integrasi pembayaran, migrasi awan, kepatuhan, dan aspek
lainnya. Mempekerjakan perusahaan konsultan terkenal, Anda dapat
menghindari kesalahan umum, berinovasi lebih aman, dan
mengalokasikan sumber daya Anda lebih bijak.

Kesimpulan

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan fintech berjuang dengan


banyak perubahan dan tantangan Internet Banking secara
bersamaan. Persaingan tangguh, meningkatnya ekspektasi, demografi
baru — pengungkit ini sulit untuk menangani dan mengelola.
Untungnya, ini adalah di mana teknologi dan perkembangan baru
berdiri dalam manfaat yang baik, mendukung bisnis dengan solusi
otomatis, Layanan cerdas, dan lingkungan awan.

Tren fintech teratas berpendapat bahwa industri jasa keuangan harus


secara konsisten mengikuti dan menguasai teknologi yang muncul
dan menemukan cara untuk mengintegrasikan mereka dengan strategi

182 | H a l a m a n
bisnis mereka untuk mengantisipasi keinginan pelanggan yang paham
teknologi. Teknik dan pendekatan tertentu seperti DeFi atau
cryptocurrency bisa menjadi game-changer yang nyata dan
sepenuhnya membayangkan bagaimana kita melakukan bisnis atau
berinteraksi dengan pelanggan. Namun, seringkali, bahkan inovasi
yang lebih kecil seperti pengembangan aplikasi seluler fintech atau
desain ulang dapat meningkatkan pertumbuhan bisnis Anda dan
menarik pelanggan baru.

Startup yang satu ini bergerak dalam pembiayaan. Pembiayaan yang


dimaksud adalah pembiayaan dalam

• Pembiayan berbentuk utang seperti UangTeman.com,


TemanUsaha.com, Terhubung.com, BosTunai.com, Mekar.id,
Tanihub.com, Taralite.com, Pinjam.co.id, Eragano.com,
DrRupiah.com
• Pembiayaan berbasis patungan atau pembiayaan masal
(crowdfunding), seperti Wujudkan.com, Kitabisa.com,
Ayopeduli.com dan GandengTangan.org. WeCare.id,
Indves.com, GandengTangan.org, LimaKilo.id, iGrow.asia,
Iwak.me, KapitalBoost.com
• Pembiayaan berbasis Peer to Peer Lending (P2P) :
Koinworks.com, Amartha.com, DanaDidik.com, Crowdo.com,
Investree.com.
• Cicilan Tanpa Kartu Kredit : Kredivo.com,
ShootYourDream.com, Cicil.co.id.

Financial Technology /FinTech

Evolusi teknologi keuangan pada dua dekade yang lalu dimulai dari
perbankan namun sekarang terjadi inovasi teknologi dari sisi
pengguna sehingga menjamurnya teknologi keuangan (FinTech)
seperti terlihat padagambar dibawah ini :

183 | H a l a m a n
Posisi FinTech ( Financial Technology )
Technology )
Pemain dalam FinTech

Dengan meningkatnya FinTech di Indonesia, posisi transaksi FinTech


di Indonesia dibanding dengan beberapa negara lainnya adalah
sebagai berikut:

Posisi
transaksi FinTech

184 | H a l a m a n
Keberadaan FinTech dalam sistem keuangan formal pada awalnya
mereplikasi model bisnis keuangan formal khususnya perbankan
namun dengan daya inovasi dan kemampuannya dalam menjangkau
kebutuhan finansial yang belum terjangkau oleh industri keuangan
khususnya industri perbankan, telah menimbulkan pertanyaan apakah
keberadaan FinTech akan menggantikan atau mendukung lembaga
keuangan yang formal. Berikut ini adalah jasa jasa lembaga keuangan
formal dimana terlihat sudah mulai Research Equity Finance
dimasuki oleh FinTech.

Peran
Lembaga Keuangan formal yang dimasuki FinTech

Masuknya?FinTech dalam lembaga keuangan formal tidalk terlepas


dari kelebihan FinTech berlkut :

185 | H a l a m a n
Kelebihan FinTech diatas menyebabkan adanya peluang
berkembangnya?FinTech karena murah, cepat, dimanapun, kapanpun
dan melalui bentuk apapun.

Keunggulan FinTech Jasa perbankan pertama belum ada regulator


dan biaya IT yang lebih rendah (unregulated), kedua Lebih mudah
memanfaatkan big data dalam melakukan assesmen terhadap risiko
dan dalam pengambllan keputusan, ketiga lebih mudah dalam
mendiversifikasi risiko melalui sharing economics.

Keunggulan FinTech dimbangi dengan kekurangan berupa


manajemen risiko, permodalan, belum terlalu dipercaya masyarakat,
kurangnya perangkat hukum bila terjadi sengketa, perlindungan
konsumen karena masih baru, baru pada taraf perijinan, belum bisa
menggantikan peran perbankan dalam industri keuangan yang lebih
syabil karena diawasi regulator dan memilki tata kelola perusahaan
yang lebih teruji.

Daftar pustaka

A.S. Cui and F. Wu, Utilizing customer knowledge in


innovation:Antecedents and impact of customer involvement on
new product performance, Journal of the Academy of Marketing
Science, 44 (2016), no. 4, 516–538.
https://doi.org/10.1007/s11747-015-0433-x

Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2015). Design Principles


for Industrie 4.0Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian
International Conference on SystemsScience. Artikel dalam
jurnal ilmiah dengan volume dan nomor (2 - 6 penulis)

186 | H a l a m a n
Bernardo Nicoletti, The Future of Fintech, Integrating Finance
and Technology in Financial Services, 1st Edition. Palgrave
Macmillan, Italy,2017.

Surat Edaran Bank Indonesia No.6/18/DPNPOxford Dictionary.


Available online:
http://www.oxforddictionaries.com/it/definizione/inglese/fintech
(accessed on 20 August 2019).

PWC.Pwc Global FinTech Survey 2017. Available online:


https://www.pwc.com/gx/en/industries/financialservices/assets/
pwc-global-fintech-report2017.pdf (accessed on 20 July 2019).

Dorfleitner, G., Hornuf, L., Schmitt, M., and Weber, M. 2017.


FinTech in Germany.
Springer International Publishing AG.
McKinsey & Company. 2016. Unlocking Indonesia’s Digital
Opportunity. Oktober
2016.
McKinsey Global Institute. 2015. The Internet of Things:
Mapping the Value Beyond
the Hype. McKinsey & Company, June 2015.

D. W. Arner, J. Barberis, and R. P. Buckley, The Evolution of FinTech:


A New Post-Crisis Paradigm? 2016.

Lastuti Abubakar & Tri Handayani, ‘Financial Technology: Legal


Challenges for Indonesia Financial Sector’ (IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science 2018) 175 IOP Publishing 1, 4

187 | H a l a m a n
Bambang Eko Turisno, ‘Perlindungan Konsumen dalam Iklan Obat’
(2012) 41 Jurnal Masalah-Masalah Hukum 20, 28.

Esmi Warassih, ‘Peran Politik Hukum Dalam Pembangunan Nasional’


(2018) 5 Jurnal Gema Keadilan 1, 12.

Sri Redjeki Hartono, ‘Perspektif Hukum Bisnis Pada Era Teknologi’


(Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Diponegoro, 1995).

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (PT Citra Aditya Bakti 2006) 20.

Thomas J. Imedinghaff, ed., Online Law The SPA’s Legal Guide to


Going Business on The Internet (Addison-wesley Developers Press
1996) 269. Dalam Edmon Makarin, Pengantar Hukum Telematika
(PT. Raja Grafindo Persada 2005)160.

188 | H a l a m a n
189 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai