Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas kasih dan
sayangnya memberikan pengetahuan,kemampuan dan kesempatan kepada
penyusun sehingga mampu meyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari,dalam penulisan makalah ini masih ada kemukinan


kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun,untuk
itu,masukan yang bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk
semakin membebenih kekuragannya

Ucapkan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini untuk teman teman dan semua pihak yang telah membantu, kami
ucapkan terimakasih, semoga makalah ini dapat berguna, sebagai karya dari kita
dan untuk semua amiin.

Bengkalis, 30 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Digitalisasi telah melakukan revolusi keseluruh sendi kehidupan kita


bersama, apapun kebutuhannya, semuanya bisa terlayani dalam satu
genggaman, sehingga memudahkan kebutuhan dan aktivitas masyarakat. Bagi
Perbankan, digitilasi bukanlah sebuah pilihan tetapi menjadi keharusan dan
kewajiban. Karena nasabah mengharapkan adanya kecepatan, kemudahan,
fleksibilitas, kenyaman dan tersedia layanan 7 x 24 jam. Untuk itu, beberapa
perbankan di Indonesia mengkampanyekan bahkanmenginvestasik an untuk
melakukan transformasi menjadi layanan digital. Tranformasi digital
dianggap sebagai cara baru berbisnis karena potensinya untuk menghemat
biaya. Tranformasi ini juga bukan hanya mendigitalisasi produk yang sudah
ada, tapi mengubah pola pikir dan solusi menjadi digital sesuai perilaku dan
kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian digitalisasi ?
2. Apa pengertian pelayanan ?
3. Apa pengertian kepuasan pelanggan ?
4. Bagaimana metode mengukur kepuasan pelanggan ?
5. Apa pengertian digital banking ?
6. Apa saja produk digital banking ?
7. Bagaimana perbankan dalam legalitas dan moralistis digital banking ?
C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian digitalisasi
2. Untuk mengetahui pengertian pelayanan
3. Untuk mengetahui pengertian kepuasan pelanggan
4. Untuk mengetahui metode mengukur kepuasan pelanggan
5. Untuk mengetahui pengertian digital banking
6. Untuk mengetahui produk digital banking
7. Untuk mengetahui perbankan dalam legalitas dan moralistis digital
banking
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Digitalisasi
Digitalisasi Informasi adalah proses mengubah berbagai informasi, kabar,
atau berita dari format analog menjadi format digital sehingga lebih mudah
untuk diproduksi, disimpan, dikelola, dan didistribusikan. Informasi yang
digitalisasi dapat disajikan dalam bentuk teks, angka, audio, visual, yang
berisi tentang ideologi, sosial, kesehatan dan bisnis.
Peralatan yang digunakan adalah Komputer dan Telepon Seluler. Dengan
adanya digitalisasi informasi, berbagai informasi digital mulai tersedia di
berbagai sumber sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjangkaunya
seperti dalam bentuk opac, e-journal, e-book,e-marketing dan sebagainya.1
B. Pengertian Pelayanan
Menurut Buchari Alma (2011:243) Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
Jasa, ”Pelayanan adalah jasa atau layanan yang diberikan kepada konsumen
dalam hubungan dengan produk tertentu. Misalnya layanan menjawab
pertanyaanpertanyaan yang diajukan konsumen, mencari pesanan, mengatasi
keluhankeluhan, perbaikan-perbaikan reparasi, melayani pembeli di toko
untuk pramuniaga dan sebagainya”.
 Kualitas Pelayanan
Pengertian Kualitas Pelayanan Kotler (Alma 2007:286)
mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu cara kerja
perusahaan yang berusaha mengadakan perbaikan mutu secara terus
menerus terhadap proses, produk dan servis yang dihasilkan
perusahaan.
Menurut Tjiptono (2007), kualitas pelayanan merupakan upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.

1
Asti Marlina, Widhi Ariyo Bimo,” Digitalisasasi Bank Terhadap Peningkatan Pelayanan Dan
Kepuasan Nasabah Bank,” Jurnal Ilmiah Inovator, Edisi Maret 2018
 Dimensi Kualitas Pelayanan
Kualitas jasa pada umumnya tidak dilihat dalam konstruk yang terpisah,
melainkan secara agregat dimana dimensi-dimensi individual
dimasukkan untuk mendapatkan kualitas jasa secara keseluruhan.
Tjiptono (2009:269) mengungkapkan bahwa terdapat lima dimensi
utama kualitas pelayanan (sesuai urutan derajat kepentingan relatifnya)
1. Keandalan
Keandalan yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan Artinya para karyawan
memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan.
2. Daya tanggap
Daya tanggap yaitu kcinginan para staf untuk membantu para
pclanggan dan memberikan layanan dengan tanggap, yakni motivasi
para karyawan dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pelanggan dalam menagunakan jasa.
3. Jaminan
Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko
atau keraguan. Yaitu mengenai pengetahuan baik dari karyawan
dalam menangani pertanyaan atau keluhan dari pelanggan
4. Perhatian
Perhatian meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi
yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan
individual para pelanggan yaitu sikap karyawan yang menunjukkan
perhatian yang tulus dalam melayani pelanggan.
5. Bukti Fisik
Tampilan fisik meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi.
C. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kotler dan Keller (2009:138-139) mengungkapkan kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan
antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan
harapannya.
Lovelock dan Wright (2007:102) menyatakan bahwa, kepuasan adalah
keadaan emosional, reaksi pascapembelian mereka, dapat berupa kemarahan,
ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan dan kesenangan.
Kepuasan dipengaruhi oleh perbandingan layanan yang dipahami dengan
pelayanan yang diharapkan, dan sebagai reaksi emosional jangka pendek
pelanggan terhadap kinerja pelayanan tertentu.
Indikator untuk mengukur kepuasan pelanggan, menurut Yuliarmi dan
Riyasa (2007) adalah:
1. Kesesuaian kualitas pelayanan dengan tingkat harapan.
2. Tingkat kepuasan apabila dibandingkan dengan yang sejenis.
3. Tidak ada pengaduan atau komplain yang dilayangkan.
Sedangkan Menurut Tse dan Wilton (dalam Lupiyoadi, 2004:349)
kepuasan atau ketidakpuasan nasabah adalah respon nasabah terhadap
evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Engel, et al (1990) menyatakan bahwa kepuasan nasabah merupakan evaluasi
purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau
melampaui harapan nasabah, sedangkan ketidak puasan timbul apabila hasil
(outcome) tidak memenuhi harapan (Tjiptono, 2004 : 349) .
Kepuasan nasabah terhadap suatu produk ataupun jasa, sebenarnya sesuatu
yang sulit untuk didapat jika perusahaan jasa atau industri tersebut tidak
benar-benar mengerti apa yang diharapkan oleh konsumen. Untuk produk
atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan
yang berbeda-beda bagi konsumen yang berbeda.
Oleh karena itu, suatu perusahaan harus selalu memperhatikan kualitas
produk maupun pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Kepuasan
nasabah merupakan respon nasabah terhadap ketidaksesuaian antara tingkat
kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah
pemakaian (Rangkuti, 2002:30). Kepuasan nasabah dipengaruhi oleh persepsi
kualitas jasa, kualitas produk, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta
yang bersifat situasi sesaat. Dari berbagai pendapat yang dilontarkan para ahli
bisa disimpulkan definisi kepuasan nasabah adalah respon dari perilaku yang
ditunjukkan oleh pelanggan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil
yang dirasakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah
harapan, maka pelanggan akan kecewa, kurang puas bahkan tidak puas,
namun sebaliknya bila sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila
kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
D. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Selain Dimensi Kualitas Pelayanan, adapun metode pengukuran kepuasan
Nasabah yang digunakan oleh Kotler (2000:41), diantaranya :
1. Sistem keluhan dan saran Perusahaan yang memberikan kesempatan
penuh bagi nasabahnya untuk menyampaikan pendapat atau bahkan
keluhan merupakan perusahaan yang berorientasi pada konsumen
(costumer oriented).
2. Survei kepuasan nasabah Sesekali perusahaan perlu melakukan survei
kepuasan nasabah terhadap kualitas jasa atau produk perusahaan
tersebut. Survei ini dapat dilakukan dengan penyebaran kuesioner oleh
karyawan perusahaan kepada para nasabah. Melalui survei tersebut,
perusahaan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan produk atau
jasa perusahaan tersebut, sehingga perusahaan dapat melakukan
perbaikan pada hal yang dianggap kurang oleh nasabah.
3. Ghost Shopping Metode ini dilaksanakan dengan mempekerjakan
beberapa orang perusahaan (ghost shopper) untuk bersikap sebagai
konsumen di perusahaan pesaing, dengan tujuan para ghost shopper
tersebut dapat mengetahui kualitas pelayanan perusahaan pesaing
sehingga dapat dijadikan sebagai koreksi terhadap kualitas pelayanan
perusahaan itu sendiri.
4. Analisa nasabah yang hilang 18 Metode ini dilakukan perusahaan
dengan cara menghubungi kembali nasabahnya yang telah lama tidak
berkunjung atau melakukan transaksi lagi di perusahaan tersebut
karena telah berpindah ke perusahaan pesaing. Selain itu, perusahaan
dapat menanyakan sebab-sebab berpindahnya nasabah ke perusahaan
pesaing. Terciptanya kepuasan nasabah dapat memberikan beberapa
manfaat, diantaranya adalah hubungan antara perusahaan dan nasabah
jadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pemakaian ulang dan
terciptanya kepuasan nasabah dan membentuk suatu rekomendasi dari
mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan, reputasi
perusahaan menjadi baik dimata nasabah, dan laba yang diperoleh
menjadi meningkat. Dari beragam pengertian kepuasan nasabah
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan nasabah merupakan
tanggapan prilaku, berupa evaluasi atau penilaianpurnabeli nasabah
terhadap penampilan, kinerja suatu barang atau jasa yang dirasakan
nasabah dibandingkan dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan
terhadap barang atau jasa tersebut. Keseluruhan pendapat di atas rata-
rata mengacu pada pendapat Kotler dkk (2000 : 52), dengan
indikatorindikator didalamnya adalah: Sistem Keluhan dan saran,
Survei Kepuasan nasabah, Pembeli Bayangan, Analisa nasabah yang
lari.
E. Pengertian Digital Banking
Digital banking adalah layanan/kegiatan perbankan melalui kantor bank
tertentu dengan menggunakan sarana elektronik atau digital milik bank dana
tau melalui media digital yang dilakukan secara mandiri oleh nasabah yang
memungkinkan calon nasabah/nasabah bank untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi, registerasi, pembukaan rekening, transaksi bank dan
penutupan rekening. Termasuk memperoleh informasi lain dan transaksi di
luar produk perbankan, antara lain nasihat keuagan (financial advisory),
investasi, transaksi e-dagang dan kebutuhan lainnya dari nasabah bank.
Digital banking dianggap sebagai cara baru melakukan transaksi
perbankan terutama berkat potensinya untuk menghemat biaya. Bank
sebaiknya melihat bahwa hal tersebut bukan sekedar men-digitalisasi produk
yang sudah ada, tapi merubah pola pikir dan solusi menjadi digital sesuai
perilaku dan kebutuhan masyarakat.
Dalam Survei yang dilakukan McKinsey di tahun 2014 menunjukkan
bahwa 92 persen responden menggunakan internet banking jika dibandingkan
dengan tahun 2011 yang hanya 52 persen. Selain itu, 61 persen responden
telah mengakses layanan perbankan dengan menggunakan smartphone, atau
meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2011. McKinsey
mengungkapkan bahwa di seluruh Asia, terdapat lebih dari 700 juta
pelanggan menggunakan digital banking dan diperkirakan akan menjadi 1,7
miliar pada tahun 2020.
Indonesia adalah salah satu negara yang masuk dalam daftar 10 besar
negara Asia dengan peningkatan penetrasi digital banking. Hasil survei yang
dilakukan McKinsey pada 2014 lalu menunjukkan bahwa Indonesia
mengalami peningkatan penetrasi digital banking sebesar 36 persen dan
diprediksi akan terus mengalami peningkatan.
Beberapa layanan perbankan digital adalah sebagai berikut:
1. Internet Banking
Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan (financial dan
non financial) melalui komputer yang berhubungan dengan jaringan
internet bank. Jenis-jenis transaksi internet banking, antara lain:
a) Transfer dana
b) Informasi saldo, mutasi rekening, informasi nilai tukar
c) Pembayaran tagihan (misal: kartu kredit, telepon, ponsel, listrik)
d) Pembelian (misal: isi ulang pulsa telepon, tiket pesawat, saham).
2. Phone Banking
Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan melalui telepon dimana
nasabah menghubung contact center bank. Bank telah menyediakan tenaga
staf khusus yang akan menjalankan transaksi nasabah atau program
otomatis yang dapat berinteraksi dengan nasabah untuk
menjalankantransaksi nasabah. Jenis- jenis transaksi phone banking yang
dapat dilakukan oleh nasabah, antara lain:
a) Transfer dana
b) Informasi saldo
c) Mutasi rekening
d) Pembayaran (kartu kredit, PLN, Telepon, ponsel, listrik, asuransi)
e) Pembelian (pulsa isi ulang).
3. Mobile Banking
Mobile banking adalah layanan perbankan yang juga dapat diakses
langsung melalui ponselseperti SMS banking, namun memiliki tingkat
kecanggihan yang lebih tinggi. Bank bekerja sama dengan operator seluler,
sehingga dalam SIM Card (kartu chips seluler) Global for Mobile
communication (GSM) sudah dipasangkan program khusus untuk bisa
melakukan transaksi perbankan. Proses transaksi nasabah akan lebih
mudah pada mobile banking dibandingkan dengan SMSBanking.
Beberapa jenis transaksi mobile banking, antara lain:
a) Transfer dana
b) Informasi saldo
c) Mutasi rekening
d) Informasi nilai tukar
e) Pembayaran (kartu kredit,PLN,telepon,handphone,listrik,asuransi)
f) Pembelian (pulsa isi ulang, saham).
F. Produk Digital Bank
Salah satu produk digital banking yang marak adalah tabungan berbasis
digital. Di bidang ini, para pelaku perbankan berlomba-lomba menawarkan
fitur yang menjanjikan kemudahan. Termasuk pembukaan rekening melalui
telepon pintar. Salah satu kebutuhan konsumen di era digital adalah kecepatan
dan kemudahan.
Dua insight inilah yang berusaha dijawab perbankan melalui kecanggihan
tabungan digital, Mirip dengan tabungan konvensional, tabungan digital juga
memiliki manfaat utama sebagai tempat menyimpan uang. Bedanya ia sudah
dilengkapi dengan inovasi layanan digital yang memungkinkan nasabah
mengakses saldo rekening hingga transaksi melalui browser di laptop atau
smartphone.
Tentu saja layanannya tetap disesuaikan dengan fitur perbankan
konvensional sesuai dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).dalam hal
ini yang paling banyak pengeluaran produk digital bank yaitu produk
tabungan digital, dimana untuk dapat mengaksesnya nasabah hanya perlu
membuat rekening secara online lewat Andorid atau iOS. Tidak perlu repot,
cukup mengunduh aplikasinya di telepon pintar nasabah.
Dalam hal ini terdapat beberapa bank dengan produk digitalnya :
1. Digital Banking BTPN
Jenius ialah produk tabungan digital banking BTPN yang menawarkan
kemudahan dalam membuka rekening. Nasabah cukup mendaftar secara
online dengan mengunduh aplikasi di Android atau iOS. Setelah
mendaftar, Anda akan didatangi pihak Jenius untuk memperoleh tanda
tangan sekaligus memberikan kartu ATM. Kalau buka rekening
(konvensional) di bank butuh waktu 30 sampai 45 menit, selain itu ada fee
Rp 15.000, dan harus ada saldo minimal Rp 50.000. Ini tidak familiar. Di
Jenius, nasabah tak perlu pergi ke bank. Begitu daftar di aplikasi, kartu
(debit) diantar langsung ke rumah.
2. Digital Banking BTN Cermat, Bebas Biaya Administrasi
Senada dengan tabungan digital Jenius, segala proses transaksi BTN
Cermat juga cukup dilakukan lewat smartphone seperti mobile banking.
Untuk membuka akun tabungan BTN Cermat, nasabah dapat meminta
bantuan Agen Laku Pandai di kantor Pos Indonesia.Tabungan BTN
Cermat ini tidak memiliki kantor fisik, melainkan hanya menggunakan
kartu dan tidak memakai buku tabungan,tabungan ini juga bebas
administrasi.
2. Tyme Digital Banking Commonwealth, Tak Perlu Isi Saldo
Bank Commonwealth menawarkan layanan digital banking dengan
menghadirkan terobosan baru berupa proses pembuatan rekening yang
sangat singkat. Waktu yang dibutuhkan sekitar 10-15 menit. Lewat mesin
bernama Tyme Digital, nasabah dapat membuka rekening hanya dengan
membawa KTP dan NPWP yang akan di-scan. 10 menit kemudian,
nasabah sudah siap untuk menggunakan tyme digital banking tersebut.
Mesin ini memfasilitasi semua proses pembukaan rekening, termasuk
pembuatan kartu ATM yang langsung aktif. Calon nasabah juga tidak
perlu mengisi saldo di ATM untuk dapat mengaksesnya.
3. Woke Digital Banking Bukopin Gandeng 10 Fintech
Bank Bukopin tidak mau ketinggalan turut meramaikan dunia digital
banking dengan meluncurkan produk yang diberi nama Tabungan
Woke.Tabungan digital ini memiliki dua tipe, yakni registered dan
unregistered. Tipe registered adalah jenis tabungan digital yang disimpan
di server Bank Bukopin. Sedangkan untuk tipe unregistered, seluruh
transaksi Anda dapat digunakan lewat e-wallet alias dompet elektronik.
Dalam memasarkan, mengenalkan, dan menunjang produk Tabungan
Woke, Bank Bukopin telah menggandeng sekitar 10 perusahaan startup
yang bergerak di bidang teknologi finansial (fintech).Menurut Adhi
Bramantya, Direktur Pengembangan Bisnis Teknologi Informasi (TI)
Bukopin, sebagian fitur dari produk Tabungan Woke merupakan
kontribusi dari startup binaan Bukopin.
G. Bisnis Perbankan Dalam Legalitas Dan Moralistis Digital Banking
Ketua dewan komisioner otoritas jasa keuangan wimboh santoso
mengatakan pemerintah bersama dengan ojk akan membuat fintech center
guna mendukung perkembangan ekonomi digital. fintech center bertujuan
membina sekaligus mengawasi semua perusahaan fintech di indonesia.
Hal tersebut dilakukan agar tidak ada blank spot dalam pengaturan dan
pengawasan penyelenggaraan usaha fintech. saat ini sudah ada 24 perusahaan
peer-to-peer lending yang mengantongi izin. sebanyak 16 di antaranya
perusahaan lokal dan delapan lainnya perusahaan asing. selain itu, ada 31
perusahaan peer-to-peer lending dalam proses pendaftaran ke ojk sehingga
dapat di katakana bahwa dengan adanya digital banking ini sudah dapat
dikatakan sesuai dengan legalitas dan moralitas karna telah diterima oleh
masyarakat luas dan di bimbing oleh ojk.2
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/Pbi/2016 Tentang
Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran bahwa perkembangan
teknologi dan sistem informasi terus melahirkan berbagai inovasi, khususnya
yang berkaitan dengan financial technology (fintech) dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk di bidang jasa sistem
pembayaran, baik dari sisi instrumen, penyelenggara, mekanisme, maupun
infrastruktur penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran, inovasi
dalam penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran perlu tetap
mendukung terciptanya sistem pembayaran yang lancar, aman, efisien, dan
andal, sehingga diperlukan pengaturan terhadap penyelenggara jasa sistem
pembayaran untuk melengkapi ketentuan yang sudah ada dengan
mengedepankan pemenuhan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang
memadai, serta dengan tetap memperhatikan perluasan akses, kepentingan
nasional dan perlindungan konsumen, termasuk standar dan praktik
internasional dalam rangka meningkatkan ketahanan dan daya saing industri
sistem pembayaran nasional, bank indonesia perlu mendorong peran pelaku
domestik antara lain melalui penataan struktur kepemilikan penyelenggara
jasa sistem pembayaran, pengaturan mengenai penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran dalam ketentuan saat ini, perlu terus dilengkapi dan dirumuskan
secara lebih komprehensif untuk memberikan arah dan pedoman yang
semakin jelas kepada penyelenggara jasa sistem pembayaran dan
penyelenggara penunjang transaksi pembayaran, serta kepada masyarakat
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana perlu menetapkan peraturan
bank indonesia tentang penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran.
disini banyak sekali pasal yang mendukung tentang digital banking ini
sehingga untuk legalitasnya tak perlu di ragukan lagi.

2
Shinta Winasis,” Transformasi Digital di Industri Perbankan Indonesia,” Iqtishadia: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 7 No.1 Juni 2020
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan teknologi dan sistem informasi terus melahirkan berbagai
inovasi, khususnya yang berkaitan dengan financial technology (fintech) dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk di bidang jasa sistem
pembayaran, baik dari sisi instrumen, penyelenggara, mekanisme, maupun
infrastruktur penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran, inovasi dalam
penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran perlu tetap mendukung
terciptanya sistem pembayaran yang lancar, aman, efisien, dan andal. Dengan
adanya aturan dari BI dan pengawasan ojk mampu melegalitas digital banking ini
dan membangun moralitas perbankan yang bermanfaat untuk masyarakat dan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Asti Marlina, Widhi Ariyo Bimo,” Digitalisasasi Bank Terhadap Peningkatan


Pelayanan Dan Kepuasan Nasabah Bank,” Jurnal Ilmiah Inovator, Edisi
Maret 2018
Shinta Winasis,” Transformasi Digital di Industri Perbankan Indonesia,”
Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 7 No.1 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai