Anda di halaman 1dari 13

Financial technology : Peer to Peer Lending Sebagai Penggerak dan

Penyelamat Ekonomi Rakyat


Studi Kasus : Perkembangan Startup dan Analisis SWOT Investree

Disusun Oleh :
Rizqi Fitriana
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2018
Financial Technology : Peer to Peer Lending Sebagai Penggerak dan
Penyelamat Ekonomi Rakyat
Studi Kasus : Perkembangan Startup dan Analisis SWOT Investree
Abstrak
Perkembangan teknologi yang begitu pesat mengantarkan manusia ke gerbang
revolusi industri 4.0. Mayoritas kegiatan manusia saat ini dilakukan dengan berbasis
digital. Begitu pula dengan kegiatan keuangan yang harusnya berada dalam ranah
lembaga keuangan konvensional, kini sebagian dapat diakses dengan menggunakan
digital. Hadirnya layanan financial technology membuat kegiatan keuangan menjadi lebih
mudah dan nyaman. Suguhan transaksi yang sederhana dan modern membuat masyarakat
tertarik untuk menjadi pengguna financial technology. Platform keuangan digital tersebut
merambah di berbagai sub bagian sistem perbankan, mulai dari pembayaran, permodalan,
informai keuangan, hingga manajemen risiko. Peer to Peer Lending adalah produk
financial technology yang kini banyak digunakan oleh masyarakat untuk menjawab
masalah dalam akses permodalan. Lahirnya P2P Lending memberikan kemudahan
pengumpulan dan peminjaman modal untuk masyarakat yang membutuhkan, terutama
bagi pelaku usaha. Esai ini membahas mengenai manfaat P2P Lending bagi dunia usaha
Indonesia serta menganalisis SWOT salah satu produk dari platform P2P Lending, yaitu
Investree. Setelah menganalisis dan menjabarkan Strengthness, Weakness, Opportunities,
dan Threads yang dimiliki oleh Investree, selanjutnya adalah membahas mengenai
strategi yang tepat untuk mengatasinya. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data sekunder yang didapatkan dari lembaga penyaji data yang kredibel.
Analisis dari esai ini berguna untuk mengetahui peran P2P lending secara umum, dan
strategi bagi Investree dalam menciptakan iklim permodalan yang aman dan transparan
sehingga mampu menggerakkan serta memajukan perekonomian Indonesia.

Kata kunci : Revolusi Industri, Financial Technology , P2P Lending, Startup,


Investree
Financial Technology : Peer to Peer Lending Sebagai Penggerak dan
Penyelamat Ekonomi Rakyat
Studi Kasus : Perkembangan Startup dan Analisis SWOT Investree

1. PENDAHULUAN
A. FINTECH DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DI INDONESIA
Pendiri World Economic Forum, Prof. Schwab menulis di dalam buku yang berjudul
“ The Fourth Industrial Revolution” menyatakan bahwa hadirnya Revolusi Industri 4.0
telah mengubah cara hidup dan cara kerja manusia secara mendasar. Masa kejayaan
Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan munculnya teknologi digital dan penggunaan
internet secara massive di seluruh dunia. Segala kegiatan dilakukan dengan sistem
koneksi sehingga dapat terhubung secara otomatis. Sistem digitalisasi merambah ke
berbagai bidang kehidupan, mulai dari budaya, sosial, hingga layanan keuangan.
Kemunculan layanan keuangan yang berbasis digital merupakan penyempurna lahirnya
revolusi industri 4.0. Teknologi yang digunakan pada layanan keuangan disebut dengan
Financial Technology (FinTech). Konsep FinTech tersebut mengadopsi perkembangan
teknologi yang dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan, sehingga
diharapkan dapat memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih praktis, aman serta
modern, meliputi layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang di
Indonesia (Siregar 2016). Kemajuan layanan perbankan secara digital berakibat pada
meningkatnya efektivitas waktu transaksi yang digunakan nasabah sehingga dapat
dilakukan lebih cepat dan mudah (Firmansyah dan Widiati 2016). Jenis FinTech yang
digolongkan oleh Bank Indonesia (BI) ada empat macam.
1) Deposit, Lending, dan Capital Raising.
Platform FinTech yang memiliki kegunaan untuk mengumpulkan modal dan
menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan modal baik untuk bisnis atau kegiatan
sosial. Contohnya Crowdfunding dan Peer to Peer Lending (P2P).
2) Market Provisioning.
Market Provisioning memberikan layanan informasi keuangan serta pengetahuan
kepada penggunanya jenis layanan keuangan yang cocok untuk digunakan. Misalnya
saat penggunanya sedang bingung memilih jenis kartu kredit, pengguna akan
diarahkan memilih kartu kredit yang cocok serta sesuai dengan keadaan finansialnya.
Contoh layanan Market Provisioning adalah e-Agregators.
3) Investmen dan Risk Management.
Layanan FinTech tersebut membantu penggunanya untuk memperkirakan kondisi
keuangan di masa yang akan datang. Contohnya yaitu e-Trading dan Insurance.
4) Payment, Clearing, dan Settlement
Jenis FinTech ini digunakan untuk membantu penggunanya dalam kegiatan
pembayaran secara digital maupun untuk kredit. Contoh nya e-wallet dan DOKU.
Empat macam FinTech tersebut diawasi oleh dua lembaga, yaitu Otoritas Jasa Keuangan
dan Bank Indonesia. FinTech yang memberikan layanan pembayaran akan diawasi oleh
Bank Indonesia, sedangkan FinTech yang bergerak di layanan peminjaman maupun
investasi akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
B. TRANSAKSI FINTECH DI INDONESIA
Munculnya FinTech di Indonesia ternyata disambut baik oleh masyarakat. Hal ini
terbukti berdasarkan data mengenai transaksi FinTech yang terjadi di Indonesia selama
kurun waktu 4 tahun terakhir beserta proyeksi 3 tahun mendatang.

Transaksi FinTech Indonesia dan Proyeksi 2019-2021


Sumber : Databoks
40
35
30
Miliar US$

25
20
15
10
5
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
Jumlah Pengguna FinTech Indonesia dan Proyeksi 2019-2021
Sumber : Databoks
140
120
100
Juta Jiwa

80
60
40
20
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Kedua grafik tersebut menggambarkan bahwa transaksi FinTech setiap tahun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini juga didasari oleh jumlah pengguna atau
konsumen FinTech yang kian meningkat. Berawal dari Tahun 2015, transaksi FinTech di
Indonesia yang masih berada di angka kurang lebih 12 Miliar Dollar dengan pengguna
mencapai kurang lebih 107 juta jiwa, hingga tahun 2021 diprediksi pengguna FinTech
Indonesia akan mencapai 132 juta jiwa dengan total transaksi di angka lebih dari 35 Miliar
Dollar. Tentunya hal tersebut memunculkan pernyataan bahwa FinTech semakin tahun
memberikan kemudahan yang aktual sehingga masyarakat semakin tertarik untuk
memanfaatkannya. Transaksi FinTech yang terus menerus mengalami kenaikan
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
 Akses lembaga keuangan formal masih rendah
 Biaya dan waktu yang harus dikorbankan untuk menuju lembaga keuangan terdekat.
 Biaya transaksi
 Literasi keuangan masyarakat Indonesia yang masih rendah
 Proses layanan keuangan di lembaga keuangan formal yang masih terkesan rumit.
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan keempat jenis FinTech yang ada di Indonesia, digital payment menempati
posisi pertama dengan pengguna sebesar 42,2 persen di tahun 2016. Lalu disusul dengan
platform FinTech Lending yang berada di angka 17,8 persen. Hal ini menyiratkan bahwa
pengguna FinTech di Indonesia memberikan respon yang cukup baik dengan kehadiran
platform digital yang bergerak di bidang Lending.
2. PEMBAHASAN
A. PEER TO PEER LENDING DAN PENGGUNAANNYA
Peer to Peer(P2P) Lending adalah cara pemberian pinjaman kepada individu atau
kepada organisasi bisnis dan cara pengajuan pinjaman kepada kreditur yang semua
transaksinya dilakukan secara online. Platform P2P lending ini memudahkan penyaluran
dana dari kreditur ke debitur tanpa harus melalui perbankan konvensional yang seringkali
memiliki segudang persyaratan yang rumit. Sistem kerja P2P lending dibagi menjadi dua,
yaitu dari sisi peminjam maupun dari sisi pemberi pinjaman.
- Sisi peminjam(debitur)
Peminjam harus mengunggah dokumen yang dibutuhkan sebagai persyaratan via
online melalui salah satu platform P2P Lending. Dokumen tersebut berupa identitas
pribadi, foto, laporan keuangan, serta tujuan peminjaman dana. Jangka waktu yang
dibutuhkan untuk verifikasi berkas maksimal 7 hari. Terdapat dua kemungkinan
setelah melewati tahap verifikasi, yaitu permohonan ditolak atau diterima.
Permohonan ditolak karena faktor-faktor tertentu yang tidak dapat diterima oleh pihak
P2P Lending, sehingga debitur harus memperbaiki berkas tersebut. Jika berkas
diterima, maka debitur akan diinformasikan mengenai suku bunga pinjaman beserta
persyaratan lanjutan dan menunggu beberapa waktu hingga dana dicairkan.
- Sisi pemberi pinjaman(kreditur)
Pemberi pinjaman dapat menginvestasikan sejumlah dana pada platform P2P Lending
tersebut dengan suku bunga yang telah ditetapkan sebelumnya. Dana dapat ditarik
sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati pada awal penyetoran.

Sumber : Databoks
Hadirnya p2p lending di Indonesia telah menambah pendapatan negara indonesia
hingga sebanyak 26 Triliun Rupiah. Peningkatan PDB indonesia ini dikarenakan P2P
Lending menambah jumlah investasi di Indonesia. selain itu, kemudahan yang
ditawarkan oleh P2P Lending membuat konsumsi RT di Indonesia juga mengalami
peningkatan mencapai 6,9 Triliun. Hal ini juga dimanfaatan oleh para pelaku bisnis
dalam memanfaatkan pinjaman P2P Lending untuk mendirikan dan meningkatkan
skala ekonomi usahanya, sehingga mengakibatkan kebutuhan akan tenaga kerja yang
meningkat. Pada pertengahan tahun 2018, pendapatan tenaga kerja Indonesia
mengalami peningkatan hingga 4,6 Triliun rupiah.
B. DATA TRANSAKSI DAN STARTUP P2P LENDING
Sumber : Databoks
Berdasarkan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan, nilai transaksi yang telah
dilakukan oleh startup P2P Lending Indonesia mulai dari Januari hingga April 2018
mengalami peningkatan yang signifikan. Pada bulan Januari 2018, nilai pinjaman
yang telah disalurkan melalui P2P Lending hanya berkisar 3 Triliun Rupiah, tetapi
hanya berselang 4 bulan yakni bulan April 2018, pinjaman P2P lending melesat
hingga menyentuh angka 6,2 Triliun Rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan
dan antusiasme masyarakat yang bagus dalam merespon hadirnya platform P2P
Lending di Indonesia. Informasi lain yang ditunjukkan oleh grafik bahwa nilai
pinjaman yang berada di Jawa jauh lebih besar dibandingkan dengan luar Jawa.
Alasannya dikarenakan beberapa faktor, yaitu diantaranya mayoritas startup P2P
Lending yang belum sepenuhnya berekspansi ke daerah-daerah di Indonesia,
sehingga nilai pinjaman luar jawa masih berada di level yang rendah. Jumlah
peningkatan pinjaman yang massive ternyata diimbangi dengan tingkat kredit macet
yang rendah, yaitu hanya berkisar 1,4 persen dari jumlah transaksi. Rendahnya angka
kredit macet disebabkan proses seleksi berkas dan perhitungan calon peminjam yang
selektif dan transparan. Antusiasme masyarakat yang besar dalam menyambut
hadirnya layanan P2P Lending membuat prospek bisnis startup P2P Lending cerah
dan diidamkan oleh sebagian besar pelaku usaha. Berikut daftar startup P2P Lending
yang sudah terdaftar dan berizin di OJK (Per September 2018) :
1. PT Pasar Dana Pinajaman 37. PT Kredit Pintar Indonesia
(Danamas) (Kredit Pintar)
2. PT Lunaria Annua Teknologi 38. PT Fintek Digital Indonesia
(Koinworks) (Kredito)
3. PT Amartha Mikro Fintek 39. PT Crowde Membangun Bangsa
(Amartha) (Crowde)
4. PT Investree Radhika Jaya 40. PT Kredit Plus Teknologi
(Investree) (PinjamGampang)
5. PT Mitrausaha Indonesia Grup 41. PT Tani Fund Madani Indonesia
(Modalku) (TaniFund)
6. PT Pendanaan Teknologi Nusa 42. PT Bursa Ekselerasi Indonesia
(Pendanaan.com) (IndoFund)
7. PT Simplefi Teknologi Indonesia 43. PT Mulia Inovasi Digital
(AwanTunai) (Danain)
8. PT Aman Cermat Cepat (KlikACC) 44. PT Semesta Gerakan Persada
9. PT mediator Komunitas Indonesia (SGP Indonesia)
(CROWDO) 45. PT Tri Digi Fin (KreditPro)
10. PT Akseleran Keuangan Inklusif 46. PT Grha Dana Bersama
Indonesia (Akseleran) (Avantee)
11. PT Digital Alpha Indonesia 47. PT Glotech Prima Vista (Do-it)
(UangTeman) 48. PT Kredit Utama Fintech
12. PT Indo Fin Tek (Dompet Kilat) Indonesia (RupiahCepat)
13. PT Indonusa Bara Sejahtera 49. PT Layanan Keuangan Berbagi
(Taralite) (Danarupiah)
14. PT Fintegra Homido Indonesia 50. PT Digital Micro Indonesia
(FINTAG) (Dana Bijak)
15. PT Sol Mitra Fintech (Invoila) 51. PT Artha Permata Makmur
16. PT Creative Mobile Adventure (Cash Cepat)
(KIMO) 52. PT Seva Kreasi Digital (Dana
17. PT Digital Tunai Kita (TunaiKita) Laut)
18. PT iGrow Resources Indonesia 53. PT Dana Syariah Indonesia
(Igrow) (Dana Syariah)
19. PT Qredit Indonesia Satu (Qreditt) 54. PT Solusi Financial Inklusif
20. Cicil Solusi Mitra Teknologi (Cicil) Indonesia (Telefin)
21. PT Intekno Raya (Dana Merdeka) 55. PT Modal Rakyat Indonesia
22. PT Kas Wagon Indonesia (Cas (Modal Rakyat)
Wagon) 56. PT Kawan Cicil Teknologi
23. PT Esta Kapital Fintek Syariah Utama (Kawan Cicil)
(Ammana) 57. PT Satustop Finansial Solusi
24. PT Ammana Fintek Syariah (Sanders)
(Ammana) 58. PT Alfa Finance Indonesia
25. PT Gradana Teknoruci Indonesia (Kredit Cepat)
(Gradana) 59. PT Uangme Fintek Indonesia
(Uangme)
26. PT Mapan Global Reksa (Dana 60. PT Finansial Integrasi Teknologi
Mapan) (Pinjam Modal)
27. PT Aktivaku Investatama Teknologi 61. PT Standford Teknologi
(Aktivaku) Indonesia (Pinjam Duit)
28. PT Dana Kini Indonesia (Danakini) 62. PT Kuaikuai Tech Indonesia
29. PT Oriente Mas Sejahtera (Finmas) (Pinjam Yuk)
30. PT Digital Synergy Technology 63. PT Indonesia Fintopia
(RupiahPlus) Technology (Easy CashP)
31. PT Toko Modal Mitra Usaha (Toko 64. PT Julo Teknologi Finansial
Modal) (Julo)
32. PT Finaccel Digital Indonesia 65. PT Astra Welab Digital Artha
(Kredivo) (Mau Cash)
33. PT Artha Dana Teknologi 66. PT Finlink Technology
(Indodana) Indonesia (Rupiah One)
34. PT Mekar Investama Sampoerna 67. PT Pohon Dana Indonesia
(Mekar) (Pohon Dana)
35. PT Dana Pinjaman Inklusif
(Pinjamango)
36. PT Perlu Fintech Indonesia (iternak)
Hingga Juli 2018, jumlah pemberi pinjaman melalui startup P2P lending di Indonesia
mencapai kurang lebih 135 ribu entitas, jumlah tersebut diketahui meningkat hingga 33
persen secara year to date. Sedangkan jumlah peminjam kini mencapai 1.430.357 entitas.
Angka tersebut diketahui meningkat sebanyak kurang lebih 450 persen secara year to
date.
Alasan utama pertumbuhan startup P2P Lending pesat :
1) Adanya segmen pasar yang belum dilayani/terpenuhi
Banyaknya pelaku UMKM yang belum mendapatkan pendanaan mencapai 900 T per
tahun. Rumitnya mendapatkan pendanaan lembaga keuangan konvensional
merupakan salah satu alasan munculnya P2P Lending dan mampu menarik
antusiasme dari pelaku usaha.
2) Generasi yang melek digital
Menurut data yang dirilis oleh databoks, bahwa pengguna internet di Indonesia
mengalami pertumbuhan hampir 5 kali lipat dari pertumbuhan internet global. Hal ini
menandai bahwa kekuatan pengetahuan dari internet inilah yang membuat generasi
saat ini lebih aktif dan dekat dengan produk digital, salah satunya adalah P2P Lending.
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN P2P LENDING SECARA UMUM
- Kelebihan :
1) Proses pengajuan dan peminjaman dana yang relatif sederhana dan pencairan yang
cukup mudah dan memerlukan waktu yang singkat, dan pinjaman tanpa agunan.
2) Tujuan peminjaman dana yang fleksibel, selama terdapat pihak yang bersedia
memberikan pinjaman maka dana dapat cair.
3) Return bagi pemberi pinjaman yang dapat dikatakan cukup tinggi serta sistem
diversifikasi yang menguntungkan bagi kreditur karena meminimumkan resiko.
- Kekurangan :
1) Suku bunga bagi debitur yang relatif tinggi, apalagi jika terdapat riwayat kelayakan
kredit jatuh. Hal ini dikarenakan peminjam di P2P lending memiliki resiko tinggi
akibat tidak adanya agunan.
2) Resiko yang didapatkan jika menunggak yaitu jumlah tagihan akan membengkak.
3) Pengajuan pinjaman yang mendapatkan bunga tinggi tidak cocok untuk jangka
panjang.
4) Terdapat kemungkinan jumlah dana yang diajukan tidak dapat dipenuhi seluruhnya.
5) Terdapat beberapa kemungkinan gagal bayar dari si debitur yang nantinya akan
membuat rugi si kreditur.
6) Penarikan dana yang disetor hanya dapat dilakukan sesuai jangka waktu yang telah
ditentukan.
D. ANALISI DAN STRATEGI SWOT PLATFORM P2P LENDING INVESTREE
Investree merupakan salah satu startup P2P lending yang berdiri sejak tahun 2016.
Investree dapat diakses melalui website maupun aplikasi yang dapat diunduh di playstore.
Menurut data yang dihimpun oleh Investree, sejumlah 95 persen dari pinjaman yang
dikelola oleh startup tersebut telah disalurkan ke UMKM. Tahun 2018, jumlah
keseluruhan dana pinjaman yang tersalurkan ke 2817 entitas berbagai sektor mencapai
Rp 1,04 Triliun dengan tingkat gagal bayar 0 persen. Suku bunga untuk kreditur rata-rata
16,4 persen dengan minimal pendanaan Rp1.000.000. Jangka waktu pendanaan mulai 30
hari hingga 180 hari. Debitur dapat meminjam dana untuk keperluan pribadi mulai dari
Rp 5.000.000 hingga Rp 50.000.000. Bunga untuk debitur minimal 14 persen per tahun.
Sedangkan untuk kepentingan bisnis, nominal yang dapat diajukan maksimal Rp
2.000.000.000. Lama meminjam mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan. Sedangkan Pilihan
tujuan pendanaan yaitu untuk renovasi rumah, liburan, pendidikan, pernikahan, biaya
kesehatan, perjalan umroh, modal usaha, hari raya, acara keluarga, hingga kendaraan
bermotor. Biaya cicilan yang harus dibayarkan juga berbeda untuk setiap orang, hal ini
didasarkan pada credit scoring.
- Analisis SWOT Investree
Analisis SWOT digunakan untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan dan kesempatan serta ancaman yang datang dari luar
perusahaan (Hartono 2005). Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam
area fungsional bisnis yang dapat digunakan sebagai dasar untuk tujuan penetapan
strategi organisasi (David 2006).
Strengthness Weaknees
a.
Return tinggi a. Keamanan akun kurang
b.
Layanan digital sederhana dan fleksibel b. Belum ada fitur untuk peminjaman
c.
Memiliki layanan berbasis syariah bagi pelajar
d.
Integritas dan transparan
e.
Cocok untuk semua lapisan masyarakat
f.
Mendapat banyak penghargaan
bergengsi
Opportunity Threads
a. Kerja sama dengan Bank untuk a. Resiko gagal bayar atau kredit
mengenalkan Investree pada nasabah macet
b. Kerja sama dengan pemerintah daerah b. Cyber crime
agar dapat ekspansi ke daerah
c. Kerja sama dengan Bank Indonesia
untuk membantu lelang Surat Utang
Negara
d. Menggandeng pelaku e-commerce
untuk penguatan bisnis
- Strategi dan Solusi SWOT Investree
Strenghtness Weakness
Opportunity a. Pemberian layanan khusus a. Bekerja sama dengan ahli
yang sesuai dengan keamanan data untuk
kebutuhan masyarakat mencegah resiko
daerah, misalnya suku pembobolan akun
bunga dibawah 10% untuk b. Dana suntikan digunakan
pedagang pasar tradisional untuk pengembangkan fitur
b. Branding yang massive, aplikai yang lebih canggih
khususnya untuk generasi
millenial supaya
meningkatkan keinginan
dan pengetahuan tentang
investasi
c. Pemberian opsi
peminjaman dana ketika
berbelanja di marketplace
digital yang menjadi mitra
Threads a. Seleksi calon peminjam c. Pemberian sanksi tegas bagi
melalui perhitungan resiko debitur yang gagal bayar
dan psikologis secara atau telat bayar
selektif d. Maintenance sistem yang
b. Pemberian informasi dan rutin dan berkala
edukasi tentang macam e. Fitur keamanan tambahan
penipuan dan cara misalnya sensor wajah untuk
menghindari masuk ke akun Investree
3. PENUTUP
Revolusi industri 4.0 melahirkan berbagai jenis teknologi dan pengoptimalan
penggunaan teknologi dalam kehidupan manusia. Salah satu produk dari revolusi industri
4.0 adalah pemanfaatan kekuatan digital untuk layanan keuangan. Financial technology
memberikan kemudahan transaksi bagi penggunanya. Peer to Peer Lending merupakan
salah satu jenis FinTech yang mendapatkan respon sangat baik oleh masyarakat.
Kehadiran P2P lending memberikan kemudahan dalam akses permodalan dan investasi.
P2P Lending menjadi jawaban bagi masalah yang selama ini mengepung dunia usaha
Indonesia. kelebihan P2P Lending yang membuat masyarakat tertarik yaitu proses
pengajuan dan pencairan dana yang mudah, begitu pula tingkat return yang diberikan
untuk kreditur yang tinggi. Salah satu startup yang berbasis P2P Lending yaitu Investree.
Investree memiliki kelebihan dan kelemahan yang umumnya juga dialami oleh startup
P2P Lending, namun yang harus diperhatikan adalah pelaksanaan strategi dalam
menanggulangi kekurangan tersebut sehingga mampu menjadi agen penyalur modal dan
penggerak ekonomi rakyat Indonesia yang aman dan transparan.
4. DAFTAR PUSTAKA
David, Fred R. 2006. Manajemen strategis. Edisi ke S. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Firmansyah, dan Widiati. 2016. “Maksimalisasi nilai perbankan syariah melalui
teknologi pelayanan nasabah terkini.” Jurnal Keuangan dan Perbankan 20
(2): 274–81.
Hartono, Jogiyanto. 2005. Sistem informasi strategik untuk keunggulan kompetitif.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Schwab, K. 2016. “The Fourth Industrial Revolution”. Currency. 2017.
Siregar, A. 2016. “Financial technology tren bisnis keuangan ke depan.”
Infobanknews. 2016.

Anda mungkin juga menyukai