Anda di halaman 1dari 11

BAB I: PENDAHULUAN

Pasar modal pada dasarnya adalah suatu wahana investasi bagi


masyarakat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana
dan pihak yang menyediakan dana sebagai alternatif pembiayaan
dalam membangun dan mengembangkan usaha selain pendanaan dari
perbankan. Bisa dikatakan Pasar modal mampu memberikan dana
dalam jumlah besar dibandingkan Perbankan. Investor saat ini dapat
memilih

berbagai

macam

Investasi

dengan

berbagai

macam

karakteristik dalam hal resiko dan tingkat pengembalian.


Investasi dana berkaitan dengan dua unsur yang saling berkaitan
dan berhubungan timbal balik yang sebanding yaitu hasil dan resiko.
Artinya semakin besar hasil yang diharapkan, maka semakin besar
pula risiko yang harus ditanggung. Maka hasil adalah indikator yang
diambil para investor untuk mengukur dan membandingkan alternatif
investasi.
Dalam mempertimbangkan investasi, para investor membutuhkan
informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan. Ada dua analisis
dan pendekatan yang umum digunakan yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal atau analisis grafik.
Analisis

Fundamental

sendiri

adalah

metode

analisis

yang

didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan dilihat dari


rasio dan kejadian-kejadian yang langsung atau tidak langsung
berpengaruh pada kinerja perusahaan. Dalam makalah ini, industri
yang menjadi fokus dalam analisis fundamental adalah industri
perbankan.

BAB II: PEMBAHASAN


I. Landasan Teori
Dalam melakukan analisis fundamental, tersapat beberapa
komponen yang harus dihitung untuk dapat melakukan analisis. Dalam
makalh ini, komponen-komponen yang dihitung adalah ROA (return on
asset), ROE (return on equity), EPS (earnings per share), PER (price
earning ratio), dan PBV (price to book value).
a. ROA

ROA=

Laba Bersih Setelah Pajak


100
Total Aset

ROA atau return on asset adalah rasio untuk menilai seberapa


besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan; apabila
ROA meningkat dari tahun sebelumnya, maka profitabilitas perusahaan
juga meningkat, sedangkan apabila ROA menurun, maka profitabilitas
perusahaan juga menurun.
b. ROE

ROE=

Laba Bersih Setelah Pajak


100
Total Ekuitas

ROE atau return on equity adalah rasio untuk menilai keefektifan


dari seberapa besar tingkat pengembalian dari modal yang dikelola
perusahaan. Semakin tinggi ROE menandakan bahwa perusahaan
semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham yang
bisa dihasilkan dari

setiap lembar saham ROE, yang

semakin

meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan


keuangan

perusahaan

semakin

baik,

selanjutnya

memberikan

pengaruh positif terhadap pasar ekuitas. Keberadaan ROE bagi bank


sangat penting karena hal tersebut untuk mengukur kinerja dari modal
sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan.
c. EPS
2

EPS=

Laba Bersih Setelah Pajak


Jumlah Lembar Saham yang Beredar

EPS adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan


yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham
yang beredar selama suatu periode. Jika nilai EPS kecil, maka kecil
pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki
earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings
per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung
membuat harga saham turun, sedangkan EPS yang tinggi akan
meningkatkan harga saham.
d. PER

PER=

Harga Pasar Saham


EPS

PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih


perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan
dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam
setahun. PER yang kecil akan lebih menarik bagi investor dibandingkan
dengan PER yang tinggi.
e. PBV

PBV =

Harga Pasar Saham


Nilai Buku Saham

PBV adalah perhitungan/perbandingan antara market value (harga


pasar) dengan book value (nilai buku) suatu saham. Rasio analisis ini
berfungsi melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book
value, investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai
saham, pada rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung book
value dari suatu saham dengan market valuenya. Dengan rasio PBV
investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value
suatu saham dihargai dari book valuenya.
3

II. Analisis Fundamental


A. Bank BNI

Hasil

Rasio

2012

2013

2014

2015

ROE

2,11
%
16,19
%

2,34
%
19,00
%

2,60
%
17,75
%

1,80
%
11,65
%

EPS
PER
PBV

378
11,31
1,58

486
8,13
1,53

578
10,55
1,86

487
10,25
1,19

ROA

Avera
ge
2,21%
16,15
%
482,2
5
10,06
1,54

1) ROA bank BNI menunjukkan bahwa meskipun ada krisis global yang
terjadi pada tahun 2013 yang melemahkan nilai tukar rupiah dan
mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate menjadi
7,25%, BNI tetap dapat menaikkan pengembalian laba atas aset.
Namun pada tahun 2015 terjadi penurunan ROA. Hal ini dapat
disebabkan

oleh

BNI

meningkatkan

pembentukan

cadangan

kerugian penurunan nilai keuangan atau CKPN untuk menghadapi


NPL atau non-performing loan.
2) ROE yang semakin menurun dari tahun 2013 (19,00%) sampai 2015
(11,65%)

menyatakan

bahwa

kinerja

perusahaan

semakin

memburuk setelah ada krisis global. Hal ini berbeda dengan yang
terjadi antara tahun 2012 dan 2013, di mana rasio ini semakin
meningkat dan menunjukkan bahwa perusahaan telah efektif dalam
mengatur kinerja perusahaannya.
3) EPS dari bank BNI menunjukkan bahwa ada penurunan yang terjadi
pada 2015. Hal ini dapat menyebabkan turunnya harga pasar
saham BNI, yang akan mengurangi ketertarikan investor terhadap
saham tersebut karena ini berarti kemungkinan pembagian dividen
juga menurun.
4) Akibat dari menurunnya EPS di tahun 2015, PER bank BNI juga
menurun, sehingga investor akan lebih tertarik pada saham BBNI
karena ini berarti tingkat pengembalian saham akan semakin cepat
karena EPS terhitung cukup besar apabila dibandingkan dengan
harga saham.

5) PBV bank BNI yang tadinya semakin meningkat sampai pada 2014,
menurun pada 2015 karena terjadi penurunan harga pasar saham
secara drastis akibat dari penurunan EPS sedangkan nilai buku
saham semakin meningkat. Berarti, perbedaan antara harga pasar
saham dengan nilai buku saham semakin mengecil.
B. Bank BRI
Hasil
Rasio
ROA
ROE
EPS
PER
PBV

2012

2013

2014

2015

3,39%
28,80
%
757,2
6
9,18
1,30

3,41%
26,92
%
865,2
2
8,38
0,92

3,02%
24,82
%
982,6
7
11,86
1,27

2,98%
22,43
%
1022,5
7
11,17
1,48

Averag
e
3,20%
25,74
%
906,93
10,15
1,24

1) ROA bank BRI menunjukkan bahwa akibat krisis global yang terjadi
pada tahun 2013 yang melemahkan nilai tukar rupiah dan
mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate menjadi
7,25%, BRI tidak dapat menaikkan profitabilitas perusahaannya
seperti yang dilakukan oleh BNI.
2) ROE yang semakin menurun dari tahun 2012 (28,80%) sampai 2015
(22,43%)

menyatakan

bahwa

kinerja

perusahaan

semakin

memburuk, terutama setelah ada krisis global.


3) EPS dari bank BRI menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun
ke tahun. Hal ini juga berarti harga saham akan semakin meningkat
dari tahun ke tahun dan akan semakin menarik investor terhadap
saham perusahaan.
4) Akibat dari meningkatnya EPS secara progresif, PER bank BRI juga
meningkat. Namun, investor akan lebih tertarik pada saham lain
karena ini berarti tingkat pengembalian saham akan semakin
lambat karena EPS terhitung cukup kecil apabila dibandingkan
dengan harga saham.
5) PBV bank BRI semakin meningkat mulai dari tahun 2014 karena
terjadi peningkatan harga pasar saham secara progresif akibat dari
peningkatan EPS sedangkan nilai buku saham semakin menurun.

Berarti, perbedaan antara harga pasar saham dengan nilai buku


saham semakin besar.

C. Bank Mandiri
Hasil
Rasio

2012

2013

2014

2015

2,57%
21,21
%
780,1
6
10,06

2,42%
19,70
%
851,6
6
11,86

2,32%
17,70
%

PER

2,52%
21,18
%
664,4
6
12,19

PBV

2,47

2,10

3,13

ROA
ROE
EPS

871,5
10,61
(Nilai
buku
tidak
dihitun
g)

Avera
ge
2,46%
19,95
%
791,9
5
11,18
2,57

1) ROA bank Mandiri menunjukkan bahwa akibat krisis global yang


terjadi pada tahun 2013 yang melemahkan nilai tukar rupiah dan
mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate menjadi
7,25%, Mandiri tidak dapat menaikkan profitabilitas perusahaannya
seperti yang dilakukan oleh BNI.
2) ROE yang semakin menurun dari tahun 2013 (21,21%) sampai 2015
(17,70%)

menyatakan

bahwa

kinerja

perusahaan

semakin

memburuk, terutama setelah ada krisis global.


3) EPS dari bank Mandiri menunjukkan bahwa ada peningkatan dari
tahun ke tahun. Hal ini juga berarti harga saham akan semakin
meningkat dari tahun ke tahun dan akan semakin menarik investor
terhadap saham perusahaan.
4) Akibat dari meningkatnya EPS secara progresif, PER bank Mandiri
juga meningkat. Namun, investor akan lebih tertarik pada saham
lain karena ini berarti tingkat pengembalian saham akan semakin
lambat karena EPS terhitung cukup kecil apabila dibandingkan
dengan harga saham.
5) PBV bank Mandiri yang tadinya semakin meningkat pada tahun
2014 karena terjadi peningkatan harga pasar saham akibat dari
peningkatan EPS sedangkan nilai buku saham semakin menurun.
Berarti, perbedaan antara harga pasar saham dengan nilai buku
saham semakin besar. Sedangkan pada 2015, PBV tidak dihitung

karena penggunaan nilai buku saham dianggap tidak praktis oleh


manajemen perusahaan.

Bab III: Kesimpulan


Rasio
ROA
ROE
EPS
PER
PBV

Hasil rata-rata 20122015


BNI
BRI
Mandiri
2,21
3,20
2,46%
%
%
16,15 25,74
19,95%
%
%
482,2 906,9
791,95
5
3
10,06 10,15
11,18
1,54
1,24
2,57

Averag
e
2,62%
20,61%
727,04
10,46
1,78

ROA bank BNI, BRI, dan Mandiri menunjukkan bahwa di antara


ketiga perusahaan dalam industri perbankan tersebut, Bank BRI
menunjukkan tingkat profitabilitas tertinggi daripada bank lainnya.
Meskipun begitu, apabila bank BRI tidak mampu meningkatkan ROA
pada periode selanjutnya, ketertarikan investor dapat berganti
menuju ke bank BNI karena kecenderungan ROA bank tersebut
adalah meningkat, apabila dibandingkan dengan BRI dan Mandiri
yang terus menurun. Sedangkan ROE dari ketiga perusahaan
tersebut menunjukkan suatu kesamaan, yaitu kecenderungan untuk
menurun

yang

juga

menyatakan

bahwa

kinerja

perusahaan

semakin memburuk dan tidak efektif setelah ada krisis global.


EPS dari bank BNI, BRI, dan Mandiri menunjukkan bahwa harga
pasar saham tertinggi adalah saham bank BRI, yang berarti
kemungkinan pembagian dividen tertinggi terdapat pada saham
bank BRI apabila dibandingkan dengan bank lainnya. Sedangkan,
PER terrendah yang merupakan bukti bahwa tingkat pengembalian
akan lebih cepat berada pada saham bank BNI, sehingga investor
tertarik pada saham BNI karena ini berarti tingkat pengembalian
saham akan semakin cepat karena EPS terhitung cukup besar
apabila dibandingkan dengan harga saham. Meskipun begitu,
perbedaan PER antara BNI dan BRI tidak terlalu jauh sehingga,
apabila

dilihat

secara

keseluruhan,

investor

akan

cenderung

memilih untuk berinvestasi melalui saham bank BRI

10

BAB IV: DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tahunan Bank BNI Tahun 2012


Laporan Tahunan Bank BNI Tahun 2014
Laporan Tahunan Bank BNI Tahun 2015
Laporan Tahunan Bank BRI Tahun 2013
Laporan Tahunan Bank BRI Tahun 2015
Laporan Tahunan Bank Mandiri Tahun 2013
Laporan Tahunan Bank Mandiri Tahun 2015
Intermediate Accounting 2e Edition. Weygandt, Kimmel, Kieso.
Wiley

11

Anda mungkin juga menyukai