Anda di halaman 1dari 17

Tugas Teori Portofolio

“Penilaian Obligasi”

"

Oleh :

Mutia Rahmi (16043100)

Muhammad Iqbal (16043099)

Nike Puspita Sari (16043102)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang

2019
A.Penilaian Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Seorang pemodal yang berminat
membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi. Peringkat obligasi
merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Peringkat obligasi ini
penting karena peringkat tersebut memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan
signal tentang probabilitas kegagalan utang suatu perusahaan (Maylia 2004).

Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi
janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada kepada pihak
pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Surabaya, 2001).

Obligasi secara ringkasnya adalah utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit" obligasi
adalah sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah pemberi pinjaman
atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur
kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi
guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari
luar perusahaan.

Nilai intrinsic suatu obligasi akan sama dengan nilai sekarang dari aliran kas yang
diharapkan dari obligasi tersebut. Dengan demikian, sesuai dengan prinsip perhitungan nilai
sekarang (Present Value), nilai atau harga obligasi bisa diketahui dengan “mendiskontokan”
semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon obligasi, ditambah pelunasan obligasi
sebesar nilai par yang akan diterima pada saat jatuh tempo, dengan yield yang disyaratkan
investor. Perhitungan nilai atau harga obligasi dapat menggunakan persamaan 9.1 berikut ini
(asumsi bahwa waktu pembayaran kupon adalah dua kali setahun).
(9.1)

Dalam hal ini :


P = nilai sekarang obligasi pada saat ini (t=0)
n = jumlah tahun sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya
r = tingkat diskonto yang tepat atau tingkat bunga pasar
Pp = nilai par dari obligasi
Nilai r dalam persamaan diatas menunjukkan tingkat return yang disyaratkan oleh
investor. Besarnya tingkat return yang disyaratkan tersebut dipengaruhi oleh estimasi tingkat
retrun bebas risiko dan tingkat inflasi. Perhitungan penilaian obligasi umumnya
menggunakan YTM (Yield To Maturity), yaitu tingkat return yang disyaratkan dengan asumsi
bahwa obligasi akan dipertahan kansampai waktu jatuh tempo. Dengan mengetahui besar dan
waktu pembayaran kupon, nilai par serta tingkat bunga disyaratkan, maka kita dapat
menentukan nilai atau harga obligasi dengan cara sebagai berikut:
1. Menentukan nilai sekarang dari pendapatan kupon yang diperoleh setiap tahun.
2. Menentukan nilai sekarang dari nilai par yang akan diperoleh pada saat obligasi jatuh
tempo.
3. Menjumlahkan nilai sekarang dari pendapatan kupon (1) dan nilai par (2).
Sebagai contoh, obligasi XYZ akan jatuh tempo pada 20 tahun mendatang. Obligasi tersebut
mempunyai nilai par sebesar Rp 1.000 dan memberikan kupon sebesar 16% per tahun
(pembayarannya dilakukan dua kali dalam setahun). Jika diasumsikan tingkat bunga pasar juga
sebesar 16%, maka harga obligasi tersebut adalah:

Dari perhitungan itu kita biasa diketahui pada sisi kanan untuk hitungan yang pertama
adalah nilai sekarang dari Rp 80 setiap enam bulan 40 periode selama umur obligasi pada tingkat
diskonto 8% (diperoleh dari 16%/2), karena pembayaran bunga dilakukan setiap enam bulan atau
dua kali dalam setahun. Sedangkan hitungan kedua adalah nilai sekarang dari nilai par (Rp
1.000) yang akan diterima pada saat jatuh tempo (t=40) dengan tingkat diskonto sebesar 8%.
Nilai obligasi XYZ dihitung dengan rincian sebagai berikut:
 Nilai sekarang dari penerimaan bunga:
80 X 11,925 = 954
 Nilai sekarang dari pelunasan nilai par:
1000 X 0,046 = 46
Total nilai obligasi XYZ = Rp1.000
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa harga obligasi XYZ ternyata sama besar dengan
nilai par nya, karena tingkt bunga yang disyaratkan besarnya sama dengan tingkat kupon yang
diberikan oleh obligasi (16% pertahun). Apa bila tingkat bunga yang disyaratkan investor tidak
sama dengan tingkat kupon yang diberikan obligasi, maka harga obligasi akan berbeda dengan
nilai par nya. Nilai yield pasar lebih rendah dari tingkat kupon maka harga obligasi akan lebih
tinggi dari nilai par nya misalnya dengan menggunakan contoh sebelumnya tetapi tingkat bunga
pasar turun menjadi 10% maka perhitungan harga obligasi adalah sebagai berikut:
 Nilai sekarang dari penerimaan bunga
80 X 17,159 = 1.372,72
 Nilai sekarang dari pelunasan nilai par
1.000 X 0,1420 = 142,00
Total nilai obligasi XYZ = Rp 1.514,72
Dalam kasus diatas, Karena tingkat bunga yang disyaratkan lebih kecil dari tingkat kupon
yang dibayarkan obligasi, maka obligasi dijual pada harga premi (lebih tinggi dari nilai par nya).
Jika terjadi sebaliknya, yaitu tingkat bunga yang disyaratkan lebih besar dari tingkat kupon
obligasi, maka obligasi akan ditawarkan pada harga diskon (lebih rendah dari nilai par). Dengan
demikian, semakin tinggi tingkat return yang disyaratkan, maka harga obligasi akan semakin
rendah. Atau dengan kata lain, jika kupon, waktu jatuh tempo dannilai par obligasi diketahui,
maka satu-satunya factor yang menentukan nilai (harga) obligasi adalah tingkat bunga yang
disayaratkan oleh investor.
Premium Bonds dan Discount Bonds
Harga obligasi yang ditawarkan dipasar umumnya dibedakan menurut apakah dijual pada
diatas, atau dibawah nilai nominalnya (par). Seperti tadi yang telah diketahui harga obligasi
dinyatakan dalam unit persentase (%) dari nilai nominalnya.
1. Premium Bonds
Obligasi dengan harga lebih tinggi dari pada nilai nominalnya dikatakan dijual pada harga
premium. Sebagai contoh, sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000 dijual pada
103, makahargaobligasiadalah 103% X Rp 1.000.000 = Rp 1.030.000. besarnya premium
adalahRp 30.000. yield to maturity dari premium bond adalah lebih kecil dari pada tingkat
kuponnya.
2. Discount Bonds
Obligasi dengan harga lebih rendah dari pada nilai nominalnya dikatakan dijual pada harga
discount. Sebagai contoh, sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000 dijual pada 96,
maka harga obligasi adalah 96% X Rp 1.000.000 = Rp 960.000. besarnya diskon adalah
Rp40.000. yield to maturity dari discount bonds adalah lebih besar dari tingkat kuponnya.
3. Par Bonds
Obligasi dengan harga sama dengan nominalnya dikatakan dijual pada harga par. Sebagai
contoh sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000 dijual pada 100, maka harga
obligasi adalah 100% X Rp1.000.000 = Rp 1.000.000 seperti nilai nominalnya. Yield to
maturity dari pada par bond adalah sama dengan tingkat kuponnya.
Hubungan antara harga obligasi dan jatuh tempo obligasi untuk premium bonds dan
discount bonds ditunjukkan secara grafik pada gambar 9.1 dengan tingkat kupon 8%. Dari waktu
kewaktu, harga premium bonds dan discount bonds mengikuti kurva halus: harga premium bonds
menurun dan harga discount bonds menaik. Pada waktu jatuh tempo, harga obligasi menyatu
dengan nilai par nya.
Harga obligasi 130
Premium
(%dari nilai par)
100 Par

80
discount
30 15 0
Gambar 9.1. harga obligasi sepanjang waktu

B. Tingkat Bunga dan Harga Obligasi


Seperti telah disebutkan di muka, harga obligasi juga akan ditentukan nilai intrinsik
obligasi tersebut. Nilai intrinsik obligasi sangat terkait dengan besarnya nilai r, yaitu tingkat
keuntungan yang diisyaratkan atau yield obligasi. Dengan menggunakan contoh perhitungan
nilai intrinsik obligasi seperti diatas, hubungan antara obligasi dan yield-nya akan terlihat
seperti pada tabel 9.1. berikut ini.
Tabel 9.1. Hubungan harga dan yield obligasi, untuk obligasi untuk umur 20 tahun dan
kupon sebesar 16%, dengan nilai nominal $1000.
Yield (%) Harga Obligasi (Rp)

8 1.791,44
10 1.514,72
16 1.000
18 892,56
20 804,32
24 670,52

Dari gambar 9.2. selain ditunjukn adanya hubungan yang terbalik antara yield dengan
harga obligasi, gambar tersebut juga mencerminkan adanya empat hal penting lainnya,
sebagai berikut.
1. Jika yield dibawah tingkat kupon, harga jual obligasi akan lebih tinggi dibanding nilai
parnya (harga premi)
2. Jika yield diatas tingkat kupon, harga jual obligasi akan lebih rendah dibanding nilai
parnya (harga diskon)
3. Jika yield sama dengan tingkat kupon yang diberikan maka harga obligasi tersebut
akan sama dengan nilai parnya
4. Hubungan antara harga-yield tidak berbentuk garis lurus tetapi membentuk sebuah
kurva cekung. Jika yield turun maka harga akan meningkat dengan kenaikan marginal
yang semakin kecil. Sebaliknya jika yield naik maka harga obligasi akan turun dengan
penurunan marginal yang semakin kecil pula.
Dari keempat hal tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa harga obligasi akan
berubah jika ada perubahan pada tingkat bunga pasar dan yield yang diisyaratkan oleh
investor dengan arah yang berlawanan.
Tetapi, seberapa besar sensitivitas perubahan harga suatu obligasi akibat perubahan
tingkat bunga tersebut, akan dipengaruhi oleh beberapa variabel tertentu, terutama faktor
nilai kupon dan maturitasnya. Pengaruh perubahan tingkat bunga pasar terhadap harga
obligasi juga akan terkait dengan maturitas dari obligasi tersebut. Bila terjadi kenaikan
(penurunan) tingkat bunga maka harga obligasi yang mempunyai maturitas lebih lama akan
mengalami penurunan (kenaikan) harga yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi yang
mempunyai maturitas yang lebih pendek, ceteris paribus. Sebagai gambaran pengaruh
maturitas pada sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat bunga, berikut ini akan
diberikan contoh harga obligasi dengan kupon 16% (nilai par Rp 1000) dengan menggunakan
tingkat bunga dan maturitas yang berbeda seperti terlihat pada tabel 9.2. berikut ini:
Tabel 9.2. perubahan harga obligasi pada berbagai tingkat pasar, pada kupon obligasi 16%
Maturitas Harga obligasi pada tingkat bunga dan maturitas yang
berbeda (Rp)
(tahun)
6% 10% 16% 18% 20%

1 1.185,36 1.106,68 1.000 967,20 936,60


5 1.426,40 1.231,76 1.000 935,44 877,60
10 1.744,16 1.373,96 1.000 908,32 830,12
15 1.980,00 1.460,76 1.000 896,93 811,16
20 2.156,20 1.514,72 1.000 906,56 804,32
25 2.286,40 1.547,48 1.000 897,66 802,20

Pada tabel 9.2. tersebut terlihat bahwa pada obligasi yang mempunyai maturitas lebih lama,
pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap harga obligasi relatif lebih besar dibandingkan
dengan obligasi yang maturitasnya lebih pendek. Misalnya pada obligasi yang maturitasnya 10
tahun, apabila terjadi kenaikan tingkat bunga dari 10% menjadi 18% maka harga obligasi akan
mengalami penurunan sebesar 33,89%, yaitu dari Rp. 1.373,96 menjadi Rp.908,32. Sedangkan
pada obligasi yang mempunyai maturitas lebih lama mislanya 25 tahun, jika ada penurunan
tingkat bunga yang sama, yaitu dari 18% menjadi 10%, maka harga obligasi akan mengalami
penurunan sebesar 41,99%.
Tabel 9.2. juga menunjukan bahwa persentase perubahan harga obligasi karena adanya
perubahan tingkat bunga akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya maturitas
obligasi. Artinya perubahan maturitas obligasi tidak akan secara otomatis menghasilkan
persentase perubahan harga obligasi dalam tingkat perubahan yang sama. Sebagai contoh, pada
obligasi maturitas, 10 tahun, jika terjadi penurunan tingkat bunga sebesar 6% (dari 16% ke 10%),
akan menyebabkan kenaikan harga sebesar 37,4% (per 6 bulan) atau 74,8% per tahun.
Sedangkan pada obligasi maturitas 20 tahun, dengan adanya tingkat bunga yang sama (turun 6%)
akan membuat harga obligasi naik sebesar 25,73% (per 6 bulan) atau 51,47% per tahun, dan
bukannya 74,8% (2 x 37,4%).
Meskipun penjelasan ini tampaknya sederhana tetapi penjelasan tersebut sama penting
sebagai pedoman investor dalam mengelola investasi obligasi. Pada obligasi yang mempunyai
karakteristik yang sama, misalnya kupon dan nilai par yang sama, maka sensitivitas harga
obligasi terhadap perubahan tingkat bunga merupakan fungsi dari maturitasnya. Harga obligasi
yang mempunyai umur lebih panjang akan lebih berfluktuasi dibandingkan dengan harga
obligasi yang umurnya lebih pendek karena obligasi yang umurnya lebih panjang relatif lebih
sensitif terhadap perubahan tingkat bunga.
Disamping dipengaruhi oleh maturitas obligasi, perubahan harga obligasi karena adanya
perubahan tingkat bunga juga tergantung pada tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi
tersebut. Tetapi, hubungan tingkat kupon obligasi dengan sensitivitas harga obligasi terhadap
perubahan tingkat bunga merupakan hubungan yang tidak searah. Oleh karena itu, bila terjadi
perubahan tingkat bunga maka harga obligasi yang mempunyai tingkat kupon yang lebih rendah
akan relatif lebih berfluktuasi dibandingkan dengan harga obligasi yang tingkat kuponnya lebih
tinggi. Tabel 9.3. berikut ini akan memberikan gambaran hubungan fluktuasi sensitivitas harga
obligasi terhadap tingkat bunga dengan tingkat kuponnya.
Tabel 9.3. perubahan harga obligasi dan tingkat bunga pasar pada obligasi maturitas 10
tahun, pada berbagai tingkat kupon obligasi
Kupon Harga obligasi pada tingkat bunga dan kupon yang berbeda
(Rp)
(%)
6% 10% 16% 18% 20%

8 1231,60 828,36 523,00 462,28 413,16


10 1462,75 999,95 642,25 569,85 510,95
15 2040,62 1428,92 940,37 838,77 755,42
20 2618,50 1857,90 1238,5 1107,7 999,9

Tabel 9.3. diatas menunjukan bahwa pada tingkat maturitas tertentu, terlihat bahwa obligasi
yang memberikan obligasi yang memberikan kupon lebih rendah, harganya relatif berfluktuasi
daripada harga obligasi dengan memberikan kupon yang lebih tinggi. Misalnya pada obligasi
yang memberikan kupon 10%, jika terjadi kenaikan tingkat tingkat bunga sebesar 6% (dari 10%
menjadi 16%) maka harga obligasi tersebut akan turun dari Rp999,95 menjadi Rp642,25 atau
turun sebesar 35,77%. Sedangkan pada obligasi yang memberikan kupon lebih tinggi misalnya
20% jika terjadi perubahan tingkat bunga yang besarnya sama maka harga obligasi hanya turun
sebesar 33,34%.
Dari contoh dan penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa jika terjadi perubahan
tingkat bunga, maka dua faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga obligasi adalah
tingkat kupon dan maturitasnya. Bila terjadi penurunan (kenaikan) tingkat bunga, maka harga
obligasi akan naik (turun), tetapi persentase perubahan harga yang relatif lebih besar akan terjadi
pada obligasi yang mempunyai maturitas lebih panjang dan tingkat kupon yang lebih rendah.
Dengan demikian, untuk investor yang akan membeli obligasi, dan ingin memperoleh dampak
perubahan harga obligasi yang lebih besar, sebaiknya memilih obligasi dengan tingkat kupon
yang rendah dengan waktu jatuh tempo yang panjang. Tetapi, jika investor mengharapkan akan
terjadi kenaikan bunga, maka investor sebaiknya memilih obligasi dengan kupon yang besar atau
maturitas yang pendek, karena dengan memilih obligasi yang kuponnya besar dan/atau
maturitasnya pendek maka penurunan harga akan relatif kecil.
Oleh karena itu, hubungan antara tingkat bunga dan obligasi merupakan informasi penting
bagi investor. Walaupun dalam kenyataannya investor tidak dapat mempengaruhi tingkat dan
arah perubahan bunga pasar, tetapi dengan memahami hubungan tingkat bunga dan harga
obligasi, investor akan dapat mengendalikan dampak perubahan tingkat bunga tersebut terhadap
obligasi, dengan cara memilih obligasi yang tingkat kupon dan maturitasnya sesuai dengan
estimasi tingkat bunga yang akan terjadi. Satu hal yang perlu diingat bahwa maturitas tidak
cukup memadai untuk menunjukan umur obligasi secara akurat, karena maturitas tidak
memasukan faktor pembayaran kupon. Salah satu ukuran yang bisa menunjukan umur obligasi
dengan mempertimbangkan pembayaran kupon tersebut adalah apa yang disebut sebagai konsep
durasi obligasi.

C.Durasi
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan investor dalam mengelola portofolio obligasi
adalah dampak perubahan tingkat bunga pasar terhadap harga obligasi dampak tersebut bisa
berbeda-beda untuk obligasi yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut sangat
dipengaruhi tingkat kupon dan maturitas dari masing-masing obligasi. Meskipun demikian, pada
kenyataannya maturitas yang dijadikan ukuran umur obligasi sudah tidak cukup memadai lagi,
karena maturitas hanya memfokuskan pada return principal pada saat jatuh tempo saja. Artinya,
misalnya ada dua obligasi A dan B yang mempunyai umur sama, yaitu 10 tahun, dan masing-
masing punya tingkat kupon yang berbeda, yaitu 16% (a) dan 18%(b), biasanya dianggap
mempunyai maturitas (umur) yang sama. Padahal jika dibandingkan, obligasi b yang
memberikan kupon 18% akan lebih cepat menutupi harga beli dibandingkan dengan harga
obligasi a yang kuponnya hanya 16%. Jonas (1998), menyebut situasi seperti ini sebagai umur
ekonomis obligasi, yaitu waktu yang diperlukan obligasi untuk menutup biaya pembelian
obligasi tersebut.
Dari logika diatas, terlihat bahwa obligasi yang mempunyai umur maturitas yang sama, tetapi
memberikan kupon yang berbeda ternyata tidak bisa dianggap sama umur maturitas. Oleh karena
itu, diperlukan satu ukuran umur obligasi alternative yang bisa menunjukkan umur ekonomis
obligasi yang sebenarnya. Ukuran tersebut harus mampu memperhitungkan keseluruhan pola
(baik waktu ataupun besarnya) aliran kas selama obligasi. Salah satu konsep pengukuran umur
obligasi yang sesuai dengan hal itu, disebut dengan durasi. Konsep durasi pertama kali
dikenalkan oleh Frederick Macaulay kurang lebih lima puluh tahun yang lalu, dan selanjutnya
banyak dipakai dalam penilaian obligasi.
Durasi mengukur rata-rata tertimbang maturitas aliran kas obligasi, berdasarkan konsep nilai
sekarang (present value). Dengan demikian, durasi suatu obligasi adalah sama dengan jumlah
tahun yang diperlukan untuk bisa mengembalikan harga pembelian obligasi tersebut. Hal ini
dilakukan dengan cara menghitung nilai sekarang aliran kas yang bisa diperoleh dari obligasi
tersebut, hingga mencapai sebesar harga pembelian obligasi tersebut. gambar 9.3 berikut ini
memberikan ilustrasi durasi obligasi untuk kasus obligasi yang akan jatuh tempo 5 tahun dan
memberikan kupon 16%, serta diperdagangkan dengan harga pasar yang sama dengan nilai par
Rp1.000.

Gambar 9.3. pola aliran kas pada obligasi yang kuponnya 16% per tahun (dibayar setiap 6
bulan) dan jatuh tempo dalam 5 tahun
Gambar 9.3 tersebut menunjukan pola aliran kas untuk obligasi yang kuponnya 16% dan
jatuh tempo 5 tahun lagi. Dari gambar tersebut terlihat bahwa obligasi tersebut akan memberikan
aliran kas Rp 80 per 6 bulan atau Rp160 per tahunnya, kecuali untuk waktu jatuh tempo akan
diterima pelunasan obligasi, yaitu Rp1000 ditambah dengan penerimaan bunga, yaitu Rp80,
sehingga pada saat jatuh tempo investor akan menerima Rp1080. Pada gambar tersebut juga
terlihat maturitass obligasi adalah 5 tahun. Tetapi sesuai dengan konsep durasi, obligasi tersebut
ternyata hanya memerlukan waktu kurang dari 5 tahun untuk mencapai nilai sebesar harga
pembelian obligasi (Rp1000), yaitu 3,8 tahun (ditunjukan dengan tanda panah). Untuk
menghitung besarnya dapat digunakan persamaan 9.2 berikut ini:
Durasi Macaulay = (9.2)

Dalam hal ini:


t = periode dimana aliran kas diharapkan akan diterima
n = jumlah periode sampai jatuh tempo
PV(CFt) = nilai sekarang dari aliran kas periode t yang didiskontokan pada tingkat YTM
P = harga pasar obligasi
Persamaan 9.2 diatas menunjukan bahwa durasi ditentukan dengan cara menghitung nilai
sekarang aliran kas dibagi dengan harga pasar obigasi, dan hasilnya dikaitkan dengan jumlah
tahun aliran kas tersebut. Dengan menggunakan contoh sebelumnya, kita dapat menghitung
durasi obligasi tersebut seperti terlihat pada table 9.4 dibawah ini.
Tabel 9.4. perhitungan durasi untuk obligasi maturitas 5 tahun, kupon 16% dan diperdagangkan dengan
harga Rp1000
Tahun Aliran kas(Rp) PV Factor Nilai PV (Rp) (4)/hrg (1)X(5)

(1) (2) (3) (4)=(2)X(3) (5) (6)

1 160 0,862 137,92 0,138 0,138


2 160 0,743 118,88 0,119 0,238
3 160 0,641 102,56 0,103 0,309
4 160 0,552 88,32 0,088 0,352
5 1160 0,476 552,16 0,552 2,760

Durasi= 3,797
Aliran kas untuk contoh obligasi diatas adalah 5 kali pendapatan kupon sebesar
Rp160 ditambah nilai pelunasan obligasi sbesar Rp1000 pada akhir tahun kelima. Angka
durasi yang didapat adalah 3,797 tahun atau 1,2 tahun lebih pendek dari maturitasnya. Untuk
obligasi yang memberikan kupon, waktu maturitasnya relative lebih panjang dibandingkan
dengan durasinya.
Lamanya durasi suatu obligasi akan ditentukan oleh tiga factor yaitu maturitas
obligasi, pendapatan kupon, dan yield to maturnity-nya. Dari tiga factor tersebut, hanya
factor maturitas saja yang mempunya hubungan searah dengan durasi. Jika pembayaran
kupon dan tingkat YTM tetap, maka durasi akan semakn besar, jika waktu maturitas semakin
panjang, tetapi dengan tingkat peningkatan yang semakin menurun. Sedangkan pendapatan
kupon, mempunyai YTM tetap, semakin besar pendapatan kupon, maka durasi obligasi
semakin pendek. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendapatan kupon, maka akan
semakin cepat pengembalian biaya pembelian obligasi, sehingga durasinya akan relative
lebih pendek disbanding obligasi yang memberikan pendapatan kupon yang lebih rendah.
Untuk factor ketiga, yaitu YTM, jika pembayaran kupon dan maturitas obligasi dianggap
tetap, maka YTM akan mempunyai hubungan yang terbalik dengan durasi.
Konsep durasi merupakan konsep yang sangat penting dalam analisis dan
manajemen investasi obligasi. Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya konsep
durasi tersebut. Pertama, konsep durasi tersebut bias menjelaskan kepada kita mengenai
perbedaan antara umur efektif berbagai alterntif pilihan obligasi. Obligasi A dan B dengan
durasi yang sama, tetapi mempunyai YTM yang berbeda akan relative mempunyai kesamaan,
jika dibandinngkan dengan obligasi C dan D yang mempunyai maturitas yang sama tetapi
memiliki durasi yang berbeda. Kedua, konsep durasi dapat digunakan sebagai salah satu
stategi imunisasi. Ketiga, durasi dapat digunakan sebagai ukuran yang lebih akurat untuk
mengukur sensitivitas harga obligasi terhadap pergerakan tingkat bunnga, karena durasi
sudah mengkombinasikan kupon dan maturitas obligasi. Untuk menghitung peresentase
perubahan harga obligasi karena adanya perubahan tingkat bunga tertentu, maka kita bias
menggunakan durasi yang sudah dimodifikasi dengan cara berikut:
Durasi yang dimodifikasi = D* = D/(1+r)
Dalam hal ini:
D* = durasi yang dimodifikasi
r = YTM obligasi
Durasi yang dimodifikasi dimodifikasi dapat digunakan untuk menghitung persentase
perubahan harga suatu obligasi akibat adanya perubahan harga suatu obligasi akibat adanya
perubahan tingkat bunga pasar, seperti terlihat pada persamaan 9.4 berikut ini. Meskipun
demikian, hasilnya hanyalah merupakan tingkat persentase perubahan yang mendekati saja:
% perubahan harga = (9.4)

Atau

(9.5)

Dalam hal ini:

= perubahan harga

P = harga obligasi sebelumnya


-D* = durasi yang dimodifikasi ditambah dengan tanda negatif

= perubahan pada tingkat bunga pasar

Dengan menggunakan contoh sebelumnya, yaitu durasi sebesar 3,797 dan YTM sebesar
16%, maka durasi yang dimodifikasi adalah 3,273.
D* = 3,797 /(1+0,16) = 3,273
Jika diasumsikan terjadi perubahan tingkat bunga pasar sebesar 3% yaitu dari 10% menjadi
13%, maka perubahan harga obligasi akan mendekati -9,82%

Jika digambarkan dalam bentuk grafik, hubungan antara perubahan harga obligasi
dengan perubahan tingkat bunga dengan menggunakan durasi yang dimodifikasi akan
membentuk garis lurus. Di sisi lain, seperti dijelaskan sebelumnya, hubungan harga obligasi
dengan tingkat bunga pasar akan membentuk kurva cekung (gambar 9.2). perbedaan
perhitungan persentase perubahan harga obligasi jika ada perubahan tingkat bunga dengan
menggunakan durasi yang dimodifikasi (berbentuk garis lurus) dengan perhitungan
perubahan yang menggunakan metode nilai sekarang (berbentuk kurva cembung) terlibat
pada gambar 9.4 berikut ini.
Dari gambar 9.4. diatas, terlihat bahwa semakin kecil perubahan tingkat bunga pasar dari
tingkat kupon, maka perbedaan antara kedua perhitungan tersebut tidak terlalu besar.
Kesalahan perhitungan dengan menggunakan durasi yang dimodifikasi akan semakin
membesar dengan semakin besarnya perubahan tingkat bunga pasar yang terjadi. Dsamping
itu kita juga bisa melihat jika semakin cekung suatu kurva hubungan antara harga obligasi
dengan tingkat bunga dengan menggunakan metode nilai sekarang, akan semakin besar pula
perbedaan antara perhitungan perubahan harga obligasi menggunakan nilai sekarang dengan
menggunakan konsep durasi yang dimodifikasi.

Soal-jawab 9.2. Durasi


Soal: sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp1000 dan kupon 8% dibayar setengah tahunan
akan jatuh tempo 3 tahun mendatang serta harga pasarnya adalah Rp937,10. Berapakah
durasi macaulay dan durasi yang dimodifikasi?

Pertama hitung dulu pertama hitung dulu YTM obligasi. Periksalah bahwa YTM obligasi
adalah 10,5%. Setelah susun tabel berikut dan hitung durasinya.

Tahun Periode Arus kas PV PV Tahun x PV :


Factor Harga obligasi

0,5 1 40.000 0,950119 38.004,75 0,020278

1 2 40.000 0,902726 36.109,03 0,038533


1,5 3 40.000 0,857697 34.307,86 0,054916

2 4 40.000 0,814914 32.596,55 0,069569

2,5 5 40.000 0,774265 30.970,56 0,082623

3 6 1.040.000 0,735643 765.069,2 2,449266

Durasi =2,715185
Duras Modifikasi = 2,579749
KESIMPULAN
Dalam penilaian obligasi, nilai intrinsic suatu obligasi akan sama dengan nilai sekarang dari
aliran kas yang diharapkan dari obligasi tersebut. Nilai atau harga obligasi bisa diketahui dengan
“mendiskontokan” semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon obligasi, ditambah
pelunasan obligasi sebesar nilai par yang akan diterima pada saat jatuh tempo, dengan yield yang
disyaratkan investor.
Kita dapat menentukan nilai atau harga obligasi dengan cara:
1. Menentukan nilai sekarang dari pendapatan kupon yang diperoleh setiap tahun.
2. Menentukan nilai sekarang dari nilai par yang akan diperoleh pada saat obligasi jatuh tempo.
3. Menjumlahkan nilai sekarang dari pendapatan kupon (1) dan nilai par (2).
Harga obligasi akan berubah jika ada perubahan pada tingkat bunga pasar dan yield yang
diisyaratkan oleh investor dengan arah yang berlawanan. Sedangkan jika terjadi perubahan
tingkat bunga, maka dua faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga obligasi adalah
tingkat kupon dan maturitasnya. Bila terjadi penurunan (kenaikan) tingkat bunga, maka harga
obligasi akan naik (turun), tetapi persentase perubahan harga yang relatif lebih besar akan terjadi
pada obligasi yang mempunyai maturitas lebih panjang dan tingkat kupon yang lebih rendah.
Maturitas yang dijadikan ukuran umur obligasi sudah tidak cukup memadai lagi, karena
maturitas hanya memfokuskan pada return principal pada saat jatuh tempo saja. obligasi yang
mempunyai umur maturitas yang sama, tetapi memberikan kupon yang berbeda ternyata tidak
bisa dianggap sama umur maturitas. Diperlukan satu ukuran umur obligasi alternative yang bisa
menunjukkan umur ekonomis obligasi yang sebenarnya, disebut dengan durasi.
Durasi mengukur rata-rata tertimbang maturitas aliran kas obligasi, berdasarkan konsep nilai
sekarang (present value). Hal ini dilakukan dengan cara menghitung nilai sekarang aliran kas
yang bisa diperoleh dari obligasi tersebut, hingga mencapai sebesar harga pembelian obligasi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai