Anda di halaman 1dari 13

BAB VI

PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP BISNIS


INTERNASIONAL

6.1. Pendahuluan
Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca dapat memahami teori parietas daya beli
dan implikasi-implikasinya terhadap perubahan nilai tukar, mampu memahami teori
intenational fisher efect dan implikasi-implikasinya terhadap perubahan nilai tukar dan mampu
memahami perbandingan teori PPP, IRP, dan IFE?

6.2. Latar Belakang


Kaitan antara tingkat inflasi, tingkat suku bunga dengan nilai tukar jika dihubungkan
dengan aspek country risk. Jika dalam suatu Negara tengah mengalami tingkat inflasi yang
tinggi dimana jumlah uang beredar relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang,
pemerintah akan berusaha mengatasi hal tersebut dengan meningkatkan tingkat suku bunga.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat lebih memilih untuk menyimpan uang mereka di bank
dari pada mengkonsumsinya. Sehingga tigkat permintaan atau konsumsi barang atau jasa dapat
menurun . Hal ini dapat berdampak pada keseimbangan jumlah barang dan jumlah uang
beredar sehingga dapat kembali pada keadaan equilibrium atau keseimbangan semula.
Negara yang inflasinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lain maka mata
uangnya akan cenderung melemah (relative inflation rate). Hal ini terkait dengan aspek
purchasing power parity. Dimana ketika inflasi meningkat maka purchasing power parity akan
menurun. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory (PPP) digunakan untuk
menganalisa pengaruh inflasi antara dua negara terhadap kurs valas. Variabel-variabel yang
digunakan dalam PPP adalah perubahan kurs spot dalam persentase dan perbedaan laju inflasi
antar dua -negara. Menurut PPP, kurs spot suatu valas akan berubah sebagai reaksi terhadap
inflasi. Ketika harga produk dalam negeri mengalami peningkatan maka masyarakat akan
cenderung untuk mencari alternatif tawaran dari Negara lain yang lebih murah. Akibatnya kurs
mata uang dalam negeri akan melemah seiring dengan penurunan permintaan akan mata uang
dalam negeri. Permintaan mata uang asing akan meningkat seiring dengan peningkatan produk
dari Negara lain. Itulah sebabnya mengapa Negara yang inflasinya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan Negara lain maka nilai mata uangnya akan cenderung melemah.
Sedangkan hubungan antara tingkat suku bunga dan nilai tukar adalah sebagai berikut.
Negara dengan tingkat suku bunga yang relatif lebih tinggi maka nilai mata uangnya akan

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
1
cenderung menguat. Hal ini terkait dengan penyimpanan uang. Jika suatu Negara memiliki
interest rate yang lebih tinggi maka masyarakat akan cenderung lebih tertarik untuk
menyimpan uangnya di Negara tersebut. Terdapat dua pendekatan dalam meganalisis relative
interest rate terhadap nilai tukar mata uang, yakni International rate parity dan International
Fisher Effect
Dengan menggunakan teori paritas suku bunga dapat diketahui hubungan antara bursa
valas dan pasar uang internasional Interest Rate Pariety Theory (IRP) paling banyak digunakan
dalam literatur keuangan internasional yang menyatakan bahwa perbedaan tingkat suku bunga
pada pasar keuangan internasional mempunyai kecenderungan yang sama dengan forward rate
premium atau forward rate discount. IRP menekankan pada perbedaan antara kurs forward dan
kurs spot yang tercermin dari perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara. Kurs forward
mata uang suatu negara yang mengandung premi ditentukan oleh perbedaan tingkat suku bunga
antar negara. Akibatnya arbitrase suku bunga yang ditutup akan lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan suku bunga domestik. Variabel yang digunakan pada IRP adalah premi
forward dan perbedaan suku bunga antar dua Negara.
IRPT memfokuskan pembahasannya pada penyebab terjadinya perbedaan antara kurs
forward dengan kurs spot yang dapat mencerminkan perbedaan antara tingkat suku bunga
antara dua negara dalam suatu periode tertentu. Sedangkan pada PPPT dan International Fisher
Effect Theory (IFE) memfokuskan pembahasannya pada bagian kurs spot berubah sepanjang
waktu. International Fisher Effect Theory memprediksikan bahwa kurs spot bergerak
mengikuti perbedaan suku bunga antar negara. Dengan demikian terdapat hubungan antara
International Fisher Effect Theory dengan PPPT, karena perbedaan tingkat suku bunga antar
dua negara dipengaruhi oleh perbedaan tingkat inflasi antar negara.

6.3. Teori Paritas Daya Beli


Laju inflasi biasanya bervariasi antar negara, yang menyebabkan pola-pola perdagangan
international dan nilai tukar yang menyesuaikan diri mengikuti gerak inflasi. Salah satu teori
yang membahas tentang hal ini adalah teori paritas daya beli. Teori ini menyatakan bahwa nilai
tukar akan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu untuk mencerminkan selisih inflasi antara
dua negara, akibatnya daya beli konsumen untuk membeli produk-produk domestik yang akan
sama dengan daya beli mereka untuk membeli produk-produk luar negeri.
Teori ini melihat hubungan nilai tukar dan inflasi dimana nilai tukar akan menyesuaikan
diri dari waktu ke waktu hingga mencerminkan selisih inflasi antar negara. Dari penjelasan
tersebut ada hubungan yang berbanding lurus dimana untuk mengimbangi laju inflasi maka

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
2
nilai tukar harus dapat mencerminkan selisih dari laju inflasi tersebut agar perbedaan harga
barang yang mahal tidak terjadi. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak berubah untuk
mengkonsumsi produk dari negara lain sehingga produk tersebut laku dipasar yang terkena
damapak laju inflasi.
a. Formula Paritas Daya Beli (PPP)
Formula Paritas Daya Beli adalah formulasi atas persentase perubahan nilai tukar
kurang lebih harus sama dengan selisih laju inflasi cukup kecil. Formula ini tepat jika
laju inflasi cukup kecil. Untuk formulasi yang dibawah melihat hubungan antara laju
inflasi relatif dengan nilai tukar menurut teori paritas daya beli. Perhatikan jika Ih<If,
maka ef haruslah positif hal ini menyiratkan bahwa valuta asing yang dimaksud akan
mengalami apresiasi terhadap valuta domestik pada saat inflasi domestik melebihi inflasi
luar negri. Begitupun juga sebaliknya jika Ih>If maka akan negatif. Artinya ini valuta
asing akan mngalami depresiasi pada saat inflasi dinegara tersebut melebihi inflasi
domestik
b. Bentuk Paritas Daya Beli (PPP)
1) Absolute Purchasing Power Parity
Salvatore mengungkapkan bahwa teori paritas daya beli versi absolut
merupakan titik ekuilibrium dari nilai tukar antar dua negara dan rasio tingkat harga
dari kedua negara yang bersangkutan.
Teori paritas daya beli versi absolut pada dasarnya adalah perbandingan nilai
satu mata uang terhadap mata uang lain yang ditentukan oleh tingkat harga pada
masing- masing negara.
Menurut Madura bentuk absolut teori ini menyatakan bahwa harga dari 2
produk yang homogen di negara-negara yang berbeda akan sama jika diukur oleh
valuta yang sama. Jika terjadi perbedaan harga pada valuta yang sama setelah
melakukan pengukuran maka harga yang satu akan mendekati harga yang lain.
Sebagai contoh jika amerika dan cina memproduksi produk yang sama dan harga
di amerika lebih rendah daripada di china jika diukur dengan valuta yang sama
maka permintaan di negara amerika akan meningkat dan akan menurunkan
permintaan dinegara China. Konsequensinya nila tukar antara kedua negara akan
berubah. Namun ada beberapa faktor yang akan melemahkan teori absolut ini yakni
biaya tranportasi, bea masuk dan kuota. Karena pengaruh dari faktor tersebut akan
menimbulkan perbedaan harga walaupun pada valuta yang sama.
Contoh soal Absolute PPP :

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
3
Contoh dari teori purchasing power parity absolute. Misalnya harga 1kg
buah apel USA pada 2 tempat sebagai berikut:
𝑗𝑎𝑘𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑛𝑒𝑤 𝑦𝑜𝑟𝑘
=
8000 𝑈𝑆𝐷
Ini berarti bahwa harga 1kg apel USA = Rp. 8000 = USD 1
Dengan demikian, kurs valas atau forex rate
𝑅𝑝
𝑈𝑆𝐷
Berdasarkan paritas daya beli dari masing – masing mata uang adalah
sebesar
𝑅𝑝.8000
𝑈𝑆𝐷
Akan tetapi, teori PPP absolute ini tidak realistis karena tidak
memperhitungkan biaya transpor, tarif, dan kuota. Oleh karena itu muncul teori
PPP relatif yang menyatakan harga suatu produk yang sama akan tetapi berbeda
karena ketidaksempurnaan pasar yang di sebabkan faktor transportasi, tarif dan
kuota.
2) Relative Purchasing Power Parity
Paritas daya beli bentuk relatif mempertimbangkan bahwa dengan adanya
ketidaksempurnaan pasar, seperti adanya bea masuk, biaya transportasi, dan kuota
yang berbeda di berbagai negara, harga sejumlah produk pada negara yang berbeda
tidak selalu sama jika diukur dalam mata uang yang sama.
Menurut Madura teori bentuk relatif dari teori paritas daya beli, teori ini
menyatakan bahwa laju perubahan indeks harga di dua negara akan hampir sama
jika diukur memakai valuta yang sama sejauh biaya transportasi dan hambatan-
hambatan perdagangan tidak mengalami perubahan. Dalam versi alternatif yang
memperhitungakan faktor ketidaksempurnaan pasar seperti biaya tranportasi,tarif
dan kuota. Dalam versi ini mengakui bahwa ketidaksempurnaan pasar ini dapat
membuat harga pada produk yang sama dinegara berbeda ini tidak sama sama jika
menggunakan valuta yang sama. Namun teori relatif PPP mengungkapkan indeks
harga dari produk yang sama di negara yang berbeda itu bisa jadi tidak jau
berbeda jika diukur dengan vauta yang sama, selama tranportasi dan proteksi
perdagan tidak berubah. Sebagai contoh, ada dua negara yang melakukan
perdangan dengan produk yang sama dengan asumsi awal laju inflasi berada pada
titik 0 dan nilai tukar berada pada titik ekuilibrium. Seiring berjalannya waktu
kedua negara mengalami inflasi, supaya teori PPP ini berfungsi maka kedua negara

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
4
haru menyesuaikan nilai tukar agar dapat engimbangi perbedaan aju inflasi
sehingga perbedaan harga produk yang berbeda tidak akan terjadi sehingga
konsumen pun tetap setia pada produk negara tersebut.
Dalam pengujian paritas daya beli periode dasar yang dipilih harus
mencerminkan suatu posisi yang ekuilibrium karena periode berikutnya akan di
evaluasi dalam perbandinganya dengan periode dasar. Namun hal tersebut sangat
sulit untuk memilih suatu periode dasar. Hal inilah yang mendorong penghapusan
sistem nilai tukar tetap yakni kesulitan dalam mengidentifikasi nilai tukar
ekuilibrium.

Gambar 1 Relative Purchasing Power Parity

Perubahan kurs PPP absolute menjadi kurs PPP relatif dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Keterangan :
𝑝ℎ = Price index home country
𝑖ℎ = Inflation rate home country
𝑝𝑓 = Price index foreign country
𝑖𝑓 = Inflation rate foreing country
𝑒𝑓 = presentase (%) perubahan kurs

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
5
Karena 𝑒𝑓 dinyatakan sebagai presentase perubaan kurs valas atau forex rate,
yang di dapat sebagai berikut:
1+𝑖ℎ
𝑒𝑓 = −1
1+𝑖𝑓

Menunjukan hubungan antara tingkat inflasi di kedua kota/negara dengan kurs


valas. Dari rumusan diatas dapat dikemukakan sebagai berikut.
 Jika 𝑖𝑓 > 𝑖ℎ maka 𝑒𝑓 > 0 (positif), sehingga kurs valas dari foreign currency
akan apresiasi. Dan sebaliknya kurs domestic currency depresiasi
 Jika 𝑖𝑓 < 𝑖ℎ maka 𝑒𝑓 < 0 (negatif), sehingga kurs valas dari foreign currency
akan depresiasi dan sebaliknya kurs domestic currency akan apresiasi.
Contoh :
Tingkat Inflasi indonesia = 9% pertahun
Tingkat Inflasi USA = 3% pertahun
Spot rate (SR) 01/12/2014 = Rp 5.000/USD
Tentukan kurs valas dan foward rate satu tahun ke depan
1+0,09
𝑒𝑓 = −1
1+0,03

= 1,058 – 1 = 5,8%
Berarti kurs valas USD akan apresiasi terhadap Rp sebesar 5,8%
Foward date 01/01/2015 = Rp 5.000 (1+5,8%)
= Rp 5.920
Penghitungan dengan formula lebih sederhana adalah :
𝐹𝑅 = 𝑆𝑅 {1 + {𝐼ℎ − 𝐼𝑓 )}
Contoh berdasarkan soal sebelumnya
𝐹𝑅 = 𝑆𝑅 {1 + {𝐼ℎ − 𝐼𝑓 )}
𝐹𝑅 = 𝑅𝑝 5.000 {1 + {9% − 3%)}
= Rp 5.300/USD

c. Teori Interest Rate Parity ( IRP)


Interest Rate Parity (IRP) adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam
keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan bursa valas (forex
market) dengan pasar uang internasional (international money market) atau dengan kata
lain teori ini menganalisis hubungan antara perubahan kurs valas dengan perubahan
tingkat bunga.

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
6
Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (securities) pada
international money market akan cenderung sama dengan forward rate premium atau
discount.
𝐴
AN = [𝑆𝑅ℎ ] (1 + 𝑖𝑓 )𝐹𝑅

Dimana:
An = Amount atau jumlah uang dalam negeri (domestic currency) yang akan diterima
dari suatu deposti/investasi atau yang akan dibayar dari pinjaman pada akhir suatu
periode.
Ah = Amount atau jumlah uang dalam negeri (domestic currency) yang
diinvestasikan/didepositokan atau dipinjamkan.
If = Interest rate atau tingkat bunga foreign tersebut.
SR = Spot Rate
FR = Foward Rate
Rumus diatas dapat ditulis menjadi sbb;
𝐴
AN = [𝑆𝑅ℎ ] (1 + 𝑖𝑓 ){𝑆𝑅(1 + 𝑝)}

An = Ah (1+if) (1+p)
Menurut formula umum, rate of return (ROR) yang akan diperoleh dari
investasi atau deposito yang dilakukan diluar negeri (rf) adalah sebesar:
𝐴𝑛−𝐴ℎ
Rf = 𝐴ℎ
𝐴ℎ (1+𝑖𝑓 )(1+𝑝)−𝐴ℎ
𝑅𝑓 𝐴ℎ

Rf = (1+if ) ( 1+p) – 1
Secara teoritis, seorang investor akan menginvestasikan atau mendepositokan
dana dalam valas apabila rate of return dari luar (rf) minimal akan sama atau lebih tinggi
daripada tingkat bunga dalam negeri atau home country interest rate (ih) atau dengan
kata lain dapat dirumuskan menjadi rf = ih. Bila Rf disubstitusikan dengan ih pada
persamaan diatas, maka akan diperoleh rumus sbb:
(1+if) – 1 = ih
(1+if) (1+p) =1+ih
1+𝑖
1 + p = 1+𝑖ℎ
𝑓

1+𝑖
P = 1+𝑖ℎ – 1
𝑓

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
7
Dari rumusan perhitungan forward premium/discount di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
 Bila ih > if maka akan diperoleh p > 0 atau positif; berarti forward rate premium
dan FR > SR.
 Bila ih < if maka akan diperoleh p < 0 atau negatif; berarti forward rate discount
dan FR < SR.
Dengan demikian, dengan memperhatikan perbedaan tingkat bunga antara dua
negara, seorang investor akan dapat menentukan dalam valas apa dananya akan
diinvestasikan.
Contoh Soal :
Tingkat bunga per tahun GBP = 3% dan USD = 2%. Jika USD sebagai home
currency, maka hitungannya adalah sebagai berikut.
(1+𝑖ℎ)
P = –1
(1+𝑖𝑓)

1,02
= 1.03 – 1

= 0.00097 = -0.97%
P = -0.97 < 0 atau negatif, berarti FR discount.
Bila SR = USD 1,50/GBP, maka FR adalah sebgai berikut.
FR = USD. 1,50 (1-0.0097)
= USD.1,49/GBP,
maka FR < SR atau dengan kata lain GBP depresiasi terhadap USD.
Contoh lain misalnya tingkat bunga per tahun Rp = 15% dan USD = 6%. Jika
Rp sebagai home currency, maka hitungannya adalah sebagai berikut.
(1+𝑖ℎ)
P = –1
1+𝑖𝑓)

1.15
= 1.06 – 1

= 0.0849 = 8.49%
P = 8.49% > 0 atau positif, berarti FR premium.
Bila SR = Rp 8000 / USD, maka FR = SR (1 + P).
FR = Rp 8000 (1 + 0.0849)
= Rp 8.679,20 maka FR > SR atau dengan kata lain USD apresiasi
terhadap rupiah.

6.4. Teori Dampak Fisher International

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
8
Teori international fisher effect merupakan satu teori daam keuangan international. Teori
ini menjelaskan hubungan suku bunga dengan nilai tukar. Teori IFE menyatakan bahwa suku
bunga nominal terdiri dari bunga rill dan ekspektasi inflasi. Teori ini memiliki keterkaitan
dengan teori PPP dimana ada kaitannya dengan laju infasi. Suku bunga bebas-resiko nominal
mengandung tingkat pengembalian riil dan ekspektasi inflasi. Setiap investor menginginkan
tingkat pengembalian suku bunga rill yang sama, perbedaan suku bunga terjadi pada laju iju
inflasi di suatu negara. Dimana pada teori PPP sudah dijelaskan perbedaan nilai tukar
dipengaruhi oleh laju inflasi. jika semua negara memilika nilai suku bunga rill yang sama,
perbedaan yang terjadi pada suku bunga nominal berasal dari tingkat ekspektasi inflasi.
Teori IFE menyatakan bahwa valuta-valuta asing yang memiliki suku bunga relatif tinggi
akan mengalami depresiasi karena suku bunga nominal yang tinggi menandakan ekspektasi
inflasi yang tinggi pula. Sebagai contoh asumsikan bahwa investor-investor di AS
memeprediksi laju inflasi 6% selama 1 tahun, dan pengembalian suku bunga rill sebesar 2 %
maka suku bunga nominal yang dari sekuritas haruslah sebesar 8%. Iika investor diseluruh
negara meminta tingkat pengembalian yang sama yang menjadi pembeda di seitap ngara
terlatak pada laju inflasi.
Asumsikan suku bunga di AS sebesar 8% sedangkan dijepang sebesar 5%. Dengan
tingakat pengembalian bunga rill sebesar 2% ini artinya selisih tingkat inflasi AS dan Jepang
sebesar 3%. Dimana dalam teori PPP yang berarti AS akan mengalami depresiasi sebesar 3%.
Jika hal ini terjadi maka investor Jepang tidak akan mendapatkan keuntungan yang dia
harapkan malah akan mendapatkan keuntungan sama seperti yang ada dinegaranya. Karena
menurut teori PPP laju inflasi mempengaruhi nilai tukar sehingga terjadi penurunan nilai ketika
ditukarkan ke mata uang jepang.

Derivasi Dampak Fisher International


Hubungan antara selisih suku bunga antar dua negara dengan ekspekstasi laju inflasi
menurut teori IFE memiliki derivasi sebagai berikut. Pertama, pengembalian aktual bagi
investor yang berinvestasi dalam sekuritas-sekuritas pasar uang seperti perbankan deposito
jangka pendek di negara asal mereka adalah suku bunga yang ditawarkan oleh sekuritas-
sekuritas tersebut. Sedangkan jika para investor berinvestasi di luar negara asal maka
pengembalian aktual mereka tergantung, bukan hanya saja pada suku bunga luar negri saja tapi
juga pada persentase perubahan nilai valuta asing pada suku bunga luar negeri. Dari penjelasan
tersebut ketika seorang berinvestasi pada negara asal maka mereka akan mendapat pengebalian
suku bunga yang di tetapkan oleh sekurita-sekuritas tersebut tetapi jika mereka berinvestasi di

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
9
luar negeri pengembalian mereka tergantung pada nilai tukar di negaranya dengan di luar
negeri. Ini merupakan sebuah resiko bagi investor yang meakukan investasi di luar negeri.
ih= suku bunga dalam negeri
if= suku bunga luar negeri
ef= nilai valuta asing
jika ih>if, ef akan positif. Yaitu valuta asing mengalami apresiasi pada suku bunga luar
negeri lebih rendah dari pada suku bunga domestik. Apresiasi ini akan meningkatkan
pengembalian luar negeri terhadap investor domestik. Maka membuat pengembalian sekuritas-
sekuritas luar negeri sama dengan sekuritas-sekuritas domestik. Begitu pula kebaliknya jika
suku bunga nominal domestik lebih kecil dari suku bunga nominal luar negeri perubahan valuta
saing menjadi negatif, maka valuta asing mengalami depresiasi pada saat suku bunga luar
negeri melampaui suku bunga domestik. Akibat dari depresiasi ini mengurangi pengembalian
dari sekiritas-sekuritas luar negeri atas sekuritas-sekuritas domestik dari perspektif investor
domestik. Ini artinya pengembalian sekuritas luar negeri tidak lebih baik dari pengembalian
sekuritas domestik.
Teori yang memepelajari tentang hubungan antara presentase (%) perubahan spot rate
(SR) dengan perbedaan tingkat bunga (i) pasar uang di berbagai negara dikenal sebagai IFE
theory yang menyatakan bahwa : “SR akan berubah dengan presentase (%) yang sama, tetapi
arah berlawanan dengan perbedaan atau selisih tingkat bunga antara dua negara”. Pernyataan
di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑆𝑅2− 𝑆𝑅
x 100 = i $ - i y
𝑆𝑅1

Keterangan:
SR1 = Spot rate periode pertama
SR2 = Spot rate periode kedua
i$ = Tingkat bunga USD
iy = Tingkat bunga JPY
Selanjutnya menurut teori IFE : actual or effective return (r) dari investasi pada pasar
surat berharga di pasar uang (money market) luar negeri tergantung pada:
a. Foreign interest (if),
b. Presentase perubahan nilai forex (ef).
Dengan demikian, effective return di pasar uang atau bank luar negeri dapat dirumuskan
sebagai berikut:
r = (1 + if ) ( 1 + ef) – 1

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
10
Menurut teori IFE, effective return pada home investment/ deposit (ih) pada dasarnya
secara rata-rata akan sama dengan effective return pada foreign investment / deposit (rf),
sehingga : rf = ih.
(1+if) (1+𝑒𝑓 ) − 1 = 𝑖ℎ
(1+if) (1+𝑒𝑓 ) = (𝑖ℎ + 1)
Sehingga persamaan diatas sama seperti berikut :
(1+𝑖 )
𝑒𝑓 = (1+𝑖ℎ) − 1
𝑓

Formula diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.


 Bila 𝑖ℎ > 𝑖𝑓 , maka 𝑒𝑓 > 0 (positif), sehingga forex akan apresiasi. Apresiasi forex ini
akan menaikkan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari luar
negri.
 Bila 𝑖ℎ < 𝑖𝑓 , maka 𝑒𝑓 < 0 (negatif), sehingga forex akan depresiasi. depresiasi forex
ini akan menurunkan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari
luar negri.
Cntoh Soal :
Effective return home investment = 𝑖ℎ = 11%
Interest rate foreign deposit = 𝑖𝑓 = 12%
Agar effective return dari kedua investasi ini sama bagi investor domestik maka
presentasi (%) perubahan forex rate akan mecapai sebesar :
(1 + 𝑖ℎ )
𝑒𝑓 = −1
(1 + 𝑖𝑓 )
(1 + 11%)
𝑒𝑓 = −1
(1 + 12%)
= -0,0089 = -0,89%
Ini berarti forex dari foreign deposit akan depresiasi sebesar 0,89% untuk membuat
effective return dari foreign deposit = 11% bagi investor dalam negri

6.5. Perbandingan Antara Teori PPP, IRP dan IFE

Tabel 1 Perbandingan Antara Teori PPP,IRP dan IFE


Paritas Suku Bunga 1. persentase Kurs spot dari suatu valuta dalam
(PPP) perubahan kurs hubungannya dengan valuta ain akan
spot berubah sebagai reaksi terhadap laju
2. selisih inflasi inflasi antara dua negara.

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
11
Konsekuensinya daya beli konsumen
pada saat memebli barang didalam
negerinya sendiri akan sama dengan
daya beli mereka pada saat
mengimpor barang dari luar negeri

Paritas Daya Beli 1. premium Kurs forward suatu valuta dalam


(IRP) diskon(Kurs hubungannya dengan valuta lain akan
forward) mengandung premium atay diskon
2. selisih suku seuai selisih suku bunga antara 2
bunga1 negara. Karenanya covered interest
rate tidak akan memberikan
pengembalian yang lebih baik dari
pada pengembalian domestik
Dampak 1. persentase Kurs spot dari valuta dalam
Fisher International perubahan hubunganya dengan valuta lain akan
(IFE) pada kurs spot berubah sesuai dengan selisih suku
2. selisih suku bunga antar dua negara
bunga konsekuensinyya dari persepektif
investor dalam negeri pnfgembalian
dari sekuritas-sekuritas pasar uang
luar negeri secara rata-rata tidak akan
lebih baik dari dibanding
pengembalian dari sekiritas-sekuritas
pasar uang dalam negeri

Teori ini tidak berjalan dengan baik jika faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar
selain inflasi. Seperti misalnya kebijakan pemerinta,tingkat pendapatan,ekspektasi dan
interaksi antar faktor. Ketika semua faktor ini terdapat dalam suatu negara maka akan sulit
berjalannya teori ini.

6.6. Kesimpulan
Teori Purchasing Power Parity menyatakan. bahwa tingkat inflasi dapat mempengaruhi
nilai tukar mata uang. Teori Interest Rate Parity menyatakan bahwa tingkat suku bunga dapat
mempengaruhi nilai tukar mata uang. Berdasarkan teori Purchasing Power Parity dan teori
Interest Rate Parity maka tingkat inflasi dan suku bunga di suatu negara mempunyai pengaruh
terhadap nilai tukar mata uang.
Kedua faktor tersebut dapat berinteraksi sehingga menimbulkan pengaruh yang lebih
besar terhadap nilai tukar mata uang. Sebagai contohnya, perubahan perbedaan inflasi dapat
mempengaruhi perbedaan suku bunga. Dengan adanya perubahan perbedaan inflasi dan suku
bunga maka nilai tukar mata uang akan cenderung menyesuaikan dengan keadaan tersebut.

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
12
Dari analisis parity condition dapat dikemukakan beberapa catatan penting yang perlu
diperhatikan oleh para investor ataupun pedagang valas yang ingin memperoleh keuntungan
dari investasi jangka pendeknya, yaitu : pertama berusaha untuk melakukan investasi atau
memiliki piutang dalam valas / forex yang tingkat bunganya relative tinggi dan cenderung akan
apresiasi. Dan kedua sebaliknya, meminjam atau memiliki utang dalam valas atau forex yang
tingkat bunganya relative rendah dan cenderung akan depresiasi.

6.7. Evaluasi
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teori paritas daya beli (PPP). Berbasis teori ini
bagaimana prediksi nilai valuta dari Negara – Negara yang laju inflasinya sangat
tinggi?
b. Selisih inflasi antara AS dengan Negara – Negara industry lain biasanya hanya
beberapa persentase saja dalam satu tahun manapun. Tetapi, nilai tukar aktual antara
dolar AS dengan valuta dari Negara – Negara tersebut seringkali berubah 10% atau
lebih. Implikasi apa yang disiratkan oleh informasi ini menyangkut paritas daya beli
(PPP)?
c. Jelaskan salah satu keterbatasn yang muncul pada saat menguji keberadaan paritas
daya beli?
d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dampak Fisher International (IFE). Apa
implikasi dari IFE bagi perusahaan – perusahaan yang memiliki kelebihan kas dan
terus berinvestasi dalam sekuritas – sekuritas Treasury luar negeri?

Dewi Cahyani Pangestuti


Manajemen Keuangan Internasional
13

Anda mungkin juga menyukai