Anda di halaman 1dari 13

REKSADANA INTERNASIONAL VS NASIONAL

Review

Tugas Mata Kuliah Bisnis Internasional

Dosen :
Dr. Merry Muspita DU, MP

Disusun oleh:
Budi Pratomo Sibuea

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam investasi, suka tidak suka, terkadang kita menggunakan aksi yang
dilakukan oleh investor asing sebagai acuan. Logikanya dengan dana kelolaan
yang besar, apa yang dilakukan oleh mereka, memiliki dampak besar pada
investasi Indonesia. Dan secara korelasi, memang benar, pergerakan aliran asing
memiliki korelasi yang cukup kuat dengan IHSG yaitu sekitar 0.78 pada tahun
2012 dikutip dari pernyataan Rudiyanto seorang pengamat pasar modal dan Head
of Operation and Business Development PT. Panin Asset Management.
Aliran dana asing didefinisikan sebagai akumulasi dana asing yang
masuk ke Indonesia. Akumulasi berbeda dengan net buy atau sell, sebab net buy
atau sell hanya melihat dalam basis harian. Sementara untuk Akumulasi
merupakan penjumlahan dari net buy sell harian. Sebagai contoh, misalnya
tanggal 1 asing net buy 100 M, tanggal 2 net buy 100 M dan tanggal 3 net sell
1000 M, maka akumulasi yang muncul adalah tanggal 1 sebesar 100 M, tanggal 2
sebesar 200 M (100 M + 100 M) dan tanggal 3 sebesar menjadi -800 M ( 200 M
1000 M). Untuk keperluan penelitian ini, digunakan 30 Desember 2010 sebagai
titik awal.
Aliran dana asing ini, kemudian dibandingkan dengan pergerakan IHSG.
Hasil perbandingan antara grafik IHSG dan Aliran Dana Asing adalah sebagai
berikut:

Dari grafik tersebut, bisa dilihat ketika asing lebih banyak jualan (yang
ditandai dengan akumulasi negatif), maka IHSG juga ikut turun, sebaliknya ketika
asing banyak membeli (yang ditandai dengan akumulasi positif), maka IHSG juga
akan ikut naik. Sebagai contoh:

Dari Point A ke B, IHSG dari sekitar 3300 ke sekitar 4200an.

Akumulasi Dana Asing dari -5 Triliun ke + 10 triliun (jadi ada dana asing
yang masuk sekitar 15 Triliun)

Dari Point B ke C, IHSG dari sekitar 4200 ke sekitar 3300an lagi.

Akumulasi dana asing dari +10 Triliun ke -7.5 triliun (jadi ada dana asing
yang keluar sekitar 17.5 triliun)
Dari 2 titik di atas, peneliti menginterprestasikan bahwa ketika berita
penurunan rating US yang menjadi alasan utama turunnya IHSG dan asing
banyak melakukan net sell, sebetulnya alasan yang utama adalah asing
melakukan profit taking. Sebab mereka sudah banyak membeli di harga 3400
3800. Ketika harganya turun karena mereka melakukan realisasi profit, tetap
untung. Berita penurunan rating US + Krisis Eropa segala macam menjadi alasan
melakukan profit taking.

Dari Point C ke D, IHSG berada di kisaran 3300 4200, dan dana

asing dari -7.5 Triliun menjadi +10 Triliun (berarti total ada dana masuk
sekitar 17.5 Triliun).
Dari point ini, kita bisa melihat ketika investor lokal, sebagian masih ada
yang ragu-ragu untuk masuk ketika IHSG masih di bawah 4000, asing sudah
banyak membeli saham. Ketika IHSG turun di bawah 4000 seperti sekarang,
peneliti percaya secara portofolio mereka masih untung karena sudah banyak
membeli di harga yang murah. Malah penurunan sekarang menurut peneliti adalah
salah satu momentum melakukan profit taking yang menggunakan berita krisis
eropa yang baru-baru kembali di angkat + berita perlambatan perekonomian.
Dalam pandangan peneliti, aliran dana asing memang memiliki korelasi
yang kuat dengan IHSG (sekitar 0.78), namun faktor valuasi dan investment grade
juga bisa diperhatikan. Secara pribadi, saya beranggapan dengan adanya
investment grade, dana asing yang masuk akan semakin besar. Sehingga bisa
dikatakan jenuh atau sudah puncaknya ketika dana asing yang masuk lebih dari
20-an triliun. Kedua, berbeda dengan pertengahan 2011 dimana valuasi secara PE
Ratio sudah tinggi yang mencapai 19 20 kali, valuasi saat ini sudah sekitar 14.5
15 kali. Angka ini selain di bawah rata-rata 5 tahun terakhir, juga terbilang
relatif murah untuk Indonesia.
Jadi karena kedua faktor tersebut (Investment Grade dimana dana yang
masuk akan lebih besar + Valuasi yang relatif tidak mahal) , peneliti menduga
meskipun terjadi koreksi, seharusnya tingkat koreksi tidak akan terlalu signifikan.
Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai fakta tersebut,
jika memang asing memiliki pengaruh yang sedemikian besarnya, tentu
kinerjanya, dalam hal ini pengelolaan reksa dana termasuk yang hebat juga. Hasil
penelitian sederhana yang dilakukan dengan membandingkan kinerja reksa dana
yang dikelola oleh Manajer Internasional dibandingkan dengan Manajer Investasi
Nasional menunjukkan hasil yang mengejutkan.

BAB II
REKSA DANA
2.1 Reksa dana
Sebelum membahas lebih jauh, pertama-tama penulis akan menerangkan
Reksa dana. Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi
sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi
yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini
kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik
berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat
(27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh
Manajer Investasi.
Dari kedua definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian
Reksadana yaitu:
1.

Reksadana merupakan kumpulan dana dan pemilik (investor).

2.

Diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi.

3.

Reksadana tersebut dikelola oleh manajer investasi.

4.

Reksadana tersebut merupakan instrumen jangka menengah dan pajang


Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang

ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun


kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai
Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut.
Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib
untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer
investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat
penitipan kolektif dan administratur.
2.2 Jenis Jenis Reksa Dana
Berdasar aturan hukumnya, reksadana dibagi menjadi:

Reksadana berbentuk perseroan : Perseroan menghimpun dana dengan


menjual saham perdana (IPO), kemudian menggunakan dana tersebut untuk
diinvestasikan dalam berbagai jenis efek.

Reksadana terbuka (open-end investment company); dimana investor bisa


membeli saham dari reksadana dan menjual kembali tanpa dibatasi jumlah
saham yang diterbitkan.

Reksadana tertutup (close-end investment company); investor hanya bisa


melakukan jual beli melalui bursa efek dimana saham reksadana tersebut
tercatat dengan jumlah tertentu.

Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) : ini bentuk yang paling lazim,
dimana ada kontrak antara MI dan bank kustodian yang mengikat pemegang
unit penyertaan (UP). MI diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif
dan bank kustodian memiliki wewenang untuk melakukan penitipan kolektif.
Reksadana KIK tidak menerbitkan saham melainkan melalui UP sampai
sebesar jumlah yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Investor yang
berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa surat konfirmasi dari
bank kustodian.
Menurut portofolio investasinya, reksadana dibagi menjadi:

Reksadana Pasar Uang : Reksadana yang mayoritas alokasi investasinya pada


efek pasar uang, yaitu efek utang berjangka kurang dari satu tahun seperti
SBI, deposito, dan sebagainya. Tingkat risiko (dan return) relatif paling
rendah. Reksadana ini cocok untuk jangka pendek sebagai pelengkap
tabungan atau deposito. Tidak ada biaya pembelian dan penjualan kembali.
NAB/NAV per UP selalu di-reset Rp 1.000 setiap harinya.

Reksadana Pendapatan Tetap : Reksadana yang setidaknya 80% alokasi


investasinya pada efek utang jangka panjang. Potensi risiko dan return lebih
besar daripada tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang. Cocok untuk
investasi jangka menengah (kurang dari 5 tahun). Ada sebagian reksadana
yang membagikan keuntungan berupa dividen secara berkala.

Reksadana Saham : Reksadana yang melakukan investasi sekurangnya 80%


dari portofolio ke efek ekuitas (saham). Dibanding reksadana lain, potensi

risiko dan return relatif paling tinggi dan cocok untuk jangka panjang (3
tahun atau lebih).
o

Reksadana Campuran : Alokasi aset merupakan kombinasi antara efek ekuitas


dan efek hutang yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Potensi risiko
dan return biasanya berada di antara reksadana pendapatan tetap dan
reksadana saham.
Terdapat juga beberapa jenis reksadana lain seperti reksadana terproteksi,

reksadana index fund, reksadana LQ45 ETF, juga reksadana internasional yang
sangat beragam.
2.3 Keuntungan Berinvestasi di Reksadana

Investor memiliki akses untuk menyusun portofolio dari beragam instrumen


investasi yang sulit (dan mahal) untuk dilakukan sendiri.

Diversifikasi secara otomatis. Portofolio investor dengan sendirinya akan


tersebar ke beragam aset sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Barrier to entry rendah. Siapapun bisa memulai berinvestasi reksadana as low


as Rp 200 ribu saja.

Investasi dikelola oleh MI profesional dengan administrasi oleh kustodian


dan diawasi secara ketat oleh Bapepam LK.

Hasil investasi reksadana bukan (belum) menjadi obyek pajak. Kupon dari
obligasi hingga saat ini juga belum menjadi obyek pajak.

Likuiditas tinggi. Unit penyertaan dapat dibeli atau dijual kembali setiap hari
bursa melalui MI.

Investor institusional seperti dana pensiun, bank, perusahaan swasta, juga


dapat memetik keuntungan dari reksadana.

Bagi pemerintah dan perusahaan emiten, reksadana merupakan salah satu


sumber dana investasi yang dapat menjangkau investor secara luas sehingga
dana terkumpul bisa jauh lebih besar.

BAB III
REKSA DANA NASIONAL DAN REKSA DANA INTERNASIONAL

Reksadana Nasional adalah reksa dana yang dikelola oleh Manajer


Investasi yang lokasi usahanya berada di Indonesia. Dengan kata lain, produk dari
MI yang telah kita kenal. Reksa Dana yang dibandingkan adalah reksa dana yang
berbasis saham. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Internasional adalah
Reksa Dana berbasis Saham yang dikelola oleh Manajer Investasi yang lokasi
usahanya berada di luar Indonesia dengan fokus investasi pada saham di
Indonesia.
Karena produk lokal yang ada amat banyak dan bisa anda cari di website
Infovesta atau masing-masing Manajer Investasi, maka kinerja Reksa Dana
Nasional diwakili oleh Indeks Reksa Dana Saham yang dikembangkan oleh
Infovesta. Indeks Reksa Dana Saham merupakan rata-rata dari kinerja seluruh
reksa dana saham yang ada di Indonesia. Karena merupakan rata-rata, tentunya
ada reksa dana yang kinerjanya lebih baik, ada pula yang kinerjanya lebih kurang
baik dibandingkan rata-rata tersebut.
Manajer Investasi atau yang biasa disebut fund/investment manager
adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek, dan menjual
bagian (unit) dalam portofolio tersebut kepada pemodal, baik pemodal
institusional maupun individual. Ketika Anda membeli unit suatu Reksa Dana,
Manajer Investasi akan menginvestasikan dana Anda bersamaan dengan dana
pemodal lain yang juga membeli unit Reksa Dana tersebut.
Kinerja reksa dana berbasis saham Indonesia yang dikelola oleh Manajer
Investasi Internasional, datanya didapatkan dan diolah dari Bloomberg. Data
tersebut kemudian disaring lagi dengan mengeluarkan reksa dana yang termasuk
kategori reksa dana tertutup (closed End Fund), sehingga yang diteliti hanya reksa
dana yang terbuka (Open End Fund) dan ETF (Exchange Traded Fund).
Reksadana terbuka adalah dimana investor bisa membeli saham dari
reksadana dan menjual kembali tanpa dibatasi jumlah saham yang diterbitkan.
Reksadana tertutup dimaksudkan bahwa investor hanya bisa melakukan jual beli

melalui bursa efek dimana saham reksadana tersebut tercatat dengan jumlah
tertentu.
Daftar reksa dana yang ada setelah penyaringan adalah sebagai berikut:

Sumber : Bloomberg, diolah

Reksa dana luar negeri yang menjadikan Indonesia sebagai portofolio


utama dan terdaftar di bloomberg ada lebih dari 50. Angka ini belum termasuk
lagi reksa dana Closed End, Kontrak Pengelolaan Dana dan reksa dana lain yang
tidak dipublikasikan. Dari penelitian tersebut, ditemukan beberapa hal, ternyata
suatu reksa dana dapat listing dalam beberapa mata uang karena didistribusikan
(dijual) di negara yang berbeda. Hebatnya lagi, selain mata uang negara utama
seperti USD, SGD, Euro, GBP (Poundsterling Inggris), JPY (Japanese Yen), ada
pula mata uang seperti MYR (Malaysia Ringgit). TWD (Taiwan Dollar), KRW
(Korean Won) hingga mata uang Mexico dan Chile.
Dan berbeda dengan Indonesia yang menggunakan Kurs Tengah Bank
Indonesia sebagai dasar perkalian kurs sehingga kinerja dalam mata uang Rupiah
dan USD akan selalu sama, kinerja reksa dana internasional ternyata memiliki
kinerja yang berbeda dalam mata uang yang berbeda pula. Artinya risiko
perubahan kurs juga tercermin dalam perubahan harga reksa dana. Dan
kemungkinan besar, selain kurs, perhitungan reksa dana juga dipengaruhi oleh
peraturan dan perpajakan yang berbeda di setiap negara sehingga menyebabkan
kinerja reksa dana dalam mata uang yang berbeda akan berbeda pula.
Sebagai contoh, Aberdeen Select Portfolio Indonesia Select Fund
diterbitkan dalam 2 mata uang yaitu SGD (Singapore Dollar) dengan kode
ABINDOI:SP dan USD dengan kode ABINDOU:SP. Kinerja satu tahun terakhir
juga amat berbeda yaitu 5.29% berbanding 2.5%. Ada pula reksa dana yang
dipasarkan dalam berbagai negara, namun menggunakan USD sebagai mata uang.
Akibatnya harga reksa dana pada negara yang satu berbeda dengan harga reksa
dana pada negara yang lain meskipun mata uangnya sama. Peneliti berpendapat
bahwa jika berbicara Jumlah Dana Kelolaan (AUM) yang akan ditampilkan pada
tabel di bawah, total dana kelolaan dari distribusi berbagai negara tersebut
dijumlahkan dan dinyatakan dalam mata uang berbeda-beda sesuai dengan negara
yang menjadi tujuan distribusinya.
Bagaimana

perbandingan

kinerja

reksa

dana

Indonesia

yang

Internasional tersebut dengan reksa dana Nasional yang menjadi andalan,


kebanggaan dan pilihan bagi kita?

Untuk mengukurnya peneliti menggunakan kinerja YTD, 1, 3 dan 5


tahun terakhir berdasarkan periode data yang diambil yaitu 4 Juli 2012. Return
tersebut kemudian dibandingkan dengan IHSG dan rata-rata reksa dana saham.
Berhubung data return dari bloomberg adalah data annualized (basis tahunan),
maka untuk kinerja IHSG dan Indeks Reksa Dana Saham juga disetahunkan.
Sebagai informasi tambahan, berikut juga ditambahkan dana kelolaan masingmasing reksa dana dalam satuan juta USD yang diolah dari Bloomberg. Hasil
perbandingan adalah sebagai berikut :

Sumber : Bloomberg dan Infovesta, diolah. Data Return 3 tahun dan 5 tahun
disetahunkan.
Perhitungan aset dalam USD menggunakan asumsi nilai tukar
bloomberg.
Berdasarkan perkiraan kasar, total reksa dana Internasional yang
mengelola portofolio berbasis saham di Indonesia adalah sekitar 4,83 M USD atau

sekitar 48 Triliun. Masih lebih kecil dibandingkan dana kelolaan reksa dana
saham secara total di Indonesia yang pada Bulan Juni ini diperkirakan sudah
mencapai Rp 66 Triliun. Berarti secara dana, sebetulnya MI berbasis Indonesia
masih punya dana lebih besar dibandingkan MI Internasional. Belum lagi
ditambahkan dana kelolaan di reksa dana campuran yang bisa diinvestasikan ke
saham. Tentu saja,diyakini masih banyak reksa dana internasional dengan
kelolaan raksasa (untuk ukuran Indonesia), yang mungkin memiliki penempatan
sebagian portofolio pada saham Indonesia namun bukan yang utama.
Permasalahannya, sedikitnya mereka sudah sangat besar dari ukuran investasi
Indonesia. Data-data ini yang belum berhasil dikumpulkan.
Dari sisi kinerja, mereka juga tidak terlalu hebat. Kinerja antara yang
lebih baik dari IHSG (Warna Hijau) dan kalah dari IHSG (Warna Merah)
berimbang pada berbagai periode dan nama reksa dana. Bahkan dalam jangka
pendek (1 tahun dan YTD), kebanyakan dari reksa dana tersebut masih kalah
dibandingkan IHSG. Jadi hal ini sebetulnya bisa menjadi nilai jual bagi investor
asing. Daripada membeli reksa dana yang fokus ke Indonesia di negara asalnya,
lebih baik beli langsung sama Manajer Investasi Nasional yang memang fokus di
Indonesia. Kinerjanya belum tentu kalah. Namun bagi Manajer Investasi
Nasional, perlu diperhatikan bahwa risiko kurs menjadi salah satu perhatian yang
penting. Untuk itu, pasokan reksa dana berbasis dollar perlu terus ditambah agar
dapat menyerap minat asing.

Anda mungkin juga menyukai