Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LAB. BANK MINI


FINANCIAL TECHNOLOGY
(FINTECH)

Di susun oleh :
Trias Nurcahyani ( 1711000152)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


PERBANAS INSTITUTE BEKASI
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, akhirnya saya dapat menyelesaikan

makalah tentang FINANCIAL TECHNOLOGY untuk memenuhi tugas mata kuliah yaitu

Lab. Bank Mini.

Saya menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,tentu hasil makalah ini

banyak terdapat kekurangan-kekurangan.

Maaf atas kekurangan makalah yang saya buat ini.

Bekasi, 11 Mei 2019

Trias Nurcahyani

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hadirnya globalisasi di era millennium ini telah membawa dampak yang besar di

seluruh sektor kehidupan manusia termasuk salah satunya adalah teknologi dan internet.

Teknologi dan internet memiliki peran yang begitu besar dalam menunjang segala aktivitas

kehidupan manusia. Pemanfaatan teknologi digital di Indonesia yang sangat besar tentu saja

memberikan dampak bagi beberapa sektor, salah satunya adalah sektor bisnis atau industri

bisnis yang kemudian melahirkan perdagangan online atau e-commerce. Namun, dampak dari

semakin pesatnya perkembangan teknologi dan internet tidak hanya merambah industri

perdagangan, tetapi juga pada industri keuangan Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan

hadirnya financial technology (finTech).1 Fintech berasal dari istilah financial technology

atau teknologi finansial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), di Dublin,

Irlandia, mendefinisikan fintech sebagai “ innovation in financial services” atau “inovasi

dalam layanan keuangan fintech” yang merupakan suatu inovasi pada sektor finansial yang

mendapat sentuhan teknologi modern. Transaksi keuangan melalui fintech ini meliputi

pembayaran, investasi, peminjaman uang, transfer, rencana keuangan dan pembanding.

Kreativitas dan inovasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini

merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia. Dari sisi bisnis inovasi TIK merasuk ke

berbagai bidang industri untuk efisiensi dan mengambil ceruk pasar. Joseph Schumpeter

(1934) berpendapat dengan teorinya creative destruction bahwa nilai-nilai kewirausahaan

akan memunculkan pasar baru melalui metode baru. Jika pemikiran Schumpeter dibenturkan

iii
dengan instrumen hukum maka tentunya hukum tidak mampu mengejar dinamika bisnis yang

berjalan sangat dinamis ini.

Financial Technology (FinTech) adalah salah satu bentuk penerapan teknologi informasi di

bidang keuangan. Alhasil, munculah berbagai model keuangan baru yang dimulai pertama

kali pada tahun 2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan di Inggris yang menjalankan jasa

peminjaman uang. Kemudian model keuangan baru melalui perangkat lunak Bitcoin yang

digagas oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008. Dalam perspektif sejarah, konsep inti dari

pengembangan FinTech sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari aplikasi konsep peer-to-peer

(P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk music sharing.

Inovasi yang berkembang di sini adalah pengadaptasian prinsip jaringan komputer yang

diterapkan pada bidang keuangan. Meski pada mulanya konsep finansial P2P ini

diperuntukkan bagi para start-up (wirausaha baru) dalam mencari investor untuk membiayai

bisnisnya. Tetapi dalam perkembangannya finansial P2P ini memiliki partisipan yang lebih

luas tidak hanya para pemodal untuk menginvestasikan uangnya kepada start-up baru.

Dengan banyaknya partisipan yang berkontribusi memasukkan uang maka kemudian menjadi

crowdfunding, sehingga pemanfaatan finansial P2P tidak terbatas bagi para start-up saja

seperti yang dilakukan oleh perusahaan Zopa di Inggris.

Dengan munculnya virus inovasi keuangan P2P yang berbasis jaringan Internet maka

tentunya penyebarannya menjadi sangat cepat secara global hingga pada akhirnya muncul

juga berbagai jasa crowdfunding di Indonesia dan sebagainya. Masalah hukum yang muncul

dari produk inovasi FinTech ini adalah tentang legalitas penyelenggaraan crowdfunding?,

kemudian, apakah bisnis model FinTech ini dapat terbebas dari uang haram (money

loundering)? Isu-isu hukum inilah yang hingga saat ini masih berada di wilayah abu-abu

menurut hukum positif di Indonesia.

iv
Saat ini, FinTech lebih banyak di kenal di kalangan wirausaha ketimbang masyarakat pada

umumnya. Tetapi yang perlu diperhitungkan adalah ledakan dari pemanfaatan FinTech yang

perlu segera diantisipasi melalui instrumen hukum. Pendapat ini didasarkan pada pengalaman

fenomena perusahaan Go-Jek yang pertama kali didirikan pada tahun 2010 yang kemudian

booming pada 4-5 tahun setelah didirikan. Yang perlu diperhatikan dari booming-nya Go-Jek

karena keberadaannya mengancam bisnis transportasi konvensional. Jika fenomena FinTech

disejajarkan dengan fenomena Go-Jek, maka tidak menuntup kemungkinan dalam 2-3 tahun

ke depan keberadaan FinTech akan mengancam institusi keuangan nasional.

1.2 Identifikasi Masalah

1. definisi financial technolgy ( FinTech) menurut beberapa ahli

2. Tipe-tipe Financial Technology (FinTech)

3. Kelebihan dan Kekurangan Financial Technology (FinTech)

4. Tantangan Financial Technology (FinTech)

5. Resiko Financial Technology (FinTech)

6. Manfaat Financial Technology (FinTech)

1.3 Tujuan Menulis

tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Lab Bank Mini

untuk mengetahui apa saja yang ada dari Financial Technolgy.

1.6 Manfaat

1. Untuk menambah pengetahuan tentang Financial Technolgy yang ada di Indonesia.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Financial Technology (FinTech)

Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Menurut The

National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi pada sektor

finansial. Tentunya, inovasi finansial ini mendapat sentuhan teknologi modern. Keberadaan

fintech diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan

aman. Proses transaksi keuangan ini meliputi proses pembayaran, proses peminjaman uang,

transfer, ataupun jual beli saham.

Berdasarkan Pribadiono, Hukum, Esa, & Barat (2016), Financial Technology (FinTech)

merupakan perpaduan antara teknologi dan fitur keuangan atau dapat juga diartikan inovasi

pada sektor finansial dengan sentuhan teknologi moderen.

Berdasarkan Dorfleitner, Hornuf, Schmitt, & Weber (2017), FinTech merupakan industri

yang bergerak dengan sangat cepat dan dinamis dimana terdapat banyak model bisnis yang

berbeda.

Berdasarkan Hsueh (2017), Teknologi Keuangan juga disebut sebagai FinTech, merupakan

model layanan keuangan baru yang dikembangkan melalui inovasi teknologi informasi. Maka

menurut penulis, Financial Technology adalah layanan yang menggabungkan teknologi dan

keuangan dimana layanan ini menyediakan inovasi pada bisnis.

vi
2.2 Tipe – Tipe Financial Technology (FinTech)

 Menurut Hsueh (2017), Terdapat tiga tipe financial technology yaitu :

1. Sistem pembayaran melalui pihak ketiga (Third-party payment systems) Contoh -

contoh sistem pembayaran melalui pihak ketiga yaitu crossborder EC, online-to-

offline (O2O), sistem pembayaran mobile, dan platform pembayaran yang

menyediakan jasa seperti pembayaran bank dan transfer.

2. Peer-to-Peer (P2P) Lending Peer-to-Peer Lending merupakan platform yang

mempertemukan pemberi pinjaman dan peminjam melalui internet. Peer-to-Peer

Lending menyediakan mekanisme kredit dan manajemen risiko. Platform ini

membantu pemberi pinjaman dan peminjam memenuhi kebutuhan masing-masing dan

menghasilkan penggunaan uang secara efisien.

3. Crowdfunding Crowdfunding merupakan tipe FinTech di mana sebuah konsep atau

produk seperti desain, program, konten, dan karya kreatif dipublikasikan secara

umum dan bagi masyarakat yang tertarik dan ingin mendukung konsep atau produk

tersebut dapat memberikan dukungan secara finansial. Crowdfunding dapat

digunakan untuk mengurangi kebutuhan finansial kewirausahaan, dan memprediksi

permintaan pasar.

vii
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Financial Technology (FinTech)
1. Kelebihan FinTech

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), kelebihan dari Fintech adalah : 1. Melayani

masyarakat Indonesia yang belum dapat dilayani oleh industri keuangan tradisional

dikarenakan ketatnya peraturan perbankan dan adanya keterbatasan industri perbankan

tradisional dalam melayani masyarakat di daerah tertentu. 2. Menjadi alternatif pendanaan

selain jasa industri keuangan tradisional dimana masyarakat memerlukan alternatif

pembiayaan yang lebih demokratis dan transparan.

2. Kekurangan FinTech

1. Fintech merupakan pihak yang tidak memiliki lisensi untuk memindahkan dana dan

kurang mapan dalam menjalankan usahanya dengan modal yang besar, jika dibandingkan

dengan bank.

2. Ada sebagaian perusahaan Fintech belum memiliki kantor fisik, dan kurangnya

pengalaman dalam menjalankan prosedur terkait sistem keamanan dan itegritas

produknya.

2.4Tantangan Financial Technology (FinTech)

tantangan pertama bagi fintech lending adalah menciptakan keseimbangan antara

meningkatkan inklusi keuangan dan manajemen risiko.

Kedua, meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai layanan fintech,"

Tantangan ketiga yakni infrastruktur. Sebanyak 143,3 juta atau 54,7% dari jumlah penduduk

Indonesia memang sudah terhubung ke internet pada 2017. Namun, masih ada wilayah di

Tanah Air yang belum terhubung internet. Dalam hal ini, pemerintah menjamin seluruh

viii
wilayah di Indonesia terhubung internet pada 2019 dengan adanya proyek Palapa Ring. Yang

menarik, 69% masyarakat yang belum terakses internet telah memiliki ponsel pintar

(smartphone). berharap, industri memproduksi smartphone dengan harga yang terjangkau.

"Kami berharap smartphone ini bisa dimiliki masyarakat dengan harga terjangkau sehingga

fasilitas itu bisa digunakan untuk mengakses layanan fintech.

Keempat, fintech juga menghadapi persoalan keamanan siber dan perlindungan data

konsumen. Nurhaida mendorong, fintech menjaga tata kelola perusahaan (good corporate

governance/GCG) dengan meningkatkan transparansi dan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) di bidang teknologi informasi.

Kelima, fintech harus mengumpulkan lebih banyak data konsumen sehingga proses pinjam

meminjam menjadi lebih efisien dan efektif. Apalagi, kelengkapan dan akurasi data

memengaruhibesaranbungayangditawarkan.

Keenam Peraturan dalam Mendukung Pengembangan FinTech. Adopsi peraturan terkait

tanda tangan (digital signature) dan penggunaan dokumen secara digital sehingga dapat

mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh industri FinTech.

Terakhir, Koordinasi antar Lembaga dan Kementerian Terkait Untuk mengoptimalkan

potensi FinTech dengan lingkungan bisnis (business environment) yang kompleks, maka

perlu juga dukungan dari berbagai kementerian dan lembaga terkait

2.5 Resiko Financial Technology (FinTech)

 Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), Resiko yang dialami oleh pengguna

FinTech. Sehingga diperlukan adanya strategi untuk melindungi konsumen dan

kepentingan nasional. Strategi untuk melindungi konsumen adalah sebagai berikut :

ix
a. Perlindungan dana pengguna Potensi kehilangan maupun penurunan kemampuan

finansial, baik yang diakibatkan oleh penyalahgunaan, penipuan, maupun force

majeur dari kegiatan FinTech.

b. Pelindungan data pengguna Isu privasi pengguna FinTech yang rawan terhadap

penyalahgunaan data baik yang disengaja maupun tidak sengaja (serangan hacker atau

malware) Strategi untuk melindungi kepentingan nasional adalah sebagai berikut : a.

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT) Kemudahan

dan kecepatan yang ditawarkan oleh FinTech menimbulkan potensi penyalahgunaan

untuk kegiatan pencucian uang maupun pendanaan terorisme. b. Stabilitas Sistem

Keuangan Perlu manajemen risiko yang memadai agar tidak berdampak negatif

terhadap stabilitas sistem keuangan.

2.6 Manfaat Financial Technology (FinTech)

 Menurut Bank Indonesia, Perkembangan Fintech yang sangat pesat di Indonesia dapat

membawa banyak manfaat, manfaat tersebut dapat bagi peminjam, investor maupun

perbankan di Indonesia :

- Bagi peminjam, manfaat yang dapat dirasakan seperti mendorong inklusi

keuangan, ernatif pinjaman bagi debitur yang belum layak kredit, prosesnya

mudah dan cepat, dan persaingan yang ditimbulkan mendorong penurunan

suku bunga pinjaman.

- Bagi investor FinTech, manfaat yang dapat dirasakan seperti alternatif

investasi dengan return yang lebih tinggi dengan risiko default yang tersebar

di banyak investor dengan nominal masing - masing cukup rendah dan

investor dapat memilih peminjam yang didanai sesuai preferensinya.

x
- Bagi perbankan, kerjasama dengan FinTech dapat mengurangi biaya seperti

penggunaan non-traditional credit scoring untuk filtering awal aplikasi kredit,

menambah Dana Pihak Ketiga (DPK), menambah channel penyaluran kredit

dan merupakan alternatif investasi bagi perbankan.

 Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), manfaat FinTech di Indonesia, yaitu:

1. Mendorong distribusi pembiayaan Nasional masih belum merata di 17.000

pulau

2. Mendorong kemampuan ekspor UMKM yang saat ini masih rendah

3. Meningkatkan Inklusi keuangan nasional

4. Mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk

5. Membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang masih

sangat besar.

 Menurut umum :

1. Kemudahan pelayanan finansial

Berkat kehadiran Fintech, proses transaksi keuangan menjadi lebih mudah.

Nasabah juga mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses pembayaran,

pinjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham dengan cara mudah dan

aman. Nasabah bisa mengakses pelayanan finansial melalui teknologi seperti

ponsel pintar maupun laptop.Sehingga tidak perlu datang langsung ke bank

untuk mendapatkan pinjaman demi memenuhi berbagai kebutuhan.Kehadiran

teknologi dalam urusan finasial seperti ini jelas membantu masyarakat dalam

memaksimalkan layanan finansial.Masyarakat yang memerlukan produk

xi
finansial tertentu, cukup mengajukan melalui online. Kemudahan pelayanan

finansial ini tercermin dari proses kerja yang tergolong cepat serta minimnya

kebutuhan dokumen untuk mendapatkan produk finansial terkait.

2. Melengkapi rantai transaksi keuangan

Efek Fintech bagi perekonomian Indonesia salah satunya adalah melengkapi

rantai transaksi keuangan.Faktor kelahiran Fintech ini pun karena ada tuntunan

zaman dan pasar ekonomi. Melalui Fintech segala transaksi keuangan seperti

proses pembayaran, pembiayaan, jual beli dan transfer semakin praktis dan

aman. Pun, semuanya bisa diakses hanya melalui smartphone atau

tablet.Peranan Fintech bukan sebagai pengganti bagi bank konvensional,

melainkan sebagai pelengkap rantai transaksi keuangan.Hadirnya Fintech

memperkuat ekosistem keuangan di Indonesia karena bisa meningkatkan daya

beli masyarakat terhadap produk-produk finansial.Hal ini menjadi kesempatan

emas dalam menjangkau masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh

berbagai layanan keuangan.

3. Meningkatkan taraf hidup

Selama ini hanya kalangan masyarakat menegah ke atas saja yang mumpuni

menikmati layanan finansial. Bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan

Rendah), mengajukan kartu kredit atau KTA bunga rendah saja sepertinya

sulit. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan

masyarakat harus memiliki kartu kredit terlebih dahulu untuk mendapatkan

kartu kredit atau pinjaman. Pernyataan tersebut perlahan sirna karena Fintech

memudahkan MBR untuk mendapatkan pinjaman dana tunai hingga

pembayaran dengan cara mudah. Sehingga dengan adanya Fintech dapat

xii
mempercepat terwujudnya inklusi keuangan seluruh masyarakat Indonesia,

bahkan MBR sekalipun.Dan hal ini sekaligus meningkatkan taraf hidup serta

kesejahteraan MBR.Mereka bisa memperoleh pinjaman dengan bunga rendah

untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.Pada akhirnya, Fintech turut

mendorong perekonomian Indonesia dengan mengentaskan kemiskinan.

4. Melawan lintah darat

Keberadaan lintah darat atau rentenir tentu meresahkan nasabah yang ingin

mengajukan produk finansial. Pasalnya, bagi masyarakat dengan penghasilan

pas-pasan yang kurang memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman di bank,

mereka kerap meminjam pada lintah darat atau rentenir dengan bunga tinggi.

Ketika muncul Fintech, hal-hal seperti itu dapat terhindari (ummi: 2016).

xiii
BAB III KESIMPULAN

3.1 Perkembangan Financial Technology (FinTech)

Seiring dengan berkembangnya teknologi, berkembang pula model-model

bisnis baru yang kaitannya tak jauh-jauh dari internet dan gadget.

Salah satu yang kini ramai diperbincangkan di Indonesia adalah munculnya

perusahaan-perusahaan baru bidang keuangan yang menggunakan teknologi

sebagai dasar bisnisnya. Perusahaan-perusahaan ini disebut dengan financial-

technology (fintech).

Jika kita lihat sekarang, layanan perusahaan-perusahaan fintech ini telah

menjangkau banyak konsumen di Indonesia. Layanan yang dapat diakses melalui

internet membuat penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah luar perkotaan

pun bisa melakukan transaksi dengan produk-produk fintech.

Dengan adanya mereka, kegiatan keuangan menjadi lebih mudah dilakukan dan

juga meningkatkan kesadaran konsumen Indonesia terhadap kegiatan yang

berkaitan dengan keuangan.

xiv
BAB IV PENUTUP

4.1 Kritik

Sesuatu hal yang baru memang tidak datang begitu saja tanpa membawa sebuah ancaman

dalam kemunculannya baik itu langsung maupun tidak langsung, di bawah ini akan

dipaparkan beberapa ancaman dari FinTech :

o Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan penyelewengan

(contoh: shadow banking, MLM, money game, dll.)

o FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive), berpotensi membuat air

menjadi keruh.

o Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat disintermediasi (job

polarisation), melebarkan digital divide, dan “pengkultusan” sebagai jalan potong (shortcut)

pertumbuhan ekonomi.

4.2 Saran

memberikan kemudahan dan perlakuan khusus untuk industri financial

technology (FinTech) dalam negeri. Hal ini agar industri fintech terus berkembang dan yang

terdaftar resmi semakin banyak, sehingga kegiatannya bisa terawasi lebih optimal.

"Ngurusin fintech itu kayak main layangan. Kalau kita terlalu ketat regulasinya, inovasinya

nggak akan jelas. Kalau kita juga terlalu lurus, juga nanti ada efek pengawasan lemah. harus

ada perlakuan yang berbeda jika ingin mendukung fintech.

xv
 http://eprints.ums.ac.id/66263/12/bab%201%20rev.pdf
 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2017_1_34_Bab2.pdf
 https://koinworks.com/blog/fintech-indonesia-dan-perkembangannya/
 https://kliklegal.com/financial-technology-di-indonesia-peluang-atau-ancaman-ailrc/

xvi

Anda mungkin juga menyukai